Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISLIPIDEMIA
I.
Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta
penurunan kadar kolesterol HDL (Sunita, 2004) . Dislipidemia adalah keadaan
terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah atau trigliserida dalam
darah yang dapat disertai penurunan kadar HDL kolesterol (Hartono, 2000).
Banyak penelitian hingga saat ini menemukan bahwa dislipidemia sebagai
penyebab morbiditas, mortalitas, dan biaya pengobatan yang tinggi. World Health
Organization memperkirakan dislipidemia berhubungan dengan kasus penyakit
jantung iskemik secara luas, serta menyebabkan 4 juta kematian per tahun.1 Survei
MONICA (Monitoring Trends and Determinant in Cardiovascular Disease Survey)
yang dilakukan pada populasi usia 25-64 tahun di Jakarta pada tahun 1993
menunjukkan adanya peningkatan dislipidemia dari 13,4% menjadi 16,4%. Salah satu
faktor yang perlu diperhatikan adalah dislipidemia seringkali tidak disertai gejala
sehingga masyarakat kurang waspada akan bahayanya (Anonim,2012).
Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki peran
yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain,sehingga tidak mungkin
dibahas sendiri-sendiri. Ketiganya dikenal sebagai triad lipid, yaitu:
1. Kolesterol total
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol total
darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat, konsisten,
dan
tidak bergantung
pada
Penelitian
genetik,
Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit adalah sebagai berikut:
1. Dislipidemia Primer
Yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan
kelainan kadar lipid dalam darah.
2. Dislipidemia Sekunder
Yaitu disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolesterolemia yang
diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan, anoreksia
nervosa, dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida disebabkan oleh DM,
konsumsi alkohol, gahal ginjal kronik, miokard infark, dan kehamilan. Dan
dislipidemia dapat disebabkan oleh hipotiroidisme, nefrotik sindroma, gagal
ginjal akut, penyakit hati, dan akromegali.
(Suyono, Slamet. 1996)
Sedangkan klasifikasi klinis dari dislipidemia adalah sebagai berikut :
Klasifikasi klinis Dislipidemia
1.
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolamia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
plasma dalam keadaan puasa. Secara klinis, digunakan kadar kolesterol total
sebagai tolak ukur, walaupun secara patofisiologi, yang paling berperan
sebagai faktor resiko adalah kolesterol LDL. Seseorang dikatakan menderita
hiperkolesterolamia bila kadar kolesterol total plasma 200 mg/dl. Kadar
kolesterol total plasma 200 mg/dl setara dengan kadar kolesterol LDL 130
mg/dl ( Bahri Anwar, 2004).
Mekanisme terjadinya hiperkolesterolemia adalah lemak yang berasal
dari makanan akan mengalami proses pencernaan di dalam usus menjadi asam
lemak bebas, trigliserid, fosfolipid dan kolesterol. Kemudian diserap ke dalam
bentuk kilomikron. Sisa pemecahan kilomikron beredar menuju hati dan
dipilah-pilih menjadi kolesterol. Sebagian kolesterol ini dibuang ke empedu
sebagai asam empedu dan sebagian lagi bersama-sama dengan trigliserida
akan bersekutu dengan protein tertentu (apoprotein) dan membentuk Very
Low Density Lipoprotein (VLDL), yang selanjutnya dipecah oleh enzim
lipoprotein menjadi Intermediet Density Lipoprotein (IDL) yang tidak bisa
bertahan 2-6 jam karena langsung akan diubah menjadi Low Density
Lipoprotein (LDL) (Soeharto, 2004).
Pembentukan LDL oleh reseptor ini penting dalam pengontrolan
kolesterol darah. Disamping itu dalam pembuluh darah terdapat sel-sel
perusak yang dapat merusak LDL. Melalui jalur sel-sel perusak ini molekul
LDL dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam aliran darah.
Kolesterol yang banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk dalam sel-sel
perusak. Bila hal ini terjadi selama bertahun-tahun, kolesterol akan menumpuk
pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak akan bercampur
dengan protein dan ditutupi oleh sel- sel otot dan kalsium. Hal inilah yang
kemudian dapat berkembang menjadi aterosklerosis (Almatsier, 2004).
2.
Hipertrigliseridemia
Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl dianggap berhubungan dengan
penyakit jantung koroner apabila disertai adanya penurunan kadar kolesterol
HDL. Penyakit hipertrigliseridemia ditandai dengan kadar trigliseridemia di
atas 500 mg/dl.
3.
Dislipidemia campuran
Penyakit dyslipidemia yang merupakan gabungan dari hipekolesterolamia dan
hipertrigliserida.
III.
Epidemiologi
Asupan asam lemak jenuh yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan dalam
tubuh adalah 10% dari energi total perhari dan kolesterol >300mg/ hari. Konsumsi
asam lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL. LDL bertugas membawa
kolesterol dari hati ke jaringan perifer yang didalamnya terdapat reseptor-reseptor
yang akan menangkapnya (termasuk pembuluh darah koroner) untuk keperluan
metabolik jaringan. Kolesterol yang berlebihan akan diangkut lagi kehati oleh HDL
untuk menjadi deposit. Jika kolesterol LDL meningkat serta HDL menurun, maka
akan terjadi penimbunan kolesterol di jaringan perifer termasuk pembuluh darah
(Ronald.H.sitorus, 2006) .
