Vous êtes sur la page 1sur 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D DENGAN POST
PARTUM NORMAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DELANGGU KLATEN

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat mendapat gelar
Ahli Madya Keperawatan

Disusun oleh : LINDA


RAHMAWATI
J.200.070.022

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010

ii

iii

HALAMAN MOTTO

Menghendaki sessuatu hanya karena ada jalan lain adalah tindakan seseorang
hamba menghendaki sesuatu hanya karena tiada kesulitan adalah cara bertindak
hewani. Menghadapi sesuatu biar pun ada kesulitan adalah tindakan manusia
berakal budi, sedangkan menghendaki sesuatu walaupun ada kesulitan karena
cita-cita luhur merupakan tindakan kepahlawanan.
(Narisco Irala)

Masalah akan datang cepat atau lambat, jika masalah datang sambut dengan
sebaik mugkin, semakin ramah anda menyapanya semakin cepat dia akan pergi.
(Artemusward)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati ku persembahan karya tulis ini untuk :


1. Kepada Bapak dan Ibu ku tercinta yang telah banyak memberikan doa
restu nya, dukungan dan semangat baik moral maupun spiritual, kasih
sayang dengan ikhlas, tulus dan tak pernah henti.
2. Kepada kakak-kakak ku Budi daryono, Asih Yuliana dan Yulianto yang
telah banyak memberikan doa dan dukungannya.
3. Keluarga besar semua yang telah banyak memberikan doa dan dukungan
sehingga dapat menyelesaikan sekolah sampai tingkat kuliah.
4. Kepada semua dosen UMS yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan.
5. Kepada Ardiyan Susarno yang selama ini selalu disamping saya dan
selalu memberikan doa, dukungan, motivasi dan semangat yang tiada
henti kepada saya.
6. Kepada teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu baik
teman satu jurusan maupun teman bermain yang telah banyak
memberikan doa dan dukungannya kepada saya.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji syukur pada Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan nikmat-Nya serta selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.
Dengan kekuatan dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN
POST PARTUM NORMAL DI KELURAHAN WONOSARI.
Dalam laporan ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Prof. Dr. Bambang Setia Aji selaku Rector Universitas Muhammadiyah


Surakarta

2.

Arif Widodo, A.Kep., M. Kes selaku Dekan FIK

3.

Winarsih Nur Ambarwati, S.Kep, Ns, ETN, M.Kep selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan dan dosen pembimbing.

4.

Arina Maliya, A.Kep., Msi.Med selaku Sekjur Keperawatan.

5.

Sri Rahayu, S.Kep., Ns selaku koordinat KTI dan selaku dewan penguji KTI.

6.

Sulastri, SKp. M. Kes selaku dewan penguji KTI.

7.

Segenap dosen keperawatan yang telah memberikan ilmu kepada kami.

8. Bapak dan Ibu, kakak-kakak ku serta keluarga besar ku yang telah banyak
memberikan doa dukungan yang tiada henti kepadaku.
Atas bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan banyak
terimakasih, semoga mendapatkan ridho dan balasan dari Allah SWT dan semoga
karya sederhana ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surakarta, 04 Agustus 2010
vi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .

HALAMAN PERSETUJUAN ...

ii

HALAMAN PENGESAHAN ...

iii

HALAMAN MOTTO ....

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ..

KATA PENGANTAR

vi

DAFTAR ISI ...

vii

BAB I PENDAHULUAN .

A. Latar belakang masalah ....

B. Identifikasi malasah ..

C. Tujuan penulisan

D. Manfaat

BAB II TINJAUAN TEORI ...

A. Pengertian ... 5
B. Etiologi ... 6
C. Manifestasi klinis ...

D. Komplikasi ....

E. Pemeriksaan penunjang .

10

F. Adaptasi fisiologis dan psikologis post partum .

10

G. Diagnose keperawatan dan intervensi 15


H. Pathway
BAB III RESUME KEPERAWATAN .
A. Pengkajian umum pasien ...

vii

19
20
20

B. Data focus .

25

C. Analisa data pasien ....

25

D. Prioritas masalah .

26

E. Rencana keperawatan

26

F. Implementasi keperawatan

28

G. Evaluasi .

29

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

30

BAB V PENUTUP ..

41

A.

Kesimpulan .. 41

B.

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA ..

43

LAMPIRAN-LAMPIRAN .

45

viii

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Pembangunan

kesehatan

pada

hakekatnya

merupakan

upaya

penyelenggaraan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi


setiap penduduk untuk dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal, yaitu sempurnanya kesehatan fisik dan mental. Pembangunan
kesehatan itu merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan
pembangunan nasional yang harus dicapai oleh Bangsa Indonesia seperti
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Upaya pembangunan bidang kesehatan tidak hanya terfokus pada
upaya penyembuhan saja, tetapi juga berkembang kearah promotif, preventif
dan rehabilitatif. Salah satu upaya pembangunan bidang kesehatan
diwujudkan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan para ibu
post partum karena banyaknya komplikasi yang ditimbulkan setelah
melahirkan diantaranya yaitu perdarahan, infeksi puerperalis, endometritis,
mastitis, trombosis, embol dan post partum depresi. Dimana perdarahan
merupakan penyebab terbanyak kematian wanita selama periode post
partum.
Berdasarkan penelitian diperoleh informasi bahwa angka kematian ibu
di Indonesia karena perdarahan post partum mempunyai peringkat yang
tinggi, salah satu penyebab perdarahannya adalah Atonia uteri atau tidak

adanya kontraksi pada uterus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60%


kematian ibu akibat kehamilan setelah terjadi persalinan dan 50% kematian
nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Bobak, 2004).
Sehingga untuk mencegah dan menangani komplikasi yang timbul,
maka diperlukan pemantauan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan
yang komprehensif.
Asuhan masa nifas dilakukan untuk menemukan kondisi tidak normal
dan masalah-masalah kegawatdaruratan pada ibu dan perlu tidaknya rujukan
terhadap keadaan kritis yang terjadi (Saefudin, 2002).

B.

Identifikasi masalah
Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan Pada Ny. D dengan Post
Partum Normal Di Wilayah Kerja Puskesmas Delanggu Klaten ?

C.

Tujuan umum dan khusus


1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan
gambaran dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. D dengan post
partum normal.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui dan mampu :
a. Melakukan pengkajian pada Ny. D dengan post partum normal.

b. Menyusun dan menentukan prioritas masalah keperawatan pada Ny. D


dengan post partum normal.
c. Menyusun rencana keperawatan pada Ny. D dengan post partum
normal.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada Ny. D dengan post partum
normal.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. D dengan post partum
normal.

D.

Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Agar lebih bisa meningkatkan kwalitas pelayanannya khususnya pada ibu
post partum.
2. Perawat
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam penelitian serta
menerapkan ilmu yang telah didapat selama studi, khususnya metodologi
penelitian dalam rangka menganalisa masalah maternitas khususnya
tentang post partum normal.
3. Instansi Akademik
Sebagai bahan wacana diperpustakaan dan refrensi awal penelitian
selanjutnya bagi perpustakaan di instalasi pendidikan.

