Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abortus
Oleh :
Dita Ratnasari Wahyuningrum
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
dari
abortus
sebagian
besar
diakibatkan
oleh
kelainan
terjadinya
abortus,
ditandai
dengan
perdarahan
sedikit
pervaginam dan nyeri perut tidak ada atau ringan, dari pemeriksaan dalam
didapatkan ostium uteri masih tertutup,besar uterus sesuai dengan umur
kehamilan dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
2. Abortus Insipiens (Inevitable abortion) adalah abortus yang ditandai dengan
Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/ kontraksi rahim, serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi
uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus
telah
meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan dan tidak
dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Perdarahan bisa ada atau tidak ada,
dari pemeriksaan obstetri didapatkan fundus uteri lebih kecil dari umur
kehamilan dan bunyi jantung janin tidak ada. Fetus yang meninggl ini bisa
keluar dengn sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati, bias diresorbsi
kembalisehingga hilang, bisa mongering dan menipis yang disebut fetus
papyraceus atau bisa menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati
satu minggu akan mengalami degenerasi dan air ketuban akan diresorbsi.
6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut.
7. Abortus Infeksious atau abortus septic (Septic abortion) ialah abortus yang
disertai infeksi pada alat genitalia. Dari hasil pemeriksaan didapatkan
kanalis servikalis yang terbuka, teraba jaringan dan dapat disertai
perdarahan. Juga dapat didapatkan tanda-tanda infeksi daerah genitalia
seperti demam, nadi cepat,panas tinggi, menggigil, tekanan darah turun
sampai syok.
8. Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis.
Abortus terapeutik adalah pengakhiran kehamilan sebelum saatnya
janin mampu hidup dengan maksud melindungi kesehatan ibu. Antara
indikasi untuk melakukan abortus therapeutik adalah apabila kelangsungan
kehamilan dapat membahayakan nyawa wanita tersebut seperti pada
penyakit vaskular hipertensi tahap lanjut dan invasive karsinoma pada
serviks. Selain itu, abortus terapeutik juga boleh dilakukan pada kehamilan
akibat perkosaan atau akibat hubungan saudara (incest) dan sebagai
pencegahan untuk kelahiran fetus dengan deformitas fisik yang berat atau
retardasi mental.
Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang
disengaja tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun
dengan alat-alat. Abortus provokatus yang dikenal di Indonesia dengan
istilah aborsi berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan
Faktor genetik :
o Mendelian
o Robertsonian
o Resiprokal
o Uterus bikornis
o Inkopetesi servik uterus
o Mioma uteri
o Sindroma Asherman
Autoimun :
o Aloimun
o Mediasi imunitas humoral
o Mediasi imunitas seluler
Infeksi
Hematologik
Lingkungan
dan
kemudian
oleh
trofoblast.
Karena
progesteron
Rate
28
24
29
7
Africa
Asia
Europe
Latin America
Northern America
Oceania
29
28
27
32
19
17
Tabel 1. Perkiraan aborsi per 1000 wanita umur 1544, diberbagai negara
*Europe, North America, Australia, Japan and New Zealand
(Sumber : SedghG,et al, 2012)
10
11
12
7. Diagnosis
Diagnosa meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
status psikiatri, pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa
Anamnesa dilakukan untuk mencari etiologi dari abortus.
Dengan anamnesa yang teliti dan menjurus maka akan dikembangkan.
Pemikiran mengenai pemeriksaan selanjutnya yang dapat memperkuat
dugaan kita pada suatu etiologi yang mendasari terjadinya abortus. Hal
ini akan berpengaruh juga pada rencana terapi yang akan dilakukan
sesuai dengan etologinya. Menurut WHO, setiap wanita pada usia
reproduktif yang mengalami dua daripada tiga gejala seperti di bawah
harus dipikirkan kemungkinan terjadinya abortus:
i. Perdarahan pada vagina.
ii. Nyeri pada abdomen bawah.
iii. Riwayat amenorea.
