Vous êtes sur la page 1sur 21

ASKEP JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN (PK)

PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

1. Pengertian Perilaku Kekerasan


`Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal
tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
(Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).
2. Tanda dan Gejala :
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang
3. Penyebab perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak
mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan
merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
Tanda dan gejala :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)
4. Akibat dari Perilaku kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain
dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :

Memperlihatkan permusuhan

Mendekati orang lain dengan ancaman

Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai

Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan

Mempunyai rencana untuk melukai

ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN

1.Pengkajian
a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat
marah bertambah.
b, Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan
dan menuntut.

c. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran
panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah
dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien
marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.

d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah
sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan
dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat

mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti
aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal
yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2.Diagnosa Keperawatan
1.Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/
amuk.
a. Data subjektif

Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin
membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

b. Data objektif

Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan


pada orang-orang disekitarnya.

2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
a. Data Subjektif :

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

b. Data Objektif

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang barang.

3. Intervensi Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/
amuk
Tujuan Umum :

Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya

Tujuan Khusus :

. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
5. Beri rasa aman dan sikap empati.
6. Lakukan kontak singkat tapi sering.
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan :
1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang

b.Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan


Tindakan :
1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
c. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai
d.Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
e. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
1. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
2. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur
atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung.

Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara cara marah yang sehat, latihan asertif,
latihan manajemen perilaku kekerasan.

Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.

f.Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.


Tindakan:
1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
g. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan :
1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan
keluarga selama ini.
2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
3. Jelaskan cara cara merawat klien
h. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
1. Jelaskan jenis jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
4. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan.
6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Tujuan Umum :

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

b. Tujuan khusus :

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Tindakan :

Bina hubungan saling percaya,

Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.

Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.

Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


Tindakan :

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif

Utamakan memberi pujian yang realistis.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


Tindakan :

Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit

Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

4. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.


Tindakan :

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan (
mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya


Tindakan :

Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

Beri pujian atas keberhasilan klien.

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


Tindakan :

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah.

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995

2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

Diposkan oleh Kadek Wahyu Adi Putra di 19:44


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: ASKEP
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Search

Lencana Facebook

E-Mank Apologize

Buat Lencana Anda

Mengenai Saya

Kadek Wahyu Adi Putra


Lihat profil lengkapku

Kunjungan
53494

DAFTAR ISI
1. Pathway Hipertensi
2. Pathway GGK (Gagal Ginjak Kronik)
3. Pathway Hilangnya Fungsi Nofron
4. Pathway Hematemesis Melena
5. Pathway Flu Burung
6. Pathway Emfisema
7. Pathway Decompensasi Cordis
8. Pathway BPH
9. Pathway Atresia Biliaris

10. Pathway Tetralogi Fallot


11. Pathway Combustio
12. Pathway Bronkopneumonia
13. Pathway Appendicitis
14. Pathway Kejang Demam
15. PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM
16. ASKEP ULKUS DEKUBITUS
17. ASKEP VARICELLA
18. ASKEP SINDROM STEVENS JOHNSON
19. ASKEP PIELONEFRITIS
20. ASKEP STRUMA
21. ASKEP HEMOROID
22. ASKEP GAGAL GINJAL KRONIS (GGK)
23. ASKEP THALASEMIA
24. ASKEP URETRO CISTITIS
25. ASKEP ULKUS KORNEA
26. ASKEP TUMOR OTAK
27. ASKEP SH
28. ASKEP PARKINSON
29. ASKEP OSTEOMIELITIS
30. ASKEP FIBROSIS KISTIK
31. ASKEP EFUSI PLEURA
32. ASKEP OSTEOPOROSIS
33. ASKEP MULTIPEL SKLEROSIS
34. ASKEP TRAKSI
35. ASKEP LIMFOMA NON HODGKIN (LNH)
36. ASKEP JIWA ADHD

37. ASKEP HIV / AIDS


38. ASKEP HERNIA
39. ASKEP GOUT
40. ASKEP ATRESIA ESOFAGUS
41. ASKEP ULKUS PEPTIKUM
42. TRAUMA MEDULA SPINALIS
43. TRAUMA KEPALA
44. ASKEP TETANUS
45. ASKEP STRAUMA
46. ASKEP STROKE
47. ASKEP KOARKTASIO AORTA
48. ASKEP STENOSIS PULMONAL
49. ASKEP SIROSIS HEPATIS
50. ASKEP SINDROM NEFROTIK
51. ASKEP SCABIES
52. ASKEP POST OP KOLOSTOMI
53. ASKEP POLIOMILITIS
54. ASKEP PREOPERATIF
55. ASKEP LABIOPALATOSKIZIS
56. ASKEP AMI / IMA
57. ASKEP DERMATITIS
58. ASKEP IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA (ITP)
59. ASKEP HISPRUNG
60. ASKEP HIPERTIROIDISME
61. ASKEP HEMOFILIA
62. ASKEP GLOMERULONEFRITIS
63. ASKEP DECOMPENSASI CORDIS

