Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
CASE PERSENTATION
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OKTOBER 2014
NODUL THYROID
OLEH:
Agus Riansyah C111 10 335
PEMBIMBING :
dr. Fikhi Anggara Melbana
PEMBIMBING SUPERVISOR :
dr.Haryasena, Sp.B(K) Onk
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa
Nama
: Agus Riansyah
S t a m b u k : C111 10 335
Judul Kasus
: Nodul Thyroid
Universitas
: Universitas Hasanuddin
Mengetahui,
SUPERVISOR,
PEMBIMBING,
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Status
: Tn. LS
: 45 tahun
: Laki-laki
: Islam
: PNS
: Jayapura Utara
: Menikah
MRS
: 5 September 2014
Rekam Medis
: 67-74-60
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan di leher.
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya disadari benjolan sebesar kelereng
perlahan-lahan semakin membesar seperti bola tenis dalam 1 tahun terakhir.
Riwayat benjolan hilang timbul tidak ada. Nyeri tidak ada. Perubahan
suara tidak ada. Nyeri saat menelan tidak ada. Riwayat batuk tidak ada.
Riwayat jantung berdebar-debar tidak ada. Riwayat demam tidak ada.
Sesak tidak ada.
Kesan sakit
: Sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital:
Nadi
: 78 x/menit
Pernapasan
: 20 x /menit
Suhu
: 36,5 o C
Status Generalis
Kepala :
o Rambut
: Hitam, tidak mudah rontok.
o Mata
: Eksoftalmus (-)
Letak
: Simetris
Pergerakan
: Dalam batas normal
Palpebrae
: Edema (-)
Kornea
: Jernih
Pupil
: Bulat, isokor
Sklera
: Tidak ikterik
Konjunctiva
: Tidak anemis
o Telinga
: Simetris, tidak terdapat serumen
o Hidung
: Pernafasan cuping hidung : (-)
o Bibir
: Sianosis (-)
o Mulut
: Gusi tidak hiperemis
Lidah bersih
Tonsil T1/T1, tenang
Faring tidak hiperemis
Leher
:
Inspeksi
Palpasi
JVP
: Tidak meningkat
KGB
Thoraks :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
:
Paru kanan
: Sonor
Paru kiri
: Sonor
BPH
: ICS V kanan
Jantung
:
o batas atas : ICS III LMCS
o batas kiri : ICS V LMCS
o batas kanan: ICS V LPD
:
Paru-paru
Jantung
Abdomen :
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Status Lokalis
Regio colli sinistra
I : Tampak benjolan seperti bola tenis, ikut gerak menelan, warna kulit
sama dengan sekitar. Tidak tampak hematom, tidak tampak udem.
P : Teraba massa tumor soliter 1 nodul, ukuran 7x7 cm. Konsistensi padat
kenyal, permukaan rata, batas tegas, tidak ada nyeri tekan, mobile.
: 16,4 g/dl
(N : 14-18 g/dl)
Ht
: 49,3 vol%
(N : 37-47 vol%)
Leukosit
: 7200 mm
(N : 5000-10000/mm)
Eritrosit
: 5590 mm
(N : 4500-6500/ mm)
Trombosit
: 2000 mm
(N : 200000-500000/mm)
LED
: 5 mm/jam
(N : <10 mm/jam)
: 28 U/L
(N : < 38 U/L)
SGPT
: 49 U/L
(N : < 41 U/L)
Ureum
: 20 mg/dL
(N : 15-39 mg/dL)
Creatinin
: 1,2 mg/dL
(N : 0,9-1,3 mg/dL)
Cl
: 101 mmol/L
Na
: 144 mmol/L
(N : 135-155 mmol/L)
: 3,9 mmol/L
(N : 3,5-5,5 mmol/L)
Pemeriksaan Seroimunologi
T4
: 1 ng/dL
TSHs
: 0,21 mIU/mlL
Pemeriksaan Radiologis
Tiroiditis
Karsinoma Tiroid
F. DIAGNOSIS KERJA
Struma Nodusa Non Toksik
G. PENATALAKSANAAN
Rencana Isthmulobectomy.
