Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MATA KULIAH
Oleh :
Dr. Firdaus, M.S
KATA PENGANTAR
iii
ditulis oleh N.O.C. Norman dan J.M. Coxon dengan judul Principles of Organic
Synthesis, meskipun buku itu juga masih mengandung kekurangan sebagaimana
yang telah dikemuan di atas. Oleh karena itu di dalam penulisan buku ini, penulis lebih
banyak mengacu pada buku tersebut dan berusaha untuk menyajikan mekanisme
reaksi yang logis dan konsisten. Penulis berharap bahwa dengan kehadiran buku ini
akan dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang kimia organik sintesis,
dan menghilangkan kebingungannya tentang cara menuliskan mekanisme reaksi
kimia organik.
Penyusunan buku ajar ini pada dasarnya diperuntukkan untuk mahasiswa
program studi S-1 Ilmu Kimia, tapi tidak menutup kemungkinan untuk dapat digunakan
pada disiplin ilmu yang serumpun seperti pada program studi Ilmu Farmasi. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan buku ini melalui
E-mail: firdaus_tdg@yahoo.com, serta tak lupa mengucapkan Syukur Alhamdulillah
atas rahmat dan hidayahNya, dan menyampaikan terima kasih kepada pihak
Universitas Hasanuddin atas dana yang diberikan sehingga penyusunan buku ajar
berbasis content ini dapat terselesaikan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
.......
ii
iii
iv
BAB 1 PENDAHULUAN
...........................................................................
1.1
1.2
1.3
..............................................................
1.4
1.5
16
2.1
Pendahuluan ..
16
2.2
16
16
17
18
18
21
23
23
28
30
31
33
33
(a) Nitrosasi .
33
2.3
2.4
2.5
2.6
(b) Nitrasi .
35
35
Penutup .
36
37
37
39
3.1
Pendahuluan .
39
3.2
Mekanisme Substitusi
39
3.3
42
3.4
43
43
47
(c) Klorometilasi
49
51
51
52
53
54
55
56
56
(a) Nitrasi .
56
(b) Nitrosasi
60
61
(a) Sulfonasi ..
61
(b) Klorosulfonasi .
63
(c) Sulfonilasi
63
64
(a) Klorinasi
64
(b) Brominasi
65
(c) Iodinasi
65
Reaksi-Reaksi Lain .
66
(a) Hidroksilasi .
66
2.7
BAB 3
3.5
3.6
3.7
3.8
vi
(b) Metalasi ..
66
67
Penutup .
70
70
71
73
3.9
4.1
Pendahuluan
..
73
4.2
73
4.3
74
4.4
75
(a) Halida .
75
(b) Oksianion ..
77
77
77
4.5
79
4.6
Reaksi SRN1 .
80
4.7
Reaksi Bucherer ..
81
4.8
Penutup
82
82
82
84
5.1
Pendahuluan ..
84
5.2
84
5.3
Reaksi Diazonium
85
85
86
86
87
87
87
88
89
89
5.4
vii
91
92
95
96
96
96
100
100
(b) Indikator .
102
102
103
Penutup .
103
104
104
106
5.5
5.6
5.7
BAB 6
6.1
Pendahuluan .. 106
6.2
6.3
106
114
117
120
6.4
121
6.5
122
6.6
124
125
126
127
BAB 7
Penutup .
129
129
130
OKSIDASI .
132
viii
7.1
Pendahuluan .
132
7.2
Hidrokarbon .
133
133
139
142
148
148
7.3
7.4
153
154
(e) 1,2-Diol
156
(f) Aldehida ..
157
(g) Keton ..
158
(h) -Ketol
159
160
160
162
163
164
(a) Tiol ..
164
(b) Sulfida
165
7.6
166
7.7
166
7.8
Penutup .
166
167
167
REDUKSI ..
8.1 Pendahuluan
170
8.2
Hidrokarbon .....
171
(a) Alkana .
171
(b) Alkena .
171
7.5
BAB 8
ix
170
8.3
8.4
175
(d) Alkuna .
177
178
Hidrogenolisis 180
(a) Sistem benzilik ..
180
182
183
184
185
8.5
8.6
8.7
187
190
Epoksida
190
190
(b) Hidroborasi
191
191
192
194
198
(b) Imina
201
8.8
8.9
204
(e) Senyawa-Azo
205
205
206
Penutup
206
206
207
BAB 2
PEMBENTUKAN IKATAN KARBON-NITROGEN ALIFATIK
2.1 Pendahuluan
Bab ini membahas tentang reaksi pembentukan ikatan antara atom karbon dan
atom nitrogen. Sebagaimana diketahui bahwa atom nitrogen di dalam suatu senyawa,
seperti amoniak dan amina memiliki satu pasangan elektron bebas sehingga di dalam
reaksi, senyawa-senyawa semacam itu akan bertindak sebagai nukleofil, dan akan
bereaksi dengan karbon elektrofil. Nitrogen juga dalam beberapa spesies kimia
tertentu dapat juga bersifat elektrofil sehingga dalam pembentukan ikatan dengan
karbon memerlukan karbon yang bersifat nukleofil. Umumnya nitrogen di dalam
spesies kimia seperti itu mengemban muatan positif.
Mekansime reaksi pembentukan ikatan karbon nitrogen di mana nitrogen
bertindak sebagai nukleofil tentu berbeda dengan mekanisme reaksi di mana nitrogen
bertindak sebagai elektrofil. Perbedaan itulah yang menjadi fokus bahasan dalam
Bab ini, baik itu menyangkut struktur spesies kimia yang terkait, tahap-tahap reaksi,
kondisi reaksi di mana reaksi dapat berjalan, dan mekanisme reaksinya. Beberapa
bahasan diberikan pula contoh reaksi beserta rendamennya.
2.2 Prinsip Pembentukan Ikatan Karbon-Nitrogen
Pembentukan ikatan antara karbon dengan nitrogen dibagi ke dalam dua
metode. Pertama adalah nitrogen nukleofil bereaksi dengan karbon elektrofil, kedua
adalah nitrogen elektrofil bereaksi dengan karbon nukleofil. Metode pertama
merupakan metode yang lebih penting daripada metode kedua.
(a) Nitrogen nukleofil
Suatu atom nitrogen terneri memiliki sebuah pasangan elektron dan oleh
karena atom tersebut bersifat nukleofil. Nitrogen terneri dapat bereaksi dengan
karbon jenuh di mana suatu gugus dapat digantikan dengan pasangan elektron ikatan
kovalen (reaksi SN2).
Nitrogen terneri dapat juga bereaksi dengan karbon tak jenuh, dan pada awalnya
menghasilkan spesies teradisi (adduct).
16
Akan tetapi, jika nitrogen mengikat satu atau lebih atom hidrogen maka satu atom
hidrogen akan dilepaskan sebagai proton menghasilkan nitrogen terneri baru yang
dapat bereaksi lebih lanjut.
Jika gugus karbonil mengikat sebuah gugus pergi yang bersifat elektronegatif maka
akan terjadi pelepasan sebuah proton dan sebuah anion, sebagai contoh:
Eliminasi juga lazim terjadi dari spesies teradisi bila situasi struktur memungkinkan.
17
(RO-N=O) dan nitroso (R-N=O) adalah nitrogen elektrofil. Atom nitrogen di dalam alkil
nitrit dan senyawa berkaitan dengannya adalah elektrofil karena penambahan
nukleofil menghasilkan sebuah oksianion yang relatif stabil; reaksi ini disempurnakan
dengan pelepasan sebuah anion, sebagai contoh:
Reaksi ini analog dengan reaksi antara nukleofil dengan suatu ester karboksilat.
2.3 Substitusi Nitrogen Nukleofil Pada karbon Tak Jenuh
(a) Reaksi amoniak dan amina
Pengolahan suatu alkil halida dengan amoniak mulanya menghasilkan asam
konjugasi dari amina primer, sebagai contoh:
Spesies ini kemudian bereaksi lagi dengan amoniak menghasilkan amina primer
dalam kesetimbangan asam-basa,
Reaksi selanjutnya akan mengarah kepada pembentukan amina tersier dan garam
amonium kuaterner.
Sebagai konsekwensi dari reaksi di atas adalah terbentuknya campuran
produk reaksi, dan alkilasi sederhana amoniak adalah suatu proses yang tidak efisien
untuk pembuatan amina sekunder dan tersier. Akan tetapi, penggunaan amoniak
yang berlebih dapat menghasilkan amina primer dengan rendamen yang lebih baik;
dan hal ini menandakan bahwa amina yang terbentuk adalah kompetitor yang tidak
efektif untuk bereaksi dengan halida.
(i) Halida. Sebagaimana halnya di dalam proses SN2 yang lain, aril dan
alkenil halida lembam terhadap amina dan amoniak. Halida primer bereaksi secara
18
(ii) Metode Gabriel. Masalah yang muncul di dalam usaha membuat amina
primer melalui monoalkilasi dipecahkan dengan prosedur Gabriel. Reaksi ini
berdasarkan pada fakta bahwa ftalamida mempunyai sebuah gugus asam N-H
bereaksi dengan basa menghasilkan anion yang mengandung nitrogen; dan sebagai
nukleofil, nitrogen tersebut bereaksi dengan alkil halida. Hidrolisis terhadap senyawa
hasilnya akan menghasilkan amina primer.
2
2
19
(iii)
Gugus pergi lain. Seperti biasanya di dalam reaksi SN2, alkohol relatif
lembam terhadap nitrogen nukleofil. Akan tetapi, di dalam kondisi yang relatif keras
dengan adanya asam Lewis yang membantu perginya ion hidroksida melalui
koordinasi dengan oksigen maka reaksi dapat dilangsungkan. Sebagai contoh,
metilamina secara industri dibuat melalui reaksi metanol dengan amoniak pada suhu
400C di bawah tekanan dan adanya alumina.
Seperti halnya alkohol, eter juga relatif lembam, tapi eter siklik dapat bereaksi.
Sebagai contoh, etilen oksida bereaksi dengan amina sekunder menghasilkan amina
tersier -hidroksi.
Sementara amoniak bereaksi dengan etilen oksida menghasilkan amina primer hidroksi, amina sekunder -hidroksi, dan amina tersier -hidroksi secara berurutan.
Reaksi lain yang analog dengan reaksi di atas adalah reaksi amoniak dengan propiolakton menghasilkan -alanin.
20
Demikian
pula
dengan
tetrametilendiamina,
dan
pirolidin
terbentuk
piperidina
terbentuk
melalui
melalui
pemanasan
garam
pemanasan
garam
21
Perbandingan dua produk tersebut tergantung pada struktur reaktan dan kondisi
reaksi.
(1) Berkaitan dengan halida, perak nitrit yang disuspensikan di dalam eter
memberikan senyawa nitro dengan proporsi yang lebih besar daripada logam
alkali nitrit.
(2) Berkaitan dengan nitrit, proporsi senyawa nitro menurun dari halida primer ke
halida sekunder ke halida tersier. Sebagai contoh:
(3) Meskipun secara normal logam alkali nitrit memberikan senyawa nitro dengan
rendamen yang sangat rendah, tapi penggunaan pelarut polar aprotik DMF
dan DMSO untuk alkil primer dan sekunder bromida, dan alkil primer dan
sekunder iodida sangat meningkatkan rendamen reaksi (sampai sekitar 5060%). Akan tetapi, alkil halida tersier di dalam kondisi ini mengalami eliminasi.
Sebagai contoh, t-butil bromida menghasilkan isobutilen.
Nitrometana dapat diperoleh secara konvensional melalui reaksi seperti berikut,
meskipun rendamennya tidak tinggi.
22
(ii) Ion azida. Halida bereaksi dengan azida seperti natrium azida
menghasilkan alkil azida. Reaksi ini menyediakan suatu metode untuk pembuatan
amina primer melalui reduksi katalitik azida, sebagai contoh:
(iii)
Hidrazin.
Hidrazin
bereaksi
dengan
alkil
halida
menghasilkan
Akan tetapi, produknya tidak stabil kecuali jika karbon aldehid terikat pada suatu
gugus yang bersifat kuat menarik elektron. Sebagai contoh,
23
Produk reaksi ini tidak dapat diperoleh di dalam keadaan murni, sedangkan kloral
memberikan produk yang stabil dan dapat diisolasi.
Cl3C
Cl3C
C
NH3
Banyak
aldehid
H2N
OH
aromatik
(contoh
benzaldehida)
memberikan
produk
24
(2) Aminasi reduktif. Jika reaksi antara aldehid dengan amoniak dijalankan di
dalam adanya agen pereduksi seperti hidrogen dan serbuk nikel maka imina
akan tereduksi sesaat terbentuknya menghasilkan amina primer.
(2) 2,4-pentadienon bereaksi pada satu gugus karbonil memberikan produk adisi
yang gugus aminonya pada posisi yang tepat untuk bereaksi secara
intramolekul dengan gugus karbonil kedua. Dehidrasi terjadi menghasilkan
2,5-dimetilpirol.
(3) Imina dapat diperangkap dengan metode reduktif sebagaimana yang telah
diuraikan untuk aldehid.
25
Produk kedua adalah berasal dari suatu reaksi yang serupa pada produk kondensasi
selanjutnya.
(ii) Amina primer. Seperti halnya dengan amoniak, aldehid dan keton
bereaksi dengan amina primer yang diawali dengan adisi, kemudian terjadi dehidrasi
menghasilkan imina.
Imina tersebut
polimerisasi (kecuali diperangkap dalam proses adisi yang lain). Sebagai contoh,
26
Imina dari amina aromatik biasanya stabil dan dapat diisolasi. Sebagai contoh,
benzaldehid dan anilin bereaksi secara eksotermis menghasilkan benzilidenanilin
dengan rendamen 85%.
(iii)
27
(iv)
nitrogen lain dapat melakukan reaksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
seperti hidroksilamina dan hidrazin. Hidroksilamina dengan mudah bereaksi dengan
aldehid dan keton menghasilkan oksim.
Hidrazin juga bereaksi dengan aldehida dan keton menghasilkan hidrazon yang
bereaksi lebih lanjut dengan senyawa karbonil yang kedua menghasilkan azin,
sehingga biasanya diperoleh campuran dari dua produk tersebut.
28
Prinsip dasar reaksi ini dapat diterapkan untuk pembuatan urea mono- dan
disubstitusi.
(iii)
dengan reaksi yang dilakukan oleh sianat dan isosianat seperti pembentukan tiourea,
29
Reaksi terakhir tersebut di atas adalah reaksi dapat balik, dan pengolahan dengan
asam untuk memindahkan amina maka isotiosianat dapat diperoleh.
30
Pembuatan amida dan amida tersubstitusi lebih mudah bila dilakukan malalui
pengolahan klorida asam atau anhidrida asam dengan aminiak atau suatu amina.
Reaksi ini dapat sangat keras, terutama jika menggunakan klorida asam.
R
Cl
NH3
R
C
Cl
C
R
NH3
RCO2H
O
R
+
R'NH2
NHR'
C
HCl
HCl
O
Cl
HCl
NH2
C
O
R
NH2
C
R
+
R'2NH
NR'2
C
O
Amida sendiri adalah nukleofil yang demikian lemah untuk dapat bereaksi
lebih lanjut,. Sebagai contoh adalah reaksi
Berjalan sangat lambat dan hanya mono-asilasi yang dapat diisolasi dalam rendamen
yang tinggi. Akan tetapi pengantian internal dapat terjadi jika memungkinkan
31
terbentuknya cincin beranggota lima atau enam. Sebagai contoh suksinimida dapat
dapat diperoleh melalui pemanasan diamida alisiklik asam suksinat.
