Vous êtes sur la page 1sur 15

FROZEN SHOULDER

A. DEFINISI
Capsulitis adhesive adalah gangguan pada permukaan gelang bahu dimana
jaringan lunak disekitar sendi sendi yang membentuk gelang bahu terjadi
inflamasi dan kekakuan yang lama kelamaan berkembang menjadi adhesion atau
perlengketan sehingga dapat menyebabkan terjadinya pembatasan gerak dan
menyebabkan nyeri yang kronis.1,8
B. ANATOMI FUNGSIONAL
Terdapat empat sendi yang terpisah yaitu glenohumeral, skapulothorakal,
sternoklavikular, akromioklavikular yang menggerakan bahu secara normal bila
terjadi gerakan kompleks dari empat sendi tersebut.1
Glenohumeral, sternoklavikular dan akromioklavikular merupakan sendi
artrodial. Walaupun sendi ini masing-masing dapat bergerak sendiri, semuanya
bergerak secara simultan dan sinkron, sehingga tercipta gerakan yang halus dan
mulus. Sendi sternoklavikular menghubungkan gelang bahu dan dinding dada,
yang

dibentuk

oleh

iga

I,

klavikula

dan

manubrium

sterni.

Sendi

akromioklavikular dan sternoklavikular memungkinkan klavikula mengadakan


rotasi sesuai dengan sumbu panjangnya, ataupun melakukan gerakan elevasi pada
saat mengangkat bahu. Dapat pula melakukan gerakan fleksi dan ekstensi gelang
bahu. Karena itu untuk mencapai gerak lengan yang penuh sampai diatas kepala
diperlukan sendi yang tidak ada gangguan.4
Sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling mobil dan serba guna
karena lingkup gerak sendi yang sangat luas, sehingga berperan penting dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Gerakan pada sendi bahu terdiri dari fleksi (180o),
ekstensi (60o), abduksi (180o), adduksi (75o), endorotasi (90o), eksorotasi (90o).2

C. ETIOLOGI
Etiologi dari capsulitis adhesiva masih belum diketahui dengan pasti.
Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat
trauma, over use, injuries atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit
cardiovascular,clinical depression dan Parkinson.
Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai
frozen shoulder, teori tersebut adalah :
a.

Teori hormonal.
Pada umumnya Capsulitis adhesive terjadi 60% pada wanita bersamaan
dengan datangnya menopause.

b.

Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari Capsulitis adhesive,
contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat
yang sama.

c.

Teori auto immuno.


Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil
rusaknya jaringan lokal.

d.

Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap
menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.5

D. PATOFISIOLOGI
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan
dalamnya terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan
sinovium, yang berbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi, dan
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, sinovium tidak meluas
melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan
secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak
berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan
sinovium juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi
peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan
mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat diperburuk
akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi impingement yang terlalu
lama.4
Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu
persatu bagian secara detail. Guna memahami penyebab dan patologi sindroma
nyeri bahu, maka dapat dikelompokkan menjadi:
a. Faktor Penyebab:
1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan aktifitas
gerak dan struktur anatomi
2) Faktor penyebab penyebab secara neurogenik yang berkaitan dengan
keluhan neurologik yang menyertai baik secara langsung maupun
tidak langsung yang berupa nyeri rujukan.
b. Berdasarkan sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu :
(a) Kelompok spesifik, mengikuti pola kapsuler dan
(b) Kelompok tidak spesifik sebagai kelompok yang bukan mengikuti
pola kapsuler.

E. GAMBARAN KLINIS
Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan
sendi bahu yang terbatas kesegala arah, terutama gerakan abduksi, sehingga
mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya
dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal itu terjadi gangguan lingkup gerak sendi
bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 6-12 bulan, dimana lingkup gerak
sendi bahu akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi
keterbatasan gerak sendi bahu.2
Menurut Kisner (1996) Capsulitis adhesive dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :6
a. Pain ( freezing )
Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak
sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir
sampai 10 -36 minggu.
b. Stiffness ( frozen )
Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau
perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang
diikuti oleh keterbatasan gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c. Recovery (thawing)
Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada
sinovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang
nyata. Fase ini berakhir selama 6-24 bulan atau lebih.
F. DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Pada penderita didapatkan keluhan nyeri hebat dan atau
keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS). Penderita tidak bisa menyisir
rambut, memakai baju, menggosok punggung waktu mandi, atau
mengambil sesuatu dari saku belakang. Keluhan lain pada dasarnya
berupa gerakan abduksi-eksternal rotasi, abduksi-internal rotasi, maupun
keluhan keterbatasan gerak lainnya.2
2. PEMERIKSAAN FISIK
Capsulitis adhesive merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka
gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke
leher lengan atas dan punggung. Perlu dilihat faktor pencetus timbulnya
nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas, pertama-tama pada gerakan

elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan
sendi bahu. 2
Tes appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi
lingkup gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah
angulus medialis skapula dengan tangan sisi kontralateral melewati
belakang kepala (gambar 1). Pada Capsulitis adhesive pasien tidak dapat
melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang
geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif, maka
kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.2
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang
membentuk

muskulotendineus

rotatorcuff.

