Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
RUANG PERINATALOGI
MASYITA
MAKASSAR
Daftar Isi
1. Standar Asuhan Keperawatan pada bayi dengan BBLR
2. Standar Asuhan Keperawatan pada bayi denganAsfixia
3. Standar Asuhan Keperawatan pada bayi dengan Meconium
Aspiration Syndrom
4. Standar Asuhan Keperawatan pada bayi Prematur
5. Standar Asuhan Keperawatan pada bayi dengan Kejang
6. Standar Asuhan Keperawatan pada bayi dengan
Hyperbillirubin
7. Standar Asuhan Keperawatan pada bayi dengan Sepsis
8. Standar Asuhan Keperawatan pada bayi dengan
Bronkopnemonia
9. Standar Asuhan Keperawatan Diare
10.Standar Asuhan Keperawatan NEC
A. Pengertian
BBLR adalah adalah bayi baru lahir dengan berat badan < 2500 gr.
B. Etiologi
a. Berkaitan dengan bayi kurang bulan (premature):
1. Toxamia gravidarum
2. Penyakit sistemik akut pada ibu (pneumonia, pyelonefritis, typus,
appendicitis akut)
3. Kehamilan kembar
4. Tidak diketahui penyebab (50 %)
b. Berkaitan dengan KMK, ibu dengan :
1. Hypertensi
2. Preeklampsi
3. Infeksi
4. DM
5. Malnutrisi
6. Obat-obat
a.
BB < 2500 gr
PB < 45 cm
LD < 30 cm
LK < 33 cm
Genetalia immature
Elastisitas daun telinga kurang
Tangis lemah
Tonus otot leher lemah
b.
- III
NB : Kulit penis bayi (berkeriput) ada ruggae (> hitam dari kulit lain)
untuk
mengatur system termoregulasi.
1.
PENGKAJIAN
* Keadaan Umum :
Tingkat kesadaran/keaktifan bayi
BB < 2500 gr
PB < 45 cm
LK < 33 cm
LD < 30 cm
TD : 80/46 mmHg
Nadi : 120-160 x/menit
Pernafasan : 40 60 x / menit
Suhu : 36,5-37 C
Posture cenderung ekstensi
Catatan :
Untuk bayi normal :
2.
PB : 48 55 cm
LK : 33-35 cm
LD : kurang dari 2-3 cm dari LK
Setelah beberapa hari LD=LK karena ada ekspansi paru
Ubun-ubun besar : 2-3 cm
Ubun-ubun kecil 0,5 1 cm
Ubun-ubun berbentuk khas Diamon
Posture fleksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
TUJUAN
KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran
Menunjukkan upaya
RENCANA TINDAKAN
- Kaji ulang adanya penurunan
pernafasan spontan,
usahakan pernafasan
regular tanpa bantuan,
dengan frekuensi 30 50
x/menit dan AGD dalam
batas normal
DO:
- Gelisah/iritabilitas
- Ketidakmampuan
membuang sekresi
- Takipnea
- Sianosis
- Hipoksia
- Mencerna masukan
nutrisi adekuat
untuk penambahan
berat badan /
penurunan berat
badan kurang dari
2%
- AGD dalam batas
normal
6. Kurang pengetahuan
orang tua tentang perawatan
bayi b/d kurangnya
informasi
Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian analgetika
2. Faktor Placenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa, plasenta
tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
3. Faktor Janin dan Neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir, gemelli, IUGR, kelainan kongenital dan lain-lain.
4. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain (Ilyas Jumiarni, 1995).
F. Patofisiologi
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam
pertukaran gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat
CO2 keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara,
sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga
paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini
sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi
darah paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk
kedalam arteriol paru.
Segera setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama kali
(menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli
akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli
akan meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol
paru akan mengembang dan aliran darah kedalam paru akan meningkat
secara memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup bersamaan
dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari
jantung kanan (janin) yang sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam
Aorta akan mulai memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam arteriole
paru yang mulai mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk
sirkulasi extrauterin akan dipertahankan.
Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan
diperlukan untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan
alveoli mengembang untuk pertama kali. Pada kenyataannya memang
beberapa tarikan nafas yang pertama sangat diperlukan untuk mengawali dan
menjamin keberhasilan pernafasan bayi selanjutnya. Proses persalinan
normal (pervaginam) mempunyai peran yang sangat penting untuk
mempercepat proses keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui ruang
perivaskuler dan absorbsi kedalam aliran darah atau limfe. Gangguan pada
pernafasan pada keadaan ini adalah apabila paru tidak mengembang dengan
sempurna (memadai) pada beberapa tarikan nafas yang pertama. Apnea saat
lahir, pada keadaan ini bayi tidak mampu menarik nafas yang pertama
setelah lahir oleh karena alveoli tidak mampu mengembang atau alveoli
masih berisi cairan dan gerakan pernafasan yang lemah, pada keadaan ini
janin mampu menarik nafas yang pertama akan tetapi sangat dangkal dan
tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh. keadaan tersebut bisa
terjadi pada bayi kurang bulan, asfiksia intrauterin, pengaruh obat yang
dikonsumsi ibu saat hamil, pengaruh obat-obat anesthesi pada operasi sesar.
