Vous êtes sur la page 1sur 7

LAPORAN KASUS

I. Identitas pasien (914098)


Nama: Ny. Suriah
Umur: 22 tahun
Agama : islam
Suku /Bangsa : Sasak/ WNI
Alamat : Narmada, Lobar
Pendidikan : Universitas
Pekerjaan : Guru
Tgl MRS : 31 -10-2008 jam 14.30 WITA
II. Anamnesis ( 31-10-08)
Keluhan utama: os mengeluh keluar darah pervaginam sejak seminggu yang
lalu berwarna coklat, intermitent, berupa bercak
Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang rujukan PKM Narmada dengan
keluhan amenore 20 minggu, gerakan anak belum dirasakan, keluar darah
sedikit-sedikit, cair (+), bergumpal (-), 2 hari yang lalu sudah melakukan
pemeriksaan USG pada dokter spesialis kandungan dengan diagnosis mola
hidatidosa pada tanggal 29 oktober dengan procuretase. Hasil pemeriksaan di
PKM : T : 110/70 mmHg, temperatur : 36 C, nadi : 80x/menit.
Perdarahan aktif (-), keluar darah bergumpal seperti gelembung buah anggur
(-), mual muntah (-), gejala-gejala hamil yang nyata (-), anoreksia (-), PPT
test (+) , ada riwayat menstruasi tidak terjadi selama 1 tahun pada tahun 2003.
Riwayat Haid : menarche : 15 tahun, siklus haid : 28 hari, lama : 7 hari,
dismenore : (-), HPHT : 30 Mei 2008, ANC : 6x, terakhir 22-10-08
Menikah : 1x, selama 8 bulan.
Riwayat persalinan : III. Pemeriksaan fisik (31-10-09)
Status Generalis
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: E4V5M6

Tekanan Darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 82x/mnt

Frekuensi respirasi : 20x/mnt


Temperatur

: 36,5 C

Mata

: anemis (-/-), ikterik (-/-)

Leher

: kelenjar tiroid tidak teraba

Thorak

: Cor

S1,S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen

: uterus teraba 3 jari diatas simfisis. Lunak, balotemen


(-), tidak teraba bagian janin dan gerakan janin (-)

Status Ginekologi
Inspeksi : perdarahan aktif (-)
Inspekulo : porsio ukuran normal, permukaan licin, massa (-),P (-), Flour
(+), Fluxus(+), erosi (+), livid (+), dinding vagina normal,
massa (-)
VT

: dinding vagina normal, massa (-), porsio licin kenyal, P (+),


nyeri goyang (-), uterus antefleksi, lunak , besar kehamilan 12
minggu, parametrium kanan-kiri normal tidak teraba massa
dan nyeri (-), Serviks normal, nyeri goyang (-), APCD normal

IV. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium ( 31-10-08)
HGB : 13,5 g/dl
WBC : 13.700/uL
PLT:403000/uL
Ht: 40,1
BT: 200
CT: 500
HbSAg: negatif
V. Diagnosis Kerja
Mola hidatidosa
VI. Penatalaksanaan
Planning : DL

Terapi : prokuretase
Siapkan darah 2 kolf
Follow up
01-11-08 pukul 06.00
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: E4V5M6

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 86x/mnt

Frekuensi respirasi : 23x/mnt


Temperatur

: 36,5 C

Perdarahan aktif (-)


10-11-08 pukul 10.30 dilakukan kuretase didapatkan sisa jaringan konsepsi
15 cc, diambil jaringan 2 cc untuk pemeriksaan histologi.
USG sebelum kuret: uterus antefleksi lebih besar dari normal, tampak
gambaran dengan ekogenik heterogen intrauterin
Ass: pasca kuret mola hari I
Terapi: Amoksilin 3x 500 mg
Asam mefenamat 3x 500 mg
SF 2x1
Observasi 2 jam postkuretase
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: E4V5M6

Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 80x/mnt

Frekuensi respirasi : 20x/mnt


Temperatur

: 36,5 C

Perdarahan aktif (-)


