Vous êtes sur la page 1sur 16

KOMPREHENSIF I

HEMAPTOE

LAPORAN PENDAHULUAN

oleh.
Kurnia Juliarthi
NIM 132310101012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................... i
LAPORAN PENDAHULUAN.......................................................................1
A.

Definisi Penyakit...........................................................................1

B.

Etiologi.......................................................................................... 1

C. Tanda dan Gejala..........................................................................1


D. Patofisiologi.................................................................................. 1
E.

Komplikasi.................................................................................... 3

F.

Pemeriksaan Penunjang................................................................3

G. Clinical Pathway............................................................................3
H. Penatalaksanaan Medis................................................................3
I.

J.

Penatalaksanaan Keperawatan.....................................................6
1.

Pengkajian................................................................................. 6

2.

Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)....................8

3.

Perencanaan /Nursing Care Plan................................................9

4.

Discharge Planning..................................................................13
Daftar Referensi..........................................................................14

Lampiran pathway............................................................................... 15

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Penyakit
Hemaptoe adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah
atau sputum yang berdarah. Batuk darah adalah batuk yang disertai
pengeluaran darah dari paru atau saluran pernapasan.
B. Etiologi
1. Peradangan(Infeksi) : tuberkulosis, bronkiektasis, abses paru, pneumonia,
bronkitis
2. Neoplasma(Tumor) : karsinoma paru, adenoma, tumor ektratorakal
3. Lain-lain : tromno emboli paru, trauma
C. Tanda dan Gejala
1. Didahului batuk keras yang tidak tertahankan
2. Terdengar adanya gelembung-gelembung udara bercampur darah di dalam
saluran napas
3. Terasa asin / darah dan gatal di tenggorokan (DS)
4. Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih, beberapa hari
kemudian warna menjadi lebih tua atau kehitaman
5. Bisa berlangsung beberapa hari
6. Penyebabnya : kelainan paru
D. Patofisiologi
Setiap

proses

yang

terjadi

pada

paru

akan

mengakibatkan

hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk


memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis
dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma
Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan
pada hemoptoe masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya
aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan
autopsi membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang

merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal


dari perdarahan pada hemoptoe.
Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
1. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah
menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk
menimbulkan batuk darah.
2. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada
pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar
seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.
4. Kelainan membran alveolokapiler
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada
Goodpastures syndrome.
5. Perdarahan kavitas tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal
dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari
cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis
disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini
terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan
pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan
hemoptisis masif.
6. Invasi tumor ganas
7. Cedera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami
transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk
darah.
E. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu ditentukan
oleh tiga faktor :
1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran
pernapasan.

2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat


menimbulkan syok hipovolemik.
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke
dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. X-foto
Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal dengan atau
tanpa adanya infiltrat. Gambaran milier atau bercak
kalsifikasi.
b. Pemeriksaan sputum / Bakteriologis
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB.
Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan
cairan di lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturutturut yaitu sewaktu pagi sewaktu.
c. Pemeriksaan mantoox test
Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg.
G. Clinical Pathway
Terlampir
H. Penatalaksanaan Medis
Pada umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan
biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis
yang masif.
Tujuan pokok terapi ialah :
1. Mencegah tersumbatnya saluran napas oleh darah yang beku
2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi
3. Menghentikan perdarahan
Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan suport kardiopulmaner
dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang merupakan
penyebab utama kematian pada para pasien dengan hemoptisis masif.
Masalah utama dalam hemoptoe adalah terjadinya pembekuan dalam saluran
napas yang menyebabkan asfiksi. Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan

hemoptoe paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel.


Hemoptoe dalam jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat
menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat menimbukan renjatan
hipovolemik.
Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :
1. Terapi konservatif
a.

Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring

( Trendelendburg/lateral decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi


yang sakit untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.
b. Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.
c. Batuk secara perlahanlahan untuk mengeluarkan darah di dalam saluran
saluran napas untuk mencegah bahaya sufokasi.
d. Dada dikompres dengan es kap, hal ini biasanya menenangkan penderita.
e.