Etil kloroformat dan fosgen (karbonil klorida) bereaksi dengan amina, masingmasing menghasilkan uretan dan urea tersubstitusi.
32
33
Jika produk mempunyai atom hidrogen yang terikat pada karbon yang memuat nitroso
maka terjadi tautomerisasi ke oksim yang lebih stabil.
Kedua adalah hidrolisis memngubah oksim menjadi gugus karbonil, sebagai contoh:
34
Dengan demikian, proses keseluruhan dapat digunakan untuk transformasi COCH2- -CO-CO-.
(b) Nitrasi
Pembentukan ion nitronium (NO2+) analog dengan pembentukan ion
nitrosonium, yaitu melalui pengolahan asam nitrat pekat dengan asam kuat seperti
asam sulfat. Metode ini cukup luas digunakan untuk pembentukan ikatan karbon
aromatik dengan gugus nitro. Akan tetapi tidak cocok untuk nitrasi sistem alifatis
karena oksidasi dan degradasi yang cenderung terjadi di dalam kondisi yang sangat
keras seperti itu. Meskipun demikian, suatu prosedur terkatalis basa yang analog
dengan nitrosasi dapat digunakan, yakni senyawa pembentuk enolat diolah dengan
basa dalam adanya nitrat organik. Sebagai contoh, benzil sianida dan metil nitrat
diolah dalam adanya uion etoksida menghasilkan senyawa nitro yang mana pada
hidrolisis alkali yang dikuti dengan pengasaman menghasilkan fenilnitrometana
dengan rendamen 50-55%.
35
Reaksi ini menyediakanmetode suatu metode untuk oksidasi gugus metilen aktif
menjadi gugus karbonil yang mana dilepaskan dari imina pada hidrolisis asam.
Sebagai contoh adalah reaksi 2,4-dinitrotoluena yang mana gugus metilnya diaktifkan
oleh gugus nitro orto dan para menghasilkan 2,4-dinitrobenzaldehida.
2.7 Penutup
Untuk menguji prestasi mahasiswa setelah mempelajari Bab ini maka pada
Sub-bab 2.7 bagian (a) berikut ini diberikan contoh-contoh latihan yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran bab ini. Untuk memberikan jawaban yang benar, pada
Sub-bab 2.7 bagian (b) diberikan umpan balik di mana bagian mana mahasiswa harus
memdalami jawaban soal yang bersangkutan.
36
Tuliskan struktur senyawa produk yang dapat diperoleh dari reaksi antara
amoniak dengan: metil iodida, asetil klorida, dan etilen oksida.
2.
Bagaimana cara memperoleh suatu senyawa amina primer yang bebas dari
amina sekunder dan tersier dengan mengunakan masing-masing precursor
suatu alkil halida dan dan suatu aldehida. Tuliskan mekanisme reaksinya.
3.
Berikan suatu contoh reaksi di mana terjadi konversi gugus COCH2 menjadi
COCO. Tuliskan mekanisme terjadinya reaksi tersebut.
4.
2.
3.
4.
Daftar Pustaka
Carruthers, W. and Coldham, I., 2004, Modern Methods of Organic Synthesis, 4th
Edition, Cambridge University Press, New York
Norman, R.O.C and Coxon, J.M., 1993, Principles of Organic Synthesis, 3rd Edition,
Alden Press, Oxford
Zweifel, G.S and Nantz, M.H, 2007, Modern Organic Synthesis: An Introduction, 1st
Edition, W.H. Freeman and Company, New York.
37
Istilah
Arti
Adduct
Garam kuaterneri
Karbon elektrofil
Karbon nukleofil
Nitrogen elektrofil
Nitrogen nukleofil
Nitrogen terneri
Spesies kimia
38
BAB 3
SUBSTITUSI AROMATIK ELEKTROFILIK
3.1 Pendahuluan
Meskipun senyawa aromatik tergolong senyawa tak-jenuh namun senyawa ini
mempunyai stabilan yang sangat tinggi sehingga tidak mudah mengalami reaksi
adisi. Untuk menghindari hilangnya energi kestabilan yang dimiliki maka senyawa
aromatik lebih cenderung untuk menjalani reaksi substitusi. Cincin aromatik juga
diketahui mengandung kerapatan elektron yang tinggi sehingga spesies yang dapat
bereaksi dengannya adalah spesies yang kekurangan elektron (elektrofil), dan reaksi
substitusi yang terjadi padanya disebut reaksi substitusi elektrofilik.
Keberadaan substituen terikat pada inti aromatik mempengaruhi kerapatan
elektron inti aromatik. Substituen pendorong elektron akan meningkatkan kerapatan
elektron pada cincin dan meningkatkan keaktivannya terhadap elektrofil, demikian
sebaliknya. Sifat-sifat substituen yang ada pada cincin suatu senyawa aromatik
secara langsung berpengaruh pada reaksi yang dijalani.
Di dalam Bab ini akan membahas tentang terjadinya reaksi substitusi
elektrofilik, faktor-faktor yang memudahkan atau memfasilitasi terjadinya ikatan
antara karbon cincin aromatik dengan substituen yang datang dan terjadinya.
Beberapa golongan reaksi dinamai berdasarkan substituen yang masuk, dan
sebagian dinamai berdasarkan penemunya.
3.2 Mekanisme Substitusi
Substitusi benzena dengan pereaksi elektrofil (E+) terjadi dalam dua tahap,
pertama: pereaksi mengadisi ke satu atom karbon inti benzena menghasilkan
karbokation dalam mana muatan positif terdelokalisasi pada tiga atom karbon, dan
kedua: proton tereliminasi dari spesies teradisi.
Elektrofil dapat berupa spesies bermuatan seperti ion nitronium dan kation tersier,
atau spesies tak bermuatan yang dapat menangkap elektron dari inti aromatik seperti
belerang trioksida dan halogen.
39
Spesies karbokation hasil adisi tidak cukup stabil untuk diisolasi sebagai
garam kecuali dalam lingkungan khusus. Sebagai contoh, benzotrifluorida
bereaksi dengan nitril fluorida (NO2F) dan boron trifluorida pada suhu rendah
menghasilkan kristal garam.
Produk ini satabil pada suhu -50C, di atas suhu tersebut akan
terdekomposisi menjadi nitrobenzotrifluorida, hidrogen fluorida, dan boron
trifluorida.
(2)
(3)
Dengan sedikit perkecualaian, reaksi ini adalah tak dapat balik dan produk
yang terbentuk adalah hasil kontrol kinetik. Ada dua perkecualian yang
penting, yaitu sulfonasi dan Friedel-Crafts.
(4)
Reaksi ini adalah subyek katalis elektrofilik. Sebagai contoh, reaksi benzena
dengan bromin tanpa katalis dapat dibaikan kecepatannya, tapi dengan
adanya besi(III) bromida maka reaksi menjadi lebih cepat.
40
(5)
sebagai berikut:
(1)
(2)
Jika substituen tidak mudah pergi seperti di atas (contohnya metil) maka
nukleofil dapat bereaksi menghasilkan diena sebagai produk. Hal ini relatif
jarang terjadi karena kebanyakan reaksi elektrofilik dengan senyawa
aromatik dijalankan pada bawah kondisi di dalam mana hanya spesies
nukleofil yang sangat lemah yang ada sehingga karbokation kembali ke
reaktan. Akan tetapi, nitrasi dengan asam nitrat di dalam anhidrida asetat
dan asam asetat maka dapat dihasilkan diena. Sebagai contoh,
(3)
41
42
meta. Efek pengarah dan efek pengontrol kecepatan reaksi dari substituen adalah
suatu hal yang sangat penting dalam penerapan reaksi substitusi elektrofilik aromatik
di dalam sintesis; dan diskusi tentang hal tersebut telah dibahas dalam buku Kimia
Organik Fisik.
3.4 Pembentukan Ikatan karbon-Karbon
(a) Alkilasi Friedel-Crafts
Halida adalah pereaksi yang paling sering dipilih di dalam alkilasi, dan
biasanya yang digunakan sebagai katalis adalah aluminium triklorida. Dipercaya
bahwa karbon yang merupakan bagian dari pasangan ion yang dibentuk oleh halida
primer atau sekunder dengan asam Lewis akan dipengaruhi oleh substituen.
RCH2Cl
AlCl3
R
CH2+
H
CH2R
AlCl4-
Sebagai pengalkilasi, benzil halida sangat reaktif; tapi alkenil dan aril halida
lembam. Penggunaan di- dan polihalida mengarah kepada alkilasi. Benzena bereaksi
dengan diklorometana di dalam adanya aluminium triklorida menghasilkan
difenilmetana.
43
dan dengan karbon tetraklorida menghasilkan trifenil klrorida (efek rintangan sterik
yang mencegah penggatian klor yang keempat).
Alkohol, ester, dan eter bereaksi secara analog dengan halida. Alkena bereaksi
melalui karbokation yang dibentuk dengan asam-asam proton.
Sebagai contoh, adisi sikloheksena ke dalam benzena dengan adanya asam sulfat
pekat pada suhu 5-10C menghasilkan sikloheksilbenzena dengan rendamen 65%.
Stirena dibuat secara industrial melalui etilasi benzena pada katalis aluminium
triklorida dan diikuti dengan dehidrogenasi.
44
Aldehid dan keton dapat juga bertindak sebagai agen pengalkilasi di -dalam
adanya asam proton, akan tapi proses ini kalah bersaing dengan kondensasi diri
sendiri senyawa karbonil kecuali jika alkilasi intramolekul lebih disukai secara
stereokimia. Sebagai contoh, 4-metil-2-quinolon dapat diperoleh melalui pengolahan
asam amodo-keton yang terbentuk dari anilina dan ester asetoasetat.
Me
H+
N
H
OEt
OH
Me
Me
OH
Me
N
H
-H2O
-H+
N
H
OH
Me
- EtOH
O
NH2
Me
N
H
N
H
45
Sebagai
contoh,
benzena
monosubstitusi
biasanya
46
menghasilkan turunan alkil meta sebagai produk utama karena paling stabil
secara termodinamika.
Seperti halnya mudahnya gugus alkil tersier masuk ke karbon inti benzena
selama alkilasi, gugus ini juga mudah lepas sebagai karbokation tersier yang relatif
stabil.
47
3
3
3
3
3
3
Elektrofil yang lain adalah ion asilium dalam konsentrasi rendah yang terbentuk dari
kompleks tapi lebih reaktif sebagai elektrofil.
Pembentukan ion asilium lebih disukai jika R adalah aromatik. Untuk reaksi benzoilasi
antara toluena dengan klorobenzena, urutan aktivitas asam Lewis adalah: SbCl5 >
FeCl3 > AlCl3 > SnCl4.
Ada sejumlah perbedaan penting antara asilasi dengan alkilasi.
(1) Alkilasi tidak mempersyaratkan jumlah stoikiometri asam Lewis karena asam
Lewis dihasilkan kembali pada tahap terakhir, sedangkan asilasi sangat
mempersyaratkan lebih besar daripada jumlah ekuivalensi karena keton
membentuk kompleks dengan asam Lewis.
(2) Oleh karena gugus asil mendeaktivasi inti aromatik terhadap substitusi
elektrofilik, jadi produk asilasi kurang reaktif daripada bahan baku dan produk
mono-asilasi mudah diisolasi.
(3) Suatu keuntungan lebih lanjut asilasi atas alkilasi adalah isomerisasi dan
disproporsionasi yang karakteristik dari proses alkilasi tidak terjadi dalam
proses asilasi. Meskipun demikian, ada satu keterbatasan yaitu usaha asilasi
dengan turunan asam tersier dapat mengarah kepada alkilasi. Sebagai
contoh, trimetilasetil klorida bereaksi dengan benzena di dalam adanya
aluminium triklorida menghasilkan t-butilbenzena sebagai produk utama
setelah pelepasan karbon monoksida.
48
(c) Klorometilasi
Gugus klorometil (-CH2Cl) dapat dimasukkan ke senyawa aromatik melalui
pengolahan formaldehida dengan hidrogen klorida di dalam adanya asam. Sebagai
contoh, benzil klorida dapat diperoleh dengan rendamen 80% dengan cara
mengalirkan hidrogen klorida ke dalam suspensi paraformaldehida dengan seng
49
Ada dua komplikasi yang dapat terjadi dalam klorometilasi. Pertama, produk
klorometilasi dapat mengalkilasi molekul aromatik yang lain di dalam adanya katalis
asam. Sebagai contoh,
Reaksi sekunder ini sangat dominan jika senyawa aromatiknya teraktivasi dengan
kuat, dan dengan alasan inilah sehingga klorometilasi tidak cocok untuk metilasi fenol
dan anilina.
Kedua, gugus klorometil diaktifkan, meskipun kurang begitu aktif daripada
gugus metil karena substituen klor dalam metil mengurangi efek +I gugus tersebut.
Biasanya sulit untuk menghindari klorimetilasi lanjut, meskipun hal ini bukan
merupakan persoalan penting sebagaimana halnya di dalam alkilasi Friedl-Crafts.
Kondisi reaksi dapat bervariasi dengan luas. Hidrogen klorida anhidrat dapat diganti
dengan
asam
klorida
pekat,
formaldehida
dapat
dimasukkan
sebagai
paraformaldehida atau metilal {CH2(OCH3)2}, dan seng klorida dapat diganti dengan
asam sulfat pekat atau asam fosfat.
50
Hal yang membuat klorometilasi menjadi lebih penting adalah terletak pada
mudahnya klorida benzilik digantikan oleh nukleofil. Konversi benzil klorida menjadi
alkohol (ArCH2OH), eter (ArCH2OR), nitril (ArCH2CN), dan amina (ArCH2NR2) dapat
terpenuhi secara efisien, pengolahan dengan enolat seperti ester malonat akan
mengarah pada perpanjangan rantai karbon alifatik. Sebagai contoh,
ArCHO
CO
CO
HCO+
AlCl3
AlCl4-
H+
ArH
HCO+
ArCHO
Formilasi tidak berhasil pada senyawa aromatik yang reaktivitas intinya lebih
rendah daripada halobenzena sehingga nitrobenzena dapat digunakan sebagai
pelarut dalam reaksi ini. Reaksi ini juga tidak berhasil pada amina, fenol, dan eter
fenol karena membentuk kompleks dengan asam Lewis.
(e) Formilasi Gattermann
Reaksi ini adalah suatu reaksi alternatif untuk reaksi Gattermann-Koch,
menggunakan hidrogen sianida sebagai pengganti karbon monoksida. Produk
awalnya adalah iminium klorida yang dikonversi menjadi aldehida menggunakan
asam mineral.
51
Reaksi ini tidak berhasil pada senyawa yang terdeaktivasi seperti nitrobenzena, dan
senyawa yang reaktivitasnya sedang seperti benzena dan halobenzena yang hanya
memberikan rendamen yang rendah. Senyawa yang lebih reaktif memberikan
rendamen yang cukup tinggi. Sebagai contoh, antrasen menghasilkan 9-aldehida
dengan rendamen 60%.