IV.
Patofisiologi
Lipid dalam plasma terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam
lemak bebas. Normalnya lemak ditranspor dalam darah berikatan dengan lipid yang
berbentuk globuler. Ikatan protein dan lipid tersebut menghasilkan 4 kelas utama
lipoprotein : kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL. Peningkatan lipid dalam darah akan
mempengaruhi
kolesterol,
trigliserida
dan
keduanya
(hiperkolesterolemia,
Pasien
dengan
hiperkolesterolemia (> 200 220 mg/dl serum) merupakan gangguan yang bersifat
familial, berhubungan dengan kelebihan berat badan dan diet. Makanan berlemak
meningkatkan sintesis kolesterol di hepar yang menyebabkan penurunan densitas
reseptor LDL di serum (> 135 mg/dl). Ikatan LDL mudah melepaskan lemak dan
kemudian membentuk plak pada dinding pembuluh darah yang selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya arterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Silbernagl,
2000).
1. Jalur transport lipid dan tempat kerja obat
a. Jalur Eksogen
Trigliserida dan kolesterol dari usus akan dibentuk menjadi
kiomikron yang kemudian akan diangkut ke saluran limfe dan masuk
ke duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak, trigliserida dari
kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang
b. Jalur Endogen
Trigliserida dan kolesterol dari hepar diangkut dengan bentuk
VLDL ke jaringan kemudian mengalami hidrolisis sehingga terbentuk
lipoprotein yang lebih kecil IDL dan LDL. LDL merupakan lipoprotein
dengan kadar kolesterol terbanyak (60-70%). Peningkatan katabolisme
LDL di plasma dan hepar yang akan meningkatkan kadar kolesterol
plasma. Peningkatan kadar kolesterol tersebut akan membentuk foam
cell di dalam makrofag yang berperan pada arterosklerosis prematur
(Ganiswarna, 2007).
2. Jenis Lipoprotein
a. Kilomikron
Lipoprotein dengan komponen 80% trigliserida dan 5%
kolesterol ester. Kilomikron membawa makanan ke jaringan lemak dan
otot rangka serta membawa kolesterol kembali ke hepar. Kilomikron
yang dihidrolisis akan mengecil membentuk kilomikron remnan yang
kemudian masuk ke hepatosit. Kilomikronemia post pandrial mereda
setelah 8 10 jam (Ganiswarna, 2007).
b. VLDL
Lipoprotein terdiri dari 60% trigliserida dan 10 15 %
kolesterol. VLDL digunakan untuk mengangkut trigliserida ke
jaringan. VLDL reman sebagian akan diubah menjadi LDL yang
mengikuti penurunan hipertrigliserida sedangkan sintesis karbohidrat
yang berasal dari asam lemak bebas dan gliserol akan meningkatkan
VLDL (Ganiswarna, 2007).
c. IDL
obesitas,
diet
kaya
lemak,
kurang
melakukan
olah
raga,
penyalahgunaan alkohol, merokok sigaret, diabetes yang tidak terkontrol dengan baik,
hipotiroidisme, sirosis (Davey,2002) .
1. Faktor Jenis Kelamin
Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar daripada wanita.
Hal tersebut disebabkan karena pada wanita produktif terdapat efek
perlindungan dari hormon reproduksi. Pria lebih banyak menderita
aterosklerosis
sedangkan
hormon
seks
wanita
(estrogen)
Klasifikasi
1. Klasifikasi Fenotipik
a. Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society)
(Anwar, 2004)
2. Klasifikasi Patogenik
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan atas ada atau tidaknya penyakit
dasar yaitu primer dan sekunder. Dislipidmia primer memiliki penyebab yang
tidak jelas sedangkan dislipidemia sekunder memiliki penyakit dasar seperti
sindroma nefrotik, diabetes melitus, hipotiroidisme (Sudoyo, 2006). Contoh
dari
dislipidemia
primer
adalah
hiperkolesterolemia
poligenik,
Diagnosis
Dari berbagai penelitian jangka panjang di negara-negara barat, yang dikaitkan
dengan besarnya resiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler (PKV), dikenal
patokan kadar kolesterol tersebut sebagai berikut :
1) Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman (desirable) adalah < 200
mg/dl.
2) Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk mulai
dikendalikan (bordelinehigh) adalah 200-239 mg/dl.
3) Kadar yang tinggi dan berbahaya (high) adalah > 240 mg/dl.
