Vous êtes sur la page 1sur 28

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skrining dan fraksionasi fisiologi aktif dari ekstrak tanaman dapat
dilakukan uji standar toksisitas akur (jangka pendek). Senyawa yang
diduga memiliki aktivitas antikanker, harus diujikan terlebih dahulu
pada hewan percobaan. Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
dengan menggunakan larva udang (Arthemia salina Leach) sebagai
hewan uji merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk
pencarian senyawa antikanker baru yang berasal dari tanaman. Hasil
uji toksisitas dengan metode ini telah terbukti memiliki korelasi dengan
daya sitotoksis senyawa anti kanker.
Selain itu, metode ini juga mudah dikerjakan, murah, cepat dan
cukup akurat Lebih dari itu uji larva udang ini juga digunakan untuk pra
skrining terhadap senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai
anti tumor Dengan kata lain, uji ini mempunyai korelasi yang positif
dengan potensinya sebagai antikanker.
Suatu konsentrasi mematikan (Lethal Concentration) adalah
analisa secara statistik yang menggunakan uji Whole Effluent Toxicity
(WET) untuk menaksir lethalitas sampel effluen. toksisitas dari ekstrak
tanaman dapat ditentukan dengan melihat harga LC50-nya. Apabila
harga LC50 lebih kecil dari 1000 g/ml dikatakan toksik, sebaliknya
apabila harga LC50 lebih besar dari 1000 g/ml dikatakan tidak toksik.
Tingkat toksisitas tersebut akan memberi makna terhadap potensi

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


aktivitasnya sebagai antitumor. Semakin kecil harga LC50 semakin
toksik suatu senyawa.
B. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk melakukan uji toksisitas
buah sawo manila (Manilkara zapota) dengan menggunakan metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui toksisitas
metabolit sekunder dari buah sawo manila (Manilkara zapota) sebagai
pengujian pendahuluan anti kanker menggunakan metode Brine
Shrimp Lethality Test

(BSLT) dengan larva udang Arthemia salina

Leach.
D. Prinsip percobaan
Penentuan efek toksisitas suatu senyawa bahan alam terhadap
larva udang (Artemia Salina L) dengan menggunakan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT), dimana dimasukkan 10 ekor larva ke
dalam vial yang telah berisi ekstrak etanol sawo manila (Manilkara
zapota) dan air laut dengan konsentrasi masing masing 1, 10, 100,
dan 1000 g. Kemudian diberikan 1 tetes ekstrak ragi sebagai sumber
nutrisi. Vial-vial tersebut disimpan ditempat yang cukup mendapat sinar
lampu. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan dengan melihat
banyaknya jumlah larva udang (Artemia Salina L) yang mati.
BAB II

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Sel kanker timbul dari sel tubuh yang normal, tetapi mengalami
transformasi atau perubahan menjadi ganas oleh bahan-bahan yang
bersifat karsinogen (agen penyebab kanker) ataupun karena mutasi
spontan. Transformasi sejumlah gen menjadi gen mutan disebut
neoplasma atau tumor. Neoplasma merupakan jaringan abnormal yang
terbentuk akibat aktivitas proliferasi yang tidak terkontrol (neoplasia).
Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus
pertumbuhan, yang pada akhirnya menimbulkan disintegrasi dan
hilangnya komunikasi antarsel (Lodish,2000).
Kanker dapat menyerang semua bagian tubuh. Berdasarkan
organ-organ tubuh yang terserang, dikenal berbagai jenis kanker
seperti kanker payudara, kanker mulut rahim, kanker otak, kanker hati,
kanker paru-paru, kanker prostat, kanker kulit dan kanker usus
(Mangan, 2003).
Untuk obat yang struktur kimianya belum diketahui dan untuk
sediaan

tak

murni

atau

metode spektrofotometer

campuran

ultraviolet/

dari

infrared,

beberapa

zat

aktif,

dan polarograf tidak

dapat dilakukan. Obat-obat ini diukur dengan metode biologis, yaitu


dengan bio-assay, dimana aktivitas ditentukan oleh organisme hidup
(hewan, kuman) dengan membandingkan efek obat tersebut dengan
efek suatu standar internasional (Tjay, 2002).