4. Bagi Pasien dan Keluarga


Agar pasien dan keluarga dapat menambah pengetahuannya tentang post
partum normal.
5. Bagi Pembaca
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai post partum
normal.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.

Pengertian
Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan
janinnya melalui jalan lahir (Hacker, 2001).
Persalinan normal adalah proses alamiah yang dialami aleh setiap
manita hamil cukup bulan dengan kehamilan normal.
Persalinan tidak normal adalah jika bayi dilahirkan sebelum waktu
(prematur), lewat waktu (postmatur) atau dengan bantuan alat, seperti
forseps, ekstrasi vakum, atau bisa juga lewat pembedahan (bedah caesar)
(Edjun, 2004)
Masa nifas atau post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai dengan pulihnya alat-alat reproduksi sampai
keadaan sebelum hamil, berlangsung 6-8 minggu.
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti sebalum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Ada yang membagi nifas dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu masa pemulihan dimana dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial adalah pemulihan menyeluruh alat-alat genitalia


yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi.

B.

Etiologi
Penyebab mulainya persalinan.
Penyebab persalinan belum diketahui tetapi ada beberapa faktor yang turut
berperan dan saling berkaitan.
1. Perubahan kadar hormon
Perubahan kadar hormon mungkin disebabkan oleh penuaan plasenta dan
terjadi sebagai berikut :
a. Kadar progesteron menurun (relaksasi otot menghilang).
b. Kadar esterogen dan prostaglandin meninggi.
c. Oksitosin pituitari dilepaskan (pada kebanyakan kehamilan, produksi
hormon ini akan disupresi).
2. Distensi uterus
Distensi uterus menyebabkan terjadinya hal berikut :
a. Serabut ototyang teregang sampai batas kemampuan nya akan
bereaksi dengan mengadakan kontraksi.
b. Produksi dan pelepasan prostagladin F miometrium.

c. Sirkulasi

plasenta

mungkinterganggu

sehingga

menimbulkan

perubahan hormonal (seperti atas).


3. Tekanan janin
Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhannya didalam uterus, ia
akan menyebabkan :
a. Peningkatan tekanan dan ketegangan pada dinding uterus.
b. Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut sehingga timbul
kontraksi.
4. Faktor-faktor lain
a. Penurunan tekanan secara mendadak ketika selaput amnion pecah.
b. Gangguan emosional yang kuat (lewat rantai korteks-hipotalamus
hipofise) dapat menyababkan pelepasan oksitosin.

C.

Manifestasi klinis
1. Adapun tanda-tanda persalinan yaitu :
a. Lightening atau pengosongan
Penurunan secara bertahap, wanita akan merasa lebih lega dan lebih
mudah bernafas. Tetapi akibat pergeseran ini terjadi peningkatan
tekanan pada kandung kemih sehingga akan lebih sering berkemih.
b. Persalinan palsu
Selama 4 sampai 8 minggu akhir masa kehamilan rahim menjalani
kontraksi tak teratur dan bersifat sporadik. Pada bulan terakhir
kehamilan, kadang-kadang setiap 10 sampai 20 menit dengan

intensitas lebih besar. Mengeluh merasa nyeri yang menetap pada


punggung bagian bawah dan tekanan pada sakroiliaka. Kadangkadang mengalami kontraksi yang kuat, sering (braxton hicks).
c. Pembukaan serviks
Serviks sering dirasakan melunak akibat peningkatan kandung air dan
lisis kolagen. Pembukaan secara serentak, atau penipisan sementara
serviks itu melebar ke dalam segmen bawah uterus. Lendir vagina
yang keluar semakin banyak akibat besarnya kongesti selaput lendir
vagina. Lendir serviks berwarna kecoklatan atau bercak darah (bloody
show) keluar. Serviks menjadi lunak (matang), sebagian menipis dan
berdilatasi ketuban pecah dengan spontan (jensen, 2005).
Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan :
1. Power yaitu kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot
volunter dari ibu yaitu kontraksi otot perut dan diafrakma sewaktu ibu
mengejan atau meneren.
2. Passage bagian tulang punggul, serviks, vagina dan dasar panggul
(displacement).
3. Passager terutamam janin (secara khusus bagian kepala janin) plus
plasenta, selaput dan cairan ketuban/amnion.
Gambar jalannya persalinan secara klinis ditemukan sebagai berikut :
1. Tanda persalinan sudah dekat
a. Terjadinya lightening.
b. Terjadinya his permulaan (palsu).

2. Tanda persalinan
a. Terjadinya his persalinan.
b. Terjadinya pengeluaran pembawa tanda.
c. Terjadinya pengeluaran cairan.
3. Pembagian waktu persalinan
a. Kala I = sampai pembukaan lengkap.
b. Kala II = pengusiran janin.
c. Kala III = pengeluaran uri.
d. Kala IV = observarsi 2 jam.
4. Pimpinan persalinan
Sikap menghadapi setiap pembagian waktu persalinan.
5. Perawatan diruang inap
Konsep rawat gabung dan mobilisasi dini.

D.

Komplikasi
Komplikasi post partum (Varly, 2000: 267-273)
1. Infeksi puerpeural, yang disebabkan oleh persalinan lama, KPD dan
teknik aseptik yang tidak dipatuhi.
2. Trauma traktus genitourinarius yang terinfeksi.
3. Endometritis
4. Mastitis
5. Tromboflebitis
6. Emboli pulmonal

1
0

7. Perdarahan post partum


8. Depresi pasca partum

E.

Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin
b. Hematokrit
c. Golongan darah
d. Luekosit

F.

Adaptasi fisiologis dan psikologis post partum


1. Adaptasi fisologis
a. Tanda-tanda vital
Suhu 24 jam pertama meningkat kurang dari 38C akibat adanya
dehidarasi dan perubahan hormonal, relaksasi otot, normal kembali
dalam 24 jam pertama, bila kenaikan suhu lebih dari 2 hari maka
pasien menunjukan adanya sepsis peurpeural

infeksi traktus

urinarius, endometriasis, mastistis pembengkakan payudara pada hari


kedua ketiga dapat menyebabkan peningkatan suhu pasien.
b. Sistem kardiovoskuler
Dapat terjadi bradikardi setelah persalinan, takhikardi bisa terjadi
merefleksikan atau menunjukan adanya kesulitan dalam proses
persalinan atau persalinan lama, perdarahan yang berlebihan
(hemorogie post partum).