Bila

gangguan

berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan


kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff
lainnya. 2

Gambar 1: Tes Appley scracth


3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dibutuhkan pemeriksaan fisik, dalam mendiagnosa suatu
penyakit juga dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penujang dilakukan sesuai dengan masing penyakit. Pada Capsulitis
adhesive pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan
radiologi (x-ray untuk menyingkirkan arthritis, tumor, dan deporit

kalsium) dan pemeriksaan MRI atau arthrogram (dilakukan bila tidak ada
perbaikan dalam waktu 6-12 minggu).7
G. PENATALAKSANAAN
1. MEDIKAMENTOSA
Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti
inflamasi nonsteroid.

Pemakaian relaksan otot

bertujuan untuk

mengurangi kekakuan dan nyeri dengan menghilangkan spasme otot.


Beberapa penulis menganjurkan pemberian suntikan kortikosteroid
ditambah anestesi lokal pada rotator cuff dan intra artikuler untuk
menghilangkan nyeri secara cepat. Harus diperhatikan kemungkinan
ruptur dari tendon pada penyuntikan tersebut, maka penyuntikan tidak
boleh lebih dari 2 kali dalam 1 tahun.Dasar penggunaan kortikosteroid
pada Capsulitis adhesive dikaitkan dengan kemampuan mengurangi
edema atau inflamasi saraf.2
2. PENANGANAN REHABILITASI MEDIK
Terapi dingin
Modalitas terapi ini biasanya untuk nyeri yang disebabkan oleh
cedera muskuloskeletal akut. Demikian pula pada nyeri akut Capsulitis
adhesive lebih baik diberikan terapi dingin.2,5
Efek terapi ini diantaranya mengurangi spasme otot dan spastisitas,
mengurangi maupun membebaskan rasa nyeri, mengurangi edema dan
aktivitas enzim destruktif (kolagenase) pada radang sendi. Pemberian
terapi dingin pada peradangan sendi kronis menunjukkan adanya
perbaikan klinis dalam hal pengurangan nyeri. 2,5
Adapun cara dan lama pemberian terapi dingin adalah sebagai
berikut: 2,5
o Kompres dingin
Teknik: masukkan potongan potongan es kedalam kantongan yang
tidak tembus air lalu kompreskan pada bagian yang dimaksud.
Lama: 20 menit, dapat diulang dengan jarak waktu 10 menit.
o Masase es

Teknik: dengan menggosokkan es secara langsung atau es yang telah


dibungkus. Lama: 5-7 menit. Frekuensi dapat berulang kali dengan
jarak waktu 10 menit.
Terapi panas
Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun
dalam, terjadi oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada
umumnya reaksi fisiologis yang dapat diterima sebagai dasar aplikasi
terapi panas adalah bahwa panas akan meningkatkan viskoelastik
jaringan kolagen dan mengurangi kekakuan sendi. Panas mengurangi
rasa nyeri dengan jalan meningkatkan nilai ambang nyeri serabutserabut saraf. Efek lain adalah memperbaiki spasme otot, meningkatkan
aliran darah, juga membantu resolusi infiltrat radang, edema, dan efek
eksudasi. 2,5
Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan
dengan peregangan, dimana efek pemanasan meningkatkan sirkulasi
yang bermanfaat sebagai analgesik.Terapi panas dangkal menghasilkan
panas yang tertinggi pada permukaan tubuh namun penetrasinya
kedalam jaringan hanya beberapa milimeter. Pada terapi panas dalam,
panas diproduksi secara konversi dari energi listrik atau suara ke energi
panas didalam jaringan tubuh. Panas yang terjadi masuk kejaringan
tubuh kita yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah kulit
(subkutan). Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari: 2,6,7
o Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy = SWD)
o Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy = MWD)
o Diatermi ultrasound (utrasound diathermy = USD)
Pada Capsulitis adhesive, modalitas yang sering digunakan adalah
ultrasound diathermy (US) yang merupakan gelombang suara dengan
frekuensi diatas 17.000 Hz dengan daya tembus yang paling dalam
diantara diatermi yang lain. Gelombang suara ini selain memberikan efek
panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/ mikromasase, oleh
karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan. Frekuensi
yang dipakai untuk terapi adalah 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4
7

watt/cm2, lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari
sekali. US memerlukan media sebagai penghantarannya dan tidak bisa
melalui daerah hampa udara. Menurut penelitian, medium kontak yang
paling ideal adalah gel. 2,5
Efek US pada Capsulitis adhesive :