Dalam hal respirasi selain mengembangnya alveoli dan masuknya
udara kedalam alveoli masih ada masalah lain yang lebih panjang, yakni
sirkulasi dalam paru yang berperan dalam pertukaran gas. Gangguan tersebut
antara lain vasokonstriksi pembuluh darah paru yang berakibat menurunkan
perfusi paru. Pada bayi asfiksia penurunan perfusi paru seringkali
disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah paru, sehingga oksigen akan
menurun dan terjadi asidosis. Pada keadaan ini arteriol akan tetap tertutup
dan Duktus Arteriosus akan tetap terbuka dan pertukaran gas dalam paru
tidak terjadi.
Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigenasi ke jaringan
tubuh tidak mungkin terjadi. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan tergantung dari berat dan lamanya asfiksia, fungsi tadi dapat
reversible atau menetap, sehingga menyebabkan timbulnya komplikasi,
gejala sisa, ataupun kematian penderita. Pada tingkat permulaan, gangguan
ambilan oksigen dan pengeluaran CO2 tubuh ini mungkin hanya
menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung
terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen
tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan
terjadinya gangguan keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik.
Keadaan ini akan mengganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi
perubahan sirkulasi kardiovaskular yang ditandai oleh penurunan tekanan
darah dan frekuensi denyut jantung. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
pada penderita asfiksia akan terlihat tahapan proses kejadian yaitu
menurunnya kadar PaO2 tubuh, meningkat PCO2, menurunnya pH darah
dipakainya sumber glikogen tubuh dan gangguan sirkulasi darah. Perubahan
inilah yang biasanya menimbulkan masalah dan menyebabkan terjadinya
gangguan pada bayi saat lahir atau mungkin berakibat lanjut pada masa
neonatus dan masa pasca neonatus.
Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi
dan penurunan perfusi pru yang berlanjut dengan asfiksia, pada awalnya
akan terjadi konstriksi Arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga
penyediaan Oksigen untuk organ vital seperti jantung dan otak akan
meningkat. Apabila askfisia berlanjut maka terjadi gangguan pada fungsi
miokard dan cardiac output. Sehingga terjadi penurunan penyediaan oksigen
pada organ vital dan saat ini akan mulai terjadi suatu Hypoxic Ischemic
Enchephalopathy (HIE) yang akan memberikan gangguan yang menetap
pada bayi sampai dengan kematian bayi baru lahir. HIE ini pada bayi baru
lahir akan terjadi secara cepat dalam waktu 1-2 jam, bila tidak diatasi secara
cepat dan tepat (Aliyah Anna, 1997).
G. Tanda dan gejala
Gejala klinik Asfiksia neonatorum yang khas meliputi :
Pernafasan terganggu
H. Diagnosis
Asfiksia pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia
janin. Diagnosa anoksia / hipoksia dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukan tanda-tanda gawat janin untuk menentukan bayi yang akan dilahirkan
terjadi asfiksia, maka ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatikan.
1) Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal ialah 120 sampai 160 denyutan per menit, selama
his frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan
semula. Peningkatan kecepatan denyutan jantung umumnya tidak banyak
artinya, akan tetapi apabila frekuensinya turun sampai dibawah 100/menit,
dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2) Mekanisme Dalam Air Ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi
pada prosentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan
terus timbul kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
prosentase kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan
bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
Derajat Asfiksiaa
Nilai pH
1.
03
Berat
< 7,2
2.
46
Sedang
7,1 7,2
3.
7 10
Ringan
> 7,2
Nilai = 1
Nilai = 2
1. Appearance
(warna kulit)
2. Pulse
Seluruh
tubuh Badan
merah, Seluruh
tubuh
biru atau putih
kaki biru
kemerah-merahan
Tidak ada
Kurang dari
Lebih dari
100 x/ menit
150 x/ menit
Tidak ada
Menyeringai
Lunglai
(bunyi jantung)
3. Grimance
(reflek)
1) Activity
(tonus otot)
2) 5.