Pemberian obatobat penghenti perdarahan (obatobat hemostasis),

misalnya
f. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
g. Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang
terjadi.
h. Pemberian oksigen.
Tindakan selanjutnya bila mungkin :
a. Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi
b. Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah dengan
bronkoskopi dan pemberian adrenalin pada sumber perdarahan.
2. Terapi pembedahan
Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan.
Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan :
a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.
b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian pada
perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan tindakan
operasi.

c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya hemoptoe


yang berulang dapat dicegah.
Busron (1978) menggunakan pula indikasi pembedahan sebagai berikut :
a. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan
dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.
b. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan
tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%,
sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.
c. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan
tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, tetapi
selama pengamatan 48 jam yang disertai dengan perawatan konservatif batuk
darah tersebut tidak berhenti.
Sebelum pembedahan dilakukan, sedapat mungkin diperiksa faal paru dan
dipastikan asal perdarahannya, sedang jenis pembedahan berkisar dari
segmentektomi,

lobektomi

dan

pneumonektomi

dengan

atau

tanpa

torakoplasti.
Penting juga dilakukan usaha-usaha untuk menghentikan perdarahan. Metode
yang mungkin digunakan adalah :
a. Dengan memberikan cairan es garam yang dilakukan dengan bronkoskopi
serat lentur dengan posisi pada lokasi bronkus yang berdarah. Masukkan
larutan NaCl fisiologis pada suhu 4C sebanyak 50 cc, diberikan selama 30-60
detik. Cairan ini kemudian dihisap dengan suction.
b. Dengan menggunakan kateter balon yang panjangnya 20 cm penampang
8,5 mm.
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Demografi : Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).

b. Keluhan Utama: Pasien hemaptoe ditandai dengan sesak nafas, batuk dan
berat badan menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang: pasien hemaptoe sering panas lebih dari dua
minggu sering batuk yang disertai dengan darah, anoreksia, lemah, dan
berkeringat banyak pada malam hari
d. Riwayat Penyakit Dahulu: pasien mempunyai riwayat tertentu seperti
penyakit jantung, TBC dll.
e. Riwayat Penyakit Keluarga: biasanya keluarganya mempunyai penyakit
menular atau tidak menular.
f. Riwayat psikososial
Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis pasien dengan
timbul gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap
penyakitnya, meliputi : perumahan yang padat, lingkungan yang kumuh dan
kotor, keluarga yang belum memahami tentang kesehatan.
2. Pengkajian 11 Pola fungsional Gordon
1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Biasanya pasien mempunyai kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, dan
kebiasaan olahraga. Setelah masuk rumah sakit biasanya kebiasaan
merokoknya berhenti.
2. Pola Nutrisi/Metabolisme
Sebelum sakit biasanya nafsu makan tidak terganggu, tetapi setelah masuk
rumah sakit nafsu makan menurun, diet khusus / suplemen, fluktasi berat
baan dan anoreksia.
3. Pola Eliminasi
Pada saat sebelum dan setelah masuk rumah sakit umumnya pasien tidak
mengalami gangguan eleminasi
4. Pola Aktivitas
Sebelum masuk rumah sakit pasien masih segar bugar dan bisa melakukan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Tetapi setelah masuk rumah
sakit aktivitas dasar

pasien terganggu seperti makan minum, toileting,

berpakaian, dll.
5. Pola Istirahat Tidur
Umumnya pasien mengalami gangguan pola tidur / istirahat setelah masuk
rumah sakit, beda dengan sebelum masuk rumah sakit. Manusia normalya
tidur >6 jam per hari, setelah masuk rumah sakit hanya bisa tidur 1-4 ja
6. Pola Kognitif-Persepsi