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya
keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Paracelcus pada
tahun 1564 telah meletakkan dasar penilaian toksikologis dengan
mengatakan bahwa dosis menentukan apakah suatu zat kimia adalah
racun (dosis sola facit venenum). Sekarang dikenal banyak faktor yang
menentukan apakah suatu zat kimia bersifat racun, namun dosis tepat
merupakan faktor utama yang terpenting. Untuk setiap zat kimia,
termasuk air, dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek sama
sekali, atau suatu dosis besar sekali yang dapat menimbulkan
keracunan dan kematian. Untuk zat kimia dengan efek terapi, maka
dosis yang adekuat dapat menimbulkan efek farmakoterapeutik
(Ganiswarna, 2007).
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat
terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok
farmakodinamika, karena efek terapeutis obat berhubungan erat
dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang
cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme
(Sola dosis facit venenum: hanya dosis membuat racun, Paracelsus)
(Tjay, 2002).
Efek toksik, atau toksisitas suatu obat dapat diidentifikasi melalui
pemantauan batas terapeutik obat tersebut dalam plasma (serum).
Tetapi, untuk obat-obat yang mempunyai indeks terapeutik yang lebar,
batas terapeutik jarang diberikan. Untuk obat-obat yang mempunyai

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


indeks terapeutik sempit, seperti antibiotika aminoglikosida dan
antikonvulsi, batas terapeutik dipantau dengan ketat. Jika kadar obat
melebihi batas terapeutik, maka efek toksik kemungkinan besar akan
terjadi akibat dosis yang berlebih atau penumpukan obat (Kee, 1996).
Ada beberapa kemungkinan untuk menggolongkan toksikologi
diantaranya (Mustchler, 1991) :
a. Efek

toksis

akut,

yang

langsung

berhubungan

dengan

pengambilan zat toksik.


b. Efek toksik kronik, yang pada umumnya zat dalam jumlah sedikit
diterima tubuh dalam jangka waktu yang lama sehingga akan
terakumulasi mencapai konsentrasi toksik dan dengan demikian
menyebabkan terjadinya gejala keracunan.
Salah satu metode untuk menguji bahan-bahan yang bersifat
sitotoksik adalah dengan uji toksisitas terhadap larva udang
dari Artemia Salina Leach (Brine Shrimp Lethality Test). Metode ini
sering digunakan untuk praskrining terhadap senyawa aktif yang
terkandung di dalam ekstrak tanaman karena murah, cepat, mudah
(tidak perlu kondisi aseptis) dan dapat dipercaya (Meyer, 1982).
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut
jika mempunyai harga LC50 kurang dari 1000 g/mL (ppm).
LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi zat yang
menyebabkan terjadinya kematian pada 50 % hewan percobaan
yaitu

larva Artemia

salina Leach.

Penelitian

Meyer

(1982),

melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan aktivitas ketoksikan


RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50% hewan
uji pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm. Nilai LC50 dari ekstrak
metanol yang lebih kecil dari 1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak
tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat dikembangkan
sebagai

sebagai

antikanker.

Uji

toksisitas

terhadap

larva

udang Artemia salina Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT)
dapat digunakan sebagai uji pendahuluan pada penelitian yang
mengarah pada uji sitotoksik (Meyer, 1982).
Angka kematian hewan coba dihitung sebagai Median Lethal
Dose (LD50) atau Median Lathal Concentration (LC50). Penggunaan
LC50 dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan dengan perlakuan
terhadap hewan coba secara inhalasi atau menggunakan media air.
Kematian pada hewan percobaan digunakan sebagai pedoman untuk
memperkirakan dosis kematian pada manusia (Cassaret, 1975).
B. Uraian Bahan
1. Ekstrak ragi (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi
: Ekstrak ragi
Sinonim
: Sari ragi
Pemerian
: Kuning kemerahan sampai coklat, bau khas
Kelarutan