Respiratory Tidak ada
effort
(usaha
bernafaas)
kuat,
gerak aktif
Dari kelima tanda diatas yang paling penting bagi jantung karena
peninggian frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka. Keadaan
akan memburuk bila frekuensi tidak bertambah atau melemah walaupun
paru-paru telah berkembang. Dalam hal ini pijatan jantung harus dilakukan.
Usaha nafas adalah nomor dua. Bila apnea berlangsung lama dan ventilasi
yang dilakukan tidak berhasil maka bayi menderita depresi hebat yang
diikuti asidosis metabolik yang hebat. Sedang ketiga tanda lain tergantung
dari dua tanda penting tersebut.
Ada 3 derajat Asfiksiaa dari hasil Apgar diatas yaitu :
1. Nilai Apgar 7-10, Vigorous baby atau asfiksia ringan.
Bayi dalam keadaan baik sekali. Tonus otot baik, seluruh tubuh kemerahmerahan. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
2. Nilai Apgar 4-6 Mild Moderat atau asfiksia sedang.
Pada pemeriksaan fisik akan dilihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali
permenit, tonus otot kurang baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Nilai Apgar 0-3, asfiksia Berat
Pada pemeriksaan ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali
permenit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada.
5) Pelaksanaan Resusitasi
Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal secara
cepat supaya bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak.
Tindakan ini merupakan langkah awal resusitas bayi baru lahir. Tujuannya
supaya intervensi yang diberikan bisa dilaksanakan secara tepat dan cepat
(tidak terlambat).
6) Membuka Jalan Nafas
1.
2.
Metode :
Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
2.
Metode
2.
Metode :
2.
3.
Sembab Otak
Pendarahan Otak
Hyperbilirubinemia
12) Prognosa
Asfiksia ringan / normal : Baik
Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan bila cepat
prognosa baik.
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanogo dan verniks.
4. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
5. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
6. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
7. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
8. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
11. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi
karena GI Tract belum sempurna.
12. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
tanda infeksi pada tali pusat.
13. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor
dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
14. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
15. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
16. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan
Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
- sekresi trakeabronchial
Ditandai dengan:
DO:
-
Dispnea
Takipnea
Pernafasan cuping hidung
Sianosis
AGD abnormal
- Kelemahan
RENCANA TINDAKAN
- Kaji frekwensi dan pola pernafasan
- Auskultasi bagian dada anterior dan
posterior untuk mengetahui penurunan
atau tidak adanya ventilasi
- Lakukan pengisapan jalan nafas
- Berikan rangsang tctil segera bila
terjadi apneu
- Tempatkan bayi pada matras
bergelombang dengan pengaturan
suhu yang tepat
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan fisioterapi sesuai
kebutuhan
- Pemberian oksigen sesuai instruksi
dan indikasi
- Pantau pemeriksaan laborat, AGD
- Pemberian terapi sesuai instruksi
- Kaji frekwensi dan pola pernafasan
- Auskultasi bagian dada anterior dan
posterior untuk mengetahui penurunan
atau tidak adanya ventilasi
- Lakukan pengisapan jalan nafas
- Berikan rangsang tctil segera bila
terjadi apneu
- Tempatkan bayi pada matras
bergelombang
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan fisioterapi sesuai
kebutuhan
- Pemberian oksigen sesuai instruksi
dan indikasi
- Pantau pemeriksaan laborat, AGD
sianosis
- Ada periode apneu
3. Resiko tinggi terjadi aspirasi
berhubungan dengan:
4.Gangguan dalam
pemberian asi
berhubungan dengan :
- prematur
- bayi yang sakit
DAFTAR PUSTAKA
Takipnea
Hipoksia
Keadaan depressi
Hipoventilasi
PENANGANAN
I. PENGKAJIAN FISIK
Riwayat antenatal ibu
Stress intra uteri
Status infant saat lahir
Full-term, preterm, atau kecil masa kehamilan
Apgar skor dibawah 5
Terdapat mekonium pada cairan amnion
Suctioning, rescucitasi atau pemberian therapi oksigen
Pulmonarry
Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x
pernafasan per menit), grunting, retraksi, dan nasal flaring
Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah
mekonium dalam paru
Cyanosis
Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero
posterior (AP)
Pengkajian Behavioral
Disminished activity
Study Diagnostik
Rontqen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan diameter
antero posterior, hiperinflation, flatened diaphragma dan terdapatnya
pneumothorax
Data Laboratorium
Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik
dengan penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
2. Gangguan
pertukaran Pertukaran gas efektif
gas
(difusi)
b/d
pneumonitis sekunder
3. Perubahan
nutrisi Kebutuhan
nutrisi - Kolaborasi pemasangan NGT
kurang dari kebutuhan terpenuhi,
dengan - Kolaborasi
dengan
dokter
b/d
peningkatan kriteria :
pemberian terapi IVFD
kebutuhan kalori
- Timbang BB tiap hari
- Tidak ada ganguan
- Kaji
tanda-tanda
gangguan
pencenaan
pencernaan : distensi abdomen,
- BB stabil
muntah, bising usus
- Lakukan perawat mulut
4. Resiko
pneumothorak
peningkatan
dalam paru
injuri Tidak
terjadi
b/d pneumothorak
tekanan
5. Cemas b/d perawatan Cemas pada orang tua - Kaji perasaan keluarga serta
bayi yang lama
berkurang,
dengan
koping yang digunakan
kriteria :
- Bantu
keluarga
untuk
mengungkapkan pikirannya
- Ekspresi tenang
- Berikan
informasi
tentang
- Keluarga mengatakan
kondisi bayi
cemas berkurang
- Beri kesempatan pada orang tua
untuk melihat dan menyentuh
bayi
DAFTAR PUSTAKA
Melson, Kathryn A. & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Palnning,
Second Edition, Springhouse Corporation, Springhouse, 1994
Wong, Donna L., Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth Edition, Mosby
Year Book Inc, Missouri 1996.
