Vous êtes sur la page 1sur 21

Tugas Kepaniteraan Klinik Junior

Abortus

Oleh :
Dita Ratnasari Wahyuningrum

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya


perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan
muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, miscarriage, early pregnancy loss.
Perdarahan yang terjadi pada umur kehailan yang lebih tua terutama setelah
melewati trimester III disbut perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertibangan masing-masing, tetapi setkali melihat terjadinya perdarahan pada
kehamilan kita harus berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang mnyebabkan
kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil,
yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297
gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan
berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari
20 minggu.
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus
buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus
terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Frekuensi
abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan, kecuali
apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai
gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian
ini dianggap sebagai haid terlambat. Diperkirakan frekuensi abortus spontan
berkisar 10-15%.
Etiologi

dari

abortus

sebagian

besar

diakibatkan

oleh

kelainan

pertumbuhan hasil konsepsi biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum


usia 8 minggu, kelainan pada plasenta misalnya endarteritis vili korialis. Karena
hipertensi menahun, faktor maternal seperti pneumonia, tifus, anemia berat,
keracunan, toksoplasmosis, kelainan traktus genetalia seperti mioma uteri,
kelainan bawaan uterus. Diagnosa biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali
pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tandatanda tidak tumbuhnya malah mengecilnya uterus.
1. Definisi
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 26 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. Belum sanggup
diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia
kehamilan 20 minggu.
Abortus dapat dibagi atas dua golongan, yaitu abortus spontan dan abortus
provokatus. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak
2

didahului factor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan


oleh faktor alamiah. Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah
yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28
minggu. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun
sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada
sistem reproduks. Abortus ini dapat dibagi menjadi :
1. Abortus Iminens (Threatned Abortion), merupakan tingkat permulaan dan
ancaman

terjadinya

abortus,

ditandai

dengan

perdarahan

sedikit

pervaginam dan nyeri perut tidak ada atau ringan, dari pemeriksaan dalam
didapatkan ostium uteri masih tertutup,besar uterus sesuai dengan umur
kehamilan dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
2. Abortus Insipiens (Inevitable abortion) adalah abortus yang ditandai dengan
Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/ kontraksi rahim, serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil

konsepsi

masih dalam kavum uteri dan ketuban utuh.


3. Abortus Inkompletus adalah abortus yang ditandai dengan perdarahan dari
jalan lahir (biasanya banyak), nyeri, dan dapat menyebabkan terjadinya
syok, Dari pemeriksaan dalam didapatkan ostium uteri terbuka dan
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri.
4. Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum

uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus
telah
meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan dan tidak
dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Perdarahan bisa ada atau tidak ada,
dari pemeriksaan obstetri didapatkan fundus uteri lebih kecil dari umur
kehamilan dan bunyi jantung janin tidak ada. Fetus yang meninggl ini bisa

keluar dengn sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati, bias diresorbsi
kembalisehingga hilang, bisa mongering dan menipis yang disebut fetus
papyraceus atau bisa menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati
satu minggu akan mengalami degenerasi dan air ketuban akan diresorbsi.
6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih

berturut-turut.
7. Abortus Infeksious atau abortus septic (Septic abortion) ialah abortus yang
disertai infeksi pada alat genitalia. Dari hasil pemeriksaan didapatkan
kanalis servikalis yang terbuka, teraba jaringan dan dapat disertai
perdarahan. Juga dapat didapatkan tanda-tanda infeksi daerah genitalia
seperti demam, nadi cepat,panas tinggi, menggigil, tekanan darah turun
sampai syok.
8. Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis.
Abortus terapeutik adalah pengakhiran kehamilan sebelum saatnya
janin mampu hidup dengan maksud melindungi kesehatan ibu. Antara
indikasi untuk melakukan abortus therapeutik adalah apabila kelangsungan
kehamilan dapat membahayakan nyawa wanita tersebut seperti pada
penyakit vaskular hipertensi tahap lanjut dan invasive karsinoma pada
serviks. Selain itu, abortus terapeutik juga boleh dilakukan pada kehamilan
akibat perkosaan atau akibat hubungan saudara (incest) dan sebagai
pencegahan untuk kelahiran fetus dengan deformitas fisik yang berat atau
retardasi mental.
Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang
disengaja tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun
dengan alat-alat. Abortus provokatus yang dikenal di Indonesia dengan
istilah aborsi berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan

karena kesengajaan. Abortus provocatus merupakan salah satu dari


berbagai macam jenis abortus .
Menurut Nainggolan dalam Kusmariyanto, pengertian aborsi
atau abortus provokatus adalah penghentian atau pengeluaran hasil
kehamilan dari rahim sebelum waktunya. Dengan kata lain pengeluaran
itu dimaksudkan bahwa keluarnya janin disengaja dengan campur tangan
manusia, baik melalui cara mekanik atau obat.Abortus ini terbagi lagi
menjadi:
1.

Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena


tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu

mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.


2. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakantindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
3. Etiologi
Kejadian abortus meningkat pada wanita hamil yang berumur 30
tahun atau 35 tahun, hal ini disebabkan meningkatnya kelainan genetik
seperti mutasi dan kelainan maternal pada usia tersebut . Frekuensi abortus
meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka graviditas. Apabila
terdapat riwayat abortus, maka kemungkinan terjadi abortus pada kehamilan
yang selanjutnya akan meningkat. Pada wanita hamil yang mempunyai
riwayat keguguran tiga kali berturut-turut,risiko untuk terjadinya abortus
pada kehamilan seterusnyaadalah sebesar 50%.
Faktor dari janin seperti kelainan kromosom, kelainan ovum,
blighted ovum, abnormalitas pembentukan plasenta. Dan faktor dari sperma,
seperti : sperma yang mengalami translokasi kromosom apabila berhasil
menembus zona pellusida dari ovum akan menghasilkan zigot yang memiliki
material kromosom yang tidak normal sehingga dapat menyebabkan
keguguran.
Penyebab terbanyak dari abortus antara lain :

Faktor genetik :
o Mendelian
o Robertsonian
o Resiprokal

Kelaina congenital uterus :


o Anomaly duktus Mulleri
o Septum uterus

o Uterus bikornis
o Inkopetesi servik uterus
o Mioma uteri
o Sindroma Asherman

Autoimun :
o Aloimun
o Mediasi imunitas humoral
o Mediasi imunitas seluler

Defek fase luteal :


o Faktor endokrin eksternal
o Antibodi antitiroid hormone
o Sintesis LH yg tinggi

Infeksi

Hematologik

Lingkungan

Abortus juga dapat disebabkan antara lain karena :


a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat kelainan berat biasanya menyebabkan kematian pada hamil
muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah
sebagai berikut:
- Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.
Abnormalitas kromosom adalah hal yang utama pada embrio dan
janin yang mengalami abortus spontan, serta merupakan sebagian besar dari
kegagalan kehamilan dini. Kelainan dalam jumlah kromosom lebih sering
dijumpai daripada kelainan struktur kromosom. Abnormalitas kromosom
secara struktural dapat diturunkan oleh salah satu dari kedua orang tuanya
yang menjadi pembawa abnormalitas tersebut.
Translokasi kromosom dalam sperma dapat menyebabkan zygote
mempunyai terlalu sedikit atau terlalu banyak bahan kromosom, sehingga
mengakibatkan abortus.
- Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

Bila lingkungan di endometrium disekitar tempat implantasi kurang


sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
- Pengaruh dari luar akibat radiasi, virus, obat-obatan, pengaruh ini
umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
b. Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan


oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi pada
kehamilan muda misalnya karena hipertensi kronis.
c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis,
anemia berat, dan malaria. Toksin, bakteri, virus dan plasmodium dapat
masuk melalui plasenta ke janin, sehingga terjadi kematian janin dan
kemudian terjadilah abortus.
Berbagai penyakit infeksi, penyakit kronis, kelainan endokrin,
kekurangan nutrisi, alkohol, tembakau, deformitas uterus ataupun serviks,
kesamaan danketidaksamaan immunologik kedua orang tua dan trauma
emosional maupun fisikdapat menyebabkan abortus, meskipun bukti
korelasi tersebut tidak selalu meyakinkan. Isolasi Mycoplasma hominis
dan Ureaplasma urelyticum dari traktus genitalis beberapa wanita yang
mengalami abortus, mengarahkan pada hipotesis bahwa infeksi
mycoplasma yang mengenai traktus genitalis, merupakan abortifasient.
Abortus sering disebabkan, mungkin tanpa alasan yang
adekuat, kekurangan sekresi progesteron yang pertama oleh korpus
luteum

dan

kemudian

oleh

trofoblast.

