Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
GANGREN DIABETIK
I.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua
golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia (KDI)
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
(arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
-
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem
kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
C. Etiologi Gangren Kaki Diabetik
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi
menjadi endogen dan faktor eksogen.
1. Faktor endogen :
a) Genetik, metabolik
b) Angiopati diabetik
c) Neuropati diabetik
2. Faktor eksogen :
a) Trauma
b) Infeksi
c) Obat
D. Patofisiologi dan Pathway Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat
hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1.
Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang
berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis,
tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi
sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan
kerusakan dan perubahan fungsi.
2.
Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua
protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi
pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro
maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor faktor
disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah
angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk
aliran darah
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah
yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari,
denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut
akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta
antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati,
sehingga
faktor
angiopati
dan
infeksi
berpengaruh
terhdap
E. Manifestasi Klinik
Gangren diabetik akibat mikroangiopati disebut juga gangren panas karena
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan,
dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik
pada telapak kaki.
Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedang secara
akut emboli akan memberikan gejala klinik 5 P ( Pain, Paleness, Paresthesia,
Pulselessness, Paralisis ) dan bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran
klinik menurut pola dari Fontaine :
Stadium
II
III
IV
Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam derajat
menurut Wagner. Pada derajat 0 kulit utuh, tetapi ada kelainan bentuk kaki akibat
neuropati. Pada derajat I terdapat tukak superficial, derajat II tukak lebih dalam, dan
derajat III tukak dalam disertai abses dengan kemungkinan selulitis dan/atau
osteomielitis. Pada derajat IV terjadi gangren jari dan derajat V gangren kaki.
Berdasarkan jenis gangrennya gejala-gejala ini dibedakan :
1. Pada gangren kering akan dijumpai adanya gejala permulaan berupa :
a) Sakit pada daerah yang bersangkutan.
b) Daerah menjadi pucat, kebiruan dan berbecak ungu.
c)
Dingin.
d)
Basah.
e)
Lunak.
f)
Ada jaringan nekrose yang berbau busuk, tapi bisa juga tanpa bau sama sekali.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes GDA (Gula Darah Acak), untuk mengetahui menderita Diabetes
Mellitus/tidak
2. Biopsi, pengambilan sedikit jaringan untuk pemeriksaan Lab
3. Tes urine untuk mengetahui albumin dan keton
4. Tes darah, untuk mengetahui:
a) Glukosa darah
b) Aseton plasma
c) Asam lemak bebas
d) Osmolitas serum
a) Amputasi segera
b) Debridement dan drainage, setelah tenang maka tindakan yang diambil
mungkin :
(1) Amputasi selektif.
(2) Skin/arterial graft
Indikasi amputasi
a) Febris terus menerus.
b) Regulasi diabetes mellitus sulit dicapai (kadar gula darah > 300 mg%).
c) Osteomyelitis pada gambaran radiology.
d) Selulitis cenderung ke atas.
e) Infeksi pada gangren yang menyebabkan keadaan umum semakin memburuk.
f) Faal ginjal semakin menurun.
II.
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi dan diabetes mellitus, ulkus pada
ekstremitas dengan penyembuhan yang lama.
Tanda
3. Integritas Diri
Gejala : Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
Tanda
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuri), rasa nyeri, infeksi saluran kemih.
Tanda : Urine encer, poliuri, urine berbau.
5. Makanan/Cairan
Gejala : Nafsu makan meningkat/menurun, haus.
Tanda : Kulit kering, nafas bau buah (aseton).
6. Neurosensori
Gejala : Pusing.
Tanda : Mengantuk, kejang.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri ekstremitas, abdomen yang tegang atau nyeri.
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
Gejala : Batuk, bernapas bau keton.
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, ulkus kering.
Tanda : Demam, kulit rusak, menurunnya kekuatan umum, paralisis.
B. Pengkajian Luka
Stadium luka
Status neurologi
(3) Ganggren :
Stadium IV
Misalnya : Jika mengukur kedalam luka / goa pada luka, gunakan alat ukur
kapas lidi / pinset steril
ukur dg meteran
&
dokumentasikan).
a) Pengukuran Luka dengan Tiga Demensi
Pengukuran ini mempergunakan arah jarum jam. Dilakukan dengan
mengkaji panjang, lebar dan kedalamam luka, hal ini wajib dilaksanakan
oleh perawat untuk menilai ada atau tidaknya goa ( sinus trackat atau
undermining) yang merupakan ciri khas luka ganggren diabetik. Ukur
kedalaman luka dengan mempergunakan lidi kapas atau pinset steril
dengan hati-hati dengan arah pengukuran searah jarum jam.
