Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2.
Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, cepat
tersinggung, cepat marah, dan sebagainya.
3.
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
2.
3.
4.
5.
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)
Memperlihatkan permusuhan
2.
3.
4.
5.
Respon maladaptif
Pasif
Perilaku Kekerasan
2.
Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari
ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3.
4.
Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat di kontrol
oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan sama dari orang lain.
5.
Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.
D. Faktor Predisposisi
Faktor psikologis
1.
2.
Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan.
3.
Frustasi.
4.
E. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupainjury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
1.
Klien
Interaksi
konflik, merasa terancam, baik internal dari perasaan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
3.
Lingkungan
Fisik
2.
Mata melotot
3.
Pandangan Tajam
4.
Tangan mengepal
5.
Rahang Mengatup
6.
Wajah Memerah
7.
Verbal
1.
Mengancam
2.
3.
Suara keras
4.
Perilaku
1.
Menyerang orang
2.
3.
Merusak lingkungan
4.
Amuk/agresif
F. Proses Marah
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan kita sehari-hari yang dihadapi
oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang dapat menimbulkan
perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan
kemarahan.
G. Tanda dan Gejala
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku berikut ini :
1.
2.
Pandangan tajam
3.
4.
Mengepalkan tangan
5.
Bicara kasar
6.
7.
8.
9.
STRESS
ANSIETAS
MARAH
MERASA BERKUASA
MENGUNGKAPKAN
KEMARAHAN
MERASA TIDAK
ADEKWAT
MENANTANG
MENYADARKAN ORLA
AKAN KEBUTUHANNYA
MENANTANG
MEMENUHI
KEBUTUHANNYA
MENGINGINKAN
KEMARAHAN
MARAH
BERKEPANJANGAN
MARAH TERATASI
TIDAK
MENGEKSPRESIKAN
PENGEMBANGAN KEMARAHAN
BERUMUSUHAN KRONIK
KEMARAHAN DIARAHKAN
KEPADA DIRI SENDIRI
-DEPRESI
-PENYAKIT FISIK
KEMARAHAN DIARAHKAN
KELUAR
-AGRESIF
-PERILAKU KEKERASAN
I.
1.
Pengkajian
a.
Aspek Biologis
Respons fsiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi
Aspek Emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam , ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit
hati, menyalahkan dan menuntut.
c.
Aspek Intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
Aspek Sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi
marah
sering
merangsang
kemarahan
orang
lain.
Klien
Aspek Spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
Perilaku kekerasan
Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul untuk masalah perilaku kekerasan
adalah :
3.
a.
b.
Perilaku kekerasan
c.
d.
e.
Intervensi
b.
c.
d.
e.
2) Tindakan keperawatan
Dengan menggunakan pendekatan tentang rencana keperawatanmulai dari
strategi pencegahan sampai pengontrolan. Pada strategi pencegahan dapat
dilakukan pendidikan kesehatan, latihan asertif, kesadaran diri, komunikasi
verbal dan non verbal, perubahan lingkungan, intervensi perilaku, penggunaan
psikofarmaka. Jika strategi ini dilakukan namun klien bertambah agresif, maka
teknik manajemen krisis seperti isolasi dan pengikatan harus dilakukan. Namun
demikian pencegahan adalah upaya terbaik dalam mengelola klien dalam
perilaku kekerasan.
Prinsip yang perlu diperhatikan pada pengelolaan klien perilaku kekerasan :
a. Staf diberi latihan mengenai pencegahan dan pengelolaan klien perilaku
kekerasan termasuk bermain peran.
b. Pebandingan Perawat - Klien 1 : 1.
c. Untuk tindakan pengamanan dilakukan secara kompak, tidak dibenarkan
menghadapi klien perilaku kekerasan seorang diri.
d. Berikan informasi tindakan yang akan dilakukan ataupun pemberian obat
yang berkaitan dengan perilaku kekerasan.
e. Lindungi bagian tubuh vital staf dari upaya perlukaan.
f. Bila situasi dapat diatasi, segera diskusikan insiden yang terjadi.
g. Setelah klien tenang dan dapat mengontrol perilakunya beri kesempatan
kepadanya untuk mengekspresikan perasaanya.
h. Berikan penguatan positif bila klien dapat mengekspresikan pperasaannya.
4.
Implementasi
Implementasi untuk pasien
1) Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
e. Pasien
dapat
menyebutkan
cara
mencegah/mengontrol
perilaku
kekerasannya.
f. Pasien dapat mencegah / mengontrol perilaku kekerasannya baik secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan psikofarmaka.
2) Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dippertimbangkan
agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah :
a)
b)
Berjabat tangan
c)
d)
b)
c)
d)
e)
d.
Verbal
b)
c)
d)
Terhadap lingkungan
e.
f.
g.
h.
i.
j.
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibat serta mengontrol secara fisik I.
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2,
dengan cara :
a.
b.
c.
b.
baik,
c.
b.
c.
c.
b.
c.
d.
Evaluasi
Evaluasi klien dengan perilaku kekerasan harus berdasarkan obsevasi
perubahan
perilaku
dan
respon
subjektif.
Diharapkan
klien
dapat
yang logis (Cook and Fontain 1987) serta keyakinan tersebut diucapkan berulangulang.
B. Type Waham
Tipe-tipe waham antaara lain :
1.
Tipe Eritomatik : Klien dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya orang
yang sangat terkenal, seperti artis, pejabat, atau atasannya. Klien biasaanya hidup
terisolasi, menarik diri, hidup sendirian dan bekerja dalam pekerjaan yang
sederhana.
2.
bakat,
3.
4.
Waham kejar : keyakinan dirinya merasa dikejar-kejar, diikuti oleh orang lain.
Tipe ini paling sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk
sederhana,
secara
tujuan
jangka panjang.
5.
mengejar
Waham Kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesarannya dirinya atau kekuasaan.
Penderita merasanya dirinya orang, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali,
orang kaya.
2.
Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar.
Penderita percaya sudah selayaknya dia dihukum berat.
3.
Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa dikejar-kejar oleh orang lain atau kelompok
orang yang bermaksud berbuat jahat kepadanya.
4.
Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang mengancam
dirinya. Individu juga merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya.
Biasanya individu yang mempuinyai waham ini mencari-cari hubungan antara
dirinya dan orang lain disekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh
hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan,
kita kenal Ideas Of Reference yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu
dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya)
mempunyai hubungan dengan dirinya.
5.
Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain\
6.
7.
Waham Keagamaan
Keyakina klien terhadap suatu agama secara berlebihan, keyakinan dan
pembicaraan klien selalu tentang agama.
8.
Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia atau sudah meninggal
dunia.
9.
Waham Pengaruh
Klien merasa pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh
orang
Klien yakin bahwa bagian tubuhnya terganggu, terserang penyakit atau didalam
tubuhnya terdapat binatang
11. Waham Sipir Pikir
Klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan/dimasukan kedalam
pikirannya.
12. Waham Siar Pikir
Klien yakin bahwa orang lain mengetahui isi pikirannya, padahal dia tidak
pernah manyatakan pikirannya kepada orang tersebut.
13. Waham Kontrol Pikir
Klien yakin bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
D. Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
-Pikiran logis
-Distorsi pikiran
-gangguan proses
-Persepsi akurat
-Ilusi
pikir
-Emosi konsisten
-Waham
dengan pengalaman
kurang
-Perilaku
-Perilaku sesuai
-Behubungan sosial
-Menarik diri
-Perilaku sesuai
-Isolasi sosial
-Sulit berespon emosi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengkajian
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memperhatikan, dan
Apakah pasien memiliki pikiran / isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
b.
Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
c.
d.
e.
f.
Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?
g.
asosiasi,
pengulangan
kata-kata
yang
didengar.
Serta
klien
Biasanya klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
diri (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak menilai
lingkungan/realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
Masalah Keperawatan
a.
b.
c.
Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal
Effect
2.
Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul dan dapat disimpulkan dari hasil
pengkajian adalah:
a.
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Data objektif :
klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
Diagnosa Keperawatan :
Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
3.
Intervensi
Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4. Klien dapat menetapkan kegiatan sesuai kondisi.
5. Klien dapat menggunakan sistem pendukung yang ada.
Perencanaan
a.
b.
c.
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selam sakit.
d.
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
e.
f.
Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
4.
Implementasi
Tujuan
Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudaara harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi dengan kita. Tindakan harus dilakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya adalah :
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Bantu orientasi realita
a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap kehidupan sehar-hari
d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal pembicaraan sampai pasien
berhenti membicarakannya.
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realita.
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien.
5) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum.
pemenuhan kebutuhan
Pelaksanaan (SP)
SP 1 Keluarga : membina hubungan saling percaya dengan keluarga,
mengidentifikasi masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah dan obat
pasien.
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien.
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
5.
Evaluasi
Format evaluasi untuk menilai kemampuan pasien, keluarga dan perawat dalam