Vous êtes sur la page 1sur 20

Tinjauan Pustaka

Perempuan berusia 25 tahun dengan Gangguan Afektif Bipolar


Episode Manik
Gita Pupitasari
102011327
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
e-mail: gita_puspitasari64@yahoo.com

Pendahuluan
Perasaan seseorang dapat berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi tertentu yang
dialaminya. Perasaan atau mood seseorang mungkin normal, meninggi atau bahkan
terdepresi. Orang normal dapat mengalami berbagai macam suasana perasaan dan memiliki
ekspresi afektif yang sama luasnya, mereka mampu mengendalikan suasana perasaan dan
afeknya. Lain halnya dengan seseorang yang mengalami gangguan pada perasaannya.
Gangguan mood atau suasana perasaan adalah suatu kelompok kondisi klinis yang
ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Pasien dengan mood meninggi (elevated) yaitu mania, menunjukkan sikap meluap-luap,
gagasan yang melonacat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian
harga diri, dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood depresi, merasakan hilangnya energi
dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran
tentang kematian atau bunuh diri.1 Sekelompok penyakit yang bervariasi antara berat dan
gejala utamanya adalah perubahan mood yang secara periodic berganti-ganti antara mania
dan depresi, biasanya diikuti oleh gejala-gejala lain yang khas. Gangguan ini dikenal sebagai
gangguan afektif bipolar.
Kasus skenario 9
Seorang perempuan berusia 25 tahun dibawa ke puskesmas oleh ibunya karena malam
tidak tidur, banyak kegiatan, gembira terus, banyak bicara, uang tabungannya selama 2 tahun
dihabiskan dalam waktu 2 minggu dengan membeli macam-macam barang mewah yang tidak

perlu, mengaku mempunyai 5 perusahaan dan mempunyai banyak pacar. Mengatakan tidak
butuh tidur, semangat terus, merasa sangat sehat dan kuat.

Anamnesis
Untuk mendiagnosis gangguan afektif bipolar episode manic dengan anamnesis yang
terdiri dari alloanamnesis dengan keluarga, saudara, atau teman pasien yang paham kondisi
pasien, selain itu autoanamnesis atau anamnesis terhadap pasien sendiri.
Keluhan utama : pasien dikeluhankan oleh ibunya malam tidak tidur.
Riwayat penyakit sekarang
Perlu kita tanyakan pada ibunya bagaimana kondisi pasien sehari-hari1
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat stress, riwayat melahirkan, riwayat epilepsi, riwayat trauma pasca operasi,
riwayat penggunaan obat antidepresan, alkohol, antikonvulsan, bronkodilator, cimetidin,
dekongestan, disulfiram, halusinogen, steroid, isoniazid, prokainamid. Selain itu, seorang
penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar
mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak
kegelisahan atau depresi.1,2
Riwayat Penyakit Keluarga
Memiliki keluarga dengan riwayat yang sama. Gen bawaan adalah faktor umum
penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan
pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30%
dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. Anak-anaknya
beresiko mengidap bipolar disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar disorder
memiliki resiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan
kembar identik. 1,2
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang
melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward)
dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan
kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus
sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang
dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau tibatiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang
yang dicintai, dipecat. 1,2
2

