Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HELLP SYNDROME
Pembimbing:
Dr.Marwan Sp.OG
Disusun oleh:
Romulus P Sianipar
100100180
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, makalah
ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Ucapan terima kasih dan penghargaan saya sebagai penyusun ucapkan
kepada Dr. dr. Letta S Lintang, M.Ked(OG), Sp.OG(K) sebagai pembimbing di
Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. Haji Adam Malik Medan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan waktunya dalam membimbing dan
membantu selama pelaksanaan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun atas makalah ini dengan
senang hati penyusun terima. Penyusun memohon maaf atas segala kekurangan
yang diperbuat dan semoga penyusun dapat membuat makalah lain yang lebih
baik di kemudian hari.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................
i
Daftar Isi..............................................................................................................................
ii
Bab I
Pendahuluan..........................................................................................................
1
1.1. Latar belakang ...............................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................
2
1.3. Tujuan Penulisan ...........................................................................................
2
1.4. Manfaat Penulisan .........................................................................................
2
Bab II
Tinjauan Pustaka....................................................................................................
3
2.1. Definisi...........................................................................................................
3
2.2. Epidemiologi .................................................................................................
3
2.3. Klasifikasi ..........
3
2.4. Etiologi ..............................................
4
2.5. Patofisiologi ...................................................................................................
5
2.6. Gejala Klinis...................................................................................................
5
2.7. Diagnosis........................................................................................................
7
ii
2.8. Penatalaksanaan..............................................................................................
8
2.9. Prognosa.........................................................................................................
12
Bab III Laporan Kasus.......................................................................................................
13
Bab IV Diskusi ................................................................................................................
24
Bab V Kesimpulan ..........................................................................................................
26
Daftar Pustaka ....................................................................................................................
27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindroma HELLP yang merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver
Enzymes dan Low Platelet counts pertama sekali dilaporkan oleh Louis Weinstein
tahun 1982 pada penderita preeklamsia berat. Sindroma ini merupakan kumpulan
gejala multisistem pada penderita preeklamsia berat dan eklamsia yang terutama
ditandai dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar enzym hepar dan penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia).
Sindroma HELLP dikatakan merupakan varian yang unik preeklampsia.
Sekali berkembang dengan cepat dapat menyebabkan penderita menjadi gawat,
berakhir dengan kegagalan fungsi hati dan ginjal, repiratory distress syndrome
pada penderita dan kematian ibu dan janin.
Kadang-kadang sindroma ini sulit atau salah didiagnosa, karena
munculnya cepat dan bisa mendahului tanda-tanda preeklampsia atau dapat juga
didiagnosa sebagai hepatitis, kelainan gastrointestinal dan kandung empedu,
apendisitis ataupun pielonepritis.
Batasan sindroma HELLP sampai saat ini masih kontroversi. Menurut
Godlin, Sindroma HELLP merupakan bentuk awal preeklampsia berat. Weinstein
melaporkan sindroma HELLP merupakan varian unik preeklampsia. Di lain pihak
banyak penulis melaporkan bahwa sindroma HELLP merupakan bentuk yang
ringan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) yang terlewatkan karena
pemeriksaan laboratorium yang tidak adekuat.
Salah satu alasan yang menyebabkan kontroversi terhadap sindroma ini
adalah karena perbedaan dalam kriteria diagnostik dan metode yang digunakan.
Walaupun hampir semua peneliti sepakat bahwa sindroma ini merupakan pertanda
keadaann penyakit yang berat dan dengan prognosis yang buruk.
Insiden sindroma HELLP sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Hal ini disebabkan karena onset sindroma inisulit diduga serta gambaran klinisnya
sangat bervariasi dan perbedaan dalam kriteria diagnosis. Insiden sindroma
HELLP berkisar 2-12% dari pasien dengan preeklampsia berat, dan berkisar 0,2
sampai 0,6% dari seluruh kehamilan.
Sampai saat ini penanganan sindroma HELLP masih kontroversi.