Sebelum dan setelah masuk rumah sakit, umumnya pasien tidak mengalami
gangguan pada indera
7. Pola Peran Hubungan
Hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar cukup baik
sebelum masuk rumah sakit dan setelah masuk rumah sakit biasanya
hubungan dengan orang-orang sekitar semakin bertambah karena pasien
sakit membutuhkan perhatian orang sekitar
8. Pola Seksualitas/Reproduksi
Untuk pasangan suami istri yang biasanya melakukan seksualitas secara
teratur, namun ketika sakit pola seksualitas akan terganggu
9. Pola Koping Toleransi Stress
Penyebab stres, koping terhadap stres, dan pemecahan masalah. Sebelum
masuk rumah sakit sudah banyak pikiran misalnya tentang sosial-ekonomi
ditambah lagi ketika manusia masuk rumah sakit pikiran tersebut bisa
menambah dua kali lipat
10. Pola Keyakinan Nilai
Sebelum masuk rumah sakit pasien rajin sholat dan beribadah kepada
Tuhannya, tetapi setelah masuk rumah sakit mungkin pasien hanya bisa
beribadah lewat doa-doa dan cara sholat yang duduk maupun tiduran di
tempat tidur
11. Pola Konsep diri
Pasien selalu berespon atau mengatakan bahwa dirumah lebih nyaman
daripada dirumah sakit dan pasien ingin sekali cepat sembuh dan kembali ke
rumah berkumpul bersama keluarga terdekat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: Keadaan penyakit, kesadaran, suhu
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

meningkat, dan BB menurun.


Tanda-tanda Vital : TD:.., RR:..., HR:.., Suhu:,...
Kepala:
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Thoraks: Bentuk thorax pasien hemaptoe biasanya tidak

normal (Barrel chest)


j. Paru: Bentuk dada simetris/tidak, pergerakan paru
tertinggal/bersama, adanya whezing atau ronkhi.

k. Jantung: ada/tidak suara 1 dan suara 2 tambahan


l. Abdomen: Biasanya terdapat pembesaran limfa dan hati
m. Urogenital
n. Ekstremitas: kekuatan otot, akral
o. Kulit dan kuku
p. Keadaan lokal
2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas (sekresi
dibronkus, mukus yang berlebihan); fisiologis (infeksi).
2. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik).
3. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologi (hemaptoe).
4. Gangguan rasa nyaman
5. Kurang pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi.
6. PK infeksi

3. Perencanaan /Nursing Care Plan

1.

No.

Diagnosa (PES)

Tujuan dan Kriteria Hasil


(NOC)

Intervensi (NIC)

Rasional

1.

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas b.d obstruksi
jalan
nafas
(sekresi
dibronkus, mukus yang
berlebihan),
fisiologis
(infeksi) ditandai dengan
DS :
Dispneu
DO :
1. Penurunan suara nafas
2. Orthopneu
3. Sianosis
4. Kelainan
suara
(crackles, wheezing)
5. Kesulitan berbicara
6. Batuk
7. Produksi sputum

Tujuan : Setelah diberikan


asuhan keperawatan 1 x 24
jam diharapkan bersihan
jalan klien menjadi efektif.
Kriteria hasil :
a) Suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan
dipsneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah)
b)Menunjukkan jalan napas
yang paten (irama nafas,
frekuensi pernapasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara napas abnormal)
c)Mampu mengidentifikasi
dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan
napas.