Pemeriksaan status mental


1. Deskripsi umum
Pasien yang sedang dalam episode manic penampilan umumnya rapi,
menggunakan pakaian yang berwarna cerah, terkadang tidak tampak sakit jiwa.
tatapan mata bias berbinar atau hidup, dan sering mengarah pada orang yang
mengajak bicara, misalnya pemeriksa. Pasien episode manik biasanya kooperatif atau
mau bekerja sama dengan pemeriksa, tetapi sedikit agresif. Dari tingkah laku biasanya
hiperaktif (aktivitas motorik meningkat), bersemangat, dan terkadang seperti
menantang.3
2. Mood, afek dan perasaan
Pasien yang sedang dalam episode manic biasanya euphoria dan lekas marah.
Secara emosional mereka sangatlah labil, mereka bisa sangat gampang berubah dari
tertawa menjadi marah dan bisa menjadi depresi dalam waktu yang singkat. 3
3. Bicara
Pasien dalam episode manic sangatlah susah untuk dipotong saat mereka
sedang berbicara dan sering kali menjadi pengganggu badi orang-orang disekitarnya.
Apabila mereka sedang dalam keadaan aktifitas yang meningkat, maka mereka akan
berbicara penuh kelucuan, dan banyaknya hal- hal yang tidak relefan. Dan apabila
aktifitas lebih meningkat lagi maka kemampuan konsentrasi mereka mulai hilang
sehingga akan muncul gagasan yang meloncat-loncat. 3
4. Gangguan persepsi
Jika nonpsikosis tidak ada halusinasi, tetapi jika psikosis ada halusinasi.
Waham ditemukan 75% dari semua pasien manic. 3
5. Pikiran
Isi pikirannya hanyalah kepercayaan dan kebesaran diri, pasien dengan
episode manic sering sekali perhatiannya mudah dialihkan. Sedangkan fungsi
kognitifnya tidak dapat dikendalikan, oleh sebab ide mereka begitu cepat dan tidak
terkendali. 3
6. Sensorium dan kognisi
Pada pasien dengan episode manic mereka masih bisa orientasi dengan baik
dan daya ingat mereka juga cukup baik, meskipun pada beberapa pasien yang sangat
euforik, mereka sering kali menjawab secara tidak tepat.3
7. Pengendalian impuls
Pasien dengan episode manic rata-rata senang menyerang dan senang
mengancam. 3
8. Pertimbangan dan Tilikan
3

Tanda dari pasien manic adalah gangguan pertimbangan, dan mereka senang
melanggar peraturan. 3
9. Reliabilitas
Pasien manic sudah sangat dikenal tidak dapat dipercaya informasinya. 3

Working Diagnosis Gangguan Afektif Bipolat Episode kini Manik


Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik
ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II
ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang
berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita.4
Gangguan bipolar juga dikenal dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada
fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan
proses berfikir. Disebut bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi
periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi.4
Gangguan bipolar I merupakan salah satu bentuk penyakit mental berat yang
dikarakteristikan adanya episode manik berulang dan depresi. Kondisi ini sangat sering
berulang dan bila tidak diobati akan memiliki resiko kematian karena bunuh diri kira-kira
15%.3 Prevalensi gangguan bipolar I selama kehidupan mencapai 2,4%. 2 Gangguan bipolar I
paling sering dimulai dengan depresi dan merupakan gangguan yang rekuren. Sebagian besar
pasien mengalami episode depresif maupun manik, walaupun 10-20% hanya mengalami
episode manik.2
Bipolar disorder merupakan bagian dari gangguan mood, biasanya dikenal dengan
istilah manic depression. BD merupakan sebuah bentuk psikopatologi yang berat, di mana
ada serangkaian periode depresi yang disertai dengan episode mania, meliputi perubahan
mood yang sangat signifikan, perilaku over-aktif, mudah tersinggung dan sangat sensitif,
serta peningkatan perilaku beresiko. Gangguan bipolar terbagi menjadi 3 golongan: 3
1. Tipe I
Tipe I mencakup kehadiran episode mania, dengan atau tanpa periode
depresi. Tipe I sebelumnya dikenal sebagai Manic Depressive Disorder, mencakup
satu episode mania atau satu episode campuran. 3

2. Tipe II
Tipe II mencakup depresi yang disertai dengan periode hypomania, gejala
ringan dari bentuk euphoria atau over aktif. Tipe II termasuk bentuk ringan dari
bipolar I disorder. Untuk dapat mendiagnosis, seseorang harus telah mengakami
setidaknya satu episode depresi mayo dan setidaknyasatu episode hypomania. 3
3. Tipe III
Tipe III dikenal dengan istilah cyclothymania, yang dikarateristikan dengan
kemunculan perubahan kecil namun cepat pada mood. Cyclothymania adalah
gangguan kronis kedua dan telah muncul setidaknya dua tahun untuk dapat
dikategorikan sebagai gangguan ini. Seseorang dengan gangguan cyclothymania
memiliki gejala sering mengalami depresi ringan dan dialami secara bergantian
dengan gejala mania yang sifatnya ringan. 3
Berdasarkan Diagnostic

and

Statistical

Manual (DSM)