A. Pengertian
Bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau kurang saat kelahiran
disebut dengan bayi prematur. Walaupun kecil, bayi prematur ukurannya
sesuai dengan masa kehamilan tetapi perkembangan intrauterin yang belum
sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat post natal. Bayi baru lahir
yang mempunyai berat 2500 gram atau kurang dengan umur kehamilan lebih
dari 37 minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan
prematur, walaupun 75% dari neonatus yang mempunyai berat dibawah 2500
gram lahir prematur.
B. Etiologi
Permasalahan pada ibu saat kehamilan :
-
Bayi Premature
BB < 2500 gr
PB < 45 cm
LD < 30 cm
LK < 33 cm
Genetalia immature
I.PENGKAJIAN
* Keadaan Umum :
Tingkat kesadaran/keaktifan bayi
BB < 2500 gr
PB < 45 cm
LK < 33 cm
LD < 30 cm
TD : 80/46 mmHg
Nadi : 120-160 x/menit
Pernafasan : 40 60 x / menit
Suhu : 36,5-37 C
Posture cenderung ekstensi
SISTEM PERNAFASAN :
Distress pernafasan
Pernafasan cuping hidup (PCH)
Pe frekuensi nafas
Sianosis
Apnoe
Takipnoe
Retraksi dada
SISTEM KARDIOVASKULER
bradikardi
Nadi perifer dan perfusi jaringan menurun
SISTEM GASTROINTESTINAL
Distensi
Konstipasi
Muntah
Glukosa pada feses
GINJAL
Gula, protein, asam amino dan garam
SISTEM INTEGUMEN
Perubahan warna kulit
Perubahan tekstur kulit (tipis, transparan, kuning)
Hipotermi/hipertermi
SISTEM IMUN
-
II.DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
- Ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
- Ketidakadekuatan kadar
surfaktan
- Imaturitas sistem saraf pusat
& sistem neuromuskuler
- Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
-
Tanda-tanda vital
dalam batas normal
Mempertahankan
kadar PO2 dan PCO2
dalam batas normal
Menderita RDS
minimal dengan
penurunan verja
pernafasan dan tidak
ada morbiditas
Bebas dari displasia
bronkopulmonal
Anemia
Hiperkapnea
Hipoksia
Takipnea
Sianosis
b/d dengan :
Immaturitas pusat
pernafasan
- Keterbatasan
perkembangan otot
- Penurunan energi/
kelelahan
- Depresi berhubungan
dengan obat
- Ketidakseimbangan
metabolik
Ditandai dengan
-
membran mukosa
merah muda
frekwensi jantung
dalam batas normal
DO:
3.
Dispnea, Takhipneu
Takhikardi
Pernafasan cuping hidung
Sianosis
AGD abnormal
resiko tinggi perubahan
suhu tubuh b/d
- perkembangan SSP
imatur
- penurunan lemak
subkutan
- keterbatasan simpanan
lemak
- ketidak mampuan
merasakan dingin atau
berkeringatan
- cadangan metabolik
buruk
DO :
-
- pemeriksaan laboratorium
- berikan oksigen sesuai
indikasi
- berikan terapi sesuai
instruksi.