Berbeda dengan reaksi Gattermann-Koch, formilasi Gattermana berhasil
pada fenol dan eter fenol. Sebagai contoh, p-anisaldehida diperoleh dari fenol di
dalam adanya aluminium klorida. Inti yang lebih reaktif masih dapat diformilasi
dengan adanya asam Lewis yang lebih lemah seperti seng klorida, bahkan furan
terformilasi menghasilkan 2-aldehida tanpa adanya katalis.
Untuk menghindari penggunaan hidrogen sianida maka digunakan seng
sianida yang bereaksi dengan hidrogen klorida secara in situ menghasilkan hidrogen
sianida. Sebagai contoh, mesitilaldehida dapat diperoleh (rendamen 75%) dengan
cara mengalirkan hidrogen klorida ke dalam larutan mesitilen di dalam tetrakloroetana
dan adanya seng sianida, penambahan aluminium triklorida, dan dekomposisi
imonium hidroklorida yang dihasilkan dengan menggunakan asam klorida.
52
Reaksi ini hanya terjadi pada senyawa aromatik yang sangat teraktivasi seperti
fenol di- dan polihidrat. Fenol monohidrat bereaksi terutama pada oksigennya
menghasilkan imodo-ester.
Akan tetapi, kombinasi meta dari dua atau tiga gugus hidroksil akan meningkatkan
reaktivitas inti posisi orto atau para terhadap hidroksil. Sebagai contoh,
floroasetofenon dapat diperoleh (rendamen 80%) dengan cara mengalirkan hidrogen
klorida ke dalam larutan floroglusinol dingin. Sebagai contoh, floroasetofenon dapat
diperoleh (rendamen 80%) dengan cara mengalirkan hidrogen klorida ke dalam
larutan floroglusinol (1,3,5-trihidroksibenzena) dan asetonitril di dalam eter yang
mengandung seng klorida, dan kemudian padatan hasilnya (garam imonium klorida)
dihidrolisis dengan cara mendidihkan di dalam larutan berair.
53
Reaksi terjadi melalui klorokarben yang dihasilkan dari reaksi kloroforn dengan
basa, kemudian diserang oleh nukleofil ion fenoksida. Hidrolisis benzal klorida yang
diikuti dengan pengasaman menghasilkan aldehida.
54
Reaksi ini juga dapat digunakan untuk memasukkan gugus metil angular ke
dalam turunan dekalin. Gugus angular dimasukkan sebagai CHCl2 dan dikonversi
menjadi gugus CH3 melalui reaksi hidrogenalisis. Sebagai contoh,
55
Meskipun demikian, reaksi ini dapat balik dan pada suhu sekitar 240C, isomer para
menjadi produk yang dominan.
Pirol juga mengalami reaksi yang serupa menghasilkan asam pirol-2karboksilat pada pemanasan dengan amonium karbonat pada 120C.
(j) Reaksi Mannich
Reaksi ini cocok untuk pembentukan ikatan karbon alifatik ke posisi reaktif fenol, pirol,
dan indol. Sebagai contoh, pirol, formaldehida, dan dimetilamina menghasilkan 2dimetilaminometilpirol.
Furan bertahan pada kondisi Mannich, tetapi 2-metilfuran bereaksi pada posisi-5.
56
yang tersedia. Metode yang paling sering digunakan adalah sesuai dengan urutan
sebagai berikut:
Campuran asam nitrat pekat dengan asam sulfat pekat,
Asam nitrat berasap di dalam anhidrida asetat,
Asam nitrat di dalam asam asetat glasial,
Asam nitrat encer.
Campuran asam nitrat pekat dengan asam sulfat pekat menghasilkan ion
nitronium (NO2+), dan spesies ini aktif sebagai elektrofil.
HNO3
Ac
OAc
2 AcONO2
O2N
NO2
HO
Ac
AcOAc
NO2+
+
+
AcO
O2N
NO2
O
NO2
NO3-
HNO2
+
HNO3
ArNO
ArNO2
H2O
+
HNO2
57
(i) Benzena. Benzena dinitrasi oleh campuran asam nitrat pekat dengan
asam sulfat pekat. Oleh karena gugus nitro mendeaktivasi inti aromatik terhadap
elektrofil maka terjadinya dinitrasi atau polinitrasi relatif mudah untuk mencegah.
Nitrobenzena dengan cepat diperoleh pada suhu 30-40C (rendamen 95%),
sedangkan dinitrasi dapat dilangsungkan pada suhu lebih tinggi, yakni 90-100C.
(ii)
benzena (contoh, kecepatan nitrasi toluena 25 kali lebih cepat daripada nitrasi
benzena), asam nitrat di dalam asam sulfat pekat masih merupakan metode yang
paling memuaskan. Turunan o- dan p-nitro yang dominan, tapi turunan o- gagal pada
alkil yang berukuran semakin besar.
(iii)
asam nitrat di dalam asam asetat menghasilkan 1-nitronaftalena, dan pada kondisi
yang sama menghasilkan 2-nitrotiofen (70-85%) dari tiofen, dan nitromesitilen (75%)
dari mesitilen.
Fenol yang lebih reaktif dinitrasi dengan asam nitrat encer dan menghasilkan
o- dan p-nitrofenol di dalam jumlah yang berimbang. Anilina cukup mudah teroksidasi
jika dinitrasi secara langsung, sehingga gugus aminonya perlu dilindungi dahulu
dengan metode asetilasi, kemudian asetanilida dinitrasi, dan gugus asetilnya
dilepaskan kembali dengan metode hidrolisis. N,N-dimetilanilina kurang mudah
teroksidasi daripada anilina, dan dapat nitrasi dengan asam nitrat encer.
Furan dan pirol terpolimerisasi oleh sistem nitrasi asam, tetapi berhasil dinitrasi
di dalam anhirida asetat pada suhu rendah. Masing-masing senyawa menghasilkan
turunan-2-nitro, dan turunan 2-nitro yang dari furan terbentuk melalui suatu spesies
teradisi.
58
59
(b) Nitrosasi
Nitrosasi dijalankan dengan dengan cara mengolah senyawa aromatik
dengan natrium nitrit dan asam kuat. Asam nitrit dapat digunakan karena asam ini
mengoksidasi senyawa nitroso menjadi senyawa nitrat dan asam sulfat atau asam
hidroklorida merupakan pilihan yang normal.
Keseluruhan elektrofil adalah adalah ion nitrosonium (NO+) yang dihasilkan dari
asam nitrit dan asam kuat dengan cara yang analog dengan pembentukan ion
nitronium dari asam nitrat.
Nitrosasi terbatas untuk inti fenol yang sangat reaktif dan amina tersier
aromatik. Amina aromatik primer mengalami diazotasi, dan amina sekunder
mengalami N-nitrosasi (ArNHR + NO+ ArNRN=O + H+). Di dalam prosedur
tertentu, 2-naftol di dalam larutan natrium hidroksida diolah dengan natrium nitrit,
kemudian ditambahi dengan asam sulfat sehingga diperoleh 1-nitroso-2-naftol
dengan rendamen di atas 90%.
60
- +
2
2
-
Di dalam asam sulfat berasap, konsentrasi SO3 lebih tinggi. Belerang triokisda juga
dapat dibawa oleh piridina dalam bentuk ion piridinium-1-sulfonat.
Senyawa ini cocok digunakan untuk sulfonasi senyawa yang tidak stabil terhadap
asam.
61
Akan tetapi, tidak sama dengan kebanyakan substitusi, sulfonasi adalah reversibel;
gugus asam sulfonat terlepas oleh pemanasan bersama asam sulfat encer.
Pirol, furan, dan indol yang terdekomposisi oleh asam berhasil disulfonasi
dengan piridinium-1-sulfonat. Reaksi terjadi pada posisi-2 masing-masing senyawa
tersebut. Tiofen yang lebih stabil dapat disulfonasi dengan asam sulfat 95%, tetapi
rendamen yang lebih tinggi (sekitar 90%) diperoleh jika menggunakan piridinium-1sulfonat.
Anilina bereaksi dengan asam sulfat membentuk garam tetapi pada pemanasan
yang kuat terjadi penataan ulang dari asam fenilsulfamat menjadi asam sulfanilat.
62
(2) Sulfonasi pada suhu rendah menghasilkan produk kontrol kinetik, terutama
asam toluena-p-sulfonat dari toluena, dan asam naftalena-1-sulfonat dari
naftalena; sedangkan pada suhu sekitar 160C, produk stabil yakni asam
toluena-m-sulfonat dari toluena, dan asam naftalena-2-sulfonat dari naftalena
yang dominan.
(b) Klorosulfonasi
Senyawa aromatik yang tidak terdeaktivasi kuat dan juga stabil terhadap
asam dapat bereaksi dengan asam klorosulfonat. Sebagai contoh, benzena pada
suhu 20-25C menghasilkan benzenasulfonil klorida dengan rendamen 75%.
Salah satu contoh penting terjadi di dalam sintesis sulfanilamida (obat Sulfa
pertama).
(c) Sulfonilasi
Di
dalam
adanya
aluminium
triklorida,
benzena
bereaksi
dengan
63
Rekasi ini analog dengan asilasi Friedel-Crafts, dan mempunyai keterbatasan seperti
klorosulfonasi.
Kondisi yang masih lebih reaktif lagi diperoleh dengan menggunakan larutan
asam hipoklorat. Diduga bahwa elektofil yang efektif adalah ion klorinium (Cl+).
tapi mekanisme ini kemungkinan sangat disederhanakan. Suatu bentuk reaktif yang
serupa klorin adalah diturunkan dari larutan klorin dalam karbon tetraklorida dengan
adanya perak sulfat.
64
(b) Brominasi
Metode brominasi sangat erat hubungannya dengan klorinasi, yakni molekul
bromin ditambahkan atau dihasilkan secara in situ dari reaksi N-bromoamina dengan
asam. Peningkatan kekuatan elektrofil dapat diperoleh dengan menggunakan asam
Lewis. Ion brominium (Br+) diperoleh pada pengasaman asam hipobromat dan dapat
pula dari reaksi bromin dengan perak sulfat di dalam asam sulfat.
Bromin sendiri dapat mengkatalis molekul bromin dengan memanfaatkan
kemampunannya membentuk ion tribromida.
(c) Iodinasi
Iodin adalah elektrofil yang relatif lemah dan hanya bereaksi dengan senyawa
aromatik yang sangat teraktivasi seperti fenol dan amina. Meskipun demikian,
senyawa aromatik yang kurang reaktif dapat diiodinasi di dalam adanya asam nitrit
atau asam oksiasetat. Sebagai contoh, benzena dan iodin di dalam adanya asam
nitrit menghasilkan iodobenzena dengan rendamen 86%.
65
peroksida
dan
peroksida
asam
di
dalam
media
asam
2
2
(b) Metalasi
Garam-garam dari raksa divalensi menyempurnakan reaksi merkurasi
senyawa-senyawa aromatik. Sebagai contoh,
Rendamen yang diperoleh adalah rendah kecuali jika udara dan air dikeluarkan dari
sistem reaksi, dan raksa(II) oksida ditambahkan untuk mengusir asam nitrat dan
mencegah reaksi balik.
66
Turunan raksa mempunyai kegunaan di dalam terapan. Sebagai contoh, oiodofenol telah disintesis dengan mudah melalui pengolahan fenol dengan raksa(II)
asetat, konversi turunan o-asetoksiraksa yang terbentuk menjadi turunan oklororaksa, pengolahan turunan o-klororaksa dengan iodin.
2-Bromo- dan 2-iodofuran dapat diperoleh dari furan dengan cara yang sama.
67
Elektrofil lain daripada proton dapat melepaskan gugus karboksil dari inti
teraktivasi. Sebagai contoh, asam salisilat dan bromin menghasilkan 2,4,6tribromofenol.
(ii)
Desulfonasi.
aromatik oleh basa dan dapat pula dilepaskan dari posisi teraktivasi kuat (contoh, orto
atau para terhadap hidroksil atau amino) oleh halogen.
Br
Br
OH
OH
OH
Br
Br
Br
Br
Br2
SO2
- HBr
Br
SO2OH
SO2OH
Br
(iii) Dealkilasi. Alkil tersier terlepas dari cincin aromatik oleh asam (kebalikan
dari alkilasi Friedel-Crafts) dan juga halogen. Meskipun reaksi paling suka jika gugus
alkil pada posisi orto atau para terhadap substituen teraktivasi kuat, namun terjadi
pula di dalam beberapa situasi yang tidak teraktivasi. Sebagai contoh, klorinasi dan
brominasi t-butilbenzena mengarah kepada klorobenzena dan bromobenzena.
Reaksi ini hanya terbatas untuk gugus alkil tersier karena mengandalkan
kestabilan karbokation tersier sebagai gugus pergi. Sebagai contoh,
68
Nitrasi dapat juga mengarah kepada delakilasi. Sebagai contoh, nitrasi pdiisopropil benzena menghasilkan sejumlah produk deprotonasi dan dealkilasi.
Reaksi samping ini hanya berarti jika melibatkan gugus alkil yang tersubstitusi tinggi.
(iv)
Dehalogenasi.
halogen berdampingan dengan dua substituen yang sangat besar. Sebagai contoh,
2,4,6-tri-t-butilbromobenzena terdebrominasi oleh asam kuat. Reaksi ini difasilitasi
oleh lepasnya tegangan sterik antara halogen dengan substituen orto di dalam
perjalanan dari reaktan eclipsed ke spesies-antara staggered.
Br
Me3C
Br
CMe3
H+
CMe3
Me3C
CMe3
CMe3
69
Reaksi ini difasilitasi oleh efek aktivasi kuat dari gugus p-metoksil, tapi deiodinasi
terjadi pula terhadap beberapa lingkungan yang kurang teraktivasi. Sebagai contoh,
nitrasi iodobenzena menghasilkan pula sejumlah kecil nitrobenzena.
3.9 Penutup
Untuk menguji prestasi mahasiswa setelah mempelajari Bab ini maka pada
Sub-bab 3.9 bagian (a) berikut ini diberikan contoh-contoh latihan yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran bab ini. Untuk memberikan jawaban yang benar, pada
Sub-bab 3.9 bagian (b) diberikan umpan balik di mana bagian mana mahasiswa harus
memdalami jawaban soal yang bersangkutan.
(a) Soal tes formatif
Tuliskan urutan reaksi metode sintesis untuk senyawa-senyawa berikut
dengan menggunakan precursor yang disebutkan, kemudian tuliskan mekanisme
reaksinya secara lengkap.
70
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Daftar Pustaka
Carruthers, W. and Coldham, I., 2004, Modern Methods of Organic Synthesis, 4th
Edition, Cambridge University Press, New York
Norman, R.O.C and Coxon, J.M., 1993, Principles of Organic Synthesis, 3rd Edition,
Alden Press, Oxford
Zweifel, G.S and Nantz, M.H, 2007, Modern Organic Synthesis: An Introduction, 1st
Edition, W.H. Freeman and Company, New York.