17-11-08 USG : uterus normal , tidak tampak sisa konsepsi.
Hasil kadar hCG 731,9 mIU/ml
19-11-08 hasil PA: didapatkan decidua necrotic, lebih cenderung suatu sisa

kehamilan biasa.
21-11-08 dimulai kemoterapi dengan Metrotreksat 5 hari berturut turut

PEMBAHASAN

Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus


korialis langka vaskularisasi, dan edematous. Janin biasanya meninggal, akan tetapi
vilus-vilus membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus; gambaran yang
diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. Pada kasus ini diduga adanya kehamilan
mola karena dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami amenore selama 20
minggu sejak haid terakhir tanggal 30 mei 2008 dengan tes PPT (+) dan juga
mengeluh perdarahan pervaginam berupa bercak darah berwarna coklat sejak
seminggu yang lalu (24 Oktober 2008). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Goldstein dan Berkowitz (1994) bahwa perdarahan pervaginam adalah gejala yang
paling umum terjadi pada pasien dengan kehamilan mola komplit dan terjadi pada
97%(5) biasanya tidak banyak dan sering cenderung coklat daripada merah(6). Selain itu
tidak ditemukan tanda pasti kehamilan, dimana tidak ditemukan adanya balotemen
dan denyut jantung janin tidak ada menggunakan dopler. Penentuan pasti mola
hidatidosa yaitu adanya gelembung mola seperti buah anggur berwarna putih pada
saat terjadinya pengeluaran mola. Dari hasil anamnesis ini, penentuan diagnostik yang
paling bernilai yaitu pada pemeriksaan USG yang dilakukan pada tanggal 29 oktober
2008 oleh dokter spesialis kandungan yang mendapatkan adanya mola hidatidosa
pada hasil pemeriksaan. Gambaran hasil USG tidak dilampirkan, namun pada tanggal
10-11-08 sebelum dilakukannya evakuasi, didapatkan hasil USG berupa uterus
antefleksi lebih besar dari normal, tampak gambaran dengan ekogenik heterogen
intrauterin. Gambaran USG ini memberikan gambaran khas dari daerah ekogenik
yang multipel berhubungan dengan degenerasi hidropik dari vili, perdarahan fokal
intrauterin dan tidak adanya gambaran bagian fetus(9).

Pada kasus ini, dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, gambaran dramatis
seperti karakteristik kehamilan mola komplit tidak ditemukan. Ukuran uterus tidak
mengalami pembesaran yang berlebihan, bahkan ukuran uterus lebih kecil dari usia
kehamilan yang sering didapatkan pada pasien mola parsial.. Selain itu juga, tidak
didapatkan adanya preeklampsia, hipertiroid, hiperemesis dan kista teka lutein. Hal
ini sesuai dengan yang ditemukan oleh New England Trophoblastic Disease Center
(NETDC)(7) pada survey dari 81 pasien dengan mola parsial, tanda utama dengan
perdarahan pervaginam terjadi pada 59 pasien (72,8%) da pembesaran uterus dan
preeklampsia dialami berturur-turut hanya pada 3 pasien (3,7%) dan 2 pasien (2,5%).
Tidak ada pasien yang memiliki kista teka lutein, hiperemesis, atau hipertiroid.
Menurut beberapa penelitian seperti Acosta Sison, Suharyono, dan Martaadisoebrata
preeklampsia ditemukan pada penderita mola yang ukuran uterusnya lebih dari 24
minggu, sedangkan pada kasus ini ukuran uterus kurang dari 24 minggu tetapi 12
minggu. Di masa USG sudah menjadi sarana pemeriksaan rutin pada trimester I
kehamilan kejadian penyulit ini akan berkurang karena mola hidatidosa akan
terdiagnosis pada stadium yang lebih dini. Hipertiroidisme pada mola hidatidosa
terjadi akibat tingginya kadar hCG pada mola hidatidosa, sedangkan pada kasus ini
pemeriksaan kadar hCG untuk diagnosis tidak dikerjakan karena keterbatasan
penunjang.
Adanya tirotoksikosis pada penderita mola ini tidak ditemukan, dimana nadi
istirahat tidak lebih dari 100x/menit dan besar uterus kurang dari 20 minggu usia
kehamilan.
Pada umumnya pasien dengan mola parsial memiliki tanda dan gejala abortus
inkomplit atau missed abortion dan mola parsial dapat didiagnosis setelah
pemeriksaan histologi jaringan yang diperoleh dari kuretase (7). Pada kasus ini tanda
dan gejala tampak tidak tampak seperti missed abortion, dimana meskipun terdapat
perdarahan pervaginam sebelum umur kehamilan 20 minggu tetapi tidak ditemukan
adanya gambaran fetus pada USG, begitupula abortus inkomplit dimana perdarahan
hanya berupa bercak-bercak tanpa disertai sebagian dari hasil konsepsi.. Namun, yang
mendukung adanya mola parsial yaitu dari hasil pemeriksaan histologi jaringan yang
diperoleh dari kuretase pada tanggal 19-11-08 didapatkan suatu jaringan kehamilan
biasa. Dimana sesuai dengan teori bahwa dari gambaran histologi terdapat vili korialis
normal dan vili korialis yang hidropik(9).