Mempertahankan suhu
tubuh normal dengan
kriteria hasil :
.
hipotermia
acral dingin
sianosis
ekstremitas fleksi
menggigil
- Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi:
Ht,Ca serum,Ma serum,Ka
serum
- Berikan cairan parenteral
sesuai instruksi
- Kaji upaya pernafasan,
monitor adanya sianosis
- Observasi adanya letargi,
hipotoni, mketegangan
fontanel, mata terbalik
(Aktivitas kejang)
- Ukur lingkar kepala
- Kaji warna kulit, observasi
adanya ikterik
Kolaborasi
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium, Hb, Ht, AGD
dan bilirubin
- Beri O2 sesuai instruksi
- Beri obat-obatan sesuai
instruksi dokter
- Kaji maturitas reflek hisap
- Auskultasi bising usus
- Berikan ASI atau Formula
dengan perlahan
- Pemberian makanan
sementara menggunakan
selang sesuai indikasi
- Kaji kekuatan bayi untuk
menghisap dan waktu yang
diperlukan untuk makan
- Monitor adanya diare,
muntah, regurgitasi, residu
lambung berlebihan
- Pertahankan suhu lingkungan
dan oksigen yang tepat
- Monitor BB, panjang badan
dan lingkar kepala setiap hari
Kolaborasi
- Pemberian makanan dimulai
dengan air steril, glukosa,
ASI dengan tepat
- Beri ASI sesering mungkin
sesuai indikasi dan perkiraan
kapasitas lambung
- Memberikan makanan
Umur bayi atau anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
Kejang bersifat umum
Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam
Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesuda suhu
normal tidak menunjukkan kelainan
Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali
II. DIAGNOSA KEPERAATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas
tidak efektif b/d
spasme otot pernafasan
ditandai dengan :
DO:
Os sesak
Sputum banyak
RR > 30x/menit
Suara nafas
tidak
normal
Sianosis
TUJUAN
Pasien dapat
mempertahankan
kepatenan jalan nafas
Kriteria hasil:
- suara nafas bersih
- RR < 30 x/ Menit
- Sianosis tidak terjadi
RENCANA TINDAKAN
- Kaji fungsi pernafasan, suara
nafas, RR, irama, kedalaman,
penggunaan otot bantu nafas
- Pertahankan jalan nafas
- Lonnggarkan pakaian anak
- Atur posisi ekstensi, kepala
dimiringkan
- Rongga mulut dibuka dengan
tongue spatel
- Isap lendir bila banyak sekret
- Beri O2 - 1 Lt/mnt atau sesuai
program
- Observasi tanda-tanda vital
terutama respirasi rate
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian anti kejang ( stesolid,
luminal )
- Observasi serta pertahankan suhu
tubuh tetap stabil
- Berikan kompres dengan air
hangat setiap 4 jam sekali
- Gunakan pakaian tipis dan
menyerap keringat
- Bila kesadaran compos mentis,
berikan cairan secara adekuat
3. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
b/d reflek menelan
kurang
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi, dengan
kriteria :
Pasien terdapat
riwayat kejang
Kriteria hasil:
- Kejang tidak terjadi
- Kesadaran compos
mentis
Kerusakan integritas
kulit tidak terjadi selama
perawatan, dengan
kriteria:
- Tidak ada tanda-tanda
kulit merah
- Kulit tampak merah
- Kelembaban positif
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.D (1997), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th.
Edition, Lippincott, Philadelpia, New York.
Kozier Barbara et.al (1995), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and
Practice , 5 th Edition, Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New
York.
Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book,
Philadelpia.
Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 th Edition, Mosby
Year Book, Philadelpia.
PENGERTIAN
Terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang ditandai dengan adanya joundice or
icterus. Atau Keadaan klinis dimana ditemukannya warna kuning pada kulit dan
mukosa yang disebabkan oleh pigmen empedu.
B.
ETIOLOGI
1. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta) , diol (steroid).
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar
Bilirubin Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi
, Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
C.
PATOFISIOLOGI
Destruksi
SDM
Protein plasma
Bilirubin
Akumulasi
Globin
Hemoglobin
Heme
Kejaringan
Iron
Empedu
Ekskresi
D.
Urobilinogens
Menurun
menurun
dalam feses
dalam urine
PENATALAKSANAAN MEDIS
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek
dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1.
2.
3.
4.
Menghilangkan Anemia
Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
Meningkatkan Badan Serum Albumin
Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi,
Transfusi Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
1) Fototherapi
2) Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam
pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu
pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi
(kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan
keterikatan dengan Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar
Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.
3) Therapi Obat
I . PENGKAJIAN
Observasi tanda-tanda joundice secara teratur
Joundice dipastikan dengan observasi warna kulit bayi head to toe, warna
sklera dan membran mukosa
Tekanan langsung pada kulit terutama pada tulang yang menonjol seperti
pada tulang hidung/sternum,
Untuk kulit bayi yang hitam warna sklera, konjungtiva dan mukosa oral.