Beberapa peneliti menganjurkan terminasi kehamilan dengan segera tanpa
memperhitungkan usia kehamilan, mengingat besarnya resiko maternal serta
jeleknya luaran perinatal apabila kehamilan diteruskan. Beberapa peneliti lain
menganjurkan pendekatan yang konservatif untuk mematangkan paru-paru janin
dan memperbaiki gejala klinis ibu. Namun semua peneliti sepakat bahwa
terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi definitif.1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah tinjauan teoritis, temuan klinis, serta penatalaksanaan hellp
syndrome di Ruang Rawat Inap Terpadu (RINDU) B-1 RSUP H. Adam Malik
Medan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
1. Menelaah lebih dalam tentang tinjauan teoritis hellp syndrome
2. Memaparkan pembahasan klinis hellp syndrome dari segi terminologis,
etiologi, kriteria diagnostik, penatalaksaan serta prognosis dan komplikasi
1.4 Manfaat Penulisan
1. Menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai hellp
syndrome
2. Menjadi media mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat
mengenai hellp syndrome
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Sindroma HELLP yang merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver
Enzymes dan Low Platelet counts pertama sekali dilaporkan oleh Louis Weinstein
tahun 1982 pada penderita preeklamsia berat. Sindroma ini merupakan kumpulan
gejala multisistem pada penderita preeklamsia berat dan eklamsia yang terutama
ditandai dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar enzim hepar dan penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia).1
2.2. Epidemiologi
Insiden sindroma HELLP sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Hal ini
disebabkan karena onset sindroma inisulit diduga serta gambaran klinismya
sangat bervariasi dan perbedaan dalam kriteria diagnosis. Insiden sindroma
HELLP berkisar 2-12% dari pasien dengan preeklampsia berat, dan berkisar 0,2
sampai 0,6% dari seluruh kehamilan.1
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, ada dua klasifikasi pada sindoma
HELLP. Menurut Audibert dkk, dikatakan sindroma HELLP partial apabila hanya
dijumpai satu atau lebih perubahan parameter sindroma HELLP seperti hemolysis
(H), elevated liver enzymes (EL) dan low platelet (LP). Dan sindroma HELLP
murni apabila dijumpai perubahan pada ketiga parameter tersebut. Selanjutnya
sindroma HELLP partial dapat dibagi atas beberapa sub grup, yaitu Hemolysis
(H), Low Platelet counts (LP), Hemolysis + low platelet counts (H+LP), dan
hemolysis + elevated liver enzymes (H+EL).
Klasifikasi yang kedua hanya berdasarkan jumlah platelet. Menurut
klasifikasi ini, Martin mengelompokkan penderita sindroma HELLP dalam 3
kategori, yaitu: kelas I jumlah platelet 50.000/mm3, kelas II jumlah platelet >
50.000 - 100.000/mm3 dan kelas III jumlah platelet > 100.000 - 150.000/
mm3.1
2.4. Etiologi
Etiologi dan patogenesis dari sindroma HELLP ini selalu dihubungkan dengan
preeklampsia, walaupun etiologi dan patogenesis dari preeklampsia sampai saat
ini juga belum dapat diketahui dengan pasti. Banyak teori yang dikembangkan
dari dulu hingga kini untuk mengungkapkan patogenesis dari preeklampsia,
namun dalam dekade terakhir ini perhatian terfokus pada aktivasi atau disfungsi
dari sel endotel. Tetapi apa penyebab dari perubahan endotel ini belum juga
diketahui dengan pasti. Saat ini ada empat buah hipotesis yang sedang diteliti
untuk mengungkapkan etiologi dari preeklampsia, yaitu : iskemia plasenta, Very
Low Density Lipoprotein versus aktivitas pertahanan toksisitas, maladaptasi imun
dan penyakit genetik. Sindroma HELLP ini merupakan manifestasi akhir dari
hasil kerusakan endotel mikrovaskular dan aktivasi dari trombosit intravaskular.2,3
2.5. Patofisiologi
Dengan meningkatnya SGOT, SGPT (> 70 iu) dan LDH (> 600 iu) maka
merupakan tanda degenerasi hati akibat vasospasme luas. LDH > 1400 iu,
merupakan tanda spesifik akan kelainan klinik.
3. Low platelets
Jumlah trombosit < 100.000/mm3 merupakan tanda koagulasi intravaskuler.