1. Auskultasi
suara
napas 1-4 jam
2. Pantau pola nafas,
meliputi
rate,
kedalaman,
dan
upaya bernafas
3. Berikan
oksigen
sesuai order
4. Observasi sputum,
warna, bau, dan
volume
5. Dorong
pemberian
cairan lebih dari 2500ml/
hari kecuali klien dengan
gangguan jantung atau
ginjal
6. Berikan
kompres
dingin
dibagian
leher
dan
dada

a. Suara napas normal jelas atau


krakels tersebar dibagian dasar yang
jelas dengan napas dalam.
b. Respiratory rate normal untuk
dewasa tanpa dispneu adalah 1624,adanya sekresi pada jalan napas
RR akan meningkat
c. Pemberian
oksigen
dapat
memperbaiki hipoksemia
d. Sputum normal adalah bening atau
abu-abu dan minimal sputum
abnormal adalah hijau, kuning atau
terdapat bercak darah, berbau, dan
biasanya jumlah banyak
e. Meminimalisasi keringnya mukosa
dan memaksimalkan kerja silia
untuk mengeluarkan sekresi
f. Kompres dingin memberikan efek
vasokontriksi pada pembuluh darah
sehingga perdarahan dapat dikontrol

10

7.

2.

2.

Nyeri akut b.d agen injuri Tujuan


:
Setelah
(fisik) ditandai dengan diberikan
asuhan
perubahan nafsu makan, keperawatan 1 x 2 jam
perubahan
respiratory diharapkan nyeri yang
rate, melaporkan nyeri dirasakan klien berkurang.
secara verbal ditandai Kriteria hasil :
a) Mampu
mengontrol
dengan:
nyeri (tahu penyebab
DS :
nyeri,
mampu
Laporan secara verbal
menggunakan
teknik
DO :
nonfarmakologi
untuk
1. Posisi untuk menahan
mengurangi
nyeri,
nyeri
mencari bantuan)
2. Tingkah laku berhatib) Melaporkan bahwa nyeri
hati
berkurang
dengan
3. Gangguan tidur
4. Kurang fokus
menggunakan
5. Perubahan dalam tonus
manajemen nyeri
otot mungkin lemah
c) Mampu mengenali nyeri
6. Tingkah laku ekspresif
(skala,
intensitas,

1.

2.

3.

4.

klien
Berikan
pengobatann
seperti
obat
koagulan
dan
antitusif
Lakukan pengkajian
menyeluruh
pada
nyeri
meliputi
PQRST
Kaji adanya nyeri secara
rutin, biasanya dilakukan
pada pemeriksaan TTV
dan selama aktivitas dan
istirahat
Minta
klien
untuk
menjelaskan pengalaman
nyeri
sebelumnya,
keefektifan
intervensi
manajemen nyeri, respon
pengobatan
analgetik
termasuk efek samping,
dan informasi yang
dibutuhkan
Manajemen nyeri akut

g. Obat koagulan diberikan untuk


menghentikan perdarahan dan obat
golongan antitusif untuk mengurangi
batuk pada klien melalui penekanan
pusat saraf batu
1. Pengkajian menyeluruh pada nyeri
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi penting untuk
menentukan penyebab utama nyeri
dan pengobatan yang efektif
2. Nyeri akut sebaiknya dikaji saat
istirahat
(penting
untuk
kenyamanan) dan selama bergerak
(penting
untuk
fungsi
dan
menurunkan
risiko
terjadinya
kardiopulmonari
dan
tromboembolitik pada klien)
3. Memperoleh riwayat nyeri individu
membantu untuk mengidentifikasi
faktor potensial yang mungkin
mempengaruhi keinginan pasien
untuk melaporkan nyeri, seperti
intensitas nyeri, respon klien
terhadap
nyeri,
cemas,

11

( gelisah, merintih)
frekuensi, dan tanda
dengan
pendekatan
7. Perubahan dalam nafsu
nyeri)
multimodal
makan dan minum
d) Menyatakan
rasa 5. Jelaskan pada klien
nyaman setelah nyeri
mengenai
pendekatan
berkurang.
manajemen
nyeri,
termasuk
intervensi
farmakologi
dan
nonfarmakologi.
6. Minta
klien
untuk
menjelaskan
nafsu
makan, eliminasi, dan
kemampuan
untuk
istirahat dan tidur
7. Sebagai
tambahan
administrasi
obat
analgesik, dukung klien
untuk
menggunakan
metode nonfarmakologi
untuk
membantu
mengontrol nyeri, seperti
distraksi,
imaginary,
relaksasi dengan menarik
napas dalam
Ketidakseimbangan
Tujuan : Setelah diberikan 1. Pantau
intake
nutrisi:
kurang
dari asuhan keperawatan 1 x 24
makanan