1
1

c. Tekanan darah normal setelah melahirkan, penambahan sistolok 30


mmHg atau penambahan diastolik 15mmHg khususnya bila diseratai
adanya sakit kepala atau gangguan pengelihatan.
d. Laktasi
Produk ASI mulai hari ke-4 post partum, pembesaran payudara,
puting susu menonjol, kolostrum berwarna kuning keputihan, areola
mamae berwarna hitam dan kembali normal setelah minggu pertama.
e. Sistem gastrointestinal
Pengendalian fungsi defekasi lambat dalan minggu pertama,
peristaltik usus terjadi penurunan segera setelah bayi lahir.
f. Sistem muskulo skeletal
Terjadi peregangan dan penekanan otot, oedema ekstremitas bahwa
akan berkurang dalam minggu pertama.
g. Sistem perkemihan
Kandung

kemih

oedema

dan

sensitifitas

menurun

sehingga

menimbulkan overdestension.
h. Sistem reproduksi
Terjdi proses involusio uteri dimana terjadi perubahan penebalan alat
genetalia interna dan eksterna ang berangsur-angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil (Wiknjosastro, 2000:237).
Macam-macam lochea atau darah niifas adalah :
(1)Lochea rubra : berwarna merah pada hari pertama sampai hari
kedua paska persalinan.

1
2

(2)Lochea sanguinolenta : berwarna merah kecoklatan pada hari


ketiga sampai hari ketujuh paska persalinan.
(3)Lochea serosa : berwarna merah kekuningan pada hari ketujuh
sampai hari keempat belas paska persalinan.
(4)Lochea alba : berwarna putih setelah dua minggu paska persalinan.
i. Sistem indokrin
Mengalami perubahan secara tiba-tiba dalam kala IV persalinan.
Setelah plasenta lahir terjadi penurunan estrogen dan progesteron.
Prolaktin menurun pada wanita yang tidak meneteki bayinya dan akan
meningkat pada wanita yang meneteki. Menstruasi biasanya setelah
12 minggu post partum pada ibu yang tidak menyusui dan 36 minggu
pada ibu yang menyusui.
j. Induksi oksitosin
Sifat farmakologi oksitosin adalah kontraksi bersifat ritmik, sedikit
bersifat deuritik, waktu paruh sangat singkat (3 menit) dan awal kerja
5 menit. Syarat pemberian oksitosin, kelahiran aterm, ada kemunduran
his, ukuran panggul normal, tidak ada disproporsi, sefalopelvik, janin
presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai
mendatar dan mulai membuka). Induksi persalinan kemungkinan
besar akan berhasil bila skor bishop lebih dari 8.
k. Payudara bengkak (Engorgement)
Payudara terasa lebih penuh / tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau
keempat sesudah melahirkan akibat statis di vena dan pembuluh limfe,

1
3

tanda bahwa ASI mulai banyak di sekresi. Sering terjadi pada


payudara yang elastissitasnya kurang. Bila tidak dikeluarkan , ASI
menumpuk dalam payudara sehingga areola menjadi menonjol, puting
lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit payudara nampak lebih merah
mengkilap, ibu demam, dan payudara terasa nyeri sekali.
Untuk pencegahan susukan bayi setelah lahir bila memungkinkan
tanpa dijadwal (on demand) keluarkan ASI dengan tangan.
l. Prolaktin
Pada kehamilan, prolaktin serum mulai meningkat pada trimester
pertama dan meningkat secara progresif sampai aterm. Secara umum
diyakini

bahwa walaupun semua unsur hormontal (estrogen,

progesteron, tiroid, insulin dan kartisol bebas) yang diperlukan untuk


pertambuhan payudara dan produksi susu terdapat dalam kadar yang
meningkat selama kehamilan kadar estrogen yang tinggi menghambat
pengikatan prolaktin pada jaringan. Sehingga menghambat efek
proloktin pada epitel target.
m. Estrogen
Estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi :
1.

Pertumbuhan uterus.

2.

Pertumbuhan payudara.

3.

Retensi air dan natrium.

4.

Pelepasan hormon hipofise.

1
4

n. Progesteron
Progesteron mempengaruhi tubuh ibu melalui :
1.

Relaksasi otot polos.

2.

Relaksasi jaringan ikat.

3.

Kenaikan suhu.

4.

Perkembangan duktus laktoferus dan alveoli.

5.

Perubahan sekretonik dalam payudara.

2. Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang tua.


Setelah melahirkan secara bertahap.
a. Fase taking in
Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan. Ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan, memfokuskan energi pada
bayi yang menyebabkan persepsi penyempitan dan kemampuan
menerima informasi kurang.
b. Fase taking hold
Mulai dari hari ketiga setelah melahirkan. Pada minggu keempat
sampai kelima ibu siap menerima peran barunya dalam belajar tentang
hal-hal baru.
c. Fase letting go
Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota keluarga
telah menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi.

1
5

G.

Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan (Dongoes, 2000:338).
Tujuan : nyeri berkurang.
Kriteria hasil : mengungkapkan hilang nya nyeri setelah dilakkukan
tindakan, dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri berkurang.
Intervensi :
a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri.
b. Beri informasi mengenai penyebab nyeri.
c. Kaji suhu dan nadi.
d. Ajarkan teknik relaksasi.
e. Kolaborasi pemberian analgetika.
2. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurangnya informasi (Doenges, 2000).
Tujuan : pasien dapat mendemonstrasikan dan mengungkapkan
pemahaman diri post partum.
Kriteria hasil :
a. Pasien paham cara-cara perawatan diri dan bayi.
b. Pasien mampu mendemonstrasikan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
b. Beri informasi tentang perawatan diri dan dan bayi.
c. Beri pendidikan kesehatan.
d. Dorong pasien untuk melakukan sendiri.

1
6

e. Libatkan keluarga ketika memberi pendidikan kesehaatan.


3. Perubahan pola eliminasi: BAB (konstipasi) berhubungan dengan
penurunan otot abdomen, penurunan peristaltik usus (Doenges, 2000).
Tujuan : pola eliminasi normal.
Kriteria hasil : pasien bila BAB dengan konstipasi lembek.
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk tidak menahan BAB.
b. Berikan cairan per-oral 6-7gelas perhari.
c. Observasi penyabab gangguan eliminasi BAB.
d. Ajarkan untuk ambulasi dini sesuai toleransi.
e. Kolaborasi pemberian obat pencahar.
f. Kolaborasi pemberian diit tinggi serat.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (Doenges,
2000).
Tujuan : infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a. Luka episiotomi membaik.
b. Tidak ada tanda infeksi.
Intervensi :
a. Monitor tanda vital terutama suhu.
b. Observasi tanda-tanda infeksi .
c. Lakukan perawatan luka.
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

1
7

e. Kolaborasi tentang pemberian antibiotik.


f. Jaga kebersihan sekitar luka.
5. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan pendarahan pasca
partum.
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil :
a. Individu akan mempertahankan masukan cairan dan elektrolit.
b. Mengidentifikasi cairan yang abnormal dan mengganti cairan sesuai
dengan kebutuhan.
c. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal.
Intervensi :
a. Beritahu pasien tentang jumlah lochea yang normal.
b. Anjurkan untuk menghubungi dokter bila pengeluaran lochea
berlebihan.
c. Hindari masase yang tak perlu pada fundus, yang dapat menyebabkan
relaksasi uterus dan hemoragic.
d. Ppertahankan cairan parenteral sesuai instruksi.
e. Ukur intake dan output cairan.
6. Perubahan proses keluarga, parenting berhubungan dengan kelahiran
anak I, harapan tidak realistik dan stresor (Doenges, 2001).
Tujuan : klien dan pasangan menceritakan perasaan berkenaan dengan
menjadi orang tua dan secara aktual melakukan tugas perawatan bayi.