Sindroma HELLP merupakan salah satu keadaan preeklampsia yang
memburuk yang dapat didiagnosis dengan parameter laboratorium, sementara
proses kerusakan endotel juga terjadi diseluruh sistem tubuh, karenanya
diperlukan suatu parameter yang lebih dini dimana preeklampsia belum sampai
menjadi perburukan, dan dapat ditatalaksana lebih awal yang akan menurunkan
terutama
morbiditas
dan
mortalitas
ibu,
dan
mendapatkan
janin
se-
(AST/GOT),
Alanin
Transaminase
(ALT/GPT),
dan
juga
fibrin
dan
aktivasi
antitrombin
III
yang
mengarah
2.7. Diagnosis
Diagnosis sindroma HELLP yang paling pasti dengan adanya tanda-tanda dan
gejala preeklampsia-eklampsia pada pasien hamil bersama dengan tiga serangkai
kelainan laboratorium menunjukkan hemolisis mikroangiopati, disfungsi hepar
dan trombositopenia. Meskipun dianggap sebagai standar emas, biopsi hati jarang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Temuan histologis umum di biopsi
tersebut meliputi perdarahan periportal dan deposit fibrin di sinusoid hati.3
Tingkat kelainan laboratorium sekarang ini sulit untuk ditegakkan hanya dengan
anamnesis atau pemeriksaan fisik. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium
harus ditata dengan indikasi klinis minimal,
dan untuk menyingkirkan ada atau tidaknya diagnosis preeklampsia. Pemeriksaan
laboratorium yang khas meliputi darah lengkap, studi koagulasi, serum kreatinin,
urin protein, glukosa darah, apusan darah tepi dan tes fungsi hati.
Meskipun beberapa derajat hemolisis sering dicatat dan merupakan ciri
khas dari tiga serangkai untuk diagnosis, anemia yang dihasilkan jarang atau
ringan. Banyak sekali dokter menggunakan LDH tinggi sebagai indikator
hemolisis yang lebih baik dari hemoglobin. Ada lima perbedaan pada isomer
LDH, dan hanya LDH1 dan LDH2 yang dilepaskan dari sel darah merah yang
lisis. Namun, iskemia hepar juga menyebabkan peningkatan total LDH pada
sebagian besar pasien dengan preeklamsia berat atau sindroma HELLP. Oleh
karena itu, peningkatan tidak langsung bilirubin, haptoglobin rendah dan apusan
darah tepi abnormal dengan schistocytes dan atau burr cells digunakan untuk
diagnosis tambahan hemolisis selain LDH.
Elevasi yang signifikan dari alkaline phosphatase seringkali terlihat pada
kehamilan normal. Namun, peninggian transaminase, laktat dehidrogenase dan
bilirubin adanya menunjukkan keadaan patologi pada hepar.
Sayangnya tidak ada konsensus berkaitan dengan parameter laboratorium
untuk diagnosis sindroma HELLP. Kelainan laboratorium sering kembali ke
normal dalam waktu singkat pengiriman dengan secara berkala terjadi peburukan
dalam 24-48 jam pertama postpartum.3
2.8. Penatalaksanaan
Sampai saat ini penanganan sindroma HELLP masih kontroversi. Beberapa
peneliti
menganjurkan
terminasi
kehamilan
dengan
segera
tanpa
dan memperbaiki gejala klinis ibu . Namun semua peneliti sepakat bahwa
terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi defenitif.1
Karena sifat progresif dari penyakit, pasien tersebut harus selalu dirawat di
rumah sakit dengan istirahat yang ketat dan perawatan dalam proses persalinan
karena potensi untuk memuburuknya kondisi ibu atau janin secara tiba-tiba.
Pasien yang didiagnosis dengan sindroma HELLP sebelum 35 minggu harus
dipindahkan ke perawatan tersier. Setelah penilaian status dan stabilisasi ibu, janin
dievaluasi dengan melacak denyut jantung janin, dan ultrasonografi.3
Penanganan sindroma HELLP lebih sulit bila dibandingkan dengan
penanganan preeklampsia, disamping itu perlu penanganan multi disiplin.
Prioritas pertama adalah stabilisasi kondisi ibu terutama terhadap tekanan darah,
balans cairan dan abnormalitas pembekuan darah. Kontrol terhadap tekanan darah
yang tinggi perlu segera dilakukan, terutama bila dijumpai tanda-tanda iritabilitas
syaraf pusat dan kegagalan ginjal.