71
Istilah
Arti
Alkilasi
Alkilasi intramolekul
Asilasi
Formilasi
Hidrogenalisis
Kontrol kinetik
Kontrol termodinamik
Klorometilasi
72
BAB 4
73
Ada empat mekanisme lain yang dipikirkan terjadi secara luas di dalam
substitusi nukleofilik aromatik. Salah satunya adalah substitusi pada senyawa
heteroaromatik beranggota enam yang mengandung nitrogen aktif terhadap nukleofil.
Hal ini terjadi karena muatan negatif pada posisi orto dan para terhadap nitrogen
produk adisi nukleofil distabilkan oleh delokalisasi ke atom nitrogen yang lebih
elektronegatif.
74
Reaksi yang serupa terjadi pada kuinolin terutama pada posisi-2, dan pada
isokuinolin pada posisi-1.
75
alkohol mendidih. Senyawa-senyawa aromatik ini hanya dapat bereaksi jika: pertama,
kondisi yang sangat keras seperti dalam pembentukan fenol melalui pemanasan
klorobenzena dengan larutan natrium hidroksida 10% di bawah tekanan dan suhu
350C.
OH-
OHPhOH
PhCl
PhO-
H+
PhOH
- Cl
Kedua, reaksi halobenzena dengan ion alkoksida sepuluh kali lebih cepat dalam
media dimetil sulfoksida daripada dalam media hidroksilat. Sebagai contoh,
bromobenzena dengan ion butoksida menghasilkan fenil t-butil eter dengan
rendamen reaksi sebesar 45%.
(i)
Diperkirakan reaksi ini terjadinya melalui adisi oksidatif halida ke Cu(I) diikuti dengan
reaksi sebaliknya, tapi dengan mentransfer sianida ke cincin aromatik.
76
(b) Oksianion
Meskipun fenil eter stabil dalam kondisi basa tapi masuknya substituen M
pada posisi orto dan para mempermudah hidrolisis. Sebagai contoh,
77
Perlu dicatat di sini bahwa posisi orto dan para terhadap gugus nitro adalah posisi
yang lebih teraktifkan terhadap nukleofil daripada posisi meta. oleh karena itu,
kecenderungan terjadinya reaksi di atas sudah pasti disebabkan oleh kecenderungan
gugus nitro pergi sebagai ion nitrit daripada hidrogen pergi sebagai ion hidrida.
Substituen amino dapat dilepaskan sebagai ion amida. Metode ini berguna bila
akan membuat amina sekunder tanpa terkontaminasi dengan amina primer dan
tersier sebagaimana yang terjadi apabila dibuat dari alkil halida.
78
Satu kerugian pada penggunaan benzin dalam sintesis adalah nukleofil dapat
bereaksi pada masing-masing ujung ikatan rangkap tiganya, jika benzinnya adalah
monosubstitusi maka akan diperoleh suatu campuran dari dua produk. Sebagai
contoh, p-klorotoluena dengan ion hidroksida pada 340C menghasilkan campuran
ekuimolekul m- dan p-kresol.
Untunglah karena di dalam hal tertentu, efek pengarah dari substituen juga
bekerja. Sebagai contoh, m-aminoanisol adalah produk yang ekslusif dari okloroanisol dengan sodamida di dalam amoniak cair.
79
dan di dalam adanya diena maka diena bereaksi seperti dienofil menghasilkan produk
Diels-Alder.
Nukleofil yang digunakan adalah enolat keton, ion amida, dan anion tiol. Inisiasi
biasanya dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut: (1) dengan cara elektron
solvasi (solvated electron) (natrium di dalam amoniak cair) atau (2) dengan cara
eksitasi fotokimia di mana nukleofil adalah donor elektron. Kemiripan dua tahap
pertama dengan reaksi SN1 mengarahkan kepada penandaan SRN1 (R untuk radikal).
Biasanya pelarut yang digunakan adalah amoniak cair, dan dapat melibatkan
basa kuat bilamana diperlukan (sebagai contoh, untuk pembentukan enolat). Contoh
yang berikut ini memperlihatkan suatu metode untuk konversi fenol menjadi amina.
80
Reaksi ini terbatas pada senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan melakukan
ketonisasi, seperti 1- dan 2-naftol, dan m-dihidroksibenzena. Di dalam contoh di atas,
2-naftilamina dapat diperoleh dengan rendamen 95% dengan cara menjalankan
reaksi pada suhu 150C di bawah tekanan. Oleh karena 2-naftol dapat diperoleh dari
naftalena melalui sulfonasi suhu tinggi yang diikuti dengan pengolahan dengan alkali,
81
4.8 Penutup
Untuk menguji prestasi mahasiswa setelah mempelajari Bab ini maka pada
Sub-bab 4.8 bagian (a) berikut ini diberikan contoh-contoh latihan yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran bab ini. Untuk memberikan jawaban yang benar, pada
Sub-bab 4.8 bagian (b) diberikan umpan balik di mana bagian mana mahasiswa harus
memdalami jawaban soal yang bersangkutan.
(a) Soal tes formatif
Tuliskan reaksi yang dapat melakukan konversi sebagai berikut, kemudian
tuliskan mekanisme reaksinya.
1. Naftalena menjadi 2-naftol
2. Klorobenzena menjadi 2,4-dinitrofenilhidrazin
3. Klorobenzena menjadi p-klorofenol
4. Anisol menjadi p-EtOC6H4NO2
5. Piridina menjadi 2-aminopiridina
(b) Umpan balik
Setelah mengerjakan soal-soal latihan di atas, namun mahasiswa belum bisa
menjawab dengan benar maka disarankan untuk mengikuti instruksi berikut:
1. Untuk menjawab soal nomor 1 dengan benar, disarankan agar mahasiswa
membaca kembali Sub-bab 4.7.
2. Untuk menjawab soal nomor 2 dengan benar, disarankan agar mahasiswa
membaca kembali Sub-bab 4.4 bagian (a).
3. Untuk menjawab soal nomor 3 dengan benar, disarankan agar mahasiswa
membaca kembali Sub-bab 4.2 bagian (c).
4. Untuk menjawab soal nomor 4 dengan benar, disarankan agar mahasiswa
membaca kembali Sub-bab 4.4 bagian (b).
82
Daftar Pustaka
Carruthers, W. and Coldham, I., 2004, Modern Methods of Organic Synthesis, 4th
Edition, Cambridge University Press, New York
Norman, R.O.C and Coxon, J.M., 1993, Principles of Organic Synthesis, 3rd Edition,
Alden Press, Oxford
Zweifel, G.S and Nantz, M.H, 2007, Modern Organic Synthesis: An Introduction, 1st
Edition, W.H. Freeman and Company, New York.
Istilah
Arti
Eksitasi fotokimia
Elektron solvasi
Ekuimolekul
Heteroaromatik
Pelarut aprotik
Substituen M
83
BAB 5
GARAM DIAZONIUM AROMATIK
5.1 Pendahuluan
Umumnya, garam diazonium disintesis dengan tujuan untuk digunakan
sebagai zat-antara di dalam sintesis senyawa yang lebih berguna, seperti zat
pewarna. Diazonium terbentuk melalui reaksi antara suatu amina aromatik primer
atau sekunder dengan asam nitrit dalam kondisi asam kuat.
Salah satu keistimewaan yang dimiliki ion diazonium di dalam sintesis adalah
kemudahannya melepaskan nitrogen dan digantikan dengan suatu nukleofil. Melalui
pemanfaatan sifat tersebut, berbagai jenis senyawa telah dibuat. Di samping itu,
berbagai senyawa juga telah disintesis melalui reaksi kopling antara ion diazonium
dengan nukleofil yang diaktifkan oleh suatu gugus lain yang ada di dalam inti
aromatik. Produk reaksi ini secara sederhana disebut produk kopling.
Uraian berikut membahas tentang reaksi pembentukan garam diazonium dan
reaksi-reaksi yang dapat dijalaninya sebagai zat-antara di dalam sintesis, meliputi
reaksi substitusi dan reaksi kopling. Mekanisme kedua reaksi tersebut dituliskan
secara lengkap dan logik.
5.2 Pembentukan Garam Diazonium
Amina primer bereaksi dengan asam nitrit di dalam larutan asam
menghasilkan garam diazonium (RN+N) melalui mekanisme reaksi sebagai
berikut:
HO
HO
NH
H O
RNH
R
O
N
O
-H O
R
R
O
84
dalam asam hidroklorida berlebih yang didinginkan di dalam pendingin es. Kecepatan
penambahan dikontrol sedemikian rupa agar suhu tetap di bawah 5C, dan
penambahan terus lakukan sampai asam nitrit di dalam larutan sedikit berlebih.
Amina aromatik yang intinya tersubstitusi dengan gugus penarik elektron tidak
mudah untuk didiazotasi karena nukleofilisitas nitrogen amino berkurang oleh tarikan
partial pasangan elektron bebasnya ke dalam inti. Sebagai contoh,
NH2
NH2
N
O
N
O
Di dalam hal seperti ini, biasanya media reaksi yang cocok adalah asam asetat;
bahkan dengan media asam asetat, senyawa 2,4,6-trinitroanilin dapat terdiazotasi.
Kebanyakan reaksi yang menggunakan garam diazonium dapat dijalankan di
dalam larutan, dan secara normal tidak perlu mengisolasi garam tersebut. Akan
tetapi, bila harus diisolasi maka ada dua cara yang dapat digunakan. Pertama, larutan
berair garam diazonium (biasanya garam klorida atau sulfat) disiapkan dan diolah
dengan asam fluoroborat. Garam diazonium fluroborat (ArN2+BF4-) yang tidak larut
akan segera mengendap. Kedua, amina hidroklorida diolah dengan nitrit organik dan
asam asetat di dalam eter. Garam diazonium yang tidak larut dalam eter akan segera
mengendap.
85
Banyak senyawa diazo yang tidak stabil dan terdekomposisi di dalam larutan
menghasilkan radikal aril.
Ion fenoksida adalah salah satu gugus nukleofil penting yang dapat bereaksi
dengan ion diazonium aromatik.
86
Klorida dan bromida aromatik dapat diperoleh dengan cara yang analog
dengan fluoroaromatik, yaitu dengan cara masing-masing menggunakan diazonium
87
Aril bromida dapat dibuat dengan cara yang serupa, yakni dari diazonium
hidrogen sulfat dan tembaga(I) bromida di dalam asam hidroborat. Konversi
keseluruhan dari amina memberikan rendamen antara 70 80% untuk p-klorotoluena
dan p-bromotouluena.
Aril iodida dapat dibuat tanpa menggunakan garam tembaga(I). Di dalam
larutan berair garam diazonium diolah dengan kalium iodida dan dihangatkan.
Dengan cara ini, biasanya iodida dapat diperoleh dengan rendamen yang tinggi;
sebagai contoh, anilin memberikan 70% iodobenzena. Pada awalnya diperkirakan
bahwa reaksi berjalan melalui mekanisme SN1 karena iodida adalah nukleofil yang
lebih kuat sehingga mampu bersaing dengan air yang ada di dalam sistem reaksi,
berbeda dengan klorida dan bromida. Akan tetapi, sekarang ada fakta bahwa ion
iodida berpotensi sebagai pereduksi satu-elektron sebagaimana halnya tembaga(I).
Dengan demikian berarti bahwa reaksi tersebut dipicu oleh urutan rantai-radikal:
88
Hampir dipastikan bahwa reaksi ini melibatkan radikal aril. Rendamen reaksi ini
kerapkali rendah karena kompetisi nukleofil pengganti.
89
ArN2+
inisiasi:
Cu+
Ar
N2
Cu2+
H
H
Ar
ArH
OH
OH
propagasi:
ArN2+
PH(OH)
H2O
Ar
N2
H3PO3
H+
Sebuah jalan yang lebih rinci digunakan untuk membuat m-bromo toluena
digambarkan dalam reaksi berikut:
90
Di dalam beberapa kasus, tahap akhir reaksi adalah pelepasan hidrogen. Sebagai
contoh,
Radikal aril dapat pula terbentuk dari ion diazoniun dengan titanium(III)
klorida. Akan tetapi, karena titanium(IV) adalah oksidan yang sangat lemah sehingga
pada tahap terakhirnya justru lebih mudah terjadi reduksi oleh titanium(III) daripada
oksidasi.
91
Sebagai contoh,
Sebagai
contoh,
benzenadiazonium
klorida
bereaksi
dengan
92
O
N
N
N
Ar
Ar
R
N
Ar
O
Ar
(iii) Reaksi Pschorr. Salah satu metode sintesis yang lebih menyenangkan
untuk pembuatan fenantrena adalah melalui reaksi antara o-nitrobenzaldehida
dengan asam fenilasetat di dalam adanya anhidrida asam asetat, reduksi gugus nitro
menjadi amino, diazotasi, pengolahan garam diazonium dengan tepung tembaga,
dan akhirnya dekarboksilasi.
93
94
Reaksi ini kemungkinan terjadi melalui reduksi satu-elektron terhadap ion diazonium
diikuti dengan dimerisasi radikal aril yang dihasilkan. Substitusi nukleofilik jenis
Sandmeyer yang terjadi di dalam adanya ion tembaga(II) dapat diperlihatkan di sini
karena ion tembaga(II) membentuk ikatan sebagai ion tembaga(II)-amonium
sehingga mekanisme ligan-transfer tidak dapat bekerja.
(h) Penggantian dengan spesies lain
Sama baiknya dengan ion iodida, ion azida dan beberapa jenis anion berpusat sulfur
(RS-, RSS-, EtOC(S)S-) bereaksi secara langsung dengan garam diazonium. Sebagai
contoh, reaksi antara asam antranilat terdiazotasi dengan natrium disulfida
menghasilkan asam ditiosalisilat,
dan m-toluidina terdiazotasi bereaksi dengan kalium etil ksantat menghasilkan m-tolil
etil ksantat.
95
Melalui cara ini, fenilhidrazin dapat diperoleh dari anilin dengan rendamen di atas
80%.
(b) Reaksi kopling
Reaksi ion diazonium dengan inti aromatik dikenal sebagai reaksi kopling. Ion
diazonium adalah elektrofil lemah dan hanya bereaksi dengan senyawa aromatik
yang sangat teraktivasi terhadap elektrofil. Senyawa-senyawa tersebut meliputi
amina, fenol, dan sistem heterosiklik seperti pirol.
96
(i) Amina. Amina aromatik tersier bereaksi dengan ion diazonium hampir
eksklusif pada posisi para. Mekansime reaksi ini adalah mekanisme yang umum
untuk substitusi aromatik elektrofilik, yakni ion diazonium mengadisi ke senyawa
aromatik dan kemudian melepaskan hidrogen.
H
Me N
Me N
Ar
N
Ar
-H
Me N
N
N
Ar
C-kompling langsung untuk amina primer dan sekunder terjadi di dalam dua
kondisi:
pertama,
ketika
ion
diazonium
sangat
reaktif
(contoh,
ion
p-
nitrobenzenadiazonium); dan kedua, di dalam larutan berair asam format yang mana
pengasaman cukup bagi produk N-kopling untuk melakukan penataan ulang. Jika
struktur dan stereokimia ion diazonium sesuai maka N-kopling dapat terjadi. Sebagai
contoh, diazotasi o-fenilenadiamina mengarah langsung kepada pembentukan
benzotriazol dengan rendamen di atas 75%.