1
8

Intervensi :
a. Kaji usia status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung dan latar
belakang budaya.
b. Dorongan untuk menceritakan kesulitan mmenjadi orang tua .
c. Beri informasi tentang kebutuhan dan perawatan bayi.
d. Biarkan orang tua mengawasi perawat saat merawat anak.
e. Beri dorongan orang tua untuk ikut serta dalam perawatan.

19

H.

PATHWAY
Proses keluarnya hasil
Konsepsi melalui jalan lahir
Kala IV
(2 jam post partum)
Setelah kala IV
Adaptasi Fisiologis
Penurunan hormon

episiotomy

Esterogen & progesteron

komplikasi

sensitifitas otot

taking in

terputusnya kontinuitas
jaringan

Menstimulasi hippofisis

Adaptasi Psikologis

jalan masuk kuman

Anterior & posterior

Resti
infeksi

Sekresi

sekresi

Prolaktin

oxytoxin

leting go
pendarahan motilitas dan tonus otot kelahiran anak I
volume cairan
menurun
Resti kurang
volume cairan

konstipasi

Perubahan
pola
eliminasi
BAB

Perubahan proses
keluarga

Kurang informasi

Kurang pengetahuan tentang


perawatan diri pasca partum
& BBL dan perawatan
payudara

Pengeluaran ASI tidak lancar

nyeri

belum
pengalaman

Laktasi

Pembengkakan payudara

taking hold

Sumber : Hacker, 2001

BAB III
RESUME KEPERAWATAN
A.

Pengkajian umum
Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 Mei 2010 pukul 15.00 WIB di
Kelurahan Wonosari, Delanggu, Klaten.
1. Biodata
Nama Ny. H 20 tahun, perempuan, islam, SMU, karyawati, Wonosari,
Dlanggu, Klaten. Penanggung jawab Tn. Y 21 tahun, laki-laki, islam,
SMU, karyawan, Wonosari, Dlanggu, Klaten.
2. Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan.
3. Riwayat kesehatan
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan setelah melahirkan anak
pertamanya yang mempunyai BB 3700 gram dan pasien mengatakan
kurang paham tentang perawatan payudara. Pasien mengatakan belum
pernah mondok di rumah sakit. Tidak mempunyai riwayat penyakit
jantung, DM (Diabetes Mellitus), Hipertensi dan Asma. Di dalam
anggota keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
keturunan maupun alergi. Pasien menarche pada usia 13 tahun, lama haid
7 hari, warna haid merah segar, siklus haid 28 hari, jumlah pembalut 2
pembalut dalam 1 hari, dan tidak ada keluhan. Menikah pada waktu usia
19 tahun, lama pernikahan sudah 1 tahun, pernikahan yang pertama,
memiliki 1 anak. G1P1A0, melahirkan pd tanggal 24 mei 2010, tidak

20

2
1

mengalami komplikasi/penyulit, melahirkan dengan normal, di tolong


oleh Bidan dengan melahirkan seorang bayi laki-laki dengan BB 3700
gram dengan keadaan sehat dan baik. Pasien mengatakan belum pernah
KB.
4. Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari :
a. Nutrisi
Pasien mengatakan makan 3kali sehari dan memperbanyak sayuran
hijau, pasien mengatakan lebih banyak makan sayuran dan buahbuahan, pasien mengatakan minum 7-8 gelas perhari dan diselingi
minum susu, pasien mengatakan tidak ada keluhan.
b. Eliminasi
Pasien mengatakan selama hamil BAK lebih sering terutama pada
trimester ke 3 yaitu 7-9 kali dalam sehari, setelah melahirkan pasien
mengatakan BAK 5-6 kali dalam sehari, dan pasien mengatakan BAB
1 kali dalam sehari, pasien mengatakan tidak ada keluhan.
c. Istirahat
Selama hamil pasien mengatakan tidur selama 6-7 jam pada malam
hari dan tidak pernah tidur siang karena bekerja, setelah melahirkan
pasien mengatakan tidur selama 7-8 jam pada malam hari dan sering
terbangun untuk menyusui bayinya, jika ada waktu senggang pasien
lebih sering menggunakannya untuk berkumpul sambil nonton tv
bersama keluarga, pasien mengatakan tidak ada keluhan.

2
2

d. Aktifitas
Selama hamil pasien mengatakan selama hamil masih bekerja tapi
dengan hati-hati dan tidak terlalu capek, setelah melahirkan pasien
mengatakan untuk sementara cuti dari pekerjaannya dulu dan
mengurangi kegiatannya dan juga tidak banyak bergerak karena masih
takut dengan luka jahitannya, pasien mengatakan masih takut untuk
bergerak karena masih merasakan nyeri pada luka jahitannya.
e. Hygiene
Pasien mengatakan selama hamil dan setelah melahirkan mandi 2 kali
sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 1 kali dalam 2 hari dan ganti
pakaian 2 kali sehari, pasien mengatakan tidak ada keluhan.
f. Riwayat psikologis dan spiritual
Pasien

mengatakan sangat senang sekali dengan kelahiran anak

pertamanya ini, pasien mengatakan jika keluarganya sangat senang


sekali dengan kelahiran anak pertamanya ini, pasien beragama islam
dan rajin menunaikan sholat 5 waktu dan rajin berdoa.
g. Riwayat sosial budaya
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya cukup harmonis,
pasien mengatakan hubungan dengan tetangganya cukup baik, pasien
mengatakan selama masa nifas dilarang mertuanya untuk tidak
mengerjakan pekerjaan yang berat-berat dulu.