Seperti penanganan preeklampsia, pemberian sulfas magnesikus masih
merupakan pilihan utama. Transfusi dan pemberian trombosit sering diperlukan
untuk membrantas anemi ataupun koagulopati, tetapi pemberian transfusi darah
harus hati-hati dengan memperhitungkan keseimbangan cairan, apalagi pada
penderita
dengan
gangguan
fungsi
ginjal.
Pemberian
trombosit
dapat
dipertimbangkan apabila kadar trombosit kurang dari 50.000 /mm3, apalagi jika
seksio sesarea akan dilakukan.
Kadang-kadang hasil pemeriksaan laboratorium tidak menggambarkan
jauhnya kerusakan yang terjadi pada jaringan hepar, jumlah penumpukan fibrin,
perdarahan dan lobular nekrosis. Itulah sebabnya beberapa peneliti seperti
Weinstein kurang menyetujui penanganan konservatif dan lebih menganjurkan
untuk segera melakukan terminasi kehamilan.1
10
11
2.8. Prognosa
Penderita HELLP mempunyai kemungkinan 19 27% untuk mendapat
resiko sindroma ini pada kehamilan berikutnya. Dan mempunyai resiko sampai
43% untuk mendapat preeklampsia pada kehamilan berikutnya. Sindroma HELLP
kelas 1 merupakan resiko terbesar untung berulang.
Sibak dkk melaporkan angka kematian ibu pada sindroma HELLP 1.1%.
dengan komplikasi seperti DIC ( 21%), solusio plasenta (16%), gagal ginjal akut (
7,7%), udema pulmonum (6%), hematom subkapsular hepar (0,9%) dan ablasio
retina (0,9%).
Angka morbiditas dan mortalitas pada anak berkisar 10 60% tergantung
dari keparahan penyakit ibu. Anak yang ibunya menderita sindroma HELLP
mengalami perkembangan janin terhmbat ( IUGR) dan sindroma kegagalan
pernapasan.1
12
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESE PRIBADI
Nama
: Yariade Gule
Umur
: 27 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
Suku
: Nias
Agama
: Kristen
Alamat
: Penurunan Kesadaran
Telaah : Hal ini dialami os sejak 22/03/2015 pukul 12.00 WIB. Pasien merupakan
rujukan dari RS luar, setelah sebelumnya os kejang sebanyak 3x. Pasien masuk ke
IGD RSHAM Medan pukul 14.00 WIB. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum
kehamilan (-). Riwayat nyeri ulu hati (-). Riwayat pandangan kabur (-). Riwayat
sakit kepala bagian frontalis (+). Riwayat kejang (-). Riwayat mules-mules mau
melahirkan (+). Riwayat keluar lendir darah (+). Riwayat keluar air dari kemaluan
(-). BAK (+) normal BAB (+) normal. RPT : HT (-), DM (-), Asma (-), Penyakit
Jantung (-)
RPO: HPHT : 13-8-2014
TTP
: 20-5-2015
13
II.PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens
Sensorium
: Somnolen
Anemia
:+
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Ikterik
:-
Laju Nadi
: 124 x/menit
Sianosis
:-
Laju Pernafasan
: 40 x/menit
Dyspnoe
:+
Suhu
: 37.6 C
Oedem
: + (pretibial)
Proteinuria
: (+3)
Status Generalista
Kepala : Conjunctiva Palpebra Inferior Pucat (+/+), Sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP: R+2 cm H2O
Dinding Toraks
Abdomen
: Membesar Asimetris
: letak lintang
Terbawah
: letak lintang
Gerakan
:-
His
:-
: 15.00 gr%
AST/SGOT
: 1278 U/l
Ht
: 42.10 %
LDH
: 3867 U/l
Trombosit
: 92.000/mm3
Ureum
: 83 mg/dl
Leukosit
: 29.89/mm3
Kreatinin
: 3.05 mg/dl
D-dimer
: 1200 ng/mL
Natrium
: 140 mEq/L
Fibrinogen
: 412.0 mg/dl
Kalium
Albumin
: 2,8 g/dl
Klorida
LDH
: 3867 U/l
: 3.3 mEq/L
: 105 mEq/L
15
IV. DIAGNOSA:
Penurunan kesadaran ec dd Eklamsia + PG + KDR (30-32) minggu + PK + KJDK
+ Inpartu
V. TERAPI di IGD : -
FOLLOW UP
Tanggal
Subjective
Objective
Assessment
Plan
24-03-
Penurunan
Interna
2015
Kesadaran
(Obgyn)
Pukul
09.00
WIB
(+)
darah
(+)
(-),
Riwayat
Anastesi
14 gtt/I
- Inj. Dexamethason
10mg IV /12 jam
- SC
Interna
- Inj Ceftriaxone
1gr/12jam
Toleransi
operasi
moderate risk. Saat ini
toleransi dari bagian
kami ialah moderate
risk.