tidak busuk
: Larut dalam air, membentuk larutan kuning

sampai coklat, bereaksi asam lemah


Penyimpanan
: Dalam wadah tertrutup baik.
Kegunaan
: Sebagai sumber makanan Artemia salina
2. Etanol (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi
: AETHANOLUM
Nama Lain
: Etanol, etil alcohol
Rumus molekul
: C2H5OH

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


Pemerian

: Cairan tidak berwarna, jernih, dan mudah


menguap, bau khas, rasa panas mudah

Kelarutan

terbakar dan memberikan nyala biru.


: Sangat mudah larut dalam air, dan eter serta

Penyimpanan

dalam kloroform.
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari

cahaya
Kegunaan
: Sebagai Pelarut
3. Air Suling (Ditjen POM,1979)
Nama resmi
: AQUA DESTILLATA
Sinonim

: Air suling, aquades

RM/BM

: H2O / 18,02

Rumus bangun

: H-O-H

Pemerian

: Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;


tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertrutup baik.

Kegunaan

: Sebagai pelarut

4. Air Laut ( Pramayudi, 2009)


Tabel 1. Rata-rata konsentrasi ion pada air laut (Brown et al 1989)
Ion

Parts per thousand by weight

Chloride, Cl-

18.98

Sodium, Na+

10.556

Sulphate, SO42-

2.649

Magnesium, Mg2+

1.272

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


Calcium, Ca2+

0.400

Potassium, K+

0.380

Bicarbonate, HCO3-

0.140

Bromide, Br-

0.065

Borate, H2BO3-

0.026

Srontium, Sr2+

0.013

Fluoride, F-

0.001

Komposisi :
Rata-rata konsentrasi garam-garam terlarut di air laut berkisar
3.5%, namun konsentrasi tersebut tergantung pada lokasi dan laju
evaporasi.
C. Uraian Tumbuhan
1. Ekstrak sawo manila (http://plantamor.com)
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo
: Ebenales
Famili
: Sapotaceae
Genus
: Manilkara
Spesies
: Manilkara zapota (L.) van Royen
2. Morfologi sawo manila (Steenis, 2005)
Pohon yang besar dan rindang, dapat tumbuh hingga setinggi
30-40 m. Bercabang rendah, batang sawo manila berkulit kasar
abu-abu

kehitaman

sampai

coklat

tua.

Seluruh

bagiannya

mengandunglateks, getah berwarna putih susu yang kental. Daun

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting.
Helai daun bertepi rata, sedikit berbulu, hijau tua mengkilap, bentuk
bundar-telur jorong sampai agak lanset, 1,5-7 x 3,5-15 cm, pangkal
dan ujungnya bentuk baji, bertangkai 1-3,5 cm, tulang daun utama
menonjol di sisi sebelah bawah. Bunga-bunga tunggal terletak di
ketiak daun dekat ujung ranting, bertangkai 12 cm, kerapkali
menggantung, diameter bunga s/d 1,5 cm, sisi luarnya berbulu
kecoklatan, berbilangan 6. Kelopak biasanya tersusun dalam dua
lingkaran; mahkota bentuk genta, putih, berbagi sampai setengah
panjang tabung. Buah buni bertangkai pendek, bulat, bulat telur
atau jorong, 3-6 x 38 cm, coklat kemerahan sampai kekuningan di
luarnya dengan sisik-sisik kasar coklat yang mudah mengelupas,
sering dengan sisa tangkai putik yang mengering di ujungnya.
Berkulit tipis, dengan daging buah yang lembut dan kadang-kadang
memasir, coklat kemerahan sampai kekuningan, manis dan
mengandung banyak sari buah. Berbiji sampai 12 butir, namun
kebanyakan kurang dari 6, lonjong pipih, hitam atau kecoklatan
mengkilap, panjang lk. 2 cm, keping biji berwarna putih lilin.
Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan biji ataupun cangkok.
3. Kandungan kimia dan kegunaan (Setiawan, 2006)
Daun dan batang sawo manila mengandung flavonoid,
disamping itu daun juga mengandung saponin dan batangnya juga
mengandung tanin. Beberapa bagian pohon sawo digunakan
sebagai bahan obat tradisional untuk mengatasi diare (tanin yang