Meningkatkan aliran darah


Meningkatkan metabolisme jaringan
Mengurangi spasme otot
Mengurangi perlekatan jaringan
Meningkatkan ekstensibilitas jaringan.
Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy.
Disini digunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang
gelombang 11m yang diubah menjadi panas sewaktu melewati
jaringan.Pada umumnya pemanasan ini paling banyak diserap jaringan
dibawah kulit dan otot yang terletak di permukaan. 2,5
ELEKTROSTIMULASI: TENS (Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation)
Modalitas terapi fisik ini dapat dipergunakan untuk nyeri akut
maupun nyeri kronis, dan sering digunakan untuk meredakan nyeri
pada Capsulitis adhesive.
Untuk peletakan elektroda dan pemilihan parameter perangsangan
sampai sekarang masih lebih banyak bersifat seni dan subyektif. Namun
peletakkan elektrode harus tetap berdasarkan pengetahuan akan dasardasar anatomi dan fisiologi. Letak elektroda yang biasa dipilih yaitu:
daerah paling nyeri, dermatom saraf tepi, motor point, trigger point,
titik akupuntur. 2,5
Stimulasi dapat juga disertai dengan latihan. Misalnya keterbatasan
gerak abduksi, elektrode aktif (negatif) ditempatkan pada tepi depan
aksila dan elektroda kedua diletakkan pada bahu atau diatas otot deltoid
penderita. Pasien berdiri disamping sebuah dinding dan diminta
meletakkan jari-jarinya pada permukaan dinding. Pada saat stimulasi,
jari-jari tangan pasien diminta untuk berjalan ke atas di dinding

tersebut. Lama pemberian stimulasi bervariasi dari 30 menit sampai


beberapa jam dan dapat dilakukan sendiri oleh penderita. Angka
keberhasilan untuk menghilangkan nyeri bervariasi dari 25% sampai
8095%.2,5
3. LATIHAN
Merupakan bagian yang terpenting dari terapi Capsulitis adhesive.
Pada awalnya latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa
nyeri begitu berat. Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan
aktif dibantu. Rasa nyeri yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik
secara pasif maupun aktif menentukan saat dimulainya latihan gerak.
Bila selama latihan pasif timbul rasa nyeri sebelum akhir pergerakan
sendi diduga masih fase akut sehingga latihan gerakan aktif tidak
diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat pada akhir gerakan yang
terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif
boleh dilakukan. Pada latihan gerak yang menimbulkan/ menambah
rasa nyeri, maka latihan harus ditunda karena rasa nyeri yang
ditimbulkan akan menurunkan lingkup gerak sendi. Tetapi bila gerakan
pada latihan tidak menambah rasa nyeri maka kemungkinan besar terapi
latihan gerak akan berhasil dengan baik. Latihan gerak dengan
menggunakan alat seperti shoulder wheel , overhead pulleys, finger
ladder, dan tongkat merupakan terapi standar untuk penderita frozen
shoulder. 2,5

Gambar 2 : shoulder wheel

Gambar 3 : overhead pulleys

Gambar 4: finger ladder

Latihan Codman (Pendulum)


Gravitasi menyebabkan traksi pada sendi dan tendon dari otot
lengan. Codman memperkenalkan latihan untuk sendi bahu dengan
menggunakan gravitasi. Bila penderita melakukan gerak abduksi pada
saat berdiri tegak akan timbul raa nyeri hebat. Tetapi bila dilakukan
dengan pengaruh dari gravitasi dan otot supraspinatus relaksasi maka
gerakan tersebut terjadi tanpa disertai rasa nyeri. Pada pergerakan
pendulum penderita membungkuk kedepan, daerah lengan yang sakit
tergantung bebas tanpa atau dengan beban.
Tubuh dapat ditopang dengan meletakkan lengan satunya diatas
meja atau bangku, lengan digerakkan ke depan dan ke belakang pada
bidang sagital (fleksi-ekstensi). Makin lama makin jauh gerakannya,
kemudian gerakan kesamping, dilanjutkan gerakan lingkar (sirkuler)
searah maupun berlawanan arah dengan jarum jam. Pemberian beban
pada latihan pendulum akan menyebabkan otot memanjang dan dapat
menimbulkan relaksasi pada otot bahu. 2,5

10

Gambar 5: Latihan Pendulum

Latihan dengan menggunakan tongkat


Latihan dengan tongkat dapat berupa gerakan fleksi, abduksi, adduksi,
dan rotasi. Gerakan dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk
ataupun berbaring. 2,5