Apabila
diperlukan transfusi,
maka
kami
kembalikan kebagian
anastesi untuk jumlah
transfusi
PRC
&
Trombosit
yang
diperlukan .
SC
D-dimer,
17
Telah lahir bayi pukul 09.50 WIB, dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan 1750 g, panjang
badan 43 cm, lingkar kepala 31 cm, apgar score 4/8, anus (+).
Bayi dirawat diperinatologi
16-03-
15
operasi
HELLP Syndrome
(Obgyn)
+ Letak Lintang +
O2 2-4l/I
IVFD RL 20
gtt/i
Inj.
NH1
Ceftriaxone
RR: 20 x/menit
T: 37.0
1gr/12j
Inj. Ketorolac
30 mg/8j
Inj.
Anemis: -
Gentamicyn
Icteric: +
80mg/8j
Inj.
Dexamethason
Dyspnoe: -
Cyanosis: -
10-10-5-5/12j
R/
transfusi
PRC
Oedema: -
dan
Trombosit
SL:
Mata: Conj. Palpebra
PRC = Delta Hb x 4 x
BB
icteric (+/+)
= (10-7,4) x 4 x 50
T/H/M: dbn
= 520 cc ( 3 bag)
18
(+) N
TFU:1
jari
bp,
kontraksi baik
P/V: -, Lokia (+) rubra
L/O: Tertutup verban,
kes: kering
BAK:
Via
kateter,
UOP:
80
cc/jam,
Lab:
Hb: 7.4 gr%
Eri: 3.24 106/mm3
Leu: 35.15 103/mm3
HT: 23.3%
Trom: 33 103/mm3
Fibrinogen:215 mg/dl
D-dimer: 1200 ng/ml
SGOT: 75
SGPT: 46
LDH: 1031
KGDs: 79.5 mg/dl
19
15
operasi,
HELLP Syndrome
(Obgyn)
demam (+)
+ Letak Lintang +
O2 2-4l/I
IVFD RL 20
gtt/i
Inj.
NH2
HR: 92 x/menit
RR: 20 x/menit
T: 38.3
Ceftriaxone
-
1gr/12j
Inj. Ketorolac
30 mg/8j
Inj.
Anemis: +
Gentamicyn
Icteric: +
80mg/8j
Inj.
Dexamethason
Dyspnoe: -
Cyanosis: -
10-10-5-5/12j
PCT
tab
3x500mg
Oedema: SL:
Abd:soepel, peristaltic
(+) N
TFU:
jari
bp,
kontraksi baik
P/V: -, Lokia (+) rubra
L/O: Tertutup verban,
kes: kering
20
BAK:
Via
kateter,
UOP:
60
cc/jam,
2015
operasi
HELLP Syndrome
(Obgyn)
+ Letak Lintang +
O2 2-4l/I
IVFD RL 20
gtt/i
Inj.
NH3
HR: 92 x/menit
RR: 20 x/menit
T: 37.0
Anemis: +
Ceftriaxone
-
1gr/12j
Inj. Ketorolac
30 mg/8j
Inj.