Observasi sebaiknya dilakukan pada siang hari warna natural.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
- Kadar bilirubin
indirek di bawah
12mg/dl
- Ikterik teratasi
DO:
Kadar bilirubin >
12mg/dl
Bayi ikterik
Kolaborasi:
- Pemeriksaan laboratorium:
bilirubin, Hb, trombosit, Sel
Darah Putih
3. Kurangnya volume
cairan b/d hilangnya air
(IWL) sekunder dari
fototerapi, ditandai :
O : - Turgor jelek
- membran mukosa
kering
4. Kurangnya pengetahuan
orang tua tentang
perawatan bayi b/d
kurangnya sumber
informasi, kesalahan
interprestasi, ditandai
dengan:
DO:
- Kesalahan konsep
- Meminta informasi
- Ketidaktepatan
mengikuti instruksi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.D (1997), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th.
Edition, Lippincott, Philadelpia, New York.
Kozier Barbara et.al (1995), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and
Practice , 5 th Edition, Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New
York.
Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book,
Philadelpia.
Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 th Edition, Mosby
Year Book, Philadelpia.
A. Pengertian
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering
terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih
sering menyerang bayi laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi
kebanyakan
muncul
dalamw
aktu
72
jam
setelah
lahir.
Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh
infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
Pembagian Sepsis:
1. Sepsis dini > terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber
organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan
dengan angka mortalitas tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial > terjadi setelah minggu pertama kehidupan
dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak
langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari
lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.
B. Etiologi
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti
bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh
bakteri.
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis
pada neonatus antara lain :
Perdarahan
Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
gangguan pernafasan
kejang
muntah
diare
perut kembung
D. Faktor Risiko
1. Sepsis Dini
Prematuritas, BBLR
2. Sepsis Nosokomial
E. Pencegahan
keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat
kesehatan bila diperlukan.
Pada masa Persalinan > Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara
aseptik.
Pada masa pasca Persalinan > Rawat gabung bila bayi normal, pemberian
ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka
umbilikus secara steril.
F. Prognosis
25% bayi meninggal walaupun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif.
I.
Pengkajian :
Pemeriksaan fisik
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA
TINDAKAN
1. Tidak efektifnya pola Pola nafas efektif, dengan kriteria - Observasi tandanafas b/d ekspansi :
tanda vital
paru inadekuat
- Rawat bayi dalam
- Tanda-tanda vital dalam batas
lingkungan
normal
termal netral
- Kaji suara nafas
dan
usaha
- Status
nafas
tidak
bernafas bayi
menggunakan otot tambahan, - Kolaborasi
NCH
pemberian
oksigen
- Monitor AGD
4. Perubahan
Suhu tubuh normal
termoregulasi
hipotermi/hipertermi
b/d
masuknya
mikroorganisme
dalam aliran darah
- Kaji
adanya
gangguan nafas
lebih lanjut :
sianosis, retraksi,
NCH
- Kaji adanya tanda
gangguan
pernafasan lebih
lanjut : sesak,
retraksi, merintih
- Kolaborasi
pemberian
oksigen
- Monitor saturasi
oksigen
- Jaga
hiperoksigenasi
dengan monitor
AGD
- Ukur intake dan
output
- Kolaborasi
pemberian terapi
IVFD
dan
elektrolit
- Kaji adanya syok
septol : nadi
lemah, hipotensi,
akral dingin
- Kaji status hidrasi
: turgor, perfusi
perifer
dan
penurunan BB
- Rawat bayi dalam
lingkungan
termal neutral
- Observasi suhu
tiap 2-4 jam
- Perhatikan suhu
ruangan
- Berikan
cairan
secara adekuat
- Berikan kompres
tepid
sponge
(seka dengan air
biasa)
- Kaji faktor resiko
yang
menyebabkan
peningkatan suhu
- Kolaborasi
dengan
dokter
pemberian terapi
antipiretik
- Rawat bayi dalam
lingkungan
termal neutral
- Observasi suhu
tiap 2-4 jam
- Perhatikan suhu
ruangan
- Berikan
cairan
secara adekuat
- Berikan kompres
tepid
sponge
(seka dengan air
biasa)
- Kaji faktor resiko
yang
menyebabkan
peningkatan suhu
- Kolaborasi
dengan
dokter
pemberian terapi
antipiretik
6. Cemas b/d perawatan Cemas pada orang tua berkurang, - Kaji
perasaan
bayi yang lama
dengan kriteria :
keluarga
serta
koping
yang
- Ekspresi tenang
digunakan
- Keluarga
- Bantu keluarga
mengatakan cemas
untuk
berkurang
mengungkapkan
pikirannya
- Berikan informasi
tentang kondisi
bayi
- Beri desempatan
pada orang tua
untuk melihat dan
menyentuh bayi
5. Perubahan
Suhu tubuh normal
termoregulasi
hipotermi/hipertermi
b/d
masuknya
mikroorganisme
dalam aliran darah
2.