11

Gambar 6 : Latihan dengan menggunakan tongkat

Latihan finger ladder


Finger ladder adalah alat bantu yang dapat memberikan bantuan secara
obyektif sehingga penderita mempunyai motivasi yang kuat untuk
melakukan latihan lingkup gerak sendi dengan penuh. Perlu
diperhatikan agar penderita berlatih dengan posisi yang benar, jangan
sampai penderita memiringkan tubuhnya, berjinjit maupun melakukan
elevasi kepala. Gerakan yang dapat dilakukan adalah fleksi dan
abduksi. Penderita berdiri menghadap dinding dengan ujung jari-jari
tangan sisi yang terkena menyentuh dinding. Lengan bergerak keatas
dengan menggerakkan jari-jari tersebut (untuk fleksi bahu). Untuk
gerakan abduksi dikerjakan dengan samping badan menghadap
dinding.2,5

Latihan dengan over head pulleys (katrol)


Bila diajarkan dengan benar, sistem katrol sangat efektif untuk
membantu mencapai lingkup gerak sendi bahu dengan penuh.
Peralatan: dua buah katrol digantungkan pada tiang dengan seutas tali
dihubungkan dengan kedua katrol tersebut. Kedua ujung tali diberi alat

12

agar tangan dapat menggenggam dengan baik. Posisi penderita bisa


duduk, berdiri atau berbaring terlentang dengan bahu terletak dibawah
katrol tersebut. Dengan menarik tali pada salah satu tali yang lain akan
terangkat. Sendi siku diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan
penderita tidak boleh mengangkat bahu maupun mengangkat tubuh.
Gerakan dilakukan perlahan-lahan. 2,5
Latihan dengan shoulder wheel
Dengan instruksi yang benar shoulder whell dapat digunakan untuk
memberi motivasi pada penderita untuk melakukan latihan lingkup
gerak sendi bahu secara aktif. Cara penggunaan alat yaitu penderita
berdiri sedemikian rupa sehingga aksis dari sendi bahu sama dengan
aksis roda pemutar sehingga gerak lengan sesuai dengan gerak putaran
roda. Penderita tidak diharuskan menggerakkan roda secara penuh,
tetapi gerakan hanya dilakukan sebesar kemampuan gerakan sendi
bahunya. Harus pula diperhatikan pada waktu melakukan gerakan
endorotasi maupun eksorotasi bahu dalam posisi abduksi 90o dan siku
fleksi 90o. Dengan meletakkan siku pada aksis roda maka gerakan dapat
dilakukan sampai pada keterbatasan lingkup gerak sendi. 2,5
H. Diagnosa Banding
Kekakuan pasca trauma setelah setiap cedera bahu yang berat,
kekakuan dapat bertahan beberapa bulan. Pada mulanya kekurangan ini
maksimal dan secara berangsur-angsur berkurang, berbeda dengan pola
bahu beku.
Kondisi pembanding dari kondisi Capsulitis adhesive antara lain
adalah bursitis subacromial, tendinitis bicipitalis, dan lesi rotator cuff.
I. Komplikasi
Pada kondisi capsulitis adhesive yang berat dan tidak mendapat
penanganan yang tepat dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan
problematic yang lebih berat antara lain kekakuan sendi bahu,
kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot otot bahu, potensial
terjadinya deformitas pada sendi bahu, dan adanya gangguan AKS
(Aktivitas Kehidupan Sehari-hari).

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Frozen Shoulder. RS Mitra Keluarga. Surabaya. 2012.


2. Sianturi, Goldfried. Studi Komparatif injeksi dan oral triamcinolone
acetonide pada sindroma frozen sholuder. Semarang. 2003
3. Cluett, Jonathan. Frozen Shoulder Symptoms. 22 Agustus 2011. Available
from:http://orthopedics.about.com/cs/frozenshoulder/a/frozenshoulder_2.html.
14

4. Carolyn T Wadsworth. Physical therapy Frozen shoulder. 29 Mei 2013.


Available from :
http://www.physicaltherapyjournal.com/content/66/12/1878.full.pdf
5. Golfried Sianturi. Studi komparatif injeksi dan oral triamcinolone acetonide
pada sindroma frozen shoulder . Semarang. 2008.
6. Harso S. BST FROZEN SHOULDER. Universitas

Muhammadiyah

Yogyakarta.2010
7. Pakasi RE. Aspek Rehabilitasi Nyeri Bahu. Physical Medicine and
Rehabilitation Departement Fatmawati General Hospital. Jakarta
8. PH Laubscher, Frozen Shoulder. SA orthopedic journal. South Afrika. 2009.
Available : http://shoulder.co.za/content/SAOJ%20Frozen%20Shoulder.pdf

15

Vous aimerez peut-être aussi