64. ASKEP CA MAMAE


65. ASKEP ATRESIA BILIARIS
66. ASKEP ANGINA PECTORIS
67. ASKEP ANEMIA
68. ASKEP ANEMIA SEL SABIT
69. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
70. MANUVER LEOPOLD (PEMERIKSAAN LEOPOLD)
71. RUMUS TAKSIRAN PERSALINAN
72. ASKEP IBU BERSALIN KALA III
73. ASKEP SECTIO CAESARIA DENGAN PANGGUL SEMPIT
74. ASKEP NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
75. ASKEP MOLA HIDATIDOSA (HAMIL ANGGUR)
76. ASKEP IBU HAMIL DENGAN DM
77. MODEL - MODEL KONSEPTUAL DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS
78. FORMAT TABULASI DATA AKPER
79. TEORI KEPERAWATAN ROGER'S
80. STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN
81. ASKEP JIWA HALUSINASI PENDENGARAN
82. PERINSIP DAN TEHNIK PENGKAJIAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
MASALAH PSIKOSOSIAL SPIRITUAL PADA KLIEN PENYAKIT TERMINAL DAN
PENYAKIT KERITIS
83. ASKEP JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN (PK)
84. TERAPI PSIKORELIGIUS
85. TANDA GEJALA GANGGUAN JIWA
86. RISET KEPERAWATAN
87. PRINSIP KOMUNIKASI
88. ASKEP JIWA HARGA DIRI RENDAH (HDR)
89. ASKEP PADA KLIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL SPIRITUAL : KRISIS

90. ASKEP KONJUNGTIVITIS


91. ASKEP GLUKOMA
92. ASKEP CANCER COLON
93. ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
94. KTI ASFIKSIA NEONATORUM
95. ASKEP FRAKTUR
96. KUMPULAN SAP DAN LEAFLET
97. ASKEP TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
98. ASKEP TRAUMA MEDULA SPINALIS
99. ASKEP KOLIK ABDOMEN
100.

ASKEP DIABETES MELITUS

101.

Askep Anemia Pada Anak

102.

ASKEP NEUROBLASTOMA

103.

ASKEP TETANUS

104.

Askep Appendiksitis

105.

ASKEP ABORTUS

106.

Askep Pneumonia

107.

Askep Ikterus (Hiperbilirubin) Pada Anak

108.

Askep Anak Dengan Kejang Demam Semenara

109.

Askep GE Pada Anak

110.

Askep Sindroma Hiperaktivitas

111.

Komunikasi Terapeutik

112.

Anatomi, Fisiologi Dan Reproduksi Sel

113.

HERNIA DIAFRAGMATIKA

114.

STERILISASI

115.

Anatomi Sistem Pernafasan

116.

ASKEP GADAR DENGAN CIDERA KEPALA

117.

Pathways typoid

118.

Tanda dan Gejala Klinis Infeksi

119.
120.

Askep thypoid

121.

HALUSINASI PERSEPTUAL

122.

KELAINAN HEMATOLOGI

123.

PROPOSAL DIARE

124.

TEORI KEPERAWATAN CALISTA ROY

125.

PROPOSAL TYPOID

126.

PEMERIKSAAN GANGGUAN FUNGSI MOTORIK

127.

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

128.

ASKEP GADAR HENTI JANTUNG

129.
130.
131.

ASKEP GADAR VENTILASI MEKANIK

132.

pathway tonsilitis

133.

pathway tonsilitis

134.

KEBUTUHAN NUTRISI UNTUK DEWASA

135.

FAKTOR ELIMINASI URINE

136.

KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

137.

SISTEM PERKEMIHAN

138.

ANFIS SISTEM PERKEMIHAN

139.

PROSES SISTEM RESPIRASI

140.