2
3

h. Pengetahuan ibu
Pasien mengatakan selama masa nifas harus memperbanyak makan
sayuran hijau seperti daun katub untuk memperlancar pangeluaran
ASI, pasien mengatakan ASI sangat baik untuk bayinya, untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayinya dan juga untuk kekebalan
tubuh bayinya, pasien mengatakan sedikit paham tentang makanan
untuk bayinya, pasien mengatakan akan memberikan ASI eksklusif
bagi bayinya selama beberapa bulan kedepan dan jika sudah mulai
bekerja akan tetap memberikan ASI eksklusif tapi diselingi dengan
susu formula, pasien mengatakan kurang begitu paham tentang
perawatan payudara yang benar, pasien mengatakan dalam perawatan
bayinya masih dibantu oleh keluarganya.
5. Pemeriksaan fisik
a. Hasil tanda-tanda vital
Keadaan umum pasien baik, kesadaran pasien composmentis, status
emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit,
respirasi 24 kali/menit, suhu 36,8 C, berat badan 49 kg, tinggi badan
158 cm.
b. Keadaan umum
Kepala mesochepal tidak ada benjolan, rambut hitam lurus, muka
simetris bersih, mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, hidung simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada secret,
telinga simetris, bersih, pendengaran baik, mulut mukosa lembab, gigi

2
4

bersih, leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroyd, bagian dada pada
jantung inspeksi ictus kordis tidak tampak, palpasi ictus cordis tidak
tampak, perkusi redup, auskultasi regular, pada paru-paru inspeksi
pengembangan dada kanan kiri sama, palpasi tidak terdapat nyeri
tekan, perkusi sonor, auskultasi vesikuler, mamae putting susu
menonjol, aerola hiperpigmentasi, ASI dapat keluar, payudara lunak
tidak bengkak, abdomen inspeksi terdapat linea nigra, tidak ada nyeri
tekan, palpasi tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat, kontraksi kuat,
perkusi tympani,

genetalia

lochea

sangoelenta,

warna

merah

kecoklatan, jumlah pembalut 2 kali dalam 1 hari, ekstremitas atas


bawah dapat berfungsi dengan baik tidak ada oedema, tidak ada
varises, perenium dan anus terdapat 1 jahitan pada perenium, keadaan
luka kering, tidak ada tanda radang.
c. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorim yang menunjang.
d. Obat-obatan yang sudah didapat
Amphicilin 500 mg 3 kali 1 tablet, sf 3 kali 1 tablet, antalgin 500 mg 3
kali 1 tablet.

2
5

B.

Data fokus
1. Data subyektif :
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan, pasien mengatakan nyeri saat
bergerak pada luka jahitan, pasien mengatakan skala nyeri 4, pasien
mengatakan kurang begitu paham tentang perawatan payudara.
2. Data obyektif :
Pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak berhati-hati ketika
bergerak, P : dirasakan seperti berdenyut-denyut, Q : nyeri ketika
melakukan pergerakan, R : nyeri pada luka jahitan perineum/episiotomy,
S : skala nyeri 4, T : nyeri terasa sering dan tak tentu waktunya ketika
bergerak, pasien tidak begitu paham tentang perawatan payudara, pasien
menggeleng saat di tanya, keadaan luka jahitan kering, terdapat 1 jahitan,
tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,8C, respirasi 84
kali/menit, nadi 24 kali/manit.

C.

Analisa data pasien


1. Data subyektif pasien mengatakan nyeri saat bergerak pada luka jahitan,
data obyektif pasien tampak menahan nyeri , skala nyeri 4, P : dirasakan
seperti berdenyut-denyut, Q : nyeri ketika melakukan pergerakan, R :
nyeri pada luka jahitan perineum/episiotomy, S : skala nyeri 4, T : nyeri
terasa sering dan tak tentu waktunya ketika bergerak, etiologi :
terputusnya kontinuitas jaringan, problem : nyeri.

2
6

2. Data subyektif pasien mengatakan kurang begitu paham tentang


perawatan payudara, data obyektif pasien menggelengkan kepala saat
ditanya tentang perawatan payudara, etiologi : kurangnya sumber
informasi, problem : kurang pengetahuan.
3. Data subyektif pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan, pasien
mengatakan skala nyeri 4, data obyektif keadaan luka kering, terdapat 1
jahitan, Redness : tidak ada, ecimosis : tidak ada, edema : tidak ada,
discharge : tidak ada, approximately : tidak ada, etiologi : adanya luka
insisi perineum, problem : resiko tinggi infeksi.

D.

Prioritas masalah
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
tentang perawatan payudara.
3. Resiko

tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

adanya

luka

insisi

perineum/episiotomy.

E.

Rencana keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama2x24 jam diharapkan
nyeri berkurang dengan kriteria hasil pasien tampak rileks, skala nyeri 1,
pasien mengatakan nyeri berkurang.

2
7

Dengan intervensi monitor tanda-tanda vital, kaji tingkatan nyeri, ajarkan


teknik relaksasi, beritahu penyebab nyeri, beri posisi yang nyaman,
kolaborasi pemberian analgetik.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
tentang perawatan payudara.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan
pasien mengerti tentang cara perawatan payudara dengan kriteria hasil
pasien tahu tentang perawatan payudara, pasien tahu manfaat perawatan
payudara.
Dengan intervensi jelaskan tujuan dan manfaat tentang perawatan
payudara, mendemontrasikan perawatan payudara, jelaskan manfaat ASI,
ajarkan cara menyusui yang benar.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya

luka insisi

perineum/episiotomy.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil luka insisi perineum membaik,
tidak ada tanda-tanda infeksi.
Dengan intervensi monitor tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda
infeksi, jaga kebersihan sekitar luka, kolaborasi dalam pemberian
analgetik.

2
8

F.

Implementasi keperawatan
Pada tanggal 29 mei 2010 dengan diagnose Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan adanya luka insisi perineum/episiotomy implementasi
yang dilakukan mengkaji tanda-tanda vital dengan respon subyektif pasien
mengatakan mau diperiksa, respon obyektif tekanan darah 120/80 mmHg,
suhu 36,8C, respirasi 24 kali/menit, nadi 84 kali/menit, kemudian mengkaji
tanda-tanda infeksi dengan respon subyektif pasien mengatakan nyeri pada
luka jahitan, respon obyektif keadaan luka kering, terdapat 1 jahitan.
Pada tanggal 30 mei 2010 dengan diagnose Resiko tinggi infeksi
berhubungan

dengan

adanya

luka

insisi

perineum/episiotomy

implementasi yang dilakukan mengkaji tanda-tanda vital dengan respon


subyektif pasien mengatakan mau diperiksa, respon obyektif tekanan darah
120/80 mmHg, suhu 36,5C, respirasi 24 kali/menit, nadi 84 kali/menit,
kemudian menjaga kebersihan sekitar luka dengan respon pasien
mengatakan nyeri berkurang, respon obyektif luka kering, kemudian
melakukan perawatan luka dengan respon subyektif pasien mengatakan mau
dilakukan perawatan luka, respon obyektif luka kering.
Untuk diagnose yang ke 2 nyeri berhubungan dengan kontinuitas
jaringan implementasi yang dilakukan memberikan posisi yang nyaman
dengan respon subyektif pasien mengatakan ingin istirahat dengan nyaman,
respon obyektif pasien tampak nyaman, kemudian mengkaji tingkatan nyeri
respon subyektif pasien mengatakan nyeri berkurang, respon obyektif skala
nyeri 2.

