Vous êtes sur la page 1sur 22

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN

DENGAN RPK (RISIKO PERILAKU KEKERASAN


A. Pengertian marah
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996).kemarahan yang
ditekankan atau pura pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu
hubungan iterpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung konstruktif pada
waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus mengetahui juga tentang respons
kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati dan frustasi. Beberapa faktor yang
mepengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan
akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1.

Frustasi: seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/


keinginanyang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa
terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan
cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya
dengan kekerasan.

2.

Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, cepat
tersinggung, cepat marah, dan sebagainya.

3.

Kebutuhan akan status dan prestise: manusia pada umumnya mempunyai


keinginan untuk mengaktualisasi dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

Tanda dan Gejala


1.

Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)

2.

Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)

3.

Gangguan lingkungan sosial (menarik diri)

4.

Percaya diri kurang ( sukar mengambil keputusan)

5.

Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)

B. Pengertian perilaku kekerasan


Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan
definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan
secara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki
tujuan khusus.marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan
tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993).
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai
diri,orang lain di lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala
1.

Memperlihatkan permusuhan

2.

Mendekati orang lain dengan ancaman

3.

Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai

4.

Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan

5.

Mempunyai rencana untuk melukai

C. Rentang Respons Marah


Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif-mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997, hal 6).
Respon adaptif
Asertif
1.

Respon maladaptif
Pasif

Perilaku Kekerasan

Assetif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang


laiin, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.

2.

Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari
ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

3.

Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan


yang dialami.

4.

Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat di kontrol
oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan sama dari orang lain.

5.

Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.

D. Faktor Predisposisi
Faktor psikologis
1.

Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami


hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotifasi PK.

2.

Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan.

3.

Frustasi.

4.

Kekerasan dalam rumah atau keluarga.

E. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupainjury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
1.

Klien

: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan

yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.


2.

Interaksi

: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,

konflik, merasa terancam, baik internal dari perasaan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
3.

Lingkungan

: panas, padat dan bising.

Tanda dan gejala


1.

Fisik

2.

Mata melotot

3.

Pandangan Tajam

4.

Tangan mengepal

5.

Rahang Mengatup

6.

Wajah Memerah

7.

Postur tubuh kaku

Verbal
1.

Mengancam

2.

Mengumpat dengan kata-kata kotor

3.

Suara keras

4.

Bicara keras, ketus

Perilaku
1.

Menyerang orang

2.

Melukai diri sendiri/orang lain

3.

Merusak lingkungan

4.

Amuk/agresif

F. Proses Marah
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan kita sehari-hari yang dihadapi
oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang dapat menimbulkan
perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan
kemarahan.
G. Tanda dan Gejala
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku berikut ini :
1.

Muka merah dan tegang

2.

Pandangan tajam

3.

Mengatupkan rahan dengan kuat

4.

Mengepalkan tangan

5.

Bicara kasar

6.

Suara tinggi, menjerit atau berteriak

7.

Mengancam secara verbal dan fisik

8.

Melempar atau memukul benda atau orang lain

9.

Merusak barang atau benda

10. Tidak mempunyai kemampuan mencegah / mengontrol perilaku kekerasan


Data ini sesuai dengan format pengkajian untuk masalah perilaku kekerasan.

H. Gambaran Perilaku Kekerasan


ANCAMAN ATAU
KEBUTUHAN

STRESS
ANSIETAS
MARAH
MERASA BERKUASA

MENGUNGKAPKAN
KEMARAHAN

MERASA TIDAK
ADEKWAT

MENANTANG

MENYADARKAN ORLA
AKAN KEBUTUHANNYA

MENANTANG

TIDAK ADA PENYELESAIAN


MASALAH

MEMENUHI
KEBUTUHANNYA

MENGINGINKAN
KEMARAHAN

MARAH
BERKEPANJANGAN

MARAH TERATASI

TIDAK
MENGEKSPRESIKAN

PENGEMBANGAN KEMARAHAN

BERUMUSUHAN KRONIK

KEMARAHAN DIARAHKAN
KEPADA DIRI SENDIRI

-DEPRESI
-PENYAKIT FISIK

KEMARAHAN DIARAHKAN
KELUAR

-AGRESIF
-PERILAKU KEKERASAN

I.

Asuhan Keperawatan Jiwa Klien RPK

1.

Pengkajian
a.

Aspek Biologis
Respons fsiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi

terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka


merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama
dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti
rahan terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku dan refleks cepat. Hal ini disebabkan
oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b.

Aspek Emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,

frustasi, dendam , ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit
hati, menyalahkan dan menuntut.
c.

Aspek Intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses

intelektual,peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan


lingkunganyang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi di proses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
d.

Aspek Sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.