97
(ii) Fenol. Kopling ion diazonium dengan fenol terjadi melalui ion fenoksida
yang dipandang lebih teraktifkan terhadap elektrofil daripada fenolnya sendiri. pH
optimum untuk terjadinya kopling adalah di sekitar 9-10, tetapi hasilnya yang
memuaskan diperoleh dengan cara menambahkan larutan asam berair garam
diazonium ke larutan fenol di dalam alkali yang cukup untuk menetralkan asam yang
terbentuk, dan untuk mempertahankan kebasaannya yang sesuai sehingga kopling
terjadi dengan cukup cepat dan dekstruksi ion diazonium menjadi tercegah.
Mekanisme kopling dengan ion fenoksida analog dengan reaksi amina, dan
reaksi langsung mengarah kepada posisi para. Sebagai contoh,
Jika posisi para telah tersubstitusi maka kopling terjadi pada posisi orto. Sebagai
contoh,
(iii) Enol. Meskipun alkena tidak bereaksi dengan ion diazonium, namun enol
dapat bereaksi karena diaktivasi oleh oksigen gugus hidroksilat. Reaksi lebih mudah
terjadi di dalam kondisi alkali karena ion enolat lebih reaktif daripada enol. Salah satu
contoh adalah reaksi ester asetoasetat dengan benzenadiazonium klorida di dalam
buffer natrium asetat.
98
Jika atom karbon di mana terjadinya kopling tidak memiliki atom hidrogen
sehingga pergeseran prototropik terakhir tidak terjadi, maka pada produk awal segera
terjadi pemutusan C-C menghasilkan arilhidrazon (reaksi Japp-Klingemann).
Diazotisasi
o-aminoasetofenon
mengarah
kepada
pembentukan
4-
hidroksisinnolin akibat terjadi reaksi secara intramolekul dengan enol yang secara
streokimia sangat dimungkinkan.
(iv)
Pirol. Pirol yang juga reaktif terhadap elektrofil akan bereaksi dengan
Jika posisi-2 dan -5 telah tersubstitusi maka penggabungan terjadi pada posisi-3.
99
(v) Inti aromatik yang kurang teraktivasi. Inti aromatik yang kurang aktif
terhadap elektrofil dibanding dengan ion fenoksida dan amina aromatik tidak akan
kopling dengan ion benzenadiazonium. Akan tetapi, masuknya substituen penarik
elektron pada ion diazonium akan meningkatkan elektrofilisitas ion ini dan inti yang
kurang
reaktif
pun
segera
dapat
bereaksi.
Sebagai
contoh,
ion
2,4-
dinitrobenzenadiazonium cukup reaktif untuk kopling dengan anisol, dan bahkan ion
2,4-trinitrobenzenadiazonium dapat kopling dengan mesitilena.
100
(2) Senyawa azo yang mengandung gugus sulfonat atau gugus amino terserap
langsung ke serat dari larutan berair. Sebagai contoh, orange II (sebuah pewarna
asam), dan Bismarck brown R (sebuah pewarna basa).
SO3H
N
N
O
OH
+
SO3-
101
(b) Indikator
Senyawa azo yang mengandung gugus asam dan basa dapat digunakan
sebagai indikator karena warna basa konjugasi dan asam konjugasinya berbeda
jelas. Sebagai contoh, metil merah dibuat dari asam antranilat dan dimetilanilina
dengan rendamen sekitar 64%, dan metil orange dibuat dari asam sulfanilat
terdiazotasi dan dimetilanilin.
3
natrium
ditionat
sebagai
agen
pereduksi,
tapi
dapat
pula
102
Amina alifatik dapat diperoleh dengan cara yang serupa, yakni melalui kopling
dengan enol diikuti dengan reduksi.
(d) Sintesis kuinon
Diamina orto dan para dengan aminofenol mudah teroksidasi menjadi kuinon.
Kedua kelompok senyawa tersebut dibuat melalui kopling diazo diikuti dengan
reduksi, jalur ini menyediakan rute bermanfaat ke kuinon. Sebagai contoh,
Ph
N
N
O
OH
PhN
Na S O
NH
O
OH
O
FeCl
5.7 Penutup
Untuk menguji prestasi mahasiswa setelah mempelajari Bab ini maka pada
Sub-bab 5.7 bagian (a) berikut ini diberikan contoh-contoh latihan yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran bab ini. Untuk memberikan jawaban yang benar, pada
Sub-bab 5.7 bagian (b) diberikan umpan balik di mana bagian mana mahasiswa harus
memdalami jawaban soal yang bersangkutan.
103
104
Daftar Pustaka
Carruthers, W. and Coldham, I., 2004, Modern Methods of Organic Synthesis, 4th
Edition, Cambridge University Press, New York
Norman, R.O.C and Coxon, J.M., 1993, Principles of Organic Synthesis, 3rd Edition,
Alden Press, Oxford
Zweifel, G.S and Nantz, M.H, 2007, Modern Organic Synthesis: An Introduction, 1st
Edition, W.H. Freeman and Company, New York.
Istilah
Arti
C-kopling
N-kopling
Nukleofilisitas
Prototropik
105
BAB 6
PENATAAN ULANG MOLEKUL
6.1 Pendahuluan
Kelompok reaksi penataan ulang muncul karena adanya banyak reaksi-reaksi
yang secara mekanistik tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok reaksi yang
umum, seperti reaksi adisi, substitusi, eliminasi, dan sebagainya. Secara mekanistik,
reaksi-reaksi penataan ulang cukup variatif dan luas cakupannya, namun tetap
memenuhi kaidah-kaidah mekanisme reaksi kimia organik.
Ada berbagai jenis reaksi penataan ulang, secara umum reaksi-reaksi
tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis atom gugus yang berpindah. Di samping
itu, dikenal pula penamaan berdasarkan senyawa asalnya, produknya, maupun
penemunya. Masing-masing reaksi mempunyai ciri khas, baik dalam hal mekanisme
terjadinya maupun produk yang dihasilkan.
Di dalam bab ini, masing-masing reaksi tersebut akan dibahas secara lengkap
baik tentang persyaratan dan mekanisme terjadinya, serta ciri khas produk yang
dihasilkan.
Semua reaksi yang menghasilkan ion seperti ini memberikan produk turunan dari ion
penataan ulang. Sebagai contoh,
106
Driving force untuk penataan ulang ini terletak pada lebih tingginya kestabilan
karbokation tersier daripada karbokation primer.
Di dalam sistem alisiklik, pelepasan tegangan dapat menyediakan driving force
yang kuat untuk penataan ulang. Sebagai contoh, adisi hidrogen klorida kepada pinen memberikan produk penataan ulang, yakni isobornil klorida. Cincin beranggota
empat yang tegang di dalam karbokation diperluas menjadi cincin beranggota lima,
dan hal ini mengesampingkan fakta tentang kestabilan yang lebih tinggi karbokation
tersier yang ada pada cincin beranggota empat daripada karbokation sekunder yang
ada pada cincin yang beranggota lima.
H+
Cl
isobornil klorida
-pinen
Gambaran utama yang lain dari perpindahan ini adalah sebagai berikut.
1. Karbokation dapat diperoleh melalui berbagai cara.
(1) Dari halida dengan menggunakan pelarut pengion yang kuat, atau melalui
penambahan
asam
Lewis
seperti
ion
perak
yang
membantu
107
(3) Dari amina melalui pengolahan dengan asam nitrit. Reaksi terjadi melalui
ion diazonium alifatik yang kemudian melepaskan nitrogen dengan cepat.
2. Hidrogen dapat juga berpindah di dalam sistem ini. Sebagai contoh, reaksi
yang terjadi melalui kation isobutil menghasilkan produk utama yang
diturunkan dari kation t-butil.
3. Gugus aril memiliki kepantasan yang lebih besar untuk berpindah daripada
gugus alkil atau hidrogen. Sebagai contoh, klorida di bawah ini mengalami
108
solvolisis dengan penataan ulang yang ribuan kali lebih cepat daripada
neopentil klorida di dalam kondisi yang sama.
Akan tetapi, di dalam turunan trans-dekalin di bawah ini, gugus hidroksil tetap
dalam posisi ekuatorial karena sistem cincin tidak dapat flip (membalik). Di
dalam situasi seperti ini tidak ada hidrogen anti terhadap hidroksil, tetapi dua
atom karbon cincin ada dalam posisi anti yang cocok untuk penataan ulang,
dan di dalam adanya asam maka terjadi pengecilan cincin.
5. Penataan ulang di dalam sistem bisiklik adalah kejadian yang sangat umum,
seperti di dalam konversi kamfen hidroklorida menjadi isobornil klorida,
terkatalis dengan asam Lewis.
109
6. Dapat terjadi dua atau lebih penataan ulang secara berurutan. Kejadian ini
digambarkan di dalam reaksi konversi berikut di mana terjadi lima pergeseran1,2, yakni tiga hidrida dan dua gugus metil.
Meskipun penatan ulang pinacol pada dasarnya mirip dengan penataan ulang
WagnerMeerwien, tapi berbeda dalam hal ion yang tertata ulang. Asam konjugasi
keton relatif stabil dari pada karbokation tertata ulang yang terbentuk dalam reaksi
WagnerMeerwien; akibatnya, driving force untuk penataan ulang pinacol jauh lebih
besar.
Berikut ini adalah karakteristik penataan ulang Wagner-Meerwien yang
diterapkan pula untuk penataan ulang pinacol:
(1) Alkil, aril, hidrogen berpindah
(2) Kelayakan gugus aril untuk berpindah lebih besar daripada alkil atau hidrogen;
dan di antara gugus-gugus aril, gugus aromatik yang paling mudah berpindah
adalah gugus yang mengandung substituen yang dapat meningkatan
kerapatan elektronnya. Sebagai contoh, p-klorofenil < fenil < p-metoksifenil.
110
Tol
Ph
HO
Tol
Ph
H2SO4
OH
Ph
Tol
Tol
Tol
Tol
Ph
O
Ph
Ph
6%
94%
Tol = p-tolil
Persyaratan bahwa gugus yang berpindah harus pada posisi anti dengan
gugus-pergi memiliki konsekwensi penting di dalam sistem alisiklik. Sebagai contoh,
cis-1,2-dimetilsikloheksan-1,2-diol mengalami pergeseran metil menghasilkan 2,2dimetilsikloheksana, sedangkan isomer trans-nya mengalami pengecilan cincin
dengan menghasilkan turunan siklopentana.
111
(iv)
bagian dalam dua jenis reaksi yang mengarah kepada produk sebagai hasil penataan
ulang yang menyelipkan gugus metilen ke dalam rantai atom karbon. Pereaksi yang
digunakan adalah suatu karbon nukleofil yang diturunkan dari lepasnya nitrogen.
1. Aldehida dan keton dikonversi menjadi aldehida dan keton deret homolog yang
lebih panjang.
Tahap perpindahan gugus mirip dengan reaksi pinacol. Akan tetapi, ada dua
kerugian menggunakan prosedur ini di dalam sintesis. Pertama, keton tak
simetris memberikan campuran dua produk; dan kedua, terbentuk epoksida
sebagai produk samping, dan kadang dalam beberapa kasus epoksida ini justru
menjadi produk utama.
O
- N2
R
R
N
N
112
Reaksi ini harus dijalankan pada suhu yang sangat rendah karena reaktivitas
siklopropana sangat tinggi, kalau tidak demikian maka siklopropanon bereaksi
dengan diazometana membentuk siklobutanon.
Diazometana dapat diperoleh secara in situ melalui pengolahan N-metilN-nitrosotoluen-p-sulfoamida dengan basa.
113
114
Di dalam sistem simetris seperti Et-S-CH2CH2Cl tidak terjadi penataan ulang karena
setiap serangan nukleofil kepada masing-masing atom karbon jembatan keduanya
mengarah kepada produk yang sama; akan tetapi di dalam sistem tak-simetris,
serangan tersebut memberikan produk yang berbeda, salah satunya adalah produk
penataan ulang.
115
Kation jembatan dapat dibentuk melalui protonasi ikatan tak jenuh seperti di
dalam penataan ulang alkohol -asetilenat (penataan ulang Rupe). Sebagai contoh,
Ion siklik kemudian terbuka oleh reaksi dengan nukleofil. Reaksi dengan air terjadi
pada atom karbon asetoksi menghasilkan cis-hidroksiasetat, sedangkan reaksi
dengan ion asetat pada karbon alkil sebagaimana reaksi SN2 menghasilkan transdiasetat.
116
dengan R adalah gugus alkil atau aril dan X adalah gugus-pergi boleh Br (penataan
ulang Hofmann), N+N (penataan ulang Curtius dan Schmidt), dan OCOR
(penataan Lossen). Di dalam masing-masing reaksi tersebut, jika karbon alkil yang
berpindah adalah asimetris maka terjadi pertahanan konfigurasi.
(i) Penataan ulang. Ketika suatu amida asam karboksilat diolah dengan
natrium hipobromit, atau bromin di dalam alkali maka senyawa N-bromoamida yang
terbentuk dan bereaksi dengan basa menghasilkan basa konjugasi di mana penataan
ulang terjadi menghasilkan isosianat. Akan tetapi reaksi ini secara normal dijalankan
di dalam larutan berair atau beralkohol di mana pada kondisi ini suatu isosianat
terkonversi menjadi amina atau uretan.
117
Penataan ulang memberikan jalur yang efisien untuk pembuatan amina alifatik
dan aromatik primer. Sebagai contoh, -alanin dapat diperoleh dengan rendamen
45% melalui pengolahan suksinat dengan bromin dan larutan kalium hidroksida.
O
O
OHNH
NH2
Br2-KOH
CO2-
NH2
CO2-
Dengan cara yang sama, asam antranilat dapat diperoleh dari ftalamida dengan 85%.
Azida asam
menghasilkan isosianat.
Isosianat tersebut dapat diisolasi dengan cara menjalankan reaksi di dalam media
aprotik seperti kloroform, tapi biasanya reaksi menggunakan pelarut beralkohol; dan
pelarut tersebut bereaksi dengan isosianat membentuk uretan. Hidrolisis uretan
dengan asam yang kemudian mengalami dekarboksilasi menghasilkan amina.
118
Azida asam dibuat dari klorida asam melalui pengolahan dengan natrium azida,
dan dari ester dibuat dengan cara mengolah dengan hidrazin diikuti dengan asam
nitrit,
119
(iv) Penataan Ulang Lossen. Reaksi ini berbeda dengan penataan ulang
Hofmann hanya di dalam hal gugus-pergi, yaitu: anion karboksilat; sedangkan di
dalam penataan ulang Hofmann adalah anion bromida. Starting material-nya adalah
ester dari asam hidroksamat.
O
O
R
NH
OH
R'COCl
NH
O
OH-
R'
O
R
R'
H2O
N
R'
-RCO2-
N
O
RNH2
CO2
C
O
120
Jika atom karbon gugus yang berpindah adalah asimetris maka gugus tersebut
mempertahankan konfigurasinya.
O
O
R'
O
R
-H
O
H
-R'CO2O
R'
R
O
O
Di dalam keton asimetris, gugus yang berpindah adalah gugus yang lebih
mampu mensuplai elektron. Seperti halnya di dalam penataan ulang WagnerMeerwien, kemudahan alkil berpindah adalah: tersier > sekunder > primer > metil.