farmakokinetik dari analgesik


4. Manfaat dari pendekatan ini adalah
dosis efektif terendah dari setiap
obat bisa diberikan, hasilnya efek
samping dapat diminimalkan seperti
terjadinya oversedasi dan depresi
respirasi
5. untuk meningkatkan kemampuan
kontrol
nyeri
adalah
klien
memahami nyeri secara alami
dengan baik, pengobatannya dan
peran klien dalam mengontrol nyeri
6. Strategi perilaku-kognitif dapat
menjadi sumber kontrol diri klien,
keberhasilan
personal,
dan
berpartisipasi
aktif
dalam
pengobatannya sendiri

1. Pencatatan
membantu

intake
klien dan

makanan
perawat,

12

kebutuhan tubuh b.d jam diharapkan kebutuhan


faktor biologi (hemaptoe) nutrisi klien terpenuhi
ditandai dengan berat Kriteria hasil :
peningkatan
badan turun dengan intake a) Adanya
berat
badan
sesuai
makanan
yang
tidak
dengan tujuan.
adekuat,
nyeri
dada,
b)
Mampu mengidentifikasi
kesulitan
menelan
kebutuhan nutrisi.
makanan dtandai dengan :
c) Tidak terjadi penurunan
DS:
berat badan yang berarti.
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Kejang perut
4. Rasa penuh tiba-tiba
setelah makan
DO :
1. Diare
2. Kurang nafsu makan
3. Bising usus berlebih
4. Konjungtiva pucat
5. Denyut nadi lemah

2. Tawarkan makanan
yang biasa pasien
makan
3. Anjurkan
pasien
yang mungkin tidak
nafsu makan untuk
makan sedikit tapi
sering
4. Pantau
eliminasi
pasien
5. Berikan
pengobatan
antiemetik dan nyeri
sesuai
order
dan
keperluan

2.

3.

4.

5.

mengakaji makanan yang biasa


dimakan, pola makan
Setiap orang menyukai makanan
yang biasa dimakan, terutama ketika
mereka sakit
Pasien harus tetap mengkonsumsi
makanan walaupun sedikit untuk
menghindari dari resiko peningkatan
asam lambung
Mengetahui intake dan output nutrisi
pasien dapat dikategorikan normal
atau abnormal
Adanya mual/ muntah atau nyeri
menimbulkan
penurunan
nafsu
makan

13

4. Discharge Planning
1. Jelaskan

kepada

pasien

dan

keluarga

untuk

mengkonsumssi obat yang telah diberikan pihak rumah


sakit sampai batas pemakaian
2. Untuk sementara, anjurkan kepada pasien dan keluarga
agar mengatur posisi tidur pasien dirumah dengan posisi
supinasi (terlentang)
3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk membatasi
aktivitas pasien hemaptoe (bedrest)
4. Anjurkan kepada keluarga untuk mengantar pasien ke
rumah sakit untuk kontrol sesuai anjuran

14

Lampiran pathway

uberculosis, Pneumonia, Bronklektasis, Brokitis, Abses paru), Neoplasma ( Karsinoma Paru, Adenoma), Lain-lain (Trombo emboli paru,

Batuk produktif (batuk terus menerus)

Droplet infeksi

Terhirup orang sehat

Batuk berat

Terjadi robekan pembuluh darah pada paru-paru

Resiko Infeksi

Perdarahan

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

HEMAPTOE

Fisik (batuk)
Nyeri akut

Kurang pengetahuan

Distensi abdomen

Mual, muntah

Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


PK infeksi

psikologis

Ansietas, takut

Gangguan rasa nyaman

Vous aimerez peut-être aussi