12
11
10
3
8
4
2 cm di jam 6
7
5
6
Keterangan:
2 cm
cm
3 x 2 cm : panjang 3 cm x lebar luka 2 cm
1 cm : adalah kedalaman luka
4. Status Vaskuler
a) Palpasi
Status perfusi dinilai dengan melakukan palpasi pada daerah tibia dan
dorsalis pedis untuk menilai ada atau tidaknya denyut nadi (arteri dorsalis
pedis). Pada pasien dengan lanjut usia (lansia) terkadang sulit diraba, jalan
keluarnya dapat menggunakan alat stetoskop ultra sonic dopler.
b) Capillery Refill
Merupakan waktu pengisian kapiler dan di evaluasi dengan memberi
tekanan pada ujung jari atau ujung kuku kaki (ektremitas bawa, setelah
tampak kemerahan atau putih bila dilakukan penekanan pada ujung kuku.
Pada beberapa kondisi menurunnya
c) Edema
Merupakan penilaian
penekanan dengan jari tangan pada tulang yang menonjol umumnya pada
tibia malleolus. Kulit atau jaringan yang mengalami edema tampak lebih
coklat kemerahan atau mengkilat, adanya edema menunjukkan gangguan
aliran darah balik vena.
Tingkat Edema
0 0,6 cm : + 1 ( medle)
0,6 1,2 cm: + 2 ( moderate)
1,2 2,5 cm: +3 ( severe )
d) Temperatur Kulit
Cuci luak dg Nacl0,9%& diamkan 5-10 mnt sampai cairan eksudat keluar
Lakukan teknik pengambilan pus dg zig-zag ( 10X swab) dg tehnik steril ( dg l
Simpan dlm tempat steril & segera kirim ke laboratorium
Zigzag teknik
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya atau menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
Kriteria Hasil
No
Tindakan
Rasional
.
a.
Ajarkan
b.
mobilisasi
darah
Ajarkan tentang faktor-faktor yang Meningkatkan
pasien
untuk
melakukan Mobilisasi
meningkatkan
melancarkan
sirkulasi
aliran
istirahat
),
hindari
arterosklerosis,
merokok
tinggi
kolestrol,
menghentikan
teknik
relaksasi, dapat
kebiasaan
menyebabkan
merokok, vasokontriksi
dalam
pemberian
pembuluh
darah,
stress.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain Pemberian
d.
terjadinya
vasodilator
akan
perfusi
jaringan
dapat
Kriteria hasil
No
.
a.
Tindakan
Rasional
Kaji luas dan keadaan luka serta Pengkajian yang tepat terhadap luka
proses penyembuhan
dan
proses
penyembuhan
akan
selanjutnya
Rawat luka dengan baik dan benar : merawat luka dengan teknik aseptik,
membersihkan luka secara abseptik dapat menjaga kontaminasi luka dan
menggunakan
larutan
yang
iritatif, angkat sisa balutan yang jaringan granulasi tyang timbul, sisa
menempel pada luka dan nekrotomi balutan
jaringan
nekrosis
dapat
c.
pemberian
kultur pus
dokter
insulin,
yang
tepat
untuk
pengobatan,
Kriteria hasil
No
Tindakan
Rasional
.
a.
Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi Untuk mengetahui berapa berat nyeri
b.
c.
melakukan tindakan
Rangasangan yang
berlebihan
dari
nyeri
Teknik distraksi dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien
Atur posisi pasien senyaman mungkin Posisi yang nyaman akan membantu
e.
f.
vaskulerisasi
dan
pengeluaran
pus
Kolaborasi
dengan
dokter
pemberian analgesik
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan
Kriteria Hasil
No
Tindakan
Rasional
.
a.
b.
dapat
kooperatif
kekuatan
dalam
normal
Anjurkan
pasien
menggerakkan/mengangkat
d.
membuat
klien
kesulitan
dalam
diberikan bantuan
Kerja sama dengan tim kesehatan Analgesik dapat membantu mengurangi
lain: dokter ( pemberian analgesik ) rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih
dan tenaga fisioterapi
pasien
melakukan
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J., 2000. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta: EGC
2000. Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth. J, 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
secara