Emosi

marah

sering

merangsang

kemarahan

orang

lain.

Klien

seringkalimenyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain


sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang
berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu
sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikutii aturan.
e.

Aspek Spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan

lingkungan. Halyang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat

menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak


berdosa.
Analisa Data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan
permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah
dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil
analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.
POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


2.

Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul untuk masalah perilaku kekerasan

adalah :

3.

a.

Harga diri rendah

b.

Perilaku kekerasan

c.

Koping individu tidak efektif

d.

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

e.

Resiko mencedeerai diri sndir dan lingkungan

Intervensi

1) Tujuan tindakan keperawatan


Tujuan umum : Klien dapat mengontrol perilakunya dan dapat mengungkapkan
kemarahannya secara asertif.
Tujuan khusus
a.

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b.

Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda perilaku kekerasan.

c.

Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara


konstruktif.

d.
e.

Klien dapat mendemonstrasikansikap perilaku kekerasan.


Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku dan
menggunakan obat dengan benar.

2) Tindakan keperawatan
Dengan menggunakan pendekatan tentang rencana keperawatanmulai dari
strategi pencegahan sampai pengontrolan. Pada strategi pencegahan dapat
dilakukan pendidikan kesehatan, latihan asertif, kesadaran diri, komunikasi
verbal dan non verbal, perubahan lingkungan, intervensi perilaku, penggunaan
psikofarmaka. Jika strategi ini dilakukan namun klien bertambah agresif, maka
teknik manajemen krisis seperti isolasi dan pengikatan harus dilakukan. Namun
demikian pencegahan adalah upaya terbaik dalam mengelola klien dalam
perilaku kekerasan.
Prinsip yang perlu diperhatikan pada pengelolaan klien perilaku kekerasan :
a. Staf diberi latihan mengenai pencegahan dan pengelolaan klien perilaku
kekerasan termasuk bermain peran.
b. Pebandingan Perawat - Klien 1 : 1.
c. Untuk tindakan pengamanan dilakukan secara kompak, tidak dibenarkan
menghadapi klien perilaku kekerasan seorang diri.
d. Berikan informasi tindakan yang akan dilakukan ataupun pemberian obat
yang berkaitan dengan perilaku kekerasan.
e. Lindungi bagian tubuh vital staf dari upaya perlukaan.
f. Bila situasi dapat diatasi, segera diskusikan insiden yang terjadi.
g. Setelah klien tenang dan dapat mengontrol perilakunya beri kesempatan
kepadanya untuk mengekspresikan perasaanya.
h. Berikan penguatan positif bila klien dapat mengekspresikan pperasaannya.
4.

Implementasi
Implementasi untuk pasien

1) Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
e. Pasien

dapat

menyebutkan

cara

mencegah/mengontrol

perilaku

kekerasannya.
f. Pasien dapat mencegah / mengontrol perilaku kekerasannya baik secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan psikofarmaka.
2) Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dippertimbangkan
agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah :
a)

Mengucapkan salam terapeutik

b)

Berjabat tangan

c)

Menjelaskan tujuan interaksi

d)

Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu


pasien.

b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan


yang lalu.
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
a)

Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

b)

Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis

c)

Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial

d)

Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual

e)

Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual

d.

Diskusikan bersama pasien perilaku pasien yang biasa dilakukan pada


saat marah secara :
a)

Verbal

b)

Terhadap orang lain

c)

Terhadap diri sendiri

d)

Terhadap lingkungan

e.

Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

f.

Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara :


a) Fisik : pukul kasur dan bantal
b) Obat
c) Spiritual : sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

g.

Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik


a) latihan nafas bantal dalam dan pukul kasur-bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur-bantal

h.

Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial / verbal


a) latih mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan
baik meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

i.

Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


a) latih mengontrol secara spiritual : sholat, berdoa
b) Buat jadwal sholat dan berdoa

j.

Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan latih minum obat


a) latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu minum obat dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna
obat dan akibat berhenti minum obat.
b) Susun jadwal minum obat secara teratur

3) Tindakan keperawatan dengan menggunakan pendekatan Strategi pelaksana


(SP)
`

SP 1 Pasien : Membina hubungangan saling percaya, identifikasi perasaan

marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibat serta mengontrol secara fisik I.
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2,
dengan cara :
a.

Evaluasi latihan nafas dalam

b.

Latih cara fisik ke-2 : pukul kasur bantal

c.

Susun jadwal latihan kegiatan harian cara kedua

SP Pasien 3 : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal


a.

Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik

b.

Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal, menolak dengan

baik,
c.

meminta dengan baik serta mengungkapkan perasaan dengan baik


Susun jadwal latihan mengungkapkan marah dengan verbal

SP Pasien 4 : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


a.

Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan


sosial / verbal

b.

Latihan sholat / berdoa

c.

Buat jadwal latihan sholat / berdoa

SP Pasien 5 : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat


a.
yang
b.

Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah


sudah dilatih
latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan
akibat berhenti minum obat.

c.

Susun jadwal minum obat secara teratur.

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol


kemarahan
a.

Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah

b.

Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang


telah diajarkan oleh perawat

c.

Ajarkan keluarga untuk memberian pujian kepada pasien bila pasien


dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat

d.

Diskusikan bersama keluarga tindakan keluarga yang harus dilakukan


bila

pasien menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga


5.

Evaluasi
Evaluasi klien dengan perilaku kekerasan harus berdasarkan obsevasi
perubahan

perilaku

dan

respon

subjektif.

Diharapkan

klien

dapat

mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, akibat perilaku kekerasan, cara


yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan, demonstrasikan perilaku
yang terkontrol, memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku,
penggunaan obat dengan benar.
Format evaluasi untuk menilai kemampuan pasien, keluarga dan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM
A. Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataanya yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol.
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan kepada penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat inttelektual dan latar
belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan
perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang,
pertengkaran orang tua dan aniaya. (Kelliath, 1999)
Kesimpulan dari beberapa penulis, Waham (delusi) adalah keyakinan individu
yang tidak dapat di validasi atau dibuktikan dengan realitas. Haber (1982) keyakinan
individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dengan latar belakang
budayanya. (Rawlin, 1993) dan tidak dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan

yang logis (Cook and Fontain 1987) serta keyakinan tersebut diucapkan berulangulang.
B. Type Waham
Tipe-tipe waham antaara lain :
1.

Tipe Eritomatik : Klien dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya orang
yang sangat terkenal, seperti artis, pejabat, atau atasannya. Klien biasaanya hidup
terisolasi, menarik diri, hidup sendirian dan bekerja dalam pekerjaan yang
sederhana.

2.

Tipe Kebesaran(magalomania): Yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki

bakat,
3.

kemampuan, wawasan yang luar biasa, tetapi tidak dapat diketahui.

Waham cemburu : Misalnya cemburu pada pasangannya. Tipe ini jarang


ditemukan (0.2%) dari pasien psikiatrik. Onset sering mendadak dan hilang
setelah perisahan/kematian pasangan. Tipe inimenyebabkan penyiksaan hebat
dan fisik yang bermakna terhadap pasangan dan kemungkinan dapat membunuh
pasangan, oleh karena delusinya.

4.

Waham kejar : keyakinan dirinya merasa dikejar-kejar, diikuti oleh orang lain.
Tipe ini paling sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk

sederhana,

ataupun terperinci dan biasanya berupa tema yang berhubungan difitnah

secara

kejam, diusik, dihalang-halangi, diracuni, atau dihalangi dalam

tujuan

jangka panjang.

5.

mengejar

Waham tipe somatik atau Psikos Hipokondrial Monosimptomatik : perbedaan


dengan hipokondrial adalah pada derajat keyakinanyang dimiliki klien.
Menetapnya waham somatik yang tidak kacau tanpa adanya gejala psikotik
lainnya menyatakan gangguan delusional/ waham tipe somatik.

C. Jenis / Klasifikasi Waham


Jenis jenis waham antara lain:
1.

Waham Kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesarannya dirinya atau kekuasaan.
Penderita merasanya dirinya orang, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali,
orang kaya.

2.

Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar.
Penderita percaya sudah selayaknya dia dihukum berat.

3.

Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa dikejar-kejar oleh orang lain atau kelompok
orang yang bermaksud berbuat jahat kepadanya.

4.

Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang mengancam
dirinya. Individu juga merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya.
Biasanya individu yang mempuinyai waham ini mencari-cari hubungan antara
dirinya dan orang lain disekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh
hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan,
kita kenal Ideas Of Reference yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu
dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya)
mempunyai hubungan dengan dirinya.

5.

Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain\

6.

Waham Somatik atau Hipokondria


Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti
ususnya yang mebusuk, otak yang mencair.

7.

Waham Keagamaan
Keyakina klien terhadap suatu agama secara berlebihan, keyakinan dan
pembicaraan klien selalu tentang agama.

8.

Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia atau sudah meninggal
dunia.

9.

Waham Pengaruh
Klien merasa pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh
orang

lain atau kekuatan.