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


terkandung pada kulit batang), demam (tanin dan biji), dan bahan
bedak untuk memulihkan tubuh sehabis bersalin (bunga), Ekstrak
daun sawo manila dengan kadar 0,5%, 1%, dan 2% dapat
meningkatkan kelarutan batu ginjal dan garam kalsium lainnya.
D. Uraian Hewan coba
Larva Udang (Artemia salina Leach)
a. Klasifikasi (Mudjiman, 1998)
Filum
: Arthopoda
Divisio
: Crustaceae
Subdivisio : Branchiopoda
Ordo
: Anostraca
Famili
: Artemiidae
Genus
: Artemia
Species
: Artemia salina L
b. Morfologi (Mudjiman, 1998)
Udang (Artemia salina) mengalami beberapa fase hidup, tetapi
secara jelas dapat dilihat dalam tiga bentuk yang sangat berlainan,
yaitu bentuk telur, larva (nauplii) dan artemia dewasa. Telur yang
baru dipanen dari alam berbentuk bulat dengan ukuran 0,2-0,3 mm.
Telur yang menetas akan berubah menjadi larva. Telur yang baru
menetas ini berukuran kurang lebih 300 . Dalam pertumbuhannya
larva mengalami 15 kali perubahan bentuk yang merupakan satu
tingkatan hidup, setelah itu berubah menjadi artemia dewasa.
Waktu yang diperlukan sampai menjadi artemia dewasa umumnya
sekitar 2 minggu. Berbentuk silinder dengan panjang 12-15 mm.
Tubuh terbagi atasl bagian kepala, dada dan perut. Pada bagian
kepala terdapat 2 tangkai mata, 2 antena dan dua antenula. Dada
terbagi atas 12 segmen yang masing-masing mempunyai sepasang

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


kaki renang. Perut ternagi atas 8 segmen. Dapat hidup dalam air
dengan suhu 25o-30oC dan pH sekitar 8-9.
c. Uraian tentang Larva (Mudjiman, 1998)
Telur-telur yang kering direndam dalam air laut yang bersuhu
25oC akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Dari dalam
cangkangnya keluarlah burayak (larva) yang juga dikenal dengan
istilah nauplius. Dalam perkembangan selanjutnya, burayak akan
mengalami 15 kali perubahan bentuk (metamorfosis). Burayak
tingkat I dinamakan instar, tingkat II instar II, tingkat III Instar III,
demikian seterusnya sampai Instar XV. Setelah itu berubahlah
mereka menjadi artemia dewasa.
Burayak yang baru saja menetas masih dalam tingkat Instar I
bentuknya bulat lonjong dengan panjang sekitar 400 mikron (0,4
mm) dan beratnya 15 mikrogram. Warnanya kemerah-merahan
karena masih banyak mengandung makanan cadangan. Oleh
karena itu, mereka masih belum perlu makanan.
Anggota badannya terdiri dari sungut kecil (antenula atau
antena I dan sepasang sungut besar (antenna II). Dibagian depan
diantara kedua sungut kecilnya terdapat bintik merah yang tidak
lain adalah mata naupliusnya (oselus). Dibelakang sungut besar
terdapat sepasang mandibula (rahang) dan rudimenter kecil.
Sedangkan dibagian perur (ventral) sebelah depan terdapatlah
labrum.
Pada pangkal sungut besar (antena II) terdapat bangunan
seperti duri yang menghadap ke belakang (gnotobasen seta)
bangunan ini merupakan cirri khusus untuk membedakan burayak
RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