3.
4.
5.
C. Gambaran Klinik
Mendadak panas tinggi, nyeri kepala/dada (anak besar), batuk, sesak,
takipnea, napas cuping hidung, sianosis, kaku kuduk, distensi perut.
D. Penatalaksanaan.
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita
yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis
antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman
penyebab.
1.
I. Pengkajian keperawatan.
1.
Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia
berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu
daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada
paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
2. Riwayat Keperawatan.
a.
Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
c.
d.
e.
f.
g.
Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
h.
i.
3. Pemeriksaan persistem.
a.
Sistem kardiovaskuler: Takikardi, iritability.
b.
Sistem pernapasan.: Sesak napas, retraksi dada,
melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing,
takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris,
pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup
pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas
dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.
Sistem pencernaan. : Anak malas minum atau makan,
muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe
keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara
pemberian makanan/cairan personde.
d.
Sistem eliminasi. : Anak atau bayi menderita diare, atau
dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare
sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e.
Sistem saraf. : Demam, kejang, sakit kepala yang
ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun
cekung.
f.
Sistem lokomotor/muskuloskeletal. : Tonus otot
menurun, lemah secara umum,
g.
Sistem endokrin. : Tidak ada kelainan.
h.
Sistem integumen. : Turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .
i.
Sistem penginderaan. : Tidak ada kelainan.
4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m dengan
pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan
fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat
menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena
sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman
dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :
Perubahan membran
kapiler alveolar
Hipertermi
Hipersekresi mukus
Dyspnea, malas
minum, berat badan
menurun
Penumpukan mukus
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
TUJUAN
- sekresi trakeabronchial
Ditandai dengan:
DO:
-
Dispnea
Takipnea
Pernafasan cuping hidung
Sianosis
AGD abnormal
2. Gangguan pertukaran
gas (difusi) b/d
pneumonitis sekunder
3.
Perubahan
termoregulasi
hipotermi/hipertermi
b/d masuknya
mikroorganisme dalam
aliran darah
RENCANA TINDAKAN
- Kaji frekwensi dan pola pernafasan
- Auskultasi bagian dada anterior dan
posterior untuk mengetahui penurunan
atau tidak adanya ventilasi
- Lakukan pengisapan jalan nafas
- Berikan rangsang tctil segera bila
terjadi apneu
- Tempatkan bayi pada matras
bergelombang dengan pengaturan
suhu yang tepat
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan fisioterapi sesuai
kebutuhan
- Pemberian oksigen sesuai instruksi
dan indikasi
- Pantau pemeriksaan laborat, AGD
- Pemberian terapi sesuai instruksi
1. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan
padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare
adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan
mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
2. ETIOLOGI
3. PATOFISIOLOGI
faktor infeksi
F malabsorbsi
F makanan
F. Psikologi
KH,Lemak,Protein
kembang dlm
tik
cemas
diserap
usus
Hipersekresi air
dan elektrolit
elektrolit ke rongga
usus
hiperperistaltik
D I AR E
distensi abdomen
integritas kulit
berlebihan
perianal
As. Metabl
sesak
Gang. Oksigensi
mual, muntah
nafsu makan
BB menurun
Gangg. Tumbang
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman
enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7
hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
o Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2
kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua
dan seterusnya.
o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 16 buah
o Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya,
tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal,
bermain).
o Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk
mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada
diri anak.
o Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan
bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
-
1. Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan b/d
dengan diare atau
output berlebihan
dan intake yang
kurang
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi, dengan
kriteria :
2. Perubahan cairan
dan elektrolit b/d
output berlebihan,
ditandai :
O : - Muntah,
sepsis, syok
3. Hipertermi b/d
proses penyakitnya,
ditandai dengan:
DO:
Suhu > 37,2 o C
4. Resiko tinggi
terjadi kerusakan
integritas kulit b/d
imobilisasi dan
aktifitas menurun,
ditandai dengan:
DO:
-Pasien bedrest
- Pasien Diare
Kerusakan integritas
kulit tidak terjadi selama
perawatan, dengan
kriteria:
- Tidak ada tanda-tanda
kulit merah
- Kulit tampak merah
- Kelembaban positif
1.
Pengertian
NEC adalah salah satu penyakit yang dapat mengenai bayi prematur dalam mingguminggu pertama kehidupan. Necrotizing berarti jaringan yang mati, entero merujuk
ke usus halus, colo merujuk kepada usus besar, dan itis berarti peradangan.