IV, gangguan

bipolar

dibedakan menjadi 2, yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik
ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II
ditandai dengan hipomanik dan depresi.. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang
terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi simtom gangguan bipolar adalah The Structured Clinical Interview for
DSM-IV (SCID). The Present State Examination (PSE) dapat pula digunakan untuk
mengidentifikasi simtom sesuai dengan ICD-10.1,2

1.

Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Tunggal1,2


o Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat episode
depresi mayor sebelumnya.
o Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,
gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
o Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik
umum

o Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna


atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
2.

lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Saat Ini1,2
o Saat ini dalam episode manik
o Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,
depresi, atau campuran
o Episode mood pada kriteria diatas bukan skizoafektif dan tidak bertumpang
tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan
gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan
o Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
o Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting

3.

lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Campuran Saat Ini1,2
o Saat ini dalam episode campuran
o Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi, atau
campuran
o Episode mood pada kriteria diatas tidak dapat dikategorikan skizoafektif dan
tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan
waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
o Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
o Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting

4.

lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Hipomanik Saat Ini1,2
o Saat ini dalam episode hipomanik
o Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
o Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau hendaya dalam sosial, pekerjaan,atau aspek fungsi penting lainnya.
o Episode mood pada kriteria diatas tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat

5.

diklasifikasikan.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Depresi Saat Ini1,2
o Saat ini dalam episode depresi mayor
6

o Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau


campuran
o Episode mood pada kriteria diatas

tidak dapat dikategorikan sebagai

skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform,


gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan
o Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik
umum
o Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
6.

lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan Saat Ini1,2
o Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,
campuran, atau episode depresi.
o Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
o Episode mood pada kriteria diatas tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan di tempat lain.
o Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode
kini yang dialami penderita.3

Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III


(F31)3
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
Dari tabel 1, dapat terlihat bahwa episode manik dibagi menjadi 3 menurut
derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik
dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan
yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk
cinta.Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual
yang meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih
ringan daripada manik karena gejala-gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi
social.3

1.

2.

3.

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik4


o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0)
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik 4
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1) dan,
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik 4
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2) dan,
8

4.

o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau


campuran di masa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang4
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan
(F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau

5.

campuran di masa lampau.


F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala
Psikotik4
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2), dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.

6.

F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik4
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3), dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
o Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau

7.

tidak serasi dengan afeknya.


F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran4
o Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik dan
depresif

yang

tercampur

atau

bergantian

dengan

cepat

(gejala

mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari


episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu) dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
8.

campuran di masa lampau.


F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi4
o Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
terakhir

ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode

afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah


sekurangkurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran).

Differential Diagnosis
9

1. Skizoafektif
Seperti yang diartikan oleh istilahnya, gangguan skizoafektif memiliki ciri
baik skizofrenia dan gangguan afektif (sekarang disebut gangguan mood). Kriteria
diagnostic untuk gangguan skizoafektif telah berubah seiring dengan berjalannya
waktu, sebagian besar karena perubahan kriteria untuk skizofrenia dan gangguan
mood. Terlepas dari sifat diagnosis yang dapat berubah, diagnosis ini tetap merupakan
diagnosis yang terbaik bagi pasien yang sindroma klinisnya akan terdistorsi jika
hanya dianggap skizofrenia atau hanya suatu gangguan mood saja.1,4
Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada

laki-laki

dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita
adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori
etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan.
Tanda dan gejala kinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala
skizofrenia, episode manic, dan gangguan depresif. Gejala skizofrenik dan gangguan
mood dapat ditemukan bersama-sama atau dalam cara yang bergantian. Perjalanan
penyakit dapat bervariasi dari satu eksaserbasi dan remisi sampai satu perjalanan
jangka panjang yang memburuk. 1,4
Banyak peneliti dan klinisi berspekulais tentang cirri psikotik yang tidak
sesuai dengan mood, isi psikotik yaitu halusinasi atau waham adalah tidak konsisten
dengan mood yang lebih kuat. Pada umumnya adanya cirri psikotik yang tidak sesuai
dengan mood pada suatu gangguan mood kemungkinan merupakan indicator dari
prognosis yang buruk. Hubungan tersebut kemungkinan berlaku untuk gangguan
skizoafektif, walaupun data-datanya terbatas. 1,4
2. Skizofrenia
Skizofrenia adalah penyakit yang diakibatkan gangguan susunan sel-sel syaraf
pada otak manusia yang timbul akibat ketidak seimbangan pada dopamin. Skizofrenia
adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif
atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering
kali diikuti dengan delusi dan halusinasi. 1,4
Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu : 1,4
1. Skizofrenia paranoid : curiga, bermusuhan, garang
2. Skizofrenia katatonik : seperti patung, tidak mau makan, tidak mau minum
3. Skizofrenia hebefrenik : seperti anak kecil, merengek-rengek, minta-minta
4. Skizofrenia simplek : seperti gelandangan, jalan terus, kluyuran
5. Skizofrenia Latent
: autustik, seperti gembel
Gejala Skizofrenia terdiri dari gejala positif seperti delusi atau waham,
halusinasi, kekacauan alam pikir, gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir,
10

agresif, dll. Dan gejala negatif seperti alam perasaannya tumpul dan datar, menarik
diri dari lingkungan, kontak emosional yang miskin, sukar diajak bicara, dan pendiam,
pasif, apatis, sulit dalam berpikir abstrak, pola pikir stereotipe, tidak ada dorongan
kehendak, keinginan, tidak mau berupaya, kehilangan nafsu. 1,4
Gangguan skizofrenia berkembang secara perlahan dn tersembunyi. Ciri-ciri
umum meliputi : sifat menyendiri, hilangnya perhatianterhadap dunia sekitar secara
bertahap, melamun secara berlebihan, emosi yang menumpul dan tingkah laku yang
tak sesuai. Simtom spesifik skizofrenia sangat beragam, namun ciri dasarnya adalah
disoranisasi persepsi, pikiran dan emosi. 1,4

Etiologi dan patofisiologi


Etiologi dari gangguan bipolar memang belum dapat diketahui secara pasti, dan tidak
ada penanda biologis (biological marker) yang objektif yang berhubungan secara pasti
dengan keadaan penyakit ini.

Penyebab gangguan bipolar multifaktor dan menncakup aspek bio-psikososial yaitu :4

Faktor biologi
o Herediter
o Genetik
o Neurotransmitter
o Kelainan otak
Faktor Psikososial
o Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan
o Faktor psikoanalitik dan psikodinamika
o Ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness)
o Teori kognitif
Faktor penyebab dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologis, faktor genetik,

dan faktor psikososial. Dan faktor ini kemungkinan berinteraksi diantara mereka sendiri. Dari
amin biogenik, norepinefrin dan serotonin merupakan neurotransmiter yang paling berperan
dalam patofisiologi gangguan mood. Korelasi antara regulasi turun (down regulation)
reseptor adrenergik-beta dan respon antidepresan klinik kemungkinan merupakan bagian
yang menyatakan adanya peranan langsung sistem noradrenergik dalam depresi. Penurunan
11

serotonin dapat mencetuskan depresi, dan beberapa pasien bunuh diri memiliki konsentrasi
metabolit serotonin didalam cairan serebrospinal yang rendah. Dopamin juga telah
diperkirakan memiliki peranan dalam depresi. Data menyatakan bahwa aktivitas dopamine
mungkin menurun pada depresi dan meningkat pada mania. 4
Akhir-akhir ini, penelitian mengarah pada keterlibatan genetik. Pemikiran tersebut
muncul berawal dari ditemukannya 50% penderita bipolar yang memiliki riwayat penyakit
yang sama dalam keluarga. Keturunan pertama dari seseorang yang menderita gangguan
bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar
sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih
rendah, yakni 10-20%.2
Faktor