2
9

Pada tanggal 31 mei 2010 dengan diagnose nyeri berhubungan


dengan kontinuitas jaringan implementasi yang dilakukan mengkaji
tingkatan nyeri dengan respon subyektif pasien mengatakan skala nyeri 1,
respon obyektif skala nyeri 1, kemudian mengajarkan atau memberikan
posisi yang nyaman dengan respon subyektif pasien mengatakan ingin
istirahat lebih nyaman, respon obyektif pasien tampak rileks.
Kemudian untuk diagnose yang ke 3 Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan payudara
implementasi yang dilakukan menjelaskan tujuan dan manfaat perawatan
payudara dengan respon subyektif pasien mengatakan ingin tahu tentang
perawatan payudara, respon obyektif pasien tampak memperhatikan,
kemudian mengajarkan tentang cara perawatan payudara dengan respon
subyektif pasien ingin tahu caranya, respon obyektif pasien dapat
mempraktekkan caranya, kemudian menjelaskan manfaat ASI respon
subyektif pasien mengatakan ingin mengetahui manfaatnya, respon obyektif
pasien tampak memperhatikan.

G.

Evaluasi tindakan
Pada tanggal 29 mei 2010 untuk diagnose Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan adanya luka insisi perineum/episiotomy dengan hasil
evaluasi subyek pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan, obyektif luka
kering, skala nyeri 4, assesement masalah keperawatan resiko tinggi infeksi
belum teratasi, planning intervensi dilanjuutkan. Pada tanggal 30 mei 2010

3
0

dengan diagnosa Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka


insisi perinenum/episiotomy dengan hasil evaluasi subyektif pasien
mengatakan nyeri berkurang, obyektif luka kering, assesement masalah
keperawatan resiko tinggi infeksi teratasi, planning intervensi dihentikan.
Pada

tanggal 30 mei 2010 diagnose nyeri berhubungan dengan

kontinuitas jaringan dengan hasil evaluasi subyektif pasien mengatakan


nyeri berkurang, obyektif skala nyeri 2, assesement masalah keperawatan
nyeri teratasi sebagian, planning intervensi dilanjutkan. Pada tanggal 31 mei
2010

dengan diagnose nyeri berhubungan dengan kontinuitas jaringan

dengan hasil evaluasi subyektif pasien mengatakan nyeri berkurang,


obyektif skala nyeri 1, assesement masalah keperawatan nyeri teratasi,
planning intervensi dihentikan.
Kemudian pada tanggal 31 mei 2010 untuk diagnose Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi tentang
perawatan payudara dengan hasil evaluasi subyektif pasien mengatakan
sudah paham tentang perawatan payudara, obyektif pasien dapat
mempraktekkan tentang cara perawatan payudara, assesement masalah
keperawatan kurang pengetahuan teratasi, planning intervensi dihentikan.

BAB IV
PEMBAHASAN
A.

Pengkajian
Pada pembahasan laporan ini penulis melakukan pengkajian menggunakan
metode wawancara, pengamatan/observasi dan pemeriksaan fisik pada
pasien. Kekuatan dari metode wawancara adalah dapat dilakukan tanpa
bantuan alat apapun. Dilakukan secara langsung. Kelemahannya jika dalam
perbincangan tidak terarah akan membutuhkan waktu yang lama. Kekuatan
metode pengamatan adalah kriteria yang diamati jelas. Kelemahan
membutuhkan jangka waktu yang lama. Pada metode pemeriksaan fisik
dilakukan dengan menggunakan bantuan alat dan secara langsung dapat
memeriksan dan mengetahui kondisi fisik pasien. Hasil pemeriksaan fisik
jelas.

B.

Diagnosa
1. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Nyeri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
perasaan yang tidak nyaman dan berespon terhadap stimulus yang
berbahaya (Carpenito, 2000). Nyeri adalah pengalaman sensori serta
emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya
kerusakan jaringan yang actual atau potensial, digambarkan dalam

31

3
2

istilah seperti kerusakan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas


ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan (Wilkinson, edisi 7).
Nyeri adalah pengalaman emosional atau sensori yang tidak
menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara actual
atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan : serangan
mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang dapat
diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan (Nanda,
2006). Nyeri ditegakkan bila ada data yang mendukung yaitu
melaporkan nyeri insisi, kram, nyeri tekan pada abdomen, perilaku
melindungi, wajah kemerahan (Doenges, 2000).
Diagnosa ini ditegakkan karena ditemukan data-data yang
mendukung yaitu data subyektif pasien mengatakan nyeri pada luka
jahitan saat bergerak. Data obyektif, pasien tampak menahan nyeri
saat bergerak, skala nyeri 4.
Penulis memprioritaskan masalah ini menjadi diagnosa kedua
karena berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien saat itu dan apabila
masalah

tersebut

tidak

segera

diatasi

akan

menimbulkan

ketidaknyamanan pasien, mengganggu aktivitas klien dan apabila rasa


nyeri sudah ditransmisikan oleh syaraf ke otak, maka akan terjadi
nyeri hebat dan bisa menyebabkan syok neuroginik.

3
3

b. Kurang pengetahuan tentang perawatan payudara berhubungan


dengan kurangnya sumber informasi.
Kurang pengetahuan adalah suatu kondisi dimana individu atau
kelompok

mengalami

kekurangan

pengetahuan

kognitif

atau

ketrampilan psikomotor mengenai suatu keadaan dan rencana


tindakan pengobatan (Carpenito, 2001). Kurang pengetahuan adalah
tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic
yang spesifik (Nanda, 2006).
Alasan diagnosa ini diangkat menjadi diagnosa ketiga karena
berdasarkan keluhan pasien saat itu (Doenges, 2000). Dengan data
subyektif, pasien mengatakan tidak tahu cara merawat payudara dan
manfaat dari perawatan payudara. Data obyektif, pasien menggeleng
saat ditanya tentang perawatan payudara, puting susu terlihat kotor.
Penulis memprioritaskan masalah ini karena bila tidak diangkat
akan menimbulkan masalah-masalah dalam perawatan payudara dan
laktasi seperti payudara bengkak, ASI tidak bisa keluar, abses
payudara, puting lebih datar dan payudara terasa nyeri.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi
perinium/episiotomy.
Resiko tinggi infeksi adalah keadaan dimana seorang individu
beresiko terserang agen oportunistik atau patogenik (virus, jamur,
bakteri, protozoa dan parasit) dari beberapa sumber baik dari dalam
maupun dari luar tubuh (Carpenito, 2000). Resiko infeksi adalah

3
4

peningkatan resiko untuk terinvasi oleh organism pathogen (Nanda,


2006). Resiko infeksi adalah suatu kondisi individu yang mengalami
peningkatan resiko terserang organism patogenik (Wilkinson, edisi 7).
Resiko tinggi infeksi dapat ditegakkan bila ada kata mendukung yaitu
kemerahan

pada

kulit

sekitar

luka,

nyeri,

oedema

eksudat,

peningkatan suhu, nadi dan sel darah putih (Doenges, 2000).


