Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan
merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
Tanda dan gejala :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)
4. Akibat dari Perilaku kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain
dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
Memperlihatkan permusuhan
1.Pengkajian
a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat
marah bertambah.
b, Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan
dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran
panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah
dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien
marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah
sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan
dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti
aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal
yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2.Diagnosa Keperawatan
1.Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/
amuk.
a. Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin
membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
b. Data objektif
2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
a. Data Subjektif :
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.
b. Data Objektif
3. Intervensi Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/
amuk
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
5. Beri rasa aman dan sikap empati.
6. Lakukan kontak singkat tapi sering.
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan :
1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang
Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur
atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung.
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara cara marah yang sehat, latihan asertif,
latihan manajemen perilaku kekerasan.
Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan.
6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Tujuan Umum :
b. Tujuan khusus :
Tindakan :
Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan (
mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Search
Lencana Facebook
E-Mank Apologize
Mengenai Saya
Kunjungan
53494
DAFTAR ISI
1. Pathway Hipertensi
2. Pathway GGK (Gagal Ginjak Kronik)
3. Pathway Hilangnya Fungsi Nofron
4. Pathway Hematemesis Melena
5. Pathway Flu Burung
6. Pathway Emfisema
7. Pathway Decompensasi Cordis
8. Pathway BPH
9. Pathway Atresia Biliaris
101.
102.
ASKEP NEUROBLASTOMA
103.
ASKEP TETANUS
104.
Askep Appendiksitis
105.
ASKEP ABORTUS
106.
Askep Pneumonia
107.
108.
109.
110.
111.
Komunikasi Terapeutik
112.
113.
HERNIA DIAFRAGMATIKA
114.
STERILISASI
115.
116.
117.
Pathways typoid
118.
119.
120.
Askep thypoid
121.
HALUSINASI PERSEPTUAL
122.
KELAINAN HEMATOLOGI
123.
PROPOSAL DIARE
124.
125.
PROPOSAL TYPOID
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
pathway tonsilitis
133.
pathway tonsilitis
134.
135.
136.
137.
SISTEM PERKEMIHAN
138.
139.
140.
141.
MACAM DAN JENIS GARAM MINERAL YANG DUBUTUHKAN TUBUH
MANUSIA
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
ASKEP TONSILITIS
149.
ASKEP EMPIEMA
150.
151.
Arsip Blog
2012 (120)
o Oktober (89)
Pathway Hipertensi
Pathway Emfisema
Pathway BPH
Pathway Combustio
Pathway Bronkopneumonia
Pathway Appendicitis
ASKEP VARICELLA
ASKEP PIELONEFRITIS
ASKEP STRUMA
ASKEP HEMOROID
ASKEP THALASEMIA
ASKEP SH
ASKEP PARKINSON
ASKEP OSTEOMIELITIS
ASKEP OSTEOPOROSIS
ASKEP TRAKSI
ASKEP HERNIA
ASKEP GOUT
TRAUMA KEPALA
ASKEP TETANUS
ASKEP STRAUMA
ASKEP STROKE
ASKEP SCABIES
ASKEP POLIOMILITIS
ASKEP PREOPERATIF
ASKEP LABIOPALATOSKIZIS
ASKEP DERMATITIS
ASKEP HISPRUNG
ASKEP HIPERTIROIDISME
ASKEP HEMOFILIA
ASKEP GLOMERULONEFRITIS
ASKEP CA MAMAE
ASKEP ANEMIA
PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
TERAPI PSIKORELIGIUS
RISET KEPERAWATAN
PRINSIP KOMUNIKASI
September (4)
Mei (2)
April (5)
Maret (20)
2011 (11)
2010 (19)
iklan gratis
.:[Close][Klik 2x]:.
XxX
Pengikut