Sebagai contoh, pinacolon meberikan t-butil asetat.
Urutan kemudahan gugus aril berpindah adalah p-metoksifenil > p-tolil > fenil > pklorofenil. Gugus aril lebih mudah berpindah daripada gugus alkil primer, dan jika
gugus aril mengandung substituen pendorong elektron maka akan lebih mudah
berpindah daripada alkil sekunder dan tersier.
Keton siklik menjalani perluasan cincin ketika diolah dengan peroksida.
Sebagai contoh, siloheksanon memberikan kaprolakton.
121
Akan tetapi, jika tidak ada gugus alkil yang memiliki hidrogen- namun ada satu gugus
yang memilki karbonil maka satu hidrogen- akan dilepaskan oleh basa
menghasilkan suatu ylide (suatu spesies di dalam mana atom-atom yang
berdampingan memuat muatan formal yang berlawanan). Sebagai contoh,
122
Ph
Ph
Ph
Me
N
Me
Ph
N
Me
Ketidakberadaan
gugus
Me
karbonil-
maka
hidrogen-
cukup
lemah
keasamannya untuk dapat dipengaruhi oleh ion hidroksida. Basa yang kuat seperti
ion amida di dalam amoniak akan efektif membangkitkan karbanion yang dapat
menyebabkan penataan ulang, akan tetapi penataan ulang yang terjadi adalah
pergeseran-[1,2], penataan ulang sigmatropik-[3,2] (penataan ulang Sommelet).
(ii) Penataan ulang Wittig. Benzil dan alil eter mengalami penataan ulang
terkatalis basa yang analog dengan penatan ulang Steven. Karbanion benzilik atau
alilik dihasilkan oleh basa kuat seperti ion amida atau fenillitium, dan kemudian karbon
berpindah mengarah kepada oksianion yang lebih stabil.
(iii)
123
Arah pembukaan cincin ditentukan oleh karbanion mana yang lebih stabil dari dua
karbanion yang mungkin. Sebagai contoh,
Cl
Ph
O
Ph
Ph
MeO
MeO
- HCl
Cl
OMe
O
Me
Ph
MeOH
CO2Me
O
Ph
CO2Me
Ph
124
Unsur X yang paling umum adalah nitrogen dan di dalam beberapa kasus adalah
oksigen. Perindahan antarmolekul dan intramolekul juga dikenal di dalam reaksi ini.
(a) Perpindahan antarmolekul dari nitrogen ke karbon
Ada bebarapa turunan anilina yang mengalami penataan ulang pada
pengolahan dengan asam. Di dalam contoh berikut, asam konjugasi amina
megeliminasi spesies elektrofil kemudian beraksi dengan posisi orto dan para aktif
amina.
(i) N-Haloanilida. Sebagai contoh, N-kloroasetanilida dan asam hidroklorida
menghasilkan campuran o- dan p-kloroasetanilida dalam perbandingan yang sama
sebagai hasil klorinasi langsung asetanilida.
(ii)
N-Alkil-N-nitrosoanilina.
125
(v)
N-Arilhidroksilamina.
Penataan
ulang
arilhidroksilamina
menjadi
Ketika alkohol digunakan sebagai pelarut maka yang terbentuk adalah senyawa palkoksi.
(b) Perpindahan antarmolekul dari oksigen ke karbon
Reaksi yang umum dari penataan ulang jenis ini adalah Penataan ulang Fries
di mana aril ester diolah dengan asam Lewis menghasilkan orto dan para hidroksi-
126
keton. Kompleks antara ester dengan asam Lewis melepaskan ion asilium yang
mensubstitusi posisi orto dan para sebagaiman di dalam asilasi Friedel-Crafts.
(ii)
Asam fenilsulfamat.
127
Ada fakta bahwa senyawa-4,4 terbentuk melalui penataan ulang sigmatrofik[5,5], tapi mekanisme terbentuk senyawa-2,4 belum diketahui.
O
MeO
MeO
panas
128
6.7 Penutup
Untuk menguji prestasi mahasiswa setelah mempelajari Bab ini maka pada
Sub-bab 6.7 bagian (a) berikut ini diberikan contoh-contoh latihan yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran bab ini. Untuk memberikan jawaban yang benar, pada
Sub-bab 6.7 bagian (b) diberikan umpan balik di mana bagian mana mahasiswa harus
memdalami jawaban soal yang bersangkutan.
(a) Soal tes formatif
Tuliskan struktur produk yang diharapkan reaksi berikut, dan tuliskan pula
mekanisme reaksinya:
129
Daftar Pustaka
Carruthers, W. and Coldham, I., 2004, Modern Methods of Organic Synthesis, 4th
Edition, Cambridge University Press, New York
Norman, R.O.C and Coxon, J.M., 1993, Principles of Organic Synthesis, 3rd Edition,
Alden Press, Oxford
Zweifel, G.S and Nantz, M.H, 2007, Modern Organic Synthesis: An Introduction, 1st
Edition, W.H. Freeman and Company, New York.
130
Istilah
Arti
Anchimeric assistance
Penataan ulang
sigmatrofik
Solvolisis
131
BAB 7
OKSIDASI
7.1 Pendahuluan
Ada perbedaan utama tentang teknik oksidasi yang digunakan di dalam
laboratorium dengan proses berskala besar di dalam industri. Di dalam laboratorium,
molekul polifungsi yang rumit kerap kali dilibatkan, memerlukan pereaksi
regiaoselektif dan/atau stereoselektif dan banyak di antara pereaksi-pereaksi tersebut
berharga mahal, dan biasanya menghindari penggunaan suhu tinggi. Di dalam proses
industri, senyawa yang digunakan relatif sederhana dan kerapkali melibatkan kondisi
yang keras, lebih mementingkan biaya yang murah. Udara adalah agen pengoksidasi
alami industri sebagaimana di dalam konversi isopropanol menjadi aseton, propilena
menjadi propenal, dan naftalena menjadi anhidrida fatalat yang masing-masing terjadi
di atas permukaan katalis logam oksida pada suhu tinggi.
Oksidasi secara bakterial juga digunakan secara industri. Sebagai contoh,
acetobacter suboxydans adalah pereaksi terbaik untuk oksidasi spesifik karbon-C2 Dglusitol di dalam produksi vitamin C (asam L-askorbat) dari glukosa.
132
Metode bakterial dan enzimatik dengan cepat terbukti menjadi alat yang kuat untuk
oksidasi selektif di dalam laboratorium.
Bab ini disusun menurut jenis sistem yang akan teroksidasi sehingga kapan
saja diperlukan suatu metode tertentu maka dapat dengan mudah didapatkan, sifatsifat agen pengoksidasi tidak dikumpulkan bersama-sama.
7.2 Hidrokarbon
(a) Ikatan rangkap alkena
(i)
Akan tetapi pernyataan tersebut tidak mencerminkan fakta bahwa gugus pengusirelektron di dalam alkena akan meningkatkan reaktivitasnya (sebagai contoh:
RCH=CHR ~ R2C=CH2 > RCH=CH2 > CH2=CH2), seperti juga halnya gugus penarik
elektron terhadap peroksiasam.
Karakteristik reaksi ini adalah:
Reaksi ini adalah regioselektif terhadap ikatan rangkap yang lebih kaya
elektron bilamana terdapat lebih daripada satu ikatan rangkap. Sebagai
contoh,
133
Alkena siklik diserang terutama dari sisi yang kurang terlindungi. Sebagai
contoh,
Peroksida dapat dibuat secara in situ dari asam induk dengan hidrogen
peroksida. Akan tetapi, umumnya lebih disukai menggunakan bahan yang sudah
tersedia secara komersial. Kebanyakan peroksida yang digunakan dan memberikan
rendamen yang baik adalah asam m-kloroperoksibenzoat, tapi atas pertimbangan
keamanan maka penggunaan senyawa tersebut digantikan oleh garam magnesium
asam monoperoksiftalat.
Senyawa karbonil ,-tak-jenuh. Senyawa-senyawa karbonil ,-tak-jenuh
dapat diepoksidasi dengan larutan basa hidrogen peroksida. Adisi nukleofilik HO2- ke
dalam gugus C=C difasilitasi oleh gugus C=O.
134
135
Nukleofil lemah lain seperti alkohol dan ion bromida juga efektif apabila
reaktivitas epoksida ditingkatkan melalui protonasi.
(ii)
Normalnya, pereaksi ini digunakan di dalam larutan berair di mana senyawa organik
tidak larut atau terdispersi, sehingga kadang menggunakan pelarut tambahan
(biasanya t-butanol atau asam asetat).
136
membentuk ozonida primer yang mana tertata ulang melalui spesies-antara zwitterion
menjadi ozonida yang dapat diisolasi.
137
Alkuna juga teroksidasi oleh ozon tetapi umumnya kecepatan reaksinya hanya
seperseribu kali daripada kecepatan reaksi ozonolisis alkena. Reaksi dengan alkuna
menghasilkan asam karboksilat bersama sejumlah kecil senyawa -dikarbonil.
O
O3
R
R'
R
R'
H2O
R'
O
+
OH
HO
R'
2. Pereaksi Lemieux. Pereaksi ini terdiri atas larutan berair encer natrium
periodat dengan sejumlah katalis kalium permanganat dan oksium tetraoksida. Pada
awalnya alkena dioksidasi menjadi cis-diol yang kemudian diuraikan oleh periodat
menghasilkan aldehida dan/atau keton. Selanjutnya, pereaksi permanganat
mengoksidasi produk aldehid menjadi asam karboksilat. Reaksi ini cepat pada suhu
kamar dan selektif terhadap alkena. Sebagai contoh,
3.
138
Suatu metode industri yang jauh lebih murah daripada ozonolisis adalah
menggunakan oksidasi udara di atas permukaan katalis vanadium pentoksida pada
suhu 400-500C. Sebagai contoh,
139
Cincin aromatik fenol sangat rentan terhadap oksidasi oleh oksidan satuelektron. Lepasnya atom hidrogen menghasilkan delokalisasi radikal ariloksi.
Nasib radikal tersebut tergantung pada struktur fenol. Difenol dapat terbentuk
dari radikal tersebut, seperti di dalam oksidasi 2-naftol dengan ion besi(III).
140
Amina aromatik juga sensitif terhadap oksidasi dan menjadi berwarna gelap di
dalam udara. Analina teroksidasi oleh dikromat menjadi p-benzokuinon dengan
rendamen 60%.
141
pendehidrasi karena kuinon sangat cepat diserang oleh air (adisi ke dalam sistem
karbonil ,-tak jenuh).
Sistem alilik dan benzilik rentan terhadap oksidasi melalui reaksi radikal bebas.
Oksidasi menjadi alkohol. Toluena dapat dioksidasi menjadi benzil alkohol
dengan belerang klorida di dalam adanya inisiator radikal seperti peroksida diikuti
dengan hidrolisis benzil klorida.
Metode yang diterapkan secara luas untuk sistem alil adalah menggunakan
selenium oksida.
142
Proses ini telah mengganti metode pembuatan akrilonitril dari asetilen dengan
hidrogen sianida.
Ada tiga metode yang tersedia untuk oksidasi selektif ArCH3 menjadi ArCHO.
(1) Dengan kromil klorida (reaksi Etard). Larutan kromil klorida di dalam karbon
disulfida ditambahkan secara secara hati-hati ke senyawa benzilik pada suhu 2545C, dan kompleks warna coklat yang terpisah didekomposisi dengan air
menghasilkan aldehida dan asam kromat(VI). Sebagai contoh,
CHO
Me
1) CrO2Cl2 / CS2
2) H2O
Me
Me
75%
Aldehida tersebut harus dipisahkan dengan cepat dengan cara distilasi atau ekstraksi
untuk mencegah oksidasi lebih lanjut.
(2) Dengan kromium(VI) oksida di dalam anhidrida asetat. Oksidasi dilakukan
dengan kromium(VI) oksida di dalam campuran anhidrida asetat, asam asetat, dan
asam sulfat pada suhu rendah. Sesaat terbentuk, aldehida dikonversi menjadi 1,1diasetat-nya yang stabil terhadap oksidasi. Senyawa ini diisolasi dan dikonversi lagi
menjadi aldehida melalui hidrolisis asam. Sebagai contoh,
143
(3) Dengan p-nitrosodimetilanilin. Senyawa benzilik diolah dengan p-nitrosodimetilanilin, dan imina yang dihasilkan selanjutnya dihidrolisis. Metode ini hanya
diterapkan untuk senyawa-senyawa yang gugus metilnya teraktivasi dengan kuat.
Sebagai contoh, 2,4-dinitrotoluena.
Oksidasi menjadi asam karboksilat. Gugus metil pada cincin aromatik dapat
dioksidasi dengan kromiun(VI) oksida, permanaganat, atau asam nitrat. Sebagai
contoh, permanganat encer mengoksidasi o-klorotoluena menjadi asam oklorobenzoat dengan rendamen 65%.
Asam nitrat pekat mengoksidasi o-ksilena menjadi asam o-toluat dengan rendamen
54%.
Substituen pada gugus metil juga dipindahkan pada kondisi ini. Sebagai contoh,
nikotin dioksidasi oleh asam nitrat pekat pada suhu 70C menjadi asam nikotinat.
144
2. Dengan selenium dioksida (reaksi Riley). Reaksi ini terjadi dengan cara
seperti berikut ini.
145
146
N
O
OH
NO
NO
OH
O
N
(v)
R
OH
OH
H3O+
OH
147
3. Menggunakan kuinon. Cincin alisklik tak jenuh parsial teroksidasi oleh kuinon
melalui pemindahan ion hidrida.
Menjadi aldehida.
Secara mekanistik, satu prinsip umum yang digunakan adalah untuk sistem yang
mengikat gugus elektrofil kuat (X) pada oksigen alkohol, maka H+ dan X- dapat
tereliminasi.
148
Metode ini sangat berguna untuk senyawa yang mengandung gugus yang
sensitif terhadap asam atau gugus yang mudah teroksidasi (contoh, ikatan
C=C).
2. Klorin. Klorin mengoksidasi dengan cara menerima ion hidrida dari alkohol.
149
terbentuk
dan
mengalami
eliminasi
terkatalis-basa
150
sebagai
katalis
untuk
memproduksi
folmaldehida
dan
asetaldehida.
(ii)
langsung dengan menggunakan pereaksi seperti asam kromat(VI), asam nitrat, dan
kalium permanganat; tapi di dalam masing-masing reaksi ini terjadi reaksi samping
dan biasanya mempunyai rendamen yang tidak tinggi. Sebagai contoh, asam
kromat(VI) mendegradasi asam karboksilat menjadi molekul-molekul kecil, terutama
menghasilkan asam asetat (dari gugus C-metil) dan karbon dioksida.
Metode selektif juga tersedia, seperti metode yang menggunakan oksigen pada
permukaan katalis platinium. Sebagai contoh, pentaeritol di dalam kondisi terkontrol
(buffer natrium hidrogen karbonat, 35C) menghasilkan asam trihidroksimetilasetat
dengan rendamen 50%.
151
Salah kerugian metode ini adalah bahwa senyawa aluminium adalah basa
dan dapat menyebabkan terjadinya pergeseran proton di dalam produk.