13
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi status interna umum status
obstetri. Gejala-gejala dari abortus spontan sebagai berikut:
1. Pendarahan mungkin hanya bercak sedikit, atau bisa cukup parah.
2. Nyeri dan kram terjadi di perut bagian bawah. Mereka hanya satu sisi,
kedua sisi, atau di tengah. Rasa sakit juga dapat masuk ke punggung
bawah, bokong, dan alat kelamin.
3. Anda mungkin tidak lagi memiliki tanda-tanda kehamilan seperti mual
atau payudara bengkak / nyeri jika Anda telah mengalami keguguran.
Anamnesis pada abortus spontan :
a. Adanya amenore pada masa reproduksi.
b. Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi.
c. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan panggul. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah
leher rahim sudah mulai membesar.
Pemeriksaan penunjang:
a) Pemeriksaan USG (Ultrasonografi). Hal ini membantu dokter untuk
memeriksa detak jantung janin dan menentukan apakah embrio
berkembang normal.
b) Pemeriksaan darah. Jika mengalami keguguran, pengukuran hormon
kehamilan, HCG beta, kadang-kadang bisa berguna dalam menentukan
apakah Anda telah benar-benar melewati semua jaringan plasenta.
c) Pemeriksaan jaringan. Jika telah melewati jaringan, dapat dikirim ke
laboratorium untuk mengkonfirmasi bahwa keguguran telah terjadi dan bahwa gejala tidak berhubungan dengan penyebab lain dari
perdarahan kehamilan.
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok,
yaitu:
1. Abortus Iminens (Threatened abortion)
a. Anamnesis perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut
tidak ada atau ringan.
b. Pemeriksaan dalam fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup,
dan besar uterus sesuai dengan umur kehamilan.
c. Pemeriksaan penunjang hasil USG.
2. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)
a. Anamnesis perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi
rahim.
b. Pemeriksaan dalam ostium terbuka, buah kehamilan masih
dalam rahim, dan ketuban utuh (mungkin menonjol).
14
status
9. Diagnosa Banding
Meskipun gambaran klinik dari abortus pada umumnya mudah
dikenali
tetapi
kadang-kadang
masih
terdapat
kesalahan
dalam
16
cukup.
Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1
juta satuan tiap 6 jam, suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam,
atau
infus
dan
antibiotika
diteruskan
menurut
17
Dilator Higroskopik
Batang laminaria sering digunakan untuk membantu membuka
serviks sebelum aborsi bedah. Alat ini menarik air dari jaringan serviks
sehingga serviks melunak dan membuka. Dilator higroskopik sintetik juga
dapat digunakan. Lamicel adalah suatu spons polimer alkohol polivinil
yang mengandung magnesium sulfat anhidrosa. Trauma akibat dilatasi
mekanis dapat diperkecil dengan menggunakan dilator higroskopik. Wanita
yang sudah dipasangi dilator osmotik sebelum suatu aborsi elektif, tetapi
kemudian berubah pikiran umumnya tidak menderita morbiditas infeksi
setelah dilator dikeluarkan.
Pada abortus teraupetik, dapat dilakukan dengan cara:
18
19
20
REFERENSI
Cunningham, F. Gary, et al. 2010. Obstetric Williams. Jakarta : EGC.
Dede Mahdiyah, Dwi Rahmawati, Ayu L., 2013. Hubungan Paritas Dengan
Kejadian Abortus Di Ruang Bersalin RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin. Dinamika Kesehatan Vol. 12 No. 12
Diktat UNAIR Ilmu Penyakit Kebidanan dan Kandungan: Abortus. Surabaya:
balai penerbit FK UNAIR. 2010.
Hacker Moore, 2010. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Sedgh G, Singh S, Shah IH, Ahman E et al.: Induced abortion: incidence and trends
worldwide from 1995 to 2008. The Lancet 379:625, 2012.
21