NEC melibatkan infeksi dan peradangan yang menyebabkan kerusakan usus atau bagian
dari usus. NEC mengenai satu dari 2.000-4.000 kelahiran atau antara 1-5% kasus di
NICU
(unit
perawatan
intensif
bayi
baru
lahir).
NEC biasa terjadi dalam 2 minggu usia bayi, setelah pemberian susu dimulai. Sekitar
10% bayi berat <1.500 gram mengalami NEC. Bayi prematur memiliki usus yang belum
berfungsi sempurna yang sensitif terhadap perubahan aliran darah dan rentan terhadap
infeksi. Bayi prematur dapat mengalami kesulitan dengan sirkulasi darah, oksigen dan
pencernaan sehingga meningkatkan kemungkinan mengalami NEC.
2.
Penyebab
Penyebab pasti NEC tidak diketahui, tetapi beberapa teori berusaha menjelaskan.
Kemungkinan dipikirkan jaringan usus bayi prematur masih lemah dengan sedikitnya
aliran darah dan oksigen dan saat proses pencernaan dimulai, makanan bergerak
sepanjang usus, bakteri yang normal berada di usus dapat masuk dan merusak dinding
jaringan usus. Kerusakan usus yang terjadi dapat mempengaruhi sedikit bagian dari usus
atau dapat semakin berat dan melibatkan bagian usus lebih luas.
Bayi tidak dapat untuk melanjutkan proses makan (susu) dan tampak sakit bila bakteri
terus menyebar sepanjang dinding usus dan kadangkala masuk ke aliran darah. Dalam
kasus NEC yang berat dapat terjadi lubang di usus (perforasi) yang membuat bakteri
keluar dari usus dan dapat menginfeksi rongga perut. Karena sistem kekebalan tubuh bayi
yang belum matang maka dengan pengobatan yang cepat pun NEC dapat mengakibatkan
komplikasi yang serius. Menurut ahli faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko NEC
adalah pembuatan formula, kecepatan pemberian formula atau belum matangnya
membran mukosa dari usus. Bayi dengan ASI eksklusif juga dapat mengalami NEC tetapi
dengan risiko lebih rendah. Teori lainnya adalah bayi yang mengalami kesulitan dalam
proses kelahiran dengan gangguan suplai darah dan oksigen ke saluran cerna dan NEC
dapat terjadi. Bayi dengan jumlah sel darah merah di atas normal (polycytemia) memiliki
risiko lebih tinggi untuk terkena NEC. Sel darah merah yang terlalu banyak menyebabkan
darah mengental dan mengurangi suplai oksigen ke usus
3.
4.
puasa
Selang hidung-lambung untuk mengeluarkan udara dan cairan dari usus dan lambung
Ukuran lingkar perut bayi diperiksa dan diperhatikan seksama, pemeriksaan darah berkala
juga dilakuka untuk menentukan ada atau tidak bakteri. Tinja diperiksa untuk
menentukan ada darah atau tidak. Jika perut membesar dan mengganggu proses
pernapasan maka oksigen tambahan atau alat bantuan pernapasan (ventilator) dapat
digunakan.
Jika bayi memberikan respon perbaikan maka bayi dapat kembali diberikan makanan
(susu) dalam 72 jam, meskipun dalam banyak kasus pemberian makan ditunda dan
antibiotik diberikan untuk7-10 hari. Jika terdapat lubang pada usus (perforasi) maka
pembedahan dilakukan.
Sebagian besar bayi yang mengalami NEC dapat pulih dan tidak mengalami gangguan
dalam pencernaan. Pada beberapa kasus, jaringan parut dan penyempitan usus dapat
terjadi dan menyebabkan komplikasi. Masalah lain dapat berupa gangguan penyerapan
zat makanan, hal ini sering terjadi pada bayi yang mengalami pembedahan karena NEC
dan ada bagian usus yang dipotong.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan b/d
gangguan pada
usus
2. Perubahan cairan
dan elektrolit b/d
output berlebihan,
ditandai :
O : - Muntah, diare,
sepsis, syok
3. Hipertermi b/d
TUJUAN
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi, dengan
kriteria :
- Diit sesuai kebutuhan
- BB naik/stabil
Cairan dan elektrolit
terpenuhi
RENCANA TINDAKAN
-
proses penyakitnya,
ditandai dengan:
DO:
37,2 o C )
-
4. Resiko tinggi
terjadi kerusakan
integritas kulit b/d
imobilisasi dan
aktifitas menurun,
ditandai dengan:
DO:
-Pasien bedrest
Kerusakan integritas
kulit tidak terjadi selama
perawatan, dengan
kriteria:
- Tidak ada tanda-tanda
kulit merah
- Kulit tampak merah
- Kelembaban positif