Diagnosa tersebut ditegakkan karena didapatkan data subyektif,
pasien mengatakan ada luka yang dijahit pada perineum. Data
obyektif yaitu terdapat 1 jahitan, keadaan luka kering. Suhu tubuh
36,8 C .
Penulis memprioritaskan masalah ini menjadi diagnosa ketiga.
Karena berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien saat itu dan
apabila perawatan luka pasien tidak segera ditangani dengan
menggunakan teknik aseptik yang benar sedangkan kondisi daya tahan
tubuh yang kurang baik, maka akan terjadi infeksi yang disebabkan
atau yang bersumber dari organisme patogenik seperti virus, jamur,
bakteri, protozoa dan parasit baik dari dalam maupun dari luar tubuh.
2. Diagnosa yang tidak muncul dalam kasus adalah :
a. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan perdarahan pasca
partum.
Kekurangan volume cairan adalah keadaan dimana seseorang
yang tidak makan dan minum peroral mempunyai resiko terjadinya
dehidrasi vaskuler, intertisial, atau interseluler (Carpenito,2000).

3
5

Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravascular,


interstisial dan atau intraseluler, mengarah kepada dehidrasi,
kehilangan cairan tanpa perubahan sodium (Nanda, 2006). Resiko
kekurangan volume cairan adalah resiko untuk mengalami dehidrasi
intraseluler, seluler atau veskuler (Nanda, 2006). Resiko kekurangan
volume cairan adalah kondisi seorang individu yang beresiko
mengalami dehidrasi vaskuler atau intraseluler (Wilkinson, edisi 7).
Ditandai dengan tidak adanya keseimbangan antara masukan
dan haluaran, membran mukosa kering atau kulit kering, berat badan
berkurang, turgor kulit menurun, haus/mual/anoreksia. Batasan
karakteristik kekurangan volume cairan adalah mengalami kelemahan,
haus, penurunan turgor kulit/lidah, membrane mucus/kulit kering, nadi
meningkat, tekanan darah menurun, volume/tekanan nadi menurun,
dll (Nanda, 2006). Sedangkan pada pengkajian penulis tidak
menemukan data-data yang mendukung seperti diatas.
b. Perubahan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan
penurunan tonus otot abdomen, peristaltik menurun.
Konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami atau beresiko tinggi atau mengalami statis pada usus besar
mengakibatkan jarang BAB, feses keras dan kering (Carpenito, 2000).
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi dengan diikuti
kesulitan atau pengeluaran feces yang tidak tuntas atau feces kering
dan keras (Nanda, 2006). Konstipasi adalah suatu penurunan frekuensi

3
6

defekasi yang normal pada seseorang, disertai dengan kesulitan


keluarnya feces yang tidak lengkap atau keluarnya feces yang sangat
keras dan kering (Wilkinson, edisi 7).
Untuk menegakkan diagnosa harus ada data yang mendukung
adalah data mayor yaitu feses keras dan defekasi kurang dari 3
minggu. Data minor yaitu menurunnya bising usus keluhan rektal
penuh. Keluhan mengejan dan nyeri pada saat defekasi, perasaaan
pengosongan tidak kuat. Sedangkan pada kasus diatas, penulis tidak
menemukan data yang mendukung seperti diatas.
c. Perubahan proses keluarga, parenting berhubungan dengan kelahiran
anak pertama, harapan tidak realistik dari stresor (Doenges,2001).
Perubahan proses keluarga adalah keadaan dimana terdapat
resiko terhadap gangguan proses interaksi antara orang tua/pemberi
asuhan utama dan bayi (Carpenito, 2000). Perubahan proses keluarga
adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau fungsi keluarga
(definisi Nanda tidak menjelaskan suatu masalah secara mendasar,
definisi yang lebih jelas mungkin : kondisi disfungsi yang dialami
suatu keluarga dan biasaya berfungsi efektif) (Wilkinson, edisi 7). Hal
ini disebabkan karena adanya faktor situasional yang berhubungan
dengan harapan yang tidak realistik, kehilangan tidak dikehendaki dan
faktor maturasional seperti usia remaja (Carpenito, 2000). Hal ini
tidak terjadi karena pasien menerima kehadiran bayi nya dengan
senang hati dan pasien tergolong orang dewasa.

3
7

C.

Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan dengan
rencana tindakan : kaji karakteristik, lokasi intensitas dan skala nyeri
dengan rasional membantu dalam mengidentifikasi derajat kenyamanan
dan kebutuhan untuk keefektifan analgesik (Doenges, 2000). Berikan
informasi mengenai penyebab nyeri dengan rasional untuk meningkatkan
pemecahan masalah, membantu mengurangi rasa nyeri (Doenges, 2000).
Atur posisi klien senyaman mungkin denganrasional memperlancar
peredaran darah serta menurunkan nyeri (Doenges, 2000). Ajarkan teknik
relaksasi dengan teknik nafas dalam bila nyeri muncul dengan rasional
keadaan rileks meningkatkan kesenganan pasien (Doenges, 2000).
Pemberian analgesic (Wilkinson, edisi 7). Penatalaksanaan nyeri :
meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyaman yang
dapat diterima oleh pasien (Wilkinson, edisi 7).
2. Kurang pengetahuan tentang perawatan payudara berhubungan dengan
kurangnya informasi dengan rencana tindakan : jelaskan pentingnya
perawatan payudara dengan rasional membantu mencegah puting pecah
dan luka, menjamin supali susu adekuat, memberikan kenyamanan dan
pembuat peran ibu menyusui (Doenges, 2000). Kaji tingkat pengetahuan
pasien tentang

perawatan

payudara dengan rasional menhindari

penyampaian informasi yang tidak afektif dan

dapat mengetahui

seberapa dalam pengetahuan pasien (Doenges, 2000). Lakukan breast


care dengan rasional peragaan secara langsung dapat gambaran nyata

3
8

tentang informasi yang kita berikan (Doenges, 2000). Anjurkan pasien


untuk menyusui bayinya setelah melahirkan dengan rasional menghindari
terjadinya bingung puting pada bayi (Doenges, 2000). Jelaskan kegunaan
ASI dengan rasional membantu pasien mengetahui keuntungan ASI
(Doenges, 2000).
3. Resiko

tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

adanya

luka

insisi

perineum/episiotomy dengan rencana tindakan : monitor vital sign


dengan rasional jika ditemukan peningkatan suhu, nadi, diduga terjadi
infeksi (Doenges, 2000). Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
dengan rasional membantu mencegah dan menghalangi penyebaran
infeksi dan membantu proses penyembuhan luka (Doenges, 2000). Cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan rasional
menurunkan kontaminasi silang (Doenges, 2000). Anjurkan untuk
menjaga kebersihan luka dan rasional lingkungan yang lembab
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, bakteri dapat
berpindah melalui aliran kapiler ke luka insisi (Doenges, 2000).
Kolaborasi pemberian antibiotik dengan rasional dapat mencegah infeksi
dan penyebaran kejaringan sekitar aliran darah asalkan baik cara dan
dosis sesuai dengan keadaan klien (Doenges, 2000). Pantau tanda/gejala
infeksi (misalnya suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan, penampilan
luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan
malaise) (Wilkinson, edisi 7). Informasikan untuk menjaga hygiene
pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi (Wilkinson, edisi 7).