instar I, instar II dan instar III. Pada burayak instar I (baru menetas)
gnotobasen setanya masih belum berbulu dan juga belum
bercabang.
Sekitar 24 jam setelah menetas, burayak akan berubah
menjadi instar II. Lebih lama lagi akan berubah menjadi instar
III.Pada tingkatan II, gnotobasen setanya sudah berbulu tapi masih
belum bercabang. Sedangkan pada instar III, selain berbulu
gnotobasen seta tersebut sudah bercabang II.
Pada tingkatan instar II, burayak mulai mempunyai mulut,
saluran pencernaan dan dubur. Oleh karena itu, mereka mulai
mencari makan, bersamaan dengan itu, cadangan makanannya
juga sudah mulai habis. Pengumpulan makanannya dengan cara
menggerak-gerakkan

antena

II-nya.

Selain

itu

untuk

mengumpulkan makanan antena II juga berfungsi untuk bergerak.


Tubuh instar II dan instar III sudah lebih panjang dari instar I.
Pada tingkatan selanjutnya, disebelah kanan dan kiri mata
nauplius mulai terbentuk sepasang mata majemuk. Mula-mula
masih belum bertangkai. Kemudian secara berangsur-angsur
berubah

menjadi

bertangkai.

Selain

itu,

dibagian

samping

badannya (kanan dan kiri) juga berangsur-angsur tumbuh tunas


kakinya (torakopada). Mula-mula tumbuh dibagian depan kemudian
berturut-turut disusul oleh bagian-bagian yang lebih ke belakang.
Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap sebanyak 11
pasang, maka berakhirlah masa burayak, dan berubah menjadi
artemia dewasa.
RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


Pada tingkatan selanjutnya, disebelah kanan dan kiri mata
nauplius mulai terbentuk sepasang mata majemuk. Mula-mula
masih belum bertangkai. Kemudian secara berangsur-angsur
berubah

menjadi

bertangkai.

Selain

itu,

dibagian

samping

badannya (kanan dan kiri) juga berangsur-angsur tumbuh tunas


kakinya (torakopada). Mula-mula tumbuh dibagian depan kemudian
berturut-turut disusul oleh bagian-bagian yang lebih ke belakang.
Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap sebanyak 11
pasang, maka berakhirlah masa burayak, dan berubah menjadi
artemia dewasa.

BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Aerator, alu,
batang pengaduk, corong, gelas ukur 10ml, kaca arloji, lumping,
mikropipet, neraca analitik, pipet skala 1 ml, pipet tetes, seperangkat
alat penetasan telur dan Vial.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Air laut,
air suling, ekstrak ragi, ekstrak sawo manila (Manilkara zapota), etanol
dan tween 80.
C. Hewan Coba

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


Adapun hewan coba yang di guankan pada praktikum ini adalah
Larva udang (Artemia salina L).
D. Cara Kerja
1. Penyiapan Larva
a. Direndam sebanyak 50 mg telur Artemia salina Leach dalam
wadah yang berisi 250 ml air laut pada pH 8-9
b. Diletakkan di bawah cahaya lampu yang telah dilengkapi
dengan aerator pada suhu 25oC.
c. Didiamkan selama 24 jam sambil terus diamati, telur udang
tersebut akan menetap dan menjadi larva. Larva yang telah
berumur 48 jam, digunakan sebagai hewan uji aktivitas
ketoksikan.
2. Penyiapan Bahan
a. Pembuatan suspensi ragi
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang ragi 0,1 mg
Ditambahkan dengan 10 ml air laut lalu diaduk lagi hingga
homogen
Disimpan ragi tersebut dalam vial dan siap digunakan
b. Pembuatan ekstrak sawo manila
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang ekstrak sawo manila (Manilkara zapota) 0,1 g
Dilarutkan dengan 2 tetes tween 80
Dimasukkan ekstrak yang telah ditimbang ke dalam vial
Ditambahkan etanol sampai dengan 10 ml
Dihomogenkan
3. Perlakuan Hewan Coba
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dipipet larutan stok ekstrak sawo manila (Manilkara zapota)
dengan menggunakan mikropipet kedalam masing-masing vial
yang berisi sesuai konsentrasi yang telah ditetapkan yaitu 1
g/ml, 10 g/ml, 100 g/ml dan 1000 g/ml.
c. Diuapkan dengan hair dryer.

