Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Frida
Page 1 of 9
JC
rawan dehidrasi
rentan keseimbangan air dan elektrolit
Air tubuh:
- Cairan intrasel (30 40%)
- Cairan transeluler (1 3%)
- Cairan ekstrasel (20 25%)
o 15% interstitiel (limfe, cairan jaringan)
o 5% intravaskuler (plasma)
Cairan transeluler: rongga sendi, rongga pleura, LCS, cairan dlm bola mata, cairan peritoneum
Bayi CES > CIS
Volume CIS ditentukan oleh tekanan osmotik ekstrasel melalui membran sel yg bebas dilalui air
Tekanan osmotik - air keluar dari sel (sel mengkerut)
Tekanan osmotik - air masuk ke dalam sel
Tekanan osmotik dipengaruhi oleh ion Na dan K
Transport K+ ke dalam sel dan Na+ keluar sel terjadi secara aktif (perlu energi)
Volume cairan intravaskuler (plasma) dipertahankan oleh keseimbangan antara filtrasi dan tekanan
onkotik pada sistem kapiler
Tekanan onkotik ditentukan oleh albumin.
Misalnya pada sindroma nefrotik, protein tek onkotik intravaskuler vol cairan interstitial ,
akibatnya terjadi udem jaringan
Dr. Frida
Page 2 of 9
JC
ANTI DIURETIK HORMON (ADH)
Merupakan hormon vasopresin arginin (di hipofise posterior)
Mekanisme kerja (di ginjal)
permeabilitas tubulus ginjal dan ductus kolektivus terhadap air
ADH (+) urin pekat
ADH (-) urin encer
Sekresi ADH diatur oleh
o Tekanan osmotik CES (konsentrasi Na+ & Cl-)
o Emosi
o ADH : rasa sakit, trauma, tindakan bedah
o ADH : anestesia, alkohol, obat (morfin, difenilhidantoin, barbiturat, glukokortikoid)
NATRIUM
Terbanyak dlm CES, mengatur volume CES
Volume CIS tergantung volume CES
Na kunci dari kontrol volume cairan tubuh
Konsentrasi intrasel 10 mEq/ L
Konsentrasi ekstrasel (plasma) = 135 140 mEq/ L
1 mEq Na+ = 23 mg
1 g garam NaCl = 18 mEq Na+
Kebutuhan Na+: 1 3 mEq/ kgBB/ hari
Perubahan kadar Na kadar Na ekstrasel berubah
Perubahan kadar Na di serum perubahan Na+ di cairan interstitiel
Absorbsi
Pada GIT (jejunum) melalui enzim Na K ATP ase, hormon aldosteron, hormon desoksi
kortikosteron acetat
Ekskresi
t.u melalui ginjal, sebagian kecil melalui tinja, keringat, air mata
Konsentrasi Na dalam keringat: 5 40 mEq/ L
Dipengaruhi oleh:
perubahan volume ekstraseluler
hormon ADH
rasa haus
Bila ADH Na banyak keluar
Pengaturan keseimbangan Na:
Perfusi ginjal renin angiotensin II aldosteron
Angiotensin dan aldosteron meningkatkan tekanan darah terjadi retensi Na + air shg
menimbulkan oedema
Retensi Na terdapat pada:
Glomerulonefritis dengan GFR menurun
Tekanan onkotik plasma (sindroma nefrotik)
Volume arteri (gagal jantung kongestif)
Pemberian kortikosteroid dg efek retensi Na
Kehilangan Na+ terjadi pada:
DM glukosa dlm tubulus menghambat reabsorbsi air + Na natriuresis
Penyakit Addison
Diare
Hiponatremia (Na+ serum < 135 mEq/ L)
Disebabkan oleh karena:
Kehilangan Na+ (diare)
Air dalam ruang ekstraseluler (sering)
Misal SiADH, intake air
Dr. Frida
Page 3 of 9
JC
Gejala: kejang, kesadaran menurun (edema)
Hipokalemia
Dr. Frida
Page 4 of 9
JC
CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN CAIRAN
1. Luas permukaan tubuh (BSA = Body Surface Area)
= mL/ m2/ 24 jam
Paling tepat untuk BB > 10 kg
Normal: 1500 ml/ m2/ 24 jam (kebutuhan maintenance/ kebutuhan rumatan)
2. Kebutuhan kalori
100 150 cc/ 100 KAL
3. Berat badan
Rumus umum:
100 ml/ kg 10 kg pertama
50 ml/ kg
10 kg kedua
20 ml/ kg
berat > 20 kg
Misalnya anak dengan BB 25 kg, memerlukan:
100 ml/ kg x 10 kg
= 1000 cc 10 kg (I)
50 ml/ kg x 10 kg
= 500 cc 10 kg (II)
20 ml/ kg x 5 kg
= 100 cc 5 kg (sisa)
Total =
25 kg
= 1600 cc/ 24 jam
Kebutuhan Elektrolit
SUBTITLE:
Alkalemia
= pH darah > 7.45
Asidosis
= kadar bikarbonat serum
Alkalosis
= kadar bikarbonat serum
Dr. Frida
Page 5 of 9
JC
H2O
Asidosis Metabolik
pH , bikarbonat , BE (-)
pCO2 bukti tubuh menetralisir racun
Sebab:
1. Produksi ion H+ berlebihan, misalnya:
Meningkatkan metabolisme (demam, distress pernapasan, kejang, dll)
Meningkatkan asam organik (dehidrasi, hipoxia, hipoperfusi)
Ketosis (DM, kelaparan)
2. Kehilangan bikarbonat berlebihan, misalnya: diare, drainase ileostomi