3
9

Ajarkan pasien cara mencuci tangan yang benar (Wilkinson, edisi 7).
Berikan terapi antibiotic bila diperlukan (Wilkinson, edisi 7 ).

D.

Implementasi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Tindakan yang dilakukan adalah observasi tanda-tanda vital
rasional pada kebanyakan pasien yang mengalami nyeri menyebabkan
gelisah serta tekanan darah dan nadi meningkat (Doenges, 2000).
Memberitahu pasien penyebab nyeri rasional untuk meningkatkan
pemecahan masalah, membantu mengurangi rasa nyeri (Doenges, 2000).
Memberikan posisi yang nyaman rasional memperlancar peredaran darah
serta menurunkan nyeri (Doenges, 2000). Menganjurkan pasien untuk
tarik nafas dalam jika nyeri menurunkan ketegangan emosional dan dapat
meningkatkan perasaan kontrol sebagai mekanisme koping pasien
(Doenges, 2000).
Kekuatan dari pelaksanaan tindakan dapat dilakukan dengan baik
karena adanya keterlibatan pasien yang kooperatif dan mematuhi anjuran
tim kesehatan. Kelemhannya pasien kurang yakin tindakan tersebut dapat
mengatasi nyeri karena disebabkan nyeri masih timbul.
2. Resiko

tinggi

infeksi

berhungan

dengan

adanya

luka

insisi

perineum/episiotomy.
Tindakan yang dilakukan adalah monitoring tanda-tanda vital
rasionalnya jika ditemukan adanya peningkatan suhu, nadi, diduga terjadi

4
0

infeksi (Doenges, 2000). Melakukan perawatan luka rasional dapat


membantu penyembuhan atau penurunan resiko terjadinya infeksi
(Doenges, 2000).
Kekuatan pasien mau mengikuti : anjuran perawat untuk menjaga
lukanya agar tetap kering. Kelemahannya bisa terjadi cross infeksi, biaya
akan meningkat karena perawatan bertambah

E.

Evaluasi
1. Nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan.
Evaluasi yang ditemukan : pasien mengatakan nyeri berkurang, skala
nyeri 1, pasien tampak tenang nyaman. Masalah teratasi dan rencana
tindakan dihentikan.
2. Kurang pengetahuan tentang perawatan payudara berhubungan dengan
kurangnya sumber informasi.
Evaluasi yang ditemukan : pasien mengatakan sudah tahu tentang
perawatan payudara. Masalah teratasi dan rencana tindakan dihentikan.
3. Resiko

tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

luka

insisi

perineum/episiotomy.
Evaluasi yang ditemukan : pasien mengatakan nyeri berkurang, luka
kering, tidak ada pus, masalah teratasi dan tindakan dihentikan.

BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian dari bab sebelumnya maka penulis menarik
beberapa kesimpulan dan memberikan saran sebagai berikut :
A.

Kesimpulan
Berdasarkan

pengertian

diatas,

maka

penulis

dapat

menarik

kesimpulan Pelaksanaan Asuhan keperawatan pada Ny. D dengan post


partum normal adalah suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada ibu
post partum mulai dari pengkajian data, menyusun dan menetukan prioritas
masalah keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melakukan tindakan
keperawatan dan terakhir melakukan evaluasi keperawatan.
Pengkajian sudah dapat dilakukan pada Ny. D dengan metode
wawancara, pengamatan/observasi dan dengan melakukan pemeriksaan
fisik. Setelah melakukan pengkajian pada Ny. D maka di dapatkan tiga
prioritas masalah yaitu resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka
insisi perineum/episiotomy, nyeri berhubungan dengan kontinuitas jaringan,
dan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
tentang perawatan payudara. Rencana keperawatan pada Ny. D sudah dapat
di susun dengan baik. Tindakan keperawatan pada Ny. D sudah dapat di
laksanakan pada tanggal 29-31 mei 2010. Dan setelah melakukan tindakan
keperawatan kemudian melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. D dengan
hasil evaluasi yaitu ketiga prioritas masalah resiko infeksi berhubungan

41

4
2

dengan adanya luka insisi perineum/episiotomy, nyeri berhubungan dengan


kontinuitas jaringan, dan kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya sumber informasi tentang perawatan payudara mampu teratasi
dan intervensi atau tindakan keperawatan dapat di hentikan.

B.

Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan study kasus
mengenai post partum normal adalah :
1. Kepada masyarakat umumnya dan kepada pasien post partum dan
keluarga khususnya agar selalu memeriksakan kondisi bayi dan kondisi
ibunya setelah melahirkan agar tidak terjadi kondisi kritis.
2. Kepada tenaga kesehatan agar selalu memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasiennya agar pasien mendapatkan kepuasan terhadap pelayanan
yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual. 2000. Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Monica
Ester, S.Kp. Jakarta:EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih
Bahasa Yasmin Asih. Edisi 10. Jakarta:EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Alih Bahasa I
Made Kariasi, S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta:EGC.
Doenges, Marilynn E. 2001.
Hacker, Moore. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa
Yunita Cristina. Edisi 2. Jakarta:Hipokrates.
Nanda. 2006. Panduan Diagnosa keperawatan. Alih Bahasa Budi Santoso.
Prima Medika.
Oxorn, Harry. 2003. Patofiologi dan Fisiologi Persalinan Human Labor and
Birth. Alih Bahasa Dr Mohammad Hakimi, Ph. D. Jakarta:Yayasan
Essentia Medica.
Omo, Abdul Madjid. Soekir, Soekaemi et all. Asuhan Persalinan Normal
dan Insiasi Menyusui Dini. 2008. Jakarta:Jaringan Nasional Pelatihan
Klinik (JNPK-KR).
Siswosudarmo, Risanto. Ova Emilia. 2009. Obstetri Fisiologi. Editor dr
Sinta Aji Arirukmi. Yogyakarta:Pustaka Cendekia.

43

4
4

Judith M, Wilkinson Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa Waidyawati, S.Kp, M.Kes.
Syahirul Alimi, S.Kp. Elsi Dwihapsari, S.Kp. Intan Sari Nurjanah,
S.Kp. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Vvv, Donny. 2010. Post Partum Normal.
http://www.scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal, diakses
pada tanggal 14 Juni 2010.
Hardianti, Richa Novyana. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
http://www.scribd.com/doc/32931258/Asuhan-Kebidanan-Nifas
diakses pada tanggal 14 Juli 2010.
Snikist. 2009. Bab I Pada Masa Nifas.
http://www.scribd.com/doc/21899776/Bab-I Pada Masa Nifas diakses
pada tanggal 14 Juli 2010.
Bonzay, Indy. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas.
http://www.scribd.com/doc/16287636/Asuhan-KeperawatanMaternitas diakses pada tanggal 14 Juli 2010.
Munawa, Siti. 2008. Bab III post partum.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/14/jtptunimus-gdl-694-3bab3.pdf diaksese pada tanggal 05 Agustus 2010

Vous aimerez peut-être aussi