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TIROID
Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri dari 2 lobus yang
dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Setiap lobus tiroid
berukuran panjang 2,5-4 cm, lebar 1,5-2 cm dan tebal 1-1,5 cm. Berat kelenjar
tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan asupan yodium. Pada orang dewasa berat
normalnya antara 10-20 gram.
Pada sisi posterior melekat erat pada fasia pratrakea dan laring melalui
kapsul fibrosa, sehingga akan ikut bergerak kea rah cranial sewaktu menelan.
Pada sebelah anterior kelenjar tiroid menempel otot pretrakealis (m.
sternotiroid dan m. sternohioid) kanan dan kiri yang bertemu pada midline. Pada
sebelah yang lebih superficial dan sedikit lateral ditutupi oleh fasia kolli profunda
dan superfisialis yang membungkus m. sternokleidomastoideus dan vena jugularis
eksterna. Sisi lateral berbatasan dengan a. karotis komunis, v. jugularis interna,
trunkus simpatikus dan arteri tiroidea inferior. Posterior dari sisi medialnya
terdapat kelenjar paratiroid, n. laringeus rekuren dan esophagus. Esofagus terletak
di belakang trakea dan laring, sedangkan n.laringeus rekuren terletak pada sulkus
trakeoesofagikus.
Vaskularisasi kelenjar tiroid termasuk amat baik. A.tiroidea superior
berasal dari a.karotis kommunis atau a.karotis eksterna, a.tiroidea inferior dari
a.subklavia, dan a.tiroidea ima berasala dari a.brakhiosefalik salah sau cabang
arkus aorta
Aliran darah dalam kelenjar tiroid berkisar 4-6 ml/gram/menit, kira-kira 50
kali lebih banyak dibanding aliran darah di bagian tubuh lainnya. Pada keadaan
hipertiroidisme, aliran darah ini akan meningkat sehingga dengan stetoskop
terdengar bising aliran darah dengan jelas di ujung bawah kelenjar.
Setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler dan limfatik,
sedangkan system venanya berasal dari pleksus parafolikuler yang menyatu di
permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior.
Secara anatomis dari dua pasang kelenjar paratiroid, sepasang kelenjar
paratiroid menempel di belakang lobus superior tiroid dan sepasang lagi di lobus
medius.
Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan
pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini ke arah nodus pralaring yang tepat
berada di atas ismus menuju ke kelenjar getah bening brakiosefalik dan sebagian
ada yang langsung ke duktus torasikus. Hubungan getah bening ini penting untuk
menduga penyebaran keganasan yang berasal dari kelenjar tiroid.
TBG)
atau
prealbumin
pengikat
tiroksin
(thyroxine
binding
prealbumine, TBPA).
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh suatu hormon stimulator tiroid
(thyroid stimulating hormone, TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar
hipofisis. Kelenjar hipofisis secara langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya
oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai negative
iodotironil,
yaitu
perangkaian
dua
molekul
DIT
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada struma nodosa tidak
diketahui, namun sebagian besar penderita menunjukkan gejala-gejala tiroiditis
ringan; oleh karena itu, diduga tiroiditis ini menyebabkan hipotiroidisme ringan,
yang selanjutnya menyebabkan peningkatan sekresi TSH (thyroid stimulating
hormone) dan pertumbuhan yang progresif dari bagian kelenjar yang tidak
meradang. Keadaan inilah yang dapat menjelaskan mengapa kelenjar ini biasanya
nodular, dengan beberapa bagian kelenjar tumbuh namun bagian yang lain rusak
akibat tiroiditis.
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid
merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
a. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di
daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium,
misalnya daerah pegunungan.
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon
tyroid.
a. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi
dalam kol, lobak, kacang kedelai).
b. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya :
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).
c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.
Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuhan, puberitas, menstruasi,
kehamilan, laktasi, menopause, infeksi dan stress lainnya. Dimana menimbulkan
nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan arseitektur yang dapat bekelanjutan
dengan berkurangnya aliran darah didaerah tersebut.