Karena

progesteron

mempertahankan desidua, defisiensi relatif secara teoritis mengganggu


nutrisi konseptus dan dengan demikian mengakibatkan kematian.
Pada saat ini, tampak bahwa hanya malnutrisi umum yang
berat merupakan predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.
Wanita yang merokok diketahui lebih sering mengalami abortus spontan
daripada wanita yang tidak merokok. Alkohol dinyatakan meningkatkan
resiko abortus spontan, meskipun hanya digunakan dalam jumlah sedang.
d. Kelainan Traktus Genetalis
Mioma uteri, retroversio uteri kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Sebab lain abortus dalam trisemester ke 2 ialah
servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada
serviks, dilatari serviks berlebihan, konisasi, amputasi atau robekan
serviks luar yang tidak dijahit.
4. Epidemiologi
Region
World
Developed countries*
Developing countries

Rate
28
24
29
7

Africa
Asia
Europe
Latin America
Northern America
Oceania

29
28
27
32
19
17

Tabel 1. Perkiraan aborsi per 1000 wanita umur 1544, diberbagai negara
*Europe, North America, Australia, Japan and New Zealand
(Sumber : SedghG,et al, 2012)

Menurut data WHO persentase kemungkinan terjadinya abortus


cukup tinggi sekitar 15%-40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang
sudah dinyatakan positif hamil dan 60%-75% angka abortus terjadi
sebelum usia kehamilan 12 minggu.
Menurut World Health Organization (WHO) tingkat kasus aborsi di
Indonesia tercatat yang tertinggi di Asia Tenggara mencapai dua juta kasus
dari jumlah kasus yang terjadi di negara-negara Association Of South East
Asian Nation (ASEAN) sekitar 4,2 juta kasus pertahun.
Di Indonesia, diperkirakan sekitar 2 2,5 % juga mengalami
keguguran setiap tahun, sehingga secara nyata dapat menurunkan angka
kelahiran menjadi 1,7 pertahunnya. Menurut Survei Demografi dan
kesehatan (SDKI) tahun 2010, menyatakan AKI di Indonesia saat ini 228
per 100.000 kelahiran hidup. Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu
perdarahan,pre-eklamsia,dan infeksi. Selain itu ada penyebab keempat
yaitu abortus.
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita
meninggal karena abortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia
Tenggara adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi
abortus spontan di Indonesia adalah 10%-15% dari 6 juta kehamilan setiap
tahunnya atau 600.000- 900.000, sedangkan abortus buatan sekitar
750.000-1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang diantaranya berakhir dengan
kematian.
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena sebagian abortus spontan
hanya disertai gejala dan tanda ringan sehingga pertolongan medik tidak
diperlukan dan kejadian abortus spontan banyak dikeluhkan dan dianggap
sebagai terlambat haid.
Frekuensi abortus spontan di Indonesia berkisar 10-15%. Frekuensi
ini dapat mencapai 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat
dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga wanita itu sendiri tidak
mengetahui bahwa ia sudah hamil. Diperkirakan dari 5 juta kehamilan per
tahun di Indonesia terdapat 500.000-750.000 abortus spontan, ini
merupakan jumlah yang sangat besar