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


d. Dimasukkan

ml

air

ditambahkan dimasukkan
e.
f.
g.
h.

laut
10

lalu

ekor

kedalam

larva

udang

tiap

vial

(Artemia

salina Leach) dan dicukupkan dengan air laut hingga 10 ml.


Ditambahkan dengan ragi.
Dibiarkan selama 1x 24 jam
Diamati berapa jumlah larva udang yang mati.
Dilakukan cara diatas dengan replikasi sebanyak 5 kali pada

masing-masing konsentrasi.
i. Dilakukan juga uji control.

BAB IV

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


DATA PENGAMATAN
A. Pengamatan
Jenis

Replikasi

Jumlah larva yang mati tiap

sampel

Konsentrasi
air laut

g/ml

konsentrasi
1

10

100

1000

sawo

1
2
3
4
5

1
1
2
1
1

7
6
10
9
8

10
10
10
10
10

9
10
10
10
10

0
0
0
0
0

manilla
Total

50

40

50

49

12%

80%

100%

98%

Ekstrak
etanol
buah

kematian
%
kematian

% kematian konsentrasi 1

% kematian konsentrasi 10

% kematian konsentrasi 100

RINI ANDRIANI
15020130032

jumlah yang mati


total hewan uji

6
50

jumlah yang mati


total hewan uji

40
50

jumlah yang mati


total hewan uji

x 100%

x 100% = 12 %

x 100

x 100% = 80%

x 100%

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

% kematian konsentrasi 1000

Y
a

Log konsentrasi
X
X2
0
0
1
1
2
4
3
9
2
x = 6
x = 14
= a + bx
=

x 2 . y x . xy
2
n . x 2 ( x )

14 .24,86 . 43,17
2
4 . 146

88,18
20

50
50

jumlah yang mati


total hewan uji

49
50

x 100% = 100%

x 100%

x 100% = 98%

Probit
Y
3,82
5,84
8,09
7,05
y = 24,8

Xy
2

Y
14,59
34,10
65,44
49,70
2
y = 163,83

= 4,409

n. xy x . y
2
2
n . x ( x )

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

0
5,84
16,18
21,15
xy = 43,17

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

4 . 43,176 . 24,8
4 .146 2

23,88
20

= 1,194
Dimana :
LC50

= antilog x, (dimana x= konsentrasi)

konsentrasi = antilog x
maka, y = 5
y = a + bx

y = 4,409+ 1,194x
5 = 4,409+ 1,194x

x=

54,409
1,194

x = 0.49

Log LC50 = x
LC50 = antilog x
= antilog 0.49

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


= 3,09
X
0
1
2
3

M
50
50
50
50

Y
4,409
5,603
6,797
7,991

W
0,558
0,558
0,180
0,015

Untuk mencari nilai Y

Untuk x = 0
y = a + bx
= 4,409 + 1,194 . 0
= 4,409

Untuk x = 1
y = a + bx
= 4,409 + 1,194 . 1
= 5,603

Untuk x = 2
y = a + bx
= 4,409 + 1,194 . 2
= 6,797

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

MW
27,9
27,9
9
0,75

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

Untuk x = 3
y = a + bx
= 4,409 + 1,194 . 3
= 7,991

1
b

1
1,194

= 0,83

MW

SE log LC50 =

SE LC50

0,83
65,55

0,83
8,09

= 0,102

= LC50 + log C10 x SE log LC50


= 3,09 x 2,303 x 0,102
= 0,72

Maka :
LC50 = 3,09

0,72

g/ml

B. Pembahasan
Uji BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) merupakan uji toksisitas
yang digunakan sebagai uji permulaan untuk mengetahui aktivitas dari
RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