Akhirnya, ada beberapa makanan yang mengandung substansi goitrogenik
yakni makanan yang mengandung sejenis propiltiourasil yang mempunyai
aktifitas antitiroid sehingga juga menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid akibat
rangsangan TSH. Beberapa bahan goitrogenik ditemukan pada beberapa varietas
lobak dan kubis.
C.
PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid..
Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul
tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul
diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3).
Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi
Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan
keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid
sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik
negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini
menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
D.
GAMBARAN KLINIS
Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat.
Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma
cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada
respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.
Pasien
tidak
mempunyai
keluhan
karena
tidak
ada
hipo
atau
E.
KLASIFIKASI
Adenoma
Adenoma
Karsinoma
Kista
Lain-lain
Papiler
(75 Kista sederhana Inflamasi tiroid
makrofolikuler
persen)
(koloid sederhana)
Adenoma
Folikuler
mikrofolikuler
persen)
(fetal)
Adenoma
(symple cyst)
(10 Tumor
Tiroiditis subakut
kistik/padat
(perdarahan,
Meduler
nekrotik)
(5-10 Nodul kolloid
Tiroiditis
embrional
persen)
(trabekular)
Adenoma
hurthle
sel Anaplastik
limfositik khronik
(5 Nodul
(oksifilik, persen)
onkositik)
Adenoma atipik
pada
dominan Penyakit
strauma granulomatosa
multinodosa
Lain-lain
limpoma tiroid (5
Gangguan
pertumbuhan
pesen)
Adenoma
dengan
Dermatoid
papilla
Signet-ring
Agenesis
adenoma
tiroid
lobus
unilateral
(jarang)
Tabel 5. Klasifikasi nodul thyroid berdasarkan etiologinya
Obat:
Propylthiouracil,
litium,
phenylbutazone,
n) Keganasan Tiroid
3. Struma Toksik Nodusa
Etiologi :
a) Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4
b) Aktivasi reseptor TSH
c) Mutasi somatik reseptor TSH dan Protein G
d) Mediator-mediator pertumbuhan termasuk : Endothelin-1 (ET-1),
insulin like growth factor-1, epidermal growth factor, dan
fibroblast growth factor.
4. Struma Toksik Diffusa
Yang termasuk dalam struma toksik difusa adalah grave desease, yang
merupakan penyakit autoimun yang masih belum diketahui penyebab
pastinya.
F.
DIAGNOSIS
Diagnosis struma nodosa non toksik ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, penilaian resiko keganasan, dan pemeriksaan penunjang.
Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami keluhan karena tidak
ada hipo- atau hipertiroidisme. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda
dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena pertumbuhannya
berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di
leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan
strumanya tanpa keluhan.
Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernafasan karena
menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea bila
pembesarannya
bilateral.
Struma
nodosa
unilateral
dapat
menyebabkan
mengakibatkan
gangguan
pernafasan.
Penyempitan
yang
berarti
sternokleidomastoidea
g. pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid: ada atau tidak.
Inspeksi : leher dibatasi di cranial oleh tepi rahang bawah, di kaudal oleh
kedua tulang selangka dan tepi cranial sternum, di lateral oleh pinggir depan m.
trapezius kiri dan kanan. Kedua m.sternocleidomastoideus selalu jelas terlihat, dan
pada garis tengah dari cranial ke kaudal terdapat tulang hyoid serta kartilago
tiroid, krikoid, dan trakea.
Palpasi : palpasi dapat dilakukan pada pasien dalam sikap duduk atau
berbaring, dengan kepala dalam sikap fleksi ringan supaya regangan otot pita
leher tidak mengganggu palpasi. Pada sikap duduk dilakukan pemeriksaan dari
belakang penderita maupun dari depan. Sedangkan pada sikap berbaring
digunakan bantal tipis di bawah kepala. Tulang hyoid, kartilago tiroid dan krikoid
sampai cincin kedua trakaea biasanya mudah diraba di garis tengah. Cincin trakea
yang lebih kaudal makin sukar diraba karena trakea mengarah ke dorsal. Pada
gerakan menelan, seluruh trakea bergerak naik turun. Satu-satunya struktur lain
yang turut dengan gerakan ini adalah kelenjar tiroid atau sesuatu yang berasal dari
kelenjar tiroid.