Pada tahun 2000 di Indonesia diperkirakan bahwa sekitar dua juta


aborsi terjadi.Angka ini dihasilkan dari penelitian yang dilakukan
berdasarkan sampel yang diambil dari fasilitasfasilitas kesehatan di 6
wilayah, dan juga termasuk jumlah aborsi spontan yang tidak diketahui
jumlahnya walaupun dalam hal ini diperkirakan jumlahnya kecil.
Walaupun demikian, estimasi aborsi dari penelitian tersebut adalah estimasi
yang paling komprehensif yang terdapat di Indonesia sampai saat ini.
Estimasi aborsi berdasarkan penelitian ini adalah angka tahunan aborsi
sebesar 37 aborsi untuk setiap 1,000 perempuan usia reproduksi (15-49
tahun).
Perkiraan ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara
lain di Asia: dalam skala regional sekitar 29 aborsi terjadi untuk setiap
1,000 perempuan usia reproduksi. Sementara tingkat aborsi yang diinduksi
begitu jelas, namun terdapat bukti bahwa dari 4.5 juta kelahiran yang
terjadi setiap tahunnya di Indonesia pada waktu sekitar waktu penelitian
tersebut dilakukan, 760,000 (17%) dari kelahiran yang terjadi adalah
kelahiran yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan.
Menurut data dari puskesmas Bukit Lawang Desa Sampe Raya
Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat pada tahun 2012 sampai Mei
2013 kejadian abortus spontan sebanyak 21 orang dari 105 ibu hamil.
Berdasarkan survei awal di Klinik Bersalin Bidan Nerli Desa Sampe Raya
Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat pada tahun 2012 ibu hamil yang
mengalami abortus spontan sebanyak 46 orang, diantaranya kasus abortus
incompletus sebanyak 16 orang, abortus kompletus orang, abortus iminens
8 orang, abortus incipiens 5 orang, missed abortion 6 orang, dan abortus
habitualis 4 orang. Dilihat dari data ibu yang mengalami abortus spontan,
kebanyakan terjadi pada usia 20 29 tahun 21 orang, dan pada usia < 20
tahun 10 orang serta pada usia > 29 tahun 15 orang.
5. Patofisiologi
Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), kebanyakan
abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian
diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahanperubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan
akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas
seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam
rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera
setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim
(ekspulsi).

Pada awal abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis,


kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili korialis belum
menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu penembusan sudah lebih
dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak pendarahan.
Pada kehamilan lebih 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu
dari pada plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera dilepas
dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk
miniatur. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk. Ada kalanya kantong amnionkosong atau tampak kecil tanpa
bentuk yang jelas, mungkin pula janin telah mati lama, mola kruenta,
maserasi, fetus kompresus.
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara:
i. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini,
meninggalkan sisa desidua.
ii. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan
korion dan desidua.
iii. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan
janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya
janin yang dikeluarkan).
iv. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
Kuretasi diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah
perdarahan atau infeksi lebih lanjut.
6. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik abortus secara umum antara lain:

Terlambat haid atau amenote kurang dari 20 minggu


Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
Pendarahan pervaginaan, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
Pemeriksaan Ginekologi :
o Inspeksi Vulva: Pendarahan pervaginaan ada atau tidaknya
jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.

10

o Inspekulo: Pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka


atau sudah tertutup ada atau tidaknya jaringan keluar dari
ostium, ada atau tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
o Colok Vagina: Porsio terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih

kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,


tidak nyeri pada perabaan adneksa, kaum douglasi tidak
menonjol dan tidak nyeri.
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens
(threatened abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus
inkompletus (incomplete abortion) atau abortus kompletus (complete
abortion), abortus tertunda (missed abortion), abortus habitualis (recurrent
abortion), dan abortus septik (septic abortion).
1. Abortus Iminens (Threatened abortion)
Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya
terjadi selama kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari
atau minggu serta dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita
hamil. Secara keseluruhan, sekitar setengah dari kehamilan ini akan
berakhir dengan abortus.
Abortus iminens didiagnosa bila seseorang wanita hamil
kurang daripada 20 minggu mengeluarkan darah sedikit pada vagina.
Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula
disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat

11

menstruasi. Polip serviks, ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan


ektopik, dan kelainan trofoblast harus dibedakan dari abortus iminens
karena dapat memberikan perdarahan pada vagina. Pemeriksaan spekulum
dapat membedakan polip, ulserasi vagina atau karsinoma serviks,
sedangkan kelainan lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi.
2. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)
Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil
ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang
disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi
serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba.
Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan
jaringan y ang tertinggal dapatmenyebabkan infeksi sehingga evakuasi
harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan
kehamilan pada keadaan ini merupakan kontraindikasi.
3. Abortus Inkompletus atau Abortus Kompletus
Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil
konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal
(biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung,
banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih
ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus
alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat
pada abortus insipiens.
Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap, maka disebut abortus
komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada abortus
kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena
dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai.
Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus
masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau endometritis pasca
abortus harus dipikirkan.
4. Abortus Tertunda (Missed abortion)
Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati,
tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau
lebih. Pada abortus tertunda akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan
sedikit-sedikit yang berulangpada permulaannya, serta selama observasi

12

fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Pada pemeriksaan


dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.
5. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)
Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu
hamil, dan kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung pada
abortus habitualis. Abortus habitualis merupakan abortus yang terjadi tiga
kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari
ovum atau spermatozoa, dimana sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya
adalah patologis. Selain itu, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan
kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan
progesterone sesudah korpus luteum atrofis juga merupakan etiologi dari
abortus habitualis.
6. Abortus Septik (Septic abortion)
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus atau
abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syaratsyarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat menyebabkan
abortus septik adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,
Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci dan Staphylococci.