suatu zat atau senyawa yang terkandung dalam suatu ekstrak atau
suatu isolat murni. Pada umumnya setiap senyawa kimia mempunyai
potensi

terhadap

timbulnya

toksisitas

berupa

gangguan

yang

berbahaya atau kematian jika diberikan kepada makhluk hidup dalam


jumlah tertentu yang melewati batas maksimum penggunaan. LC50
adalah konsentrasi dari suatu senyawa yang dapat menyebabkan 50%
kematian pada suatu populasi hewan uji. Nilai LC 50 dapat digunakan
untuk menentukan tingkat efek toksik suatu senyawa.
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui
toksisitas metabolit sekunder dari buah sawo manila (Manilkara
zapota) sebagai pengujian pendahuluan anti kanker menggunakan
metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) dengan larva udang

Arthemia salina Leach.


Pada percobaan ini pertama-tama dilakukan adalah pra perlakuan
yakni menetaskan larva udang Artemia salina Leach, kemudian dibuat
ekstrak sawo manila dengan menimbang ekstrak sebanyak 100 mg,
kemudian larutkan dengan etanol 10 ml, homogenkan, kemudian ambil
larutan tersebut sebanyak 1 ml dan masukkan dalam vial yang telah
ditarer dengan konsentrasi 1, 10, 100, dan 1000 g/ml kemudian
dicukupkan dengan air laut 10 ml, setelah itu diambil 1 ml dan
dimasukkan dalam 20 vial dengan pembagian 5 buah vial dengan
konsentrasi 1 g/ml, 5 buah vial dengan konsentrasi 10 g/ml, 5 buah
vial dengan konsentrasi 100 g/ml dan 5 buah vial dengan konsentrasi

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


1000 g/ml, kemudian diuapkan, kemudian diuapkan dengan cara
dihadrayer dimasukkan 10 ekor larva udang dan dimasukkan 5 ml air
laut tambahkan 1 tetes suspensi ragi, tutup dengan alumunium voil
dan lubangi kemudian letakkan dibawah cahaya lampu selama 124
jam dan amati berapa larva yang mati.
Pada praktikum kali ini larva udang yang digunakan yaitu jenis
Artemia salina yang telah berumur 48 jam dengan proses pembenihan
telur udang yang digunakan adalah sebanyak 0,5 gram dan
dimasukkan dalam air garam dengan kadar 38% (38 gram dalam 1
liter air) hal ini dilakukan sebagai simulasi dari habitat asli udang yaitu
air laut (air garam). Alasan digunakannya larva udang pada praktikum
kali ini adalah karena larva udang merupakan general bioassay yang
mana semua zat dapat menembus masuk ke dalam tubuh larva
melalui dinding sel. Efek toksik dapat diketahui atau diukur dari jumlah
kematian larva karena pengaruh bahan uji. Ekstrak yang digunakan
adalah ekstrak buah sawo manila yang dibuat larutan dengan
konsentrasi yang berbeda-beda yaitu mulai dari 1000, 100, 10 dan 1
g/ml. Hal ini bertujuan untuk mengetahui LC 50 dari ekstrak yang
digunakan dengan berbagai konsentrasi. Larutan-larutan uji tersebut
(1, 10, 100, dan 1000 g/ml) dibuat masing-masing 5 replikasi agar
didapat data statistik yang baik. Dan pada semua larutan uji tersebut
larva hidup yang dimasukkan harus sama banyaknya, yaitu 10 ekor,
dengan tujuan untuk memudahkan pengukuran dan penghitungan