Sebagai contoh, oksidasi kolesterol disertai dengan perpindahan ikatan
rangkap C=C menghasilkan keton ,-tak-jenuh.
Metode ini cocok juga untuk alkohol benzilik tetapi tidak untuk alkohol primer dan
sekunder.
Kuinon yang sangat berpotensi untuk digunakan mengoksidasi alkohol alilik,
benzilik, dan propargilik (CCCH(OH)). Reaksi terjadi melalui karbokation yang
relatif stabil dan terbentuk melalui pelepasan ion hidrida.
153
Cl
R
Cl
R
H
O
R'
R'
R'
O
OH
OH
OH
Cl
Cl
Cl
R'
-H
Cl
R'
HO
+
OH
OH
O
Cl
Cl
dengan
asam
asetat
berair
di
dalam
masih
adanya
154
(3) Reaksi Krhnke. Benzil halida dikonversi menjadi garam piridium-nya dan
kemudian dengan p-nitrosodimetilanilina dikonversi menjadi nitroso. Hidrolisis
asam menghasilkan aldehida aromatik.
155
(e) 1,2-Diol
Senyawa 1,2-diol dipecah oleh timbal tetraasetat, feniliodoso asetat, dan asam
periodat atau natrium metaperiodat. Sebagai contoh, dibutil tartrat dan timbal
tetraasetat menghasilkan butil glioksilat dengan rendamen lebih daripada 80%;
OH
CO2Bu
Pb(OAc)4
BuO2C
BuO2C
OH
Normalnya, reaksi ini terjadi melalui oksidasi dua-elektron (Pb(IV) menjadi P(II) dan
I(VII) menjadi I(V) di dalam spesies-antara siklik.
156
(f) Aldehida
Aldehida dapat dioksidasi menjadi asam menggunakan pereaksi yang keras
seperti asam kromat(VI) dan permanganat.
Akan tetapi, kebanyakan kasus memerlukan kondisi yang lunak. Ada tiga metode
yang tersedia untuk oksida dengan kondisi lunak.
(1) Pereaksi Jones. Reaksi ini cepat terjadi pada suhu kamar. Reaksi diperkirakan
terjadi melalui 1,1-diol.
HO
RCHO
HO
CrO3
H2O
Cr
R
OH
R
RCO2H
OH
CrO(OH)2
157
(g) Keton
Ikatan CCO di dalam keton dapat dioksidasi melalui tida cara.
(1) Menggunakan asam nitrat atau larutan basa kalium permanganat. Kondisi
yang kuat ini menghasilkan asam karboksilat. Reaksi terjadi melalui enol
(larutan asam) atau enolat (larutan basa). Sebagai contoh,
Serangan dapat terjadi pada kedua sisi gugus karbonil (kecuali keton siklik)
sehingga dapat diperoleh produk yang berupa campuran. Dengan keton siklik,
rendamen yang diperoleh cukup baik. Sebagai contoh, sikloheksanol
dioksidasi
dengan
asam
nitrat
50%
panas
melalui
sikloheksanon
(2) Mengunakan halogen di dalam alkali. Metil keton dioksidasi dengan klorin,
bromin, atau iodin di dalam larutan alkali menghasilkan asam dan
haloform yang sesuai. Reaksi terjadi oleh halogenasi terkatalis-basa
diikuti dengan eliminasi basa-konjugasi haloform.
158
(3)
O
R
(h) -Ketol
Sistem ini sangat mudah terosidasi menjadi senyawa -dikarbonil. Oksidan
satu-elektron di dalam larutan basa cukup efektif. Bagi enediolat yang terbentuk oleh
basa dapat mendonorkan satu elektron kepada oksidan menghasilkan suatu radikal
yang terdelokalisasi. Pelepasan elektron menyempurnakan reaksi oksidasi.
159
Sebagai contoh, tembaga sulfat di dalam piridina pada suhu 95C mengoksidasi
benzoin menjadi bezil dengan rendamen sebesar 86%.
160
amina aromatik menjadi senyawa nitroso dan nitro dikuti dengan kondensasi, sebagai
contoh, ArNH2 ArNO; ArNH2
NH2
N
OH
OH
R
OH
R
-H2O
N
H
H2O2
-H2O
-H2O
OH
R
Senyawa nitroso aromatik dapat juga dibuat dari hidroksilamina dengan cara
mengoksidasi dengan dikromat pada suhu rendah. Sebagai contoh,
161
(d) Hidrazin
Hidrazin monosubstitusi bereaksi dengan oksidan satu-elektron seperti ion
tembaga(II) dan besi(III) menghasilkan senyawa azo yang tidak stabil sehingga
terdekomposisi dengan cara melepaskan nitrogen dan menghasilkan hidrokarbon.
2+
2
Arilhidrazin
dioksidasi
oleh
oksidan
dua-elektron
klorin
dan
bromin
162
(e) Hidrazon
Hidrazon dioksidasi oleh raksa(II) oksida menjadi diazoalkana. Reaksi ini
mengandung substituen aril dan memberikan produk yang cukup stabil untuk dapat
diisolasi. Sebagai contoh, benzofenon hirdazon menghasilkan difenildiazometana
dengan rendamen yang baik.
163
(ii)
164
(iii)
Asam sulfonat juga terbentuk oleh pengolahan timbal tiolat dengan asam nitrat.
(b) Sulfida
Sulfida dapat dioksidasi menjadi sulfoksida dan sulfon. Sulfoksida diperoleh
reaksi sulfida dengan dinitrogen tetroksida cair di dalam etanol yang didinginkan
dengan karbondioksida padat. Oksidasi lebih lanjut tidak terjadi, dan produknya
adalah anhidrus.
Oksidasi ini dapat juga dijalankan dengan menggunakan natrium metaperiodat sedikit
berlebih pada 0C dan dengan hidrogen peroksida namun metode ini menyebabkan
oksidasi lebih lanjut menghasilkan sulfon.
Kesensitifan yang sangat pada sulfida memerlukan pengolahan yang baik.
Sebagai contoh, hanya pereaksi mangan dioksida yang mengoksidasi dialil sulfida
menjadi dialil sulfoksida dengan rendamen memadai.
Secara normal sulfon diperoleh dari sulfida dengan cara oksidasi dengan
hidrogen peroksida di dalam air atau larutan asam asetat.
165
Senyawa alifatik yang valensinya lebih tinggi adalah senyawa yang tidak stabil.
7.8 Penutup
Untuk menguji prestasi mahasiswa setelah mempelajari Bab ini maka pada
Sub-bab 7.8 bagian (a) berikut ini diberikan contoh-contoh latihan yang berkaitan
166
dengan tujuan pembelajaran bab ini. Untuk memberikan jawaban yang benar, pada
Sub-bab 7.8 bagian (b) diberikan umpan balik di mana bagian mana mahasiswa harus
memdalami jawaban soal yang bersangkutan.
(a) Soal tes formatif
Bagaimana cara melakukan transformasi berikut ini:
167
Daftar Pustaka
Carruthers, W. and Coldham, I., 2004, Modern Methods of Organic Synthesis, 4th
Edition, Cambridge University Press, New York
Norman, R.O.C and Coxon, J.M., 1993, Principles of Organic Synthesis, 3rd Edition,
Alden Press, Oxford
Zweifel, G.S and Nantz, M.H, 2007, Modern Organic Synthesis: An Introduction, 1st
Edition, W.H. Freeman and Company, New York.
168
Istilah
Arti
Bisdekarboksilasi
Dekarboksilasi oksidatif
Enantioselektif
Regioselektif
Stereospesifik
169
BAB 8
REDUKSI
8.1 Pendahuluan
Proses reduksi yang diuraikan di dalam bab ini dibagi ke dalam tiga kategori,
yaitu pelepasan oksigen, adisi hidrogen, dan penambahan elektron. Adisi hidrogen
masih dapat dibagi lagi ke dalam sub-bagian (i) hidrogenasi, yakni adisi hidrogen ke
dalam sistem tak-jenuh. Sebagai contoh,
Sub-bagian (ii) adalah hidrogenalisis, yakni adisi hidrogen dengan pemutusan ikatan
secara bersamaan; sebagai contoh,
atau dengan cara kopling, seperti di dalam reduksi keton menjadi pinacol.
(2) Dengan cara transfer ion hidrida, seperti di dalam reduksi gugus karbonil
dengan litium hidrida.
170
Transfer seperti ini dapat pula terjadi secara intramolekul, seperti reduksi
Meerwein-Pondorf-Verley.
(3) Dengan cara adisi hidrogen molekul terkatalis, seperti di dalam reduksi pada
molekul alkena.
8.2 Hidrokarbon
(a) Alkana
Alkana hanya dapat direduksi dengan cara memutuskan ikatan karbonkarbon. Agen pereduksi yang kuat belum cukup untuk melakukan reduksi ini. Akan
tetapi, ada satu lingkungan di mana reduksi terkatalis dapat mempengaruhinya,
misalnya dengan senyawa siklik yang tegang, karena terjadi reduksi ini akan
menghilangkan tegangannya. Sebagai contoh,
(b) Alkena
(i) Hidrogenasi katalitik. Hampir semua olefin dapat dijenuhkan melalui
pengolahan dengan hidrogen dan katalis logam. Katalis yang paling aktif adalah yang
khusus dibuat dari platina dan paladium.
(1) Katalis Adams. Asam kloroplatinat dipadukan dengan natrium nitrat
menghasilkan platina coklat (PtO2) yang dapat disimpang. Ketika diperlukan,
pereaksi tersebut diolah dengan hidrogen menghasilkan suspensi logam
berwarna hitang yang sangat halus. Pereaksi ini biasanya dipilih di dalam
laboratorium; reaksi dijalankan di dalam pelarut seperti asam asetat, etil
asetat, dan metanol. Biasanya diperlukan sekitar 0,2 gram platinium oksida
per 10 gram reaktan yang digunakan.
(2) Paladium. Suatu bentuk aktif paladium dapat diperoleh dari paladium klorida
dengan cara yang sama dengan yang digunakan di dalam katalis Adams,
171
tapi cara yang paling umum adalah paladium klorida direduksi di dalam
adanya suspensi karbon atau padatan pendukung lain di mana logam
disimpan sebagai butiran yang sangat halus.
Suatu katalis yang paling reaktif diperoleh dengan cara mereduksi
paladium oksida dengan natrium borohidrida secara in situ di dalam adanya
karbon. Molekul hidrogen yang diperlukan untuk hidrogenasi dihasilkan
melalui penambahan asam ke dalam borohidrida berlebih.
Kebanyakan ikatan C=C direduksi pada permukaan katalis ini pada
suhu yang lebih rendah daripada 100C dan tekanan atmosfir atau dengan
sedikit penaikan tekanan. Sebagai contoh, perlakuan asam maleat di atas
permukaan platina pada suhu 20C dan tekanan 1 atmosfir selama 30 menit
menghasilkan asam suksinat dengan rendamen 98%.
(3) Nikel Raney. Katalis ini sedikit kurang aktif daripada platina atau paladium,
dibuat dengan cara mengolah campuran logam nikel-aluminium dengan
natrium hidroksida, disusul dengan pencucian untuk membuang natrium
alumina
sehingga
meninggalkan
suspensi
jenuh
berwarna
hitam.
transfer.
Hidrogen
disuplai
oleh
suatu
donor
seperti
172
Kedua, alkena yang mono- dan disubstitusi jauh lebih cepat direduksi
daripada alkena tri- atau tetrasubstitusi. Hal ini memberikan derajat
selektivitas lebih lanjut sebagaimana diilustrasikan di dalam reduksi karvon
menjadi dihidrokarvon yang menyisahkan ikatan rangkap trisubstitusi
dengan rendamen di atas 90%.
173
(ii) Metode diimida. Diimida adalah suatu senyawa yang tidak stabil, biasanya
dibuat melalui reaksi oksidasi terkatalis tembaga(II) terhadap hidrazin dengan udara
atau
hidrogen
peroksida.
Di
dalam
tidak
adanya
spesies
yang
dapat
Alkuna dan senyawa azo juga direduksi, tetapi gugus yang mengandung karbonil,
gugus nitro, sulfoksida, dan ikatan SS tidak terpengaruh.
(iii) Hidroborasi. Organoboran yang terbentuk melalui reaksi alkena dengan
diboran atau agen boronasi lainnya tersolvolisis oleh asam organik menjadi alkana.
Aldehida, keton, asam, ester, nitril, dan epoksida juga dapat direduksi.
174
Sebuah ikatan C=C terkonjugasi dengan cincin aromatik juga direduksi, produk adisi1,2 terbentuk karena pembentukan produk adisi-1,4 akan disertai dengan dengan
hilangnya energi kestabilan aromatik. Sebagai contoh, stilbena direduksi menjadi
bibenzil,
175
Reduksi jenis ini diharapkan cocok dengan senyawa karbonil ,-tak-jenuh. Jika
gugus M adalah CHO, reduksi seperti di atas tidak terjadi; justru yang terjadi
adalah reduksi karbonil.
Ketika konjugasi adalah suatu gugus keto (yang kurang reaktif daripada CHO
terhadap nukleofil), campuran dari produk reduksi karbonil dan reduksi secara penuh
terbentuk. Sebagai contoh,
Litium aluminium hidrida mempunyai tendensi yang relatif lebih kuat untuk bereaksi
pada gugus karbonil. Di dalam reaksi di atas, litium aluminium hidrida memberikan
94% 2-sikloheksenol dan hanya 2% sikloheksanol. Akan tetapi, jika substituen M
sendiri tidak bisa tereduksi oleh hidrida maka selektivitas reduksi ikatan C=C dapat
dipengaruhi. Sebagai contoh,
176
(d) Alkuna
(i)
permukaan katalis yang digunakan untuk reduksi alkena, tetapi hal ini jarang
diperlukan di dalam sintesis.
(ii)
177
permukaan katalis yang cocok untuk alkena tetapi memerlukan kondisi yang lebih
keras. Berbagai kondisi berdasarkan besarnya energi kestabilan yang hilang di dalam
proses ini. Sebagai contoh, naftalena direduksi menggunakan katalis Adams pada
suhu 100-150C dan tekanan 100-150 atmosfir selama 10 jam, dibandingkan dengan
reduksi alkena sederhana dilakukan pada 20C dan tekanan atmosfir selama 1 jam.
Reduksi pada kondisi lembut menghasilkan produk utama cis, tetatpi jika
produk trans lebih stabil maka dibutuhkan kondisi keras untuk membuat dominan.
Sebagai contoh, reduksi naftalena di dalam larutan pada permukaan platina
menghasilkan produk utama cis-dekalin sedangkan pada permukaan tembaga kromit
di dalam fasa gas menghasilkan trans-dekalin sebagai produk yang dominan.
Senyawa aromatik yang berada di dalam kesetimbangan dengan perbandingan
signifikan dapat direduksi di dalam kondisi yang cocok untuk alkena. Sebagai contoh,
m-dihidroksibenzena direduksi melalui tautomeri diketo-nya pada suhu 50C dan
tekanan 80 atmosfir pada permukaan nikel Raney.
178
H
e
(H+)
H H
(H+)
H H
Hidrolisis terkatalis asam (pH 2-4) terhadap produk tersebut (enol eter) menghasilkan
senyawa keton tak jenuh yang mana pada kondisi yang lebih asam lagi (pH 1)
bertautomeri dengan isomer konjugasinya.