7. Diagnosis
Diagnosa meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
status psikiatri, pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa
Anamnesa dilakukan untuk mencari etiologi dari abortus.
Dengan anamnesa yang teliti dan menjurus maka akan dikembangkan.
Pemikiran mengenai pemeriksaan selanjutnya yang dapat memperkuat
dugaan kita pada suatu etiologi yang mendasari terjadinya abortus. Hal
ini akan berpengaruh juga pada rencana terapi yang akan dilakukan
sesuai dengan etologinya. Menurut WHO, setiap wanita pada usia
reproduktif yang mengalami dua daripada tiga gejala seperti di bawah
harus dipikirkan kemungkinan terjadinya abortus:
i. Perdarahan pada vagina.
ii. Nyeri pada abdomen bawah.
iii. Riwayat amenorea.

13

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi status interna umum status
obstetri. Gejala-gejala dari abortus spontan sebagai berikut:
1. Pendarahan mungkin hanya bercak sedikit, atau bisa cukup parah.
2. Nyeri dan kram terjadi di perut bagian bawah. Mereka hanya satu sisi,
kedua sisi, atau di tengah. Rasa sakit juga dapat masuk ke punggung
bawah, bokong, dan alat kelamin.
3. Anda mungkin tidak lagi memiliki tanda-tanda kehamilan seperti mual
atau payudara bengkak / nyeri jika Anda telah mengalami keguguran.
Anamnesis pada abortus spontan :
a. Adanya amenore pada masa reproduksi.
b. Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi.
c. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan panggul. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah
leher rahim sudah mulai membesar.
Pemeriksaan penunjang:
a) Pemeriksaan USG (Ultrasonografi). Hal ini membantu dokter untuk
memeriksa detak jantung janin dan menentukan apakah embrio
berkembang normal.
b) Pemeriksaan darah. Jika mengalami keguguran, pengukuran hormon
kehamilan, HCG beta, kadang-kadang bisa berguna dalam menentukan
apakah Anda telah benar-benar melewati semua jaringan plasenta.
c) Pemeriksaan jaringan. Jika telah melewati jaringan, dapat dikirim ke
laboratorium untuk mengkonfirmasi bahwa keguguran telah terjadi dan bahwa gejala tidak berhubungan dengan penyebab lain dari
perdarahan kehamilan.
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok,
yaitu:
1. Abortus Iminens (Threatened abortion)
a. Anamnesis perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut
tidak ada atau ringan.
b. Pemeriksaan dalam fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup,
dan besar uterus sesuai dengan umur kehamilan.
c. Pemeriksaan penunjang hasil USG.
2. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)
a. Anamnesis perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi
rahim.
b. Pemeriksaan dalam ostium terbuka, buah kehamilan masih
dalam rahim, dan ketuban utuh (mungkin menonjol).
14

3. Abortus Inkompletus atau abortus kompletus


a. Anamnesis perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak),
nyeri / kontraksi rahim ada, dan bila perdarahan banyak dapat
terjadi syok.
b. Pemeriksaan dalam ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan
buah kehamilan.
4. Abortus Tertunda (Missed abortion)
a. Anamnesis - perdarahan bisa ada atau tidak.
b. Pemeriksaan obstetri fundus uteri lebih kecil dari umur
kehamilan dan bunyi jantung janin tidak ada.
c. Pemeriksaan penunjang USG, laboratorium (Hb, trombosit,
fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan dan waktu
protrombin).
5. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)
a. Histerosalfingografi untuk mengetahui ada tidaknya mioma
uterus submukosa dan anomali kongenital.
b. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah
ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
8. Abortus Septik (Septic abortion)
Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan
yang telah ditolong di luar rumah sakit. Dari pemeriksaan
didapatkan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan
dan sebagainya. Adanya tanda-tanda infeksi alat genital : demam,
nadi cepat, perdarahan, nyeri tekan dan leukositosis. Pada abortus
septik : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah turun sampai syok. Pemeriksaan Penunjang
yang dapat dilakukan :
A. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, hematokrit, golongan
darah, serta reaksi silang analisis gas darah, kultur darah,
terresistensi.
B. Tes kehamilan: positif jika janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu setelah abortus.
C. Pemeriksaan dopler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
D. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Ultrasonografi penting dalam mengidentifikasi