MAKALAH MEMELIHARA RAMBUT

141.
MACAM DAN JENIS GARAM MINERAL YANG DUBUTUHKAN TUBUH
MANUSIA
142.

PENGERTIAN DAN JENIS VITAMIN

143.

HORMON PADA MANUSIA

144.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

145.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

146.

ASKEP OTITIS MEDIA

147.

ASKEP PERFORASI MEMBRAN THYMPANI

148.

ASKEP TONSILITIS

149.

ASKEP EMPIEMA

150.

ASKEP LIMFOMA HODGKIN

151.

Arsip Blog

2012 (120)
o Oktober (89)

Pathway Hipertensi

Pathway GGK (Gagal Ginjak Kronik)

Pathway Hilangnya Fungsi Nofron

Pathway Hematemesis Melena

Pathway Flu Burung

Pathway Emfisema

Pathway Decompensasi Cordis

Pathway BPH

Pathway Atresia Biliaris

Pathway Tetralogi Fallot

Pathway Combustio

Pathway Bronkopneumonia

Pathway Appendicitis

Pathway Kejang Demam

PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM

ASKEP ULKUS DEKUBITUS

ASKEP VARICELLA

ASKEP SINDROM STEVENS JOHNSON

ASKEP PIELONEFRITIS

ASKEP STRUMA

ASKEP HEMOROID

ASKEP GAGAL GINJAL KRONIS (GGK)

ASKEP THALASEMIA

ASKEP URETRO CISTITIS

ASKEP ULKUS KORNEA

ASKEP TUMOR OTAK

ASKEP SH

ASKEP PARKINSON

ASKEP OSTEOMIELITIS

ASKEP FIBROSIS KISTIK

ASKEP EFUSI PLEURA

ASKEP OSTEOPOROSIS

ASKEP MULTIPEL SKLEROSIS

ASKEP TRAKSI

ASKEP LIMFOMA NON HODGKIN (LNH)

ASKEP JIWA ADHD

ASKEP HIV / AIDS

ASKEP HERNIA

ASKEP GOUT

ASKEP ATRESIA ESOFAGUS

ASKEP ULKUS PEPTIKUM

TRAUMA MEDULA SPINALIS

TRAUMA KEPALA

ASKEP TETANUS

ASKEP STRAUMA

ASKEP STROKE

ASKEP KOARKTASIO AORTA

ASKEP STENOSIS PULMONAL

ASKEP SIROSIS HEPATIS

ASKEP SINDROM NEFROTIK

ASKEP SCABIES

ASKEP POST OP KOLOSTOMI

ASKEP POLIOMILITIS

ASKEP PREOPERATIF

ASKEP LABIOPALATOSKIZIS

ASKEP AMI / IMA

ASKEP DERMATITIS

ASKEP IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA (ITP)

ASKEP HISPRUNG

ASKEP HIPERTIROIDISME

ASKEP HEMOFILIA

ASKEP GLOMERULONEFRITIS

ASKEP DECOMPENSASI CORDIS

ASKEP CA MAMAE

ASKEP ATRESIA BILIARIS

ASKEP ANGINA PECTORIS

ASKEP ANEMIA

ASKEP ANEMIA SEL SABIT

PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI

MANUVER LEOPOLD (PEMERIKSAAN LEOPOLD)

RUMUS TAKSIRAN PERSALINAN

ASKEP IBU BERSALIN KALA III

ASKEP SECTIO CAESARIA DENGAN PANGGUL SEMPIT

ASKEP NIFAS DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM

ASKEP MOLA HIDATIDOSA (HAMIL ANGGUR)

ASKEP IBU HAMIL DENGAN DM

MODEL - MODEL KONSEPTUAL DALAM KEPERAWATAN


KOMUNIT...

FORMAT TABULASI DATA AKPER

TEORI KEPERAWATAN ROGER'S

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN

ASKEP JIWA HALUSINASI PENDENGARAN

PERINSIP DAN TEHNIK PENGKAJIAN KEPERAWATAN PASIEN ...

ASKEP JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN (PK)

TERAPI PSIKORELIGIUS

TANDA GEJALA GANGGUAN JIWA

RISET KEPERAWATAN

PRINSIP KOMUNIKASI

ASKEP JIWA HARGA DIRI RENDAH (HDR)

ASKEP PADA KLIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL SPIRIT...

September (4)

Mei (2)

April (5)

Maret (20)

2011 (11)

2010 (19)

iklan gratis
.:[Close][Klik 2x]:.

XxX

Pengikut

Vous aimerez peut-être aussi