Tanda dan gejala dislipidemia tidak terlihat, oleh karena itu untuk mengetahui
adanya tanda dislipidemia harus dilakukan pemeriksaan laboratorium. Untuk menilai
apakah kadar kolesterol seseorang tinggi atau rendah, semuanya harus mengacu pada
pedoman umum yang telah disepakati dan digunakan diseluruh dunia yaitu pedoman
dari NCEP ATP III (National cholesterol Education Program, Adult Panel Treatment
III), yang antara lain menetapkan bahwa :
1. Pemeriksaan Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan pasien dengan faktor resiko
seperti kegemukan, diabetes mellitus, konsumsi tinggi lemak, merokok dan
faktor resiko lainnya (Anwar, 2004).
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik sukar ditemukan kelainan yang spesifik kecuali
jika didapatkan riwayat penyakit yang menjadi faktor resiko dislipidemia.
Selain itu, kelainan mungkin didaptkan bila sudah terjadi komplikasi lebih
lanjut seperti penyakit jantung koroner (Anwar, 2004).
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserid (Anwar, 2004).
a. Persiapan
Pasien sebaiknya berada dalam keadaan metabolik yang stabi
tanpa adanya perubahan berat badan, pola makan, kebiasaan merokok,
olahraga, tidak sakit berat ataupun tidak ada operasi dalam 2 bulan
terakhir. Selain itu, sebaiknya pasien tidak mendapatkan pengobatan
yang mempengaruhi kadar lipid dalam 2 minggu terakhir. Apabila
keadaan ini tidak memungkinkan, pemeriksaan tetap dilakukan dan
disertai dengan catatan (Anwar, 2004).
b. Pengambilan Bahan Pemeriksaan
VIII.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan penilaian
jumlah factor resiko koroner pada pasien untuk menentukan kolesterol-LDL yang
harus dicapai. Berikut ini adalah tabel faktor resiko (selain kolesterol LDL) yang
menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai berdasarkan NCEP-ATP III
(Sudoyo, 2006) :
b. Aktivitas fisik
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat
meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin,
meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik,
menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan. Setiap
melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 %
dari denyut jantung maximal ( 220 - umur ) selama 20
30 menit.
Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara
akan
berakibat
juga
pada
turunnya
risiko
penyakit
dengan
gagal
ginjal
sedang
dan
berat.
Para
ahli
Cholesterol
empedu
yaitu
masing adalah 8-16 g/hari, 10-20 g/hari dan 6,5 g/hari. Mekanisme
kerjanya ada dua yaitu meningkatkan bersihan (klirens) kolesterol dan
menurunkan resirkulasi asam empedu. Mulamula obat ini mengikat
asam empedu pada usus halus sehingga mencegah resirkulasinya ke
dalam sistem entrohepatik. Dengan demikian ekskresi asam empedu
meningkat hingga 10 kali lipat, dan karena asam empedu berkurang,
hati berespon meningkatkan produksi asam empedu dengan cara
memecah kolesterol. Selain itu reseptor LDL juga meningkat untuk
mengikat kolesterol, sehingga kadar kolesterol yang ada dalam
sirkulasi darah makin menurun.
Sekuestran asam empedu menurunkan kolesterol LDL 1530%,
dan meningkatkan HDL sampai 5%. Pada beberapa pasien sekuestran
asam
empedu
meningkatkan
kadar
trigliserida,
sehingga
bila
dikombinasikan
reductase inhibitor.
e. Ezetimibe
Ezetimibe tergolong
dengan
obat
golongan
penurun
lipid
HMG-CoA
yang
baru,
efek
utama
ezetimibe
adalah
kardiovaskuler.
Asam
lemak
omega3,terutama
asam
Komplikasi
Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam
komplikasi, antara lain:
1. Atherosklerosis
2. Penyakit jantung koroner
3. Penyakit serebrovaskular seperti stroke
4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya
5. Pankreatitis akut
(Lawrence M. Tierney, J. 2002)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2004, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia. 132-150, Jakarta
Anonim, 2012, Dislipidemia:Peningkatan Prevalensi dan Beban Kesehatan volume 10 no 1
dalam Buletin Rasional, ISSN 1411-8742.
Anwar, Bahri., 2004, Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Jantung Koroner, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Davey, P., 2002, At a Glane Medicine, Erlangga, Jakarta
Despopoulos, A.,dan Silbernagl, S., 2000, Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi, Hipokrates,
Jakarta
Ganiswarna., 2007, Farmakologi dan Terapi edisi 5, FKUI, Jakarta:.
Hartono Andry. D. A, 2000. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lawrence M. Tierney, J., 2002, Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam),Salemba
Media, Jakarta
Sitorus, Ronald H., 2006, Tiga Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia, Penerbit Yrama
Widya, Bandung
Soeharto, 2004, Serangan Jantung Dan Stroke, Hubungannya. Dengan Lemak Dan
Kolesterol Edisi Kedua, PT Gramedia. Pustaka, Jakarta.
Sudoyo, Aru W, dkk., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat Penerbitan FKUI, Jakarta
Suyono, Slamet., 1996, Hiperlipidemia. Dalam : Sjaifoellah Noer, dkk.ed: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Penyakit Dalam Edisi 3, FK.UI, Jakarta.