status

kehamilan dan memastikan bahwa suatu kehamilan adalah


intrauterin. Apabila ultrasonografi transvaginal menunjukkan
sebuah rahim kosong dan tingkat serum hCG kuantitatif lebih besar
dari 1.800 mIU per mL (1.800 IU per L), kehamilan ektopik harus
dipikirkan. Ketika ultrasonografi transabdominal dilakukan, sebuah
15

rahim kosong harus menimbulkan kecurigaan kehamilan ektopik


jika kadar hCG kuantitatif lebih besar dari 3.500 mIU per mL
(3.500 IU per L). Rahim yang ditemukan kosong pada pemeriksaan
USG dapat mengindikasikan suatu abortus kompletus, tetapi
diagnosis tidak definitif sehingga kehamilan ektopik disingkirkan.

9. Diagnosa Banding
Meskipun gambaran klinik dari abortus pada umumnya mudah
dikenali

tetapi

kadang-kadang

masih

terdapat

kesalahan

dalam

mendiagnosis. Oleh karena itu dalam mendiagnosis suatu kasus abortus,


perlu pertimbangan diagnosis banding abortus.
Adapun diagnosis banding abortus adalah sebagai berikut :

1. Kehamilan ektopik terganggu


Pada kehamilan ektopik ditemukan amenorea disertai perdarahan
pervaginam, rasa nyeri di perut bawah,tumor dibelakang uterus dan tes
kehamilan selalu bereaksi positif kuat karena kadar HCG yang tinggi.
2. Mola hidatidosa
Pada mola hidatidosa tinggi fundus uteri umumnya lebih besar dari
lama kehamilan. Amenorea dan perdarahannya bisa lebih banyak dan
kadang pada darah yang keluar terdapat gelembung. Mola di dalamnya
dan reaksi kehamilan negative.
3. Kehamilan dengan kelainan serviks.
Polip uteri, mioma uteri, dan karsinoma servisis uteri
4. Perdarahan implantasi
Dapat timbul sekitar saat haid yang diperkirakan.biasanya
jumlahnya lebih dari darah haid p[ertama siklus yang normal tidak ada
nyeri atau nyeri pinggang penyerta.
8. Penatalaksanaan
Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tandatanda syok maka diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse

16

darah. Kemudian, jaringan dikeluarkan secepat mungkin dengan metode


digital dan kuretase.
Setelah itu, beri obat-obat uterotonika dan antibiotika. Pada
keadaan abortus kompletus dimana seluruh hasil konsepsi dikeluarkan
(desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong, terapi yang
diberikan hanya uterotonika. Untuk abortus tertunda, obat diberi dengan
maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan,
kalau tidak berhasil, dilatasi dan kuretase dilakukan. Histerotomia
anterior juga dapat dilakukan dan pada penderita, diberikan tonika dan
antibiotika.
Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis
lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan. Pada serviks inkompeten, terapinya adalah operatif yaitu
operasi Shirodkar atau McDonald.
Tujuan awal dari terapi abortus adalah memperbaiki keadaan
umum.

Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam


pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah

ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.


Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan infus oksitosin

dimulai 8tetes permenit dan naikkan sesuai kontraksi uterus.


Bila pasien syok karena pendarahan berikan infus ringer taktat dan

selekas mungkin tranfusi darah


Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang

cukup.
Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1
juta satuan tiap 6 jam, suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam,
atau

antibiotika spektrum luas lainnya. 24 sampai 48 jam setelah

dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan


yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil
konsepsi.
Pemberian

infus

dan

antibiotika

diteruskan

menurut

kebutuhan dan kemajuan penderita. Semua pasien abortus disuntik


vaksin tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan kuretase pasien
abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi
seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau
infeksi.2 Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien
dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam
yang memburuk atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau
gejala yang lebih berat.13 Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia

17

dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien


menandatangani surat persetujuan tindakan.
Medikamentosa yang dapat digunakan :
1. Simptomatik
a. Analgesic (a5, metenamat) 500 gram (3x1)
2. Antibiotik
a. Amoksilin 500 mg (3x1)
b. Ceftriakson 2 gr (iv bolus)
3. Edukasi
a. Kontrol 3-4 hari setelah keluar setelah keluar dari rumah
sakit.
Terdapat berbagai metode bedah dan medis untuk mengobati
abortus spontan serta terminasi yang dilakukan pada keadaan lain,
dan hal ini diringkas sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus


Kuretase
Aspirasi vakum (kuretase isap)
Dilatasi dan evakuasi (D&E)
Dilatasi dan Curretase (D&C)
Aspirasi haid
Laparatomi
Histerotomi
Aborsi bedah sebelum 14 minggu dilakukan mula-mula

dengan membuka serviks, kemudian mengeluarkan kehamilan


dengan secara mekanis mengerok keluar isi uterus (kuretase tajam),
dengan aspirasi vakum (kuretase isap), atau keduanya.
Setelah 16 minggu, dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E).
Tindakan ini berupa pembukaan seviks secara lebar diikuti oleh
dekstruksi mekanis dan evakuasi ba gian janin. Setelah janin
dikeluarkan secara lengkap maka digunakan kuret vakum berlubang
besar untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi
dan Curretase (D&C) serupa dengan D&E kecuali pada D&C, bahwa
sebagian dari janin mula-mula dikuretase melalui serviks yang telah
membuka untuk mempermudah tindakan.

Dilator Higroskopik
Batang laminaria sering digunakan untuk membantu membuka
serviks sebelum aborsi bedah. Alat ini menarik air dari jaringan serviks
sehingga serviks melunak dan membuka. Dilator higroskopik sintetik juga
dapat digunakan. Lamicel adalah suatu spons polimer alkohol polivinil
yang mengandung magnesium sulfat anhidrosa. Trauma akibat dilatasi
mekanis dapat diperkecil dengan menggunakan dilator higroskopik. Wanita
yang sudah dipasangi dilator osmotik sebelum suatu aborsi elektif, tetapi
kemudian berubah pikiran umumnya tidak menderita morbiditas infeksi
setelah dilator dikeluarkan.
Pada abortus teraupetik, dapat dilakukan dengan cara:
18

i. Kimiawi pemberian secara ekstrauterin atau intrauterin obat abortus,


seperti: prostaglandin, antiprogesteron, atau oksitosin.
ii. Mekanis:
a. Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks
secara perlahan dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan
evakuasi dengan kuret tajam atau vakum.
b. Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator Hegar
dilanjutkan dengan kuretasi.
c. Histerotomi / histerektomi.
9. Prognosis
Mayoritas pada penderita yang mengalami abortus mempunyai
prognosa yang tergantung pada cepat atau tidaknya kita mendiagnosa dan
mencari etiologinya. Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari
etiologi aborsi spontan sebelumnya.
1. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.
2. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui,
kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.
3. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas
jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2
atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.
10. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 1997)
adalah:
a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul
segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
b. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat m
engakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan
bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.
Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga
pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam
uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain
cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada
saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka.
Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian,

19

sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat


memastikan dengan segera.
d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang
dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan
panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan
secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu
dingin.
e. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik
lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat
dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian
pula obat-obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya
Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan
untuk menegakkan diagnosis.
f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan
tetapi memerlukan waktu.
g. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan
menggunakan pengaliran arus listrik.

20

REFERENSI
Cunningham, F. Gary, et al. 2010. Obstetric Williams. Jakarta : EGC.
Dede Mahdiyah, Dwi Rahmawati, Ayu L., 2013. Hubungan Paritas Dengan
Kejadian Abortus Di Ruang Bersalin RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin. Dinamika Kesehatan Vol. 12 No. 12
Diktat UNAIR Ilmu Penyakit Kebidanan dan Kandungan: Abortus. Surabaya:
balai penerbit FK UNAIR. 2010.
Hacker Moore, 2010. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Sedgh G, Singh S, Shah IH, Ahman E et al.: Induced abortion: incidence and trends
worldwide from 1995 to 2008. The Lancet 379:625, 2012.

Sarwono, 2011. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwini Prawirohardjo

21

Vous aimerez peut-être aussi