179
Hal yang berbeda, substituen CO2- mengarahkan protonasi ke posisi para. Sebagai
contoh,
Reduksi 1-naftol dan eter etil 2-naftol memberikan pertentangan yang menarik.
Reduksi senyawa 1-naftol dengan litium di dalam amoniak cair yang mengandung
alkohol memberikan 98% produk reduksi yang terjadi pada cincin tak tersubstitusi;
sedangkan senyawa eter etil 2-naftol tereduksi pada cincin yang tersubstitusi
menghasilkan 2-tetralon dengan rendamen 45% setelah dihidrolisis.
8.3 Hidrogenolisis
(a) Sistem benzilik
Jika gugus benzilik mengikat OH, OR, OCOR, NR2, atau halogen maka sangat
rentan terhadap agen pereduksi nukleofilik, reduksi katalitik, dan pereaksi transferelektron.
180
2e
CH2
-X-
CH2
H+
dst
Me
H
N
Na - NH
PhMe + CO
CO H
H N
CO H
-alanin
95%
NH
NH
Na - NH
Ph
PhMe +
CO H
HS
CO H
sistein
78%
Me
Me
Me
NMe I
Na - Hg
Me
Me
+
NMe
181
Sistem trifenilmetil siap membentuk kation tritil dan kation ini sangat rentan
terhadap reduksi dengan agen transfer-hidrida. Sebagai contoh,
182
(ii) Halida jauh lebih reaktif daripada alkohol di dalam reaksi substitusi SN2 dan
oleh karenanya lebih rentan terhadap transfer hidrida dari litium aluminium hidrida
atau hidrida yang lebih baik lagi, yakni natrium sianoborohidrida. Sebagai contoh,
Sebagai contoh, alena dapat diperoleh dengan rendamen 80% melalui pengolahan
2,3-dikloropropilena dengan seng di dalam etanol berair.
Cl
Zn
H2C
-ZnCl2
ZnBr2
Cl
183
(iii)
(iv) Amina primer dapat direduksi dengan cara mengolah turunan toluena-psulfonamida dengan asam hidroksilamina-O-sulfonat di dalam alkohol alkali.
Reduksi
dengan
ion
kromium(II)
juga
efesien.
Sebagai
contoh,
1-
184
185
Metode ini sangat berguna untuk keton yang mengandung gugus penolik atau
karbosiklik. Sebagai contoh, reduksi asam 3-benzoilpropionat di dalam toluena
menghasilkan asam 4-fenilbutirat dengan rendamen 85%.
(2) Metode Wolff Kishner. Hidrazon dari aldehida dan keton direduksi di dalam
kondisi basa dan keras dengan melepaskan nitrogen.
186
(5) Litium aluminium hidrida. Keton aromatik direduksi dengan litium aluminium
hidrida di dalam adanya aluminium triklorida. Reaksi terjadi melalui reduksi
menjadi alkohol diikuti dengan hidrogenolisis sistem benzilik yang dibantu
dengan asam Lewis.
Ar
O
LiAlH4
Ar
Ar
AlCl3
H3Al
R
H
O
AlCl2
Ar
+
CH
AlCl2
Pereaksi ini larut di dalam eter seperti dietil eter dan terahidrofuran dalam
mana normalnya digunakan. Pelarut tersebut harus benar-benar kering
karena hidrida dihancurkan oleh air,
187
Harus juga ditangani sebagai padatan dengan sangat hati-hati karena dapat
menyala secara spontan selagi digerus di dalam lumpang , dan dapat meledak
dengan keras pada pemanasan yang kuat. Semua senyawa yang
mengandung hidroksil, amino, dan tiol melepaskan hidrogen secara kuantitatif
dari reaksi ini. Sebagai contoh,
R
H3Al
OAlH3
3 RR'C
(RR'CHO)4Al
R
4 H2O
4 RR'CH
OH
Al(OH)3
OH-
(2) Sodium borohidrida jauh kurang reaktif. Pereaksi ini dapat digunakan di dalam
pelarut alkoholik dan bahkan air, untuk dekomposisi pereaksi ini maka cukup
hanya membuat larutannya menjadi alkalin.
Ph
Ph
OH
OH
PhCH2
PhC
OH
PhCH2
O
PhC
OH
188
dan heptanal direduksi dengan besi di dalam asam asetat berair menjadi 1-heptanol
dengan rendamen 80%.
Jika keton mengandung substituen pada posisi- yang merupakan gugus pergi
yang baik, spesies-antaranya yakni radikal-anion akan mengalami eliminasi. Sebagai
contoh,
189
Di dalam reduksi ini, seringkali juga menggunakan seng sebagai agen pereduksi.
(c) Reduksi menjadi 1,2-diol
Di dalam hal tidak adanya suatu donor proton, logan elektropositif mereduksi
keton menjadi 1,2-diol lewat dimerisasi radikal-anion.
Me
Mg - Hg
Me2C
Me
Me
Me
O
O
Mg
H2O
HO
OH
pinacol
190
Cincin tegang di dalam eter beranggota-empat juga dibuka oleh litium aluminium
hidrida. Sebagai contoh,
Akan tetapi, eter beranggota lima memerlukan kondisi yang lebih keras yang
diperoleh dengan menggunakan aluminium triklorida.
(b) Hidroborasi
Epoksida direduksi oleh diboran menghasilkan alkohol yang kurang
tersubstitusi sebagai produk utama.
191
Akan tetapi, gugus-gugus lain yang dapat tereduksi di dalam molekul seperti C=C dan
CC juga ikut tereduksi.
Ada banyak metode yang tersedia, beberapa di antaranya unik dan yang lain
cukup selektif.
(a) Reduksi menjadi alkohol dan amina
Litium aluminium hidrida mereduksi asam dan semua turunannya menjadi
alkohol atau amina. Mekanisme umumnya adalah sebagai berikut:
Diboran mereduksi asam karboksilat menjadi alkohol, serta nitril dan amida
menjadi amina melalui pembentukan kompleks.
192
Metode ini mempunyai keuntungan dibanding dengan litium aluminium hidrida, yakni
gugus ester dan nitro tidak direduksi. Sebagai contoh, asam p-nitrobenzoat
menghasilkan nitrobenzil alkohol dengan rendamen reaksi sebesar 80%.
Ester dapat direduksi dengan metode asilon dan dengan metode BouveaultBlanc (natrium di dalam etanol refluks). Sebagai contoh,
193
194
(i) Asam. Litium di dalam etilamina dapat digunakan tapi pada umumnya
memberikan rendamen rendah. Sebagai contoh,
(ii) Ester
(1) Metoda McFadyen dan Stevens terkandung di dalam konversi ester menjadi
hidrazinnya; yaitu ester diolah dengan benzenasulfonil klorida, dan produknya
dihidrolisis dengan basa.
Hanya aldehida aromatik yang dapat dibuat dengan cara ini, dan rendamennya
kerap kali rendah.
(2) Diisobutilaluminium hidrida (DIBAL) mereduksi ester menjadi alkohol pada suhu
kamar. Reaksi terjadi dengan cara spesies-antara aluminium alkoksida secara
spontan membentuk aldehida yang lebih mudah tereduksi daripada esternya
menjadi alkohol.
195
Mengontrol suhu adalah suatu hal yang penting dilakukan, reaksi harus
dijalankan pada suhu serendah mungkin untuk mencegah reduksi lebih lanjut.
Toluena atau ksilena refluks (yakni 110-140C) biasanya sudah sesuai, dan
reaksi dapat diikuti dengan cara melewatkan hidrogen klorida ke dalam basa
standar.
Rendmen reaksi biasanya tinggi, bahkan dengan senyawa yang rintangan
steriknya tinggi. Sebagai contoh,
(2) Desulfurisasi ester tiol di atas Raney nikel yang telah dideaktivasi secara parsial
dengan cara mendidihkan dengan aseton adalah suatu metode yang efektif.
Sebagai contoh,
196
Pada suhu yang lebih tinggi, spesies-antara yang pertama akan tereliminasi, dan
reduksi terjadi lebih lanjut menjadi amina. Biasanya menggunakan N-metilanilida.
Sebagai contoh,
(v) Nitril
(1) Reaksi Stephen melibatkan penambahan nitril ke dalam suspensi timah(II) klorida
di dalam dietil eter jenuh dengan hidrogen klorida, diikuti dengan hidrolisis.
Reduksi terjadi pada suhu kamar. Sebagai contoh,
197
(2) Hidrogen dan nikel Raney di dalam adanya semikarbazida dan air menghasilkan
semikarbazon dari aldehida yang mana dari produk tersebut dilepaskan aldehida
dengan cara mempertukarkannya dengan formaldehida. Over reduksi di sini
dicegah dengan cara memerangkap aldehida.
H2 - Ni
R
H2O
N
R
NH
H2NNHCONH2
R
CH2O
H
N
NH2
(3) DIBAL dan litium trietoksialuminium hidrida dapat digunakan mereduksi nitril
menjadi aldehida. Sebagai contoh,
198
Di dalam larutan netral yang dibufer dengan amonuim klorida, fenilhidrolamina adalah
produk utama. Di dalam larutan basa, penggunaan pereduksi lemah seperti
dekstrosaatau glukosa, spesies-antara yakni nitrobenzena bereaksi dengan
fenilhidroksilamina menghasilkan azoksibenzena yang dengan agen pereduksi kuat
akan terkonversi menjadi azobenzena dan hidrazobenzena. Litium aluminium hidrida
menghasilkan azobenzena secara kuantitaif, dan di dalam adanya asam Lewis,
terjadi reaksi lebih lanjut menghasilkan hidrazobenzena. Logam-logam di alam
larutan asam menyempurnakan reduksi menjadi anilina. Secara industri, besi dan
asam hidroklorida digunakan sebagai agen pereduksi, produknya dinetralisasi
dengan kapur, dan anilina diisolasi dengan cara distilasi.
Reaksi elektrolitik terkontrol terjadi di dalam tahap yang pasti:
199
Kebalikan dari dua reaksi yang terakhir di atas adalah reduksi gugus aldehida tanpa
mereduksi gugus nitro. Reaksi ini dapat diefektifkan dengan menggunakan natrium
borohidrida.
Dimungkinkan pula mereduksi satu gugus nitro di dalam adanya gugus nitro
yang lain. Metode yang sudah lama dikenal adalah menggunakan amonium sulfida.
Sebagai contoh,
200
(b) Imina
Imina tipe RCH=NR dan RCH=NR2+ dapat direduksi secara selektif dengan
natrium borohidrida.
Suatu pereaksi alternatif adalah dimetilamina boran yang mereduksi C=N tanpa
mereduksi asam, ester, atau nitro. Rendamennya juga tinggi. Sebagai contoh,
(i)
amoniak atau amina primer atau amina sekunder dijalankan di dalam adanya agen
pereduksi yang sesuai, maka imina atau ion imonium yang terbentuk dapat direduksi
secara in situ menjadi amina. Biasanya agen pereduski yang digunakan adalah
hidrogen di atas nikel Raney Sebagai contoh,
201
Reaksi ini dirugikan oleh terjadinya reaksi samping. Amina dapat bereaksi
lebih lanjut dengan senyawa karbonil menghasilkan imina baru dan dengan reduksi
menghasilkan amina baru. Sebagai contoh,
Reaksi samping ini dapat diminimalkan dengan menggunakan amoniak atau amina
primer secara berlebih.
Salah satu variasi metode yang sesuai untuk pembuatan amina tersier, yang
mana paling tidak mengandung gugus N-metil adalah memanaskan amina bersama
formaldehida dan asam format di bawah refluks (100C) (reaksi Eschweiler-Clarke).
Dengan amina sekunder, ion imonium yang merupakan spesies-antara direduksi
menjadi ion format.
202
Ketika dimulai dari primer, kondensasi dan reduksi terjadi secara berurutan.
Me
+
HCO2-
NH4+
180oC
Ph
Me
NH2
60%
(c) Oksim
Normalnya, pereaksi yang digunakan adalah pereaksi transfer-elektron
sebagaimana di dalam pembentukan 1-heptilamina dari oksim heptanal dan natrium
di dalam etanol dengan rendamen 60%.
Di dalam sintesis pirol dengan metode Knorr, natrium ditionit digunakan sebagai
pereaksi transfer-elektron.
203
NO
OH
OH
N2S2O4
70%
Reaksi ini umumnya digunakan untuk memperoleh gugus amino di dalam inti
aromatik yang teraktifkan dengan kuat terhadap nukleofil, karena lebih mudah
menitrosasi senyawa-senyawa seperti itu daripada menitrasinya.
Senyawa N-nitroso direduksi dengan pereaksi transfer-elektron lembut
menjadi hidrazin tersubstitusi. Sebagai contoh, N-nitroso-N-metilanilin dengan seng
di dalam asam asetat menghasilkan N-metil-N-fenilhidrazin dengan rendamen 55%.
Agen pereduksi yang kuat akan memutuskan ikatan N-N. sebagai contoh,
204
(e) Senyawa-Azo
Senyawa-azo direduksi menjadi senyawa-hidrazo oleh litium aluminium
hidrida di dalam adanya asam Lewis. Jenis reduksi yang lebih berguna adalah reduksi
yang dilakukan oleh natrium ditinit yang dapat memutuskan ikatan N=N menjadi
amina. Sebagai contoh,
Metode alternatif di mana nitosasi yang diikuti dengan reduksi juga tersedia.
205
SO2Cl
Zn - NaOH
Me
Me
8.9 Penutup
Untuk menguji prestasi mahasiswa setelah mempelajari Bab ini maka pada
Sub-bab 8.9 bagian (a) berikut ini diberikan contoh-contoh latihan yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran bab ini. Untuk memberikan jawaban yang benar, pada
Sub-bab 8.9 bagian (b) diberikan umpan balik di mana bagian mana mahasiswa harus
memdalami jawaban soal yang bersangkutan.
(a) Soal tes formatif
Bagaimana cara melakukan transformasi berikut ini:
206
m
m
trans 2
207
Daftar Pustaka
Carruthers, W. and Coldham, I., 2004, Modern Methods of Organic Synthesis, 4th
Edition, Cambridge University Press, New York
Norman, R.O.C and Coxon, J.M., 1993, Principles of Organic Synthesis, 3rd Edition,
Alden Press, Oxford
Zweifel, G.S and Nantz, M.H, 2007, Modern Organic Synthesis: An Introduction, 1st
Edition, W.H. Freeman and Company, New York.
Istilah
Arti
Disproporsinasi
Hidrogenolisis
Kemoselektivitas
208
Daftar Pustaka
Carruthers, W. and Coldham, I., 2004, Modern Methods of Organic Synthesis, 4th
Edition, Cambridge University Press, New York
Norman, R.O.C and Coxon, J.M., 1993, Principles of Organic Synthesis, 3rd Edition,
Alden Press, Oxford
Orchin, M., Kaplan, F., Macomber, R.S, Wilson, R.M., and Zimmer, H., 1980, The
Vocabulary of Organic Chemistry, John Wiley & Sons, New York
Zweifel, G.S and Nantz, M.H, 2007, Modern Organic Synthesis: An Introduction, 1st
Edition, W.H. Freeman and Company, New York.
209