3. Pemberian asam (HCl, asam amino)
4. Kegagalan ginjal untuk mengeluarkan asam yg berlebihan
Derajat beratnya asidosis metabolic ditentukan oleh turunnya base akses
Kompensasi: hiperventilasi... CO2 keluar (napas cepat, dalam = kussmaul respiration)
Komplikasi: hipotensi, edema paru, hipoksia jaringan, depresi SSP, koma, kejang
Alkalosis Metabolik
Konsentrasi H+ turun
Sebab:
1. Muntah (HCl, K+ hilang)
2. K+ hilang berlebihan (melalui urin, GIT)
3. Penambahan HCO3 ke dalam CES (misalnya th/ iv)
4. reabsorbsi HCO3. Misalnya: sindroma Cushing, Bartter, Hipoaldosteronisme primer
Kompensasi: hipoventilasi hipoksemia
Lab: pH , CO , BE (+), pO2 , HCO3
Asidosis Respiratorik
Dr. Frida
Page 6 of 9
JC
Terjadi pada:
Penyakit paru berat: membran hialin, bronchopneumonia, edema paru
Penyakit neuromuskuler: sindroma Guillian Barre, overdosis obat sedatif
Obstruksi jalan napas: bronchospasme
Kompensasi
Ginjal membentuk dan meningkatkan reabsorbsi bikarbonat
Gejala klinik:
Hipoksia
Vasodilatasi (karena CO2 )
Laboratorium: pH - pCO2 - HCO3 - BE (+)
Alkalosis Respiratorik
Mekanisme kompensasi
Gangguan respiratorik dikompensasi oleh ginjal
Kompensasi berlebihan
Perkiraan gangguan asam basa dpt diketahui dg memeriksa darah arteri (pemeriksaan ASTRUP
= Analisa Gas Darah)
Yang dinilai adalah: pH, pCO2, HCO3, BE
Selain itu ada faktor penting lain: pO2, O2 saturation
Dr. Frida
Page 7 of 9
JC
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menentukan kebutuhan nutrisi anak
balita :
Menentukan Desirable Body Weight (DBW) atau Berat Badan Ideal Penentuan
berat badan ideal untuk anak balita (1-5 tahn) secara sederhana dapat menggunakan
rumus BBI = (usia dalam tahun x 2) + 8
Menentukan Estimasi Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Total Per Hari
Kebutuhan kalori :
100 kal/kg BBI, yaitu 10013 kg = 1300 kal/hari atau menggunakan rumus
pertama : 1000 + (100 x usia dalam tahun ), yaitu 1000 + (100 x 2 thn) = 1300
kal/hari
Kebutuhan zat gizi :
Protein 10% dari total kalori = (10% x 1300 kal) : 4 = 40 gram
Lemak 20% dari total kalori = (20% x 1300 kal) : 9 = 35 gram
Karbohidrat, sisa dari total kalori dikurangi prosentase protein dan lemak =
(70% x 1200 kal) : 4 = 290 gram
Dr. Frida
Page 8 of 9
JC
adalah untuk mengetahui lebih awal adanya ptekee. Rumus yang dipakai adalah (Sistole +
Diastole) / 2, lalu tahan 5 10 menit. jika terdapat sepuluh atau lebih bintik merah, maka
dikatakan rumpled test positif, jika kurang maka disebut rumpled test negative. Misal kita
melakukan tensi darah hasilnya 120/80 mmHg (systole : 120, Diastole: 80), maka (120 +
80)/2 = 100 mmHg, maka kita pompa hingga alat tensi darah menunjukkan angka 100
mmHg, kita tutup tepat di angka 100 dan tahan selama 5 10 menit, lepaskan baru kita
hitung jumlah bintik merahnya. Rumpleed test merupakan uji awal adanya gangguan
trombosit pada penderita DBD, namun bukanlah hal untuk menegakkan diagnose DBD.
3. Rumus Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:
Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg maka dihitung 100 ml/ BB. Missal BB 8 kg maka
kebutuhan cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari. Pada anak dengan BB 10 20 Kg, maka
1000 ml pada 10 kg pertama dan ditambah 50 ml per Kg penambahan berat badannya.
Missal BB = 15 kg, maka 1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka menjadi 1250 ml/ hari
kebutuhan cairannya Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500
ml pada 20 kg pertama dan ditambah 20 ml/Kg sisanya, missal seseorang dengan BB 40 Kg,
maka 20 kg pertama adalah 1500 ml, sedangkan 20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga
kebutuhan cairan seseorang dengan berat 40 kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari
PERHITUNGAN BB,TB DAN KEBUTUHAN CAIRAN (BERDASARKAN IWL DAN SWL)
Dr. Frida
Page 9 of 9
JC
SWL = 1. Out put urine = 2 cc/kg BB/jam
= 2 x 7.1
= 14,2 cc/jam
= 341 cc/hari
2. Feses (3 kali) = 3 x 200 cc
= 600 cc
3. Muntah (1 kali) = 100 cc