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


hasil. Pengambilan larva harus dilakukan dengan amat sangat teliti,
karena ukuran larva sangat kecil, dan semua larva yang dimasukkan
ke dalam larutan uji haruslah larva yang berada dalam keadaan hidup.
Adapun hasil pengujian terhadap ekstrak etanol buah sawo
manila (Manilkara zapota) disimpulkan bahwa konsentrasi untuk
mematikan 50% larva udang (Artemia salina L) adalah LC50 = 3,09

0,72

g/ml . sehingga dapat dikatakan ekstrak buah sawo

manila (Manilkara zapota) pada percobaan ini memiliki potensi


toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan
hewan coba larva Artemia salina Leach. Sesuai penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak tanaman bersifat toksik
menurut harga LC50 dengan metode BSLT, maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun mengkudu
dapat dilanjutkan penelitiannya sebagai obat anti kanker di masa yang
akan datang.

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh hasil LC 50
(konsentrasi untuk mematikan 50% larva udang Artemia salina L)
adalah 3,09

0,72

g/ml

sehingga dapat dikatakan ekstrak

etanol sawo manila (Manilkara zapota) pada percobaan ini memiliki


potensi toksisitas akut.
B. Saran
Sebaiknya asisten mengawasi, membimbing dan menemani
praktikan saat praktikum.

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

DAFTAR PUSTAKA
Cassaret, L. J. and Doull, J. 1975. Toxicology: The Basic Science of
Poisons.MacMillan Publishing Co., Inc. New York.
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta
Ganiswara, Gunawan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
EGC: Jakarta.
Lodish, H dkk. 2000. Molecular Cell Biology, 5th ed. WH Freeman:New
York.
Mangan, Y. 2003. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Agromedia Pustaka
Jakarta.
Mayer et al. 1982. Deteksi toksisitas Kanker. http://cis/. nci. nih. gov/
fact/3-62 htm. Dikunjungi pada 8 Mei 2015, pukul 23:00 wita.
Mudjiman, A. 1998. Udang Renik Air Asin. Bhrata Karya Aksara:Jakarta.
Mutschler. E., 1991. Dinamika Obat. ITB : Bandung
Prama yufdi, Achmadi jumberi. 2009. Pemanfaatan hara air laut untuk
kebutuhan tanaman.
Steenis, van. 2005. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta..
Setiawan, Dalimartha, 2006, Atlas Tumbuhan
I, Trubus Agriwidya, Jakarta.
RINI ANDRIANI
15020130032

Obat

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

Indonesia, Jilid

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

Tjay, Tan, dkk. 2002. Obat-Obat


Komputindo.

Penting.

Jakarta : PT. Elex

Media

http://www.plantamor.com,dikunjungi pada 08 Mei 2015, pukul 02:00 wita

LAMPIRAN
A. Skema Kerja
a. Penetasan Larva

Disiapkan toples
berisi plastik
berbentuk
kerucut

Ditimbang larva
udang 1 gram

Masukkan air
laut kedalam
plastik kerucut
hingga 3/4
wadah terisi
penuh,
sesuaikan pH

Ditempatkan di
tempat yang
terkena cahaya,
selam 48 jam.

Ditutupi bagian
atas dengan
plastik yg rapat
dan dilobangi
kecil-kecil.

masukkan larva
udang dan diberi
aerator, tambah
suspensi ragi

b. Pengujian

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST


Sampel Ekstrak etanol
sawo manila
1, 10, 100 dan 1000
g/ml

Dihitung jumlah larva


yang mati, lalu
hitung LC 50
50

Dimasukkan dalam vial


dan dicukupkan 5 ml air
laut, Masukkan 10 ekor
larva udang (Artemia
salina Leach)

Dicukupkan hingga10
ml air laut, tambah 1
tetes suspensi ragi,
Dibiarkan selama 1x24
jam

B. Gambar

Gambar 5 replikasi
dari larutan 100 g/ml

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

RINI ANDRIANI
15020130032

NUR FADILLA PIKRI,S.Farm

Vous aimerez peut-être aussi