psikososial

yang

berperan

adalah

peristiwa

kehidupan

dan stress

lingkungan,faktor kepribadian pramorbid, faktor psikoanalitik dan psikodinamika, ketidak


berdayaan dan teori kognitif. Stres yang menyertai episode pertama menyebabkan perubahan
biologi otak yang bertahan lama. Perubahan tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan
fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi signal intraneuronal. Stresor
lingkunga yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan
pasangan. Secara manusiaapapun pola kepribadiannya dapat menjadi depresi dalam keadaan
yang tepat tetapi tipe kepribadian tertentu (mis histeris, obsesif-kompulsif) mungkin berada
dalam risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada tipe kepribadian antisocial,
paranoid, dan lainnya. 3,4

Epidemiologi
Gangguan bipolar I adalah gangguan yang lebih jarang daripada gangguan
depresif berat, dengan prevalensi seumur hidup adalah 2%. Di dunia, tingkat prevalensi
gangguan bipolar sebagai gangguan yang lama dan menetap sebesar 0,3 1,5 %. Di Amerika
Serikat, tingkat prevalensi ini dapat mencapai 1 1,6 %, dimana dua jenis gangguan bipolar
ini berbeda pada populasi dewasa, yaitu sekitar 0,8 % populasi mengalami bipolar I dan 0,5
% populasi mengalami bipolar II. 2
Pada umumnya onset gangguan bipolar I

lebih awal daripada onset gangguan

depresif berat. Onset terentang dari masa anak-anak (seawalnya usia 5 atau 6 tahun) sampai
50 tahun dengan rata-rata usia 30 tahun. Gangguan bipolar I dapat mengenai anak yang
sangat muda maupun lanjut usia. Namun data menunjukkan bahwa onset gangguan bipolar I
relatif jarang. Pada anak insidensi kira-kira 1% dan onset dapat paling awal pada usia 8
12

tahun Prevalensi untuk laki-laki dan perempuan adalah sama dan tidak ada perbedaan
prevalensi yang bermakna dari satu ras ke ras yang lain ras.2

Manisfestasi klinis
Suatu mood yang meningkat, meluap-luap, atau lekas marah merupakan tanda dari
episode manik. Selain itu, mood mungkin mudah tersinggung, khususnya jika rencana pasien
yang sangat ambisius terancam. Seringkali, seorang pasien menunjukan suatu perubahan
mood yang utama dari euphoria awal pada perjalanan penyakit menjadi lekas marah di
kemudian waktu.5
Berjudi patologis, suatu kecenderungan untuk menanggalkan pakaian di tempattempat ramai, berpakaian dan mengenakan perhiasan dengan warna-warna yang terang dan
dengan kombinasi yang tidak sesuai, dan tidak memeprhatikan perincian-perincian yang kecil
juga merupakan gejala gangguan. Pasien seringkali terokupasi oleh gagasan agama, politik,
financial, seksual, atau penyiksaan yang dapat berkembang menjadi system waham yang
kompleks. Kadang-kadang, pasien manic menjadi teregresi dan bermain dengan urin dan
fesesnya. 5
Mania pada Remaja
Seringkali salah di diagnosis sebagai gangguan kepribadian antisocial atau
skizofrenia. Gejala mania pada remaja mungkin berupa psikosis, penyalahgunaan alcohol
atau zat lain, usaha bunuh diri, masalah akademik, pemikiran filosofis, gejala gangguan
obsesif-kompulsif, keluhan somatic multiple, mudah tersinggung yang nyata yang
menyebabkan perkelahian, dan perilaku antisocial lainnya. 5

Penatalaksanaan
Terapi dari gangguan bipolar terkait secara langsung dengan fase dari episode dan
keparahan dari fase tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang mengalami depresi berat dan
memