Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK I
KEPERAWATAN A/ SEMESTER VI
INTAN T. TANESAB
RUT NOMLENI
SAHARUDDIN M. SURADI
01.11.00492
01.11.00514
01.10.00515
Hiperglikemia
Penumpukan keton
dalam darah
Polifagia
Keasaman darah
meningkat atau asidosis
zat keton dikeluarkan melaui
urine dan pernafasan
ginjal tidak
menfiltrasi dan
mengabsorbsi
glukosa dalam
darah (karenaambang batas
ginjal konsentrasi
glukosa normalnya
180 mg %).
Glukosuria
DIABETES MELITUS
Stres emosional /
Fisik
Penurunan sekresi
insulin
penumpukan
Pemecahan
lemak
badan keton
(lipolisis)
(Ketosis)
Ketoasidosis Diabetik
(Asidosis metabolik)
4. Gejala Klinik
a. Gejala awal 3P yaitu :
1) Poliuria (Banyak kencing)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat
mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
2) Polidipsia (Banyak minum)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahkan tafsirkan.
Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang
berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.
3) Polifagia (Banyak makan)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes melitus
karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa
lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita
banyak makan.
b. Gejala lainnya
1) Penurunan berat badan dan rasa lelah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaaan. Rasa lemah yang hebat disebabkan glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan
bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber
tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.
2. Etiologi
Diabetes Ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Ada tiga peneyebab utama diabetes ketoasidosis :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
Faktor Pencetus
a. Infeksi, merupakan faktor pencetus yang paling sering. Pada keadaan infeksi
kebutuhan tubuh akan insulin tiba-tiba meningkat. Infeksi yang biasa dijumpai
adalah infeksi saluran kemih dan pneumonia. Jika ada keluhan nyeri abdomen,
perlu dipikirkan kemungkinan kolesistisis, iskemia usus, apendisitis,
divertikulitis, atau perforasi usus. Bila pasien tidak menunjukkan respon yang
baik terhadap pengobatan KAD, maka perlu dicari infeksi yang tersembunyi
(misalnya sinusitis, abses gigi dan abses perirektal).
b. Infark miokard akut. Pada infark miokad akut terjadi peningkatan kadar
hormon epinefrin yang cukup untuk menstimulasi lipolisis, hiperglikemia,
ketogenesis dan glikogenolisis.
c. Stres fisik dan emosional: respon hormonal terhadap stres mendorong
peningkatan proses katabolik, menolak terapi, insulin.
d. Faktor pencetus KAD yang lain yang tidak terlalu sering ialah pancreatitis.
Cairan
Dehidrasi dan hiperosmolaritas diatasi secepatnya dengan cairan
garam fisiologis. Pilihan berkisar antara NaCl 0,9% atau NaCl 0,45%
tergantung dari ada tidaknya hipotensi dan tinggi rendahnya kadar natrium.
Pada umumnya diperlukan 1-2 liter dalam jam pertama. Bila kadar glukosa
< 200 mg% maka perlu diberikan larutan mengandung glukosa (dekstrosa
5% atau 10%). Pedoman untuk menilai hidrasi adalah turgor jaringan,
tekanan darah, keluaran urin dan pemantauan keseimbangan cairan.
Insulin
Insulin baru diberikan pada jam kedua. Pemberian insulin dosis
rendah terus menerus intravena dianjurkan karena pengontrolan dosis
insulin menjadi lebih mudah, penurunan kadar glukosa lebih halus, efek
insulin cepat menghilang, masuknya kalium ke intra sel lebih lambat, dan
komplikasi hipoglikemia dan hipokalemia lebih jarang.
Kalium
Pada awal KAD biasanya kadar ion K + serum meningkat.
Pemberiam cairan dan insulin segera mengatasi hiperkalemia. Perlu
diperhatikan terjadinya hipokalemia yang fatal selama pengobatan KAD.
Untuk mengantisipasi masuknya ion K + ke dalam sel serta mempertahankan
kadar K serum dalam batas normal, perlu diberikan kalium. Pada pasien
tanpa kelainan ginjal serta tidak ditemukan gelombang T yang lancip pada
gambaran EKG, pemberian kalium segera dimulai setelah jumlah urin
cukup adekuat.
Glukosa
Setelah rehidrasi awal dalam 2 jam pertama, biasanya kadar glukosa
darah akan turun. Selanjutnya dengan pemberian insulin diharapkan terjadi
penurunan kadar glukosa sekitar 60 mg% per jam. Bila kadar glukosa
mencapai 200% maka dapat dimulai infus yang mengandung glukosa. Perlu
diingat bahwa tujuan terapi KAD bukan untuk menormalkan kadar glukosa
tetapi untuk menekan katogenesis.
Bikarbonat
Saat ini bikarbonat hanya diberikan bila pH < 7,1 atau bikarbonat
serum < 9 mEq/l. Walaupun demikian komplikasi asidosis laktat dan
hiperkalemia yang mengancam tetap merupakan indikasi pemberian
bikarbonat.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Primary Survey :
Airway : Penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien
diabetes melitus dengan asidosis metabolik yang mengalami penurunan
kesadaran, tidak terdapat refleks batuk dan terjadi kelemahan otot lidah
sehingga produksi cairan tidak bisa dikeluarkan dan lidah jatuh kebelakang
menyebabkan terjadi penutupan jalan napas.
Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu napas,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas tambahan.
Pada pasien DM dengan asidosis metabolik, frekuensi pernafasan
meningkat, nafas cepat dan dalam, hiperventilasi (akibat gangguan
keseimbangan asam basa / asidosis metabolik akibat penumpukan benda
keton dalam tubuh).
Circulation : dilakukan pemeriksaan denyut nadi, kualitas dan karakternya,
pemeriksaan pengisian kapiler, warna kulit dan suhu tubuh. Pada pasien
DM dengan asidosis metabolik terjadi perubahan tekanan darah :
hipotensi, nadi lemah dan cepat (bila terjadi syok hipovolemik akibat
diuresis osmotik). Turgor kulit menurun , lidah dan bibir kering, CRT
lambat (bila terjadi syok hipovolemik akibat diuresis osmotik).
b. Secondary Survey:
1. Anamnesa
a) Identitas
Jenis kelamin : terjadi pada pria dan wanita yang menderita diabetes
melitus.
b) Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal : polifagia, poliuria, polidipsia.
Dehidrasi (akibat dari hiperglikemik) : Haus, Kulit kering dan turgor
kulit jelek, Mukosa membran kering, Lemah, Malaise, Hipotensi,
Denyut nadi cepat dan lemah, Asidosis metabolik (akibat ketosis) :
Mual dan muntah, Nafas berbau keton (buah), Letargi, Koma, Nyeri
abdomen, Pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul).
c) Riwayat kesehatan dahulu
Penderita diabetes mengalami yang mengalami stress emosional,
infeksi atau penyakit yang serius.
d) Pemenuhan Kebutuhan Dasar (Pola ADL)
a. Kebutuhan Nutrisi
Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, polifagia.
b. Kebutuhan Aktivitas Istirahat
Penurunan massa otot dan kelemahan otot.
c. Kebutuhan Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria).
d. Kebutuhan Hygiene
Pada kasus diabetes melitus dengan asidosis metabolik jika
terlambat diberikan pengobatan maka akan berkembang menjadi
koma yang terkadang hanya dalam waktu beberapa jam setelah
gejala muncul sehingga tidak dapat secara mandiri memenuhi
kebutuhan personal hygiene.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 : Frekuensi pernafasan meningkat, nafas cepat dan dalam ,
hiperventilasi (akibat gangguan keseimbangan asam basa / asidosis
metabolik akibat penumpukan benda keton dalam tubuh), pernafasan
berbau keton.
b. B2 : Hipotensi, Denyut nadi cepat dan lemah.
c. B3 : Koma.
d. B4 : Poliuria, urine berbau keton.
e. B5 : Mual, muntah, penurunan BB, nyeri abdomen.
f. B6 : Kelemahan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan keseimbangan asam
basa akibat diabetes melitus ditandai dengan pernafasan ireguler (sesak napas),
napas berbau keton, RR meningkat >18-24 x/menit, pH<7,35-745 mmHg,
PCO2 <35-45 mmHg , HCO3 <22-26 mEq/L.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan RR meningkat >18-24 x/menit, takipnea, perubahan kedalaman
pernafasan.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas akibat penurunan kesadaran ditandai dengan tidak ada batuk, adanya
produksi cairan yang tidak dapat dikeluarkan dan lidah jatuh kebelakang.
d. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat
hiperglikemia, pengeluaran cairan berlebihan ditandai dengan mual, muntah,
poliuria, rasa haus, kelemahan, kulit dan membran mukosa kering, turgor kulit
jelek.
e. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral ditandai dengan anorksia,
mual, muntah, nyeri abdomen.
f. Ganguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi
gastrointestinal yang ditandai dengan nyeri abdomen.
Intervensi
1. Berikan penjelasan tantang kondidsi sesak yang dialami
R/ KAD merupakan komplikasi dari penyakit DM yang dapat
berpengaruh pada masing-masing organ, yang salah satunya dapat
terjadi gangguan pada pernapasan.
2. Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk memudahkan bernafas.
R/ Mengurangi penekanan saat pengembangan paru oleh diafragma.
3. Anjurkan pasien banyak istirahat, hindarkan dari rangsangan psikologis
yang berlebihan
R/ Mengurangi tingkat penggunaan energi yang tidak banyak
diperoleh dari glukosa melainkan dari benda keton.
4. Kolaborasi dalam pemberian obat (Nabic), resusitasi cairan
menggunakan 0,9% Salin dan terapi O2 sesuai indikasi dan pemeriksaan
BGA.
R/ Nabic diberikan bila pH < 7,1. Pemberian Nabic untuk
mengembalikan keseimbangan asam basa pemberian Nabic berlebihan
dapat menimbulkan asidosis serebral, Resusitasi cairan bertujuan untuk
mencegah terjadinya reaksi syok hipovolemik pada pasien. Oksigenasi
membantu suplai O2 ke tubuh, Pemeriksaan BGA bertujuan memantau
keseimbangan dalam darah.
5. Observasi keadaan umum, pernapasan, saturasi, TTV, bau aceton.
R/ Pernapasan kusmaul, saturasi dibawah batas normal, menandakan
keadaan gangguan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Napas bau
aceton disebabkan pemecahan asam keton dan akan hilang bila sudah
terkoreksi.
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.
pada
rencana
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan
telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria
evaluasi.
Evaluasi pasien DM dengan Asidosis Metabolik adalah sebagai berikut :
a. Pasien menunjukan: pernafasan reguler, napas tidak berbau keton, RR: 1824 x/menit, kesadaran komposmentis, pH: 7,35-7,45, pCO2: 35-45 mmHg,
pO2: 75-100 mmHg, HCO3- : 20-26 mEg/L.
b. Tidak adanya mual dan muntah
c. Nafsu makan meningkat dengan menghabiskan porsi makan yang
disediakan
d. Tidak ada nyeri abdomen
e. Tidak mengalami kelemahan
DAFTAR PUSTAKA