Pada kasus ini juga ditemukan faktor resiko yang telah dilaporkan
berhubungan mola parsial, yaitu adanya riwayat menstruasi yang ireguler, juga tidak
ada hubungan antara usia maternal yang lebih berhubungan dengan faktor resiko pada
mola komplit(5), dimana pada kasus ini usia penderita 22 tahun sedangkan faktor
resiko untuk mola sempurna meningkat 2 kali lipat untuk wanita usia lebih dari 35
tahun dan 7.5 kali lipat pada wanita lebih dari 40 tahun.
Pengelolaan pada kasus ini yaitu dilakukan evakuasi dengan kuretase pada
tanggal 10-11-08, evakuasi dengan kuretase pada kasus ini dilakukan satu kali saja
karena merupakan kasus mola resiko rendah, dimana ukuran uterus kurang dari 20
minggu usia kehamilan yaitu ukuran 12 minggu usia kehamilan, umur penderita < 35
tahun (22 tahun), hasil PA tidak menunjukkan gambaran proliferasi trofoblas yang
berlebihan. Selain itu pada hasil pemeriksaan USG postkuret mola pertama pada
tanggal 17-11-08 didapatkan uterus bersih, tidak ada sisa mola dari hasil kuret
sebelumnya. Indikasi kuret kedua pada mola dilakukan jika dirasakan belum bersih
dan hal ini sering terjadi pada mola dengan ukuran > dari 20 minggu.
Sebelum evakuasi dilakukan pemeriksaan darah lengkap.
Histerektomi tidak dilakukan pada kasus ini karena penderita bukan merupakan
kasus mola resiko tinggi dan belum mempunyai anak. Dikatakan bukan resiko tinggi
karena tidak memenuhi kriteria mola resiko tinggi ( RSHS) (1), dimana ukuran uterus
kurang dari 20 minggu usia kehamilan, umur penderita < 35 tahun (22 tahun), hasil
PA tidak menunjukkan gambaran proliferasi trofoblas yang berlebihan, gambaran
hCG praevakuasi > 100.000 mIU/ml. Namun pada kasus ini kriteria untuk hCG
tidak didapatkan karena keterbatasan alat penunjang.
Selanjutnya setelah evakuasi dilakukan tindakan lanjutan berupa pemeriksaan
hCG dilakukan setiap 2 minggu karena merupakan kasus mola hidatidosa resiko
rendah. Karena pada minggu ke 3 tanggal 17-11-08 hasil hCG 731,9 mIU/ml maka
pemberian kemoterapi profilaksis pada kasus ini dilakukan mulai tanggal 21-11-08
dengan Metotrexat 5 hari berturut-turut, dan hanya diberikan 1 rangkaian. Pada
umumnya hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya keganasan pascamola pada
mereka yang mempunyai faktor resiko, seperti umur diatas 35 tahun dan hasil
gambaran PA yang mencurigakan. Sedangkan pada kasus ini kemoterapi yang
diberikan karena kadar hCG tidak mengikuti pola kurva regresi yang normal dimana
pada kasus ini seharusnya kadar hCG pada minggu ke 3 sekitar 75 mIU/ml(6).

Vous aimerez peut-être aussi