10. Waham Somatik

Klien yakin bahwa bagian tubuhnya terganggu, terserang penyakit atau didalam
tubuhnya terdapat binatang
11. Waham Sipir Pikir
Klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan/dimasukan kedalam
pikirannya.
12. Waham Siar Pikir
Klien yakin bahwa orang lain mengetahui isi pikirannya, padahal dia tidak
pernah manyatakan pikirannya kepada orang tersebut.
13. Waham Kontrol Pikir
Klien yakin bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
D. Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptif

Respon Maladaptif

-Pikiran logis

-Distorsi pikiran

-gangguan proses

-Persepsi akurat

-Ilusi

pikir

-Emosi konsisten

-Reaksi emosi berlebihan atau

-Waham

dengan pengalaman

kurang

-Perilaku

-Perilaku sesuai

-Perilaku aneh atau tidak biasa disorganisasi

-Behubungan sosial

-Menarik diri
-Perilaku sesuai

-Isolasi sosial
-Sulit berespon emosi

E. Proses Terjadinya Waham (Delusi)


Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah :
1.

Gagal melalui tahap perkembangan dengan sehat

2.

Klien disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian

3.

Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain

4.

Perpisahan dengan orang yang dicintainya

5.

Kegagalan yang sering dialami

6.

Keturunan, paling sering pada kembar satu telur

7.

Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalkan

menyalahkan orang lain.


F. Asuhan Keperawatan Jiwa Klien Waham
1.

Pengkajian
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memperhatikan, dan

mendokumentasikan semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi


yang diberikan oleh pasien trentang wahamnya. Berikut ini beberapa contoh
pertanyaan yang dapat perawat gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien
waham.
a.

Apakah pasien memiliki pikiran / isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?

b.

Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

c.

Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan


tidak nyata?

d.

Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?

e.

Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan orang lain?

f.

Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?

g.

Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan


lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Isi pengkajian gangguan orientasi realita yang terfokus pada klien waham yaitu :

Alasan Masuk / Dirawat


Umumnya klien dengan gangguan orientasi dibawa ke rumah sakit karena
mengungkapkan kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal,
marah atau merusak barang barang dan tidak mampu mengendalikan diri.
Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik, flight of ideas,
kehilangan

asosiasi,

pengulangan

kata-kata

yang

didengar.

Serta

klien

mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan,


keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataanya.

Biasanya klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
diri (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak menilai
lingkungan/realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
Masalah Keperawatan
a.

Kerusakan komunikasi verbal,

b.

Gangguan proses pikir: waham,

c.

Harga diri rendah kronik.

Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal
Effect

Perubahan proses pikir : Waham


Core Problem

Harga diri rendah kronik


Causa

2.

Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul dan dapat disimpulkan dari hasil

pengkajian adalah:
a.

Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir : waham


Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,

kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Data objektif :
klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
Diagnosa Keperawatan :
Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
3.

Intervensi

Diagnosa Keperawatan : perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan


harga diri rendah.
Tujuan Umum

:Proses pikir baik sesuai realita.

Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4. Klien dapat menetapkan kegiatan sesuai kondisi.
5. Klien dapat menggunakan sistem pendukung yang ada.
Perencanaan

a.

Bina hubungan saling percaya

b.

Diskusikan kemampuan dan aspek yang dimiliki.

c.

Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selam sakit.

d.

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.

e.

Beri kesempatan pada klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

f.

Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.

4.

Implementasi

Tindakan keperawatan untuk pasien :


a.

Tujuan

1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.


2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
b.

Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudaara harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi dengan kita. Tindakan harus dilakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya adalah :
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Bantu orientasi realita
a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap kehidupan sehar-hari
d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal pembicaraan sampai pasien
berhenti membicarakannya.
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realita.
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien.
5) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum.

8) Melatih minum obat yang benar.


c.

Tindakan keperawatan pasien dengan menggunakan pendekatan Strategi


Pelaksanaan (SP)
SP 1 Pasien : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan
yang

tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempratekan

pemenuhan kebutuhan

yang tidak terpenuhi.

SP 2 Pasien : mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki pasien dan


membantu mempraktikannya.
SP 3 Pasien : mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan :
a) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
b) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
c) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optional.
2) Tindakan :
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di
rumah.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
c) Diskusikan dengan keluarga tentang :
-Cara merawat pasien waham dirumah
-Follow up dan keteraturan pengobatan
-Lingkungan yang tepat untuk pasien
d) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat).
e) Diskusikan kepada keluarga tentang kondisi pasien yang memerlukan
konsultasi segera.
f)

Latih cara merawat.

g) menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga.


3) Tindakan keperawatanuntuk keluarga pasien dengan pendekatan Strategi

Pelaksanaan (SP)
SP 1 Keluarga : membina hubungan saling percaya dengan keluarga,
mengidentifikasi masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah dan obat
pasien.
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien.
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
5.

Evaluasi
Format evaluasi untuk menilai kemampuan pasien, keluarga dan perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan waham.

Vous aimerez peut-être aussi