Gentamicyn
80mg/8j
Icteric: +
Dyspnoe: Cyanosis: Oedema: SL:
Abd:soepel, peristaltic
(+) N
TFU:
jari
bp,
kontraksi baik
P/V: -, Lokia (+) rubra
L/O: Tertutup verban,
kes: kering
BAK:
Via
kateter,
UOP:
60
cc/jam,
21
Cefadroxil tab
2x500 mg
Asam
HELLP Syndrome
+ Letak Lintang +
Mefenamat
NH4
HR: 92 x/menit
RR: 20 x/menit
tab 3x500 mg
Ranitidin tab
T: 37.0
2x150 mg
Vitamin
Anemis: +
comp 1x1
Pasien PBJ
Icteric: +
Dyspnoe: Cyanosis: Oedema: SL:
Abd:soepel, peristaltic
(+) N
TFU:
jari
bp,
kontraksi baik
P/V: -, Lokia (+) rubra
L/O: Tertutup verban,
kes: kering
BAK:
(+)
normal
22
BAB IV
DISKUSI
23
pasien
ini
didapati
Hb : 9.00 gr%
Gejala dan tanda sindroma HELLP, yaitu: Pada pasien ini ditemukan ialah
malaise, ketidaknyamanan abdomen kuadran gejala
badan
kuning,
nyeri
atas (nyeri ulu hati), nyeri kepala, proteinuria, kepala, edema pretibial. Tanda
hipertensi, mual muntah, pandangan kabur, yang ditemukan ialah hipertensi
perdarahan, asites, jaundice, nyeri pada (TD
bahudan leher, edema pretibial
Klasifikasi
sindroma
160/100
mmHg),
proteinuria (+3)
HELLP
dan
HELLP
ini
patogenesis
selalu
dari
dihubungkan
preeklampsia.
Penanganan
sindroma
kontroversi.
Prioritas
HELLP
pertama
masih Pada
pasien
adalah operasi
ini
dilakukan
SC
dengan
janin
didapati
tekanan darah, balans cairan dan abnormalitas letak lintang pada pemeriksaan
pembekuan darah.
Persalinan yang segera diindikasikan pada
pasien dengan usia kehamilan diatas 34
ultrasonografi.
dilakukan
pada
Operasi
tanggal
15
24
minggu,
atau
adanya
kegawatdaruratan janin atau jika terdapat lahir bayi pukul 09.50 WIB,
komplikasi sindroma HELLP seperti MOD, dengan jenis kelamin laki-laki,
DIC, gagal ginjal, edema pulmonum, dll.
Tidak ada konsensus mengenai penggunaan
steroid dosis tinggi seperti dexamethasone
(10mg setiap 12 jam IV) pada kelas 1 dan 2
post
SC.
Hal
ditujukan
ini
untuk
kematangan
bukan
mebantu
pari-paru
janin,
diberikan
terapi
BAB 5
RESUME
Ny. W, 26 tahun, G1P0A0, Jawa, Islam, SMK, Ibu rumah tangga, menikah dengan
Tn. M, 25 tahun, Jawa, Islam, SMK, Wiraswasta datang ke RSHAM dengan
badan berwarna kuning. Hal ini dialami pasien sejak hamil muda. Pasien
merupakan rujukan dari RS luar. Riwayat kencing berwarna merah dialami pasien
25
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum
kehamilan (-). Riwayat nyeri ulu hati (-). Riwayat pandangan kabur (-). Riwayat
sakit kepala (+) pada bagian frontal. Riwayat mual (-) dan muntah (-). Riwayat
kejang (-). Riwayat mules-mules mau melahirkan (-). Riwayat keluar lendir darah
(-). Riwayat keluar air dari kemaluan (-). BAK (+) normal BAB (+) normal. Dari
hasil
pemeriksaan
dijumpai
sensorium
compos
mentis,
tekanan
darah
160/100mmHg, HR, RR dan suhu dalam batas normal. Dijumpai proteinuria +3.
Dari status generalisata dijumpai sclera icterik dan yang lain batas normal. Pada
pemeriksaan abdomen dijumpai abdomen membesar asimetris, TFU pertengahan
antara prosesus sipoideus dengan pusat, dan His -. DJJ 152x/menit. Dari USG
kesan IUP (31-32) minggu + severe oligohidramnion + letak lintang + Anak
Hidup. Pasien kemudian diterapi dengan MgSO4 20% 4gr bolus (4-5 menit),
Injeksi Dexamethasone 10mg IV/12 jam(2x) sebelum kelahirannya dan SC.
DAFTAR PUSTAKA
Kedokteran
Fetomaternal,
Perkumpulan
Obstetri
dan
26
2. Martin JN, Blakes PG, Perry KG, etal. The Natural Hystory of HELLP
Syndrome : Patern of Disease Progression and Regression. AmJ Obstet
Gynecol 1991; 164 : 1500 13.
3. Hemant S, Chabi S, Frey D. Review Article: Hellp Syndrome. The Journal
of Obstetric and Gynecology of India [internet] 2009 [cited 2015 April 5].
Available from URL: http://medind.nic.in/jaq/t09/i1/jaqt09i1p30.pdf.
27