Sekitar 5% struma nodosa mengalami keganasan. Di klinik perlu dibedakan
nodul tiroid jinak dan nodul ganas yang memiliki karakteristik:
1
Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan
sukar digerakkan, walaupun nodul ganas dapat mengalami degenerasi
ganas, tetapi nodul multipel dapat ditemukan 40% pada keganasan tiroid.
Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurgai ganas
terutama yang tidak disertai nyeri. Atau nodul lama yang tiba-tiba
membesar progresif.
karena
desakan
pembesaran
nodul
(Berrys
sign).
Angka
+1
+2
Gejala objektif
Ada
Tiroid teraba
+3
Bruit
diatas +2
+2
-5
+5
+3
+2
+1
-1
systole
Eksoftalmus
Lid retraksi
Lid lag
Hiperkinesis
Tangan panas
Nadi
<80x/m
Tidak
-3
-2
+2
+2
+1
+4
+2
-2
-2
-3
Nafsu makan
Nafsu makan
BB
BB
Fibrilasi atrium
Jumlah
+3
-3
-3
+3
+3
80-90x/m
>90x/m
< 11 eutiroid
+3
11-18 normal
> 19 hipertiroid
Pemeriksaan
untuk
mengukur
fungsi
tiroid
gangguan
tiroid.
pembesaran tiroid.
Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan
Pemeriksaan
tiroid
dengan
menggunakan
radio-isotop
dengan
Jinak (negatif)
Tiroid normal
Nodul koloid
Kista
Tiroiditis subakut
Tiroiditis Hashimoto
Curiga (indeterminate)
Neoplasma sel folikuler
Neoplasma Hurthle
Temuan kecurigaan keganasan tai tidak pasti
Ganas (positif)
Karsinoma tiroid papiler
Karsinoma tiroid meduler
Karsinoma tiroid anaplastik.5
G. PENATALAKSANAAN
Pilihan terapi nodul tiroid:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
b struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit sistemik yang lain yang
c
belum terkontrol
struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit digerakkan
yang biasanya karena karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya
sering dari tipe anaplastik yang jelek prognosanya. Perlekatan pada trakea
ataupun laring dapat sekaligus dilakukan reseksi trakea atau laringektomi,
tetapi perlekatan dengan jaringan lunak leher yang luas sulit dilakukan
dengan
tindakan
debulking
dan
radiasi
eksterna
atau
khemoradioterapi.
Bila nodul tiroid suspek maligna tersebut operabel dilakukan tindakan
isthmolobektomi dan pemeriksaan potong beku (VC ).
Ada 5 kemungkinan hasil yang didapat :
1
Lesi jinak.
Maka tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi
Karsinoma papilare.
Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan klasifikasi
AMES.
observasi.
b
Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
3 Karsinoma folikulare.
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
Karsinoma medulare.
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
Karsinoma anaplastik.
a Bila memungkinkan dilakukan tindakan tiroidektomi total.
b Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan tindakan debulking
dilanjutkan dengan radiasi eksterna atau khemoradioterapi.
Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan FNAB
( Biopsi Jarum Halus ). Ada 2 kelompok hasil yang mungkin didapat yaitu :
1
bertambah
besar
sebaiknya
dilakukan
tindakan
Suspek Benigna
Operabel
FNAB
Biopsi Insisi
Lesi jinak
Isthmolobektomi
VC
Suspek maligna
Benigna
Folikulare pattern
Hurthle cell
Papilare
Folikulare
Medulare
Anaplastik
Supresi TSH
6 bulan
Risiko
Rendah
Risiko
Tinggi
Membesar
Tidak ada
Perubahan
Mengecil
Debulking
Observasi
Tiroidektomi total
Radiasi eksterna/
Khemotherapi
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah perubahan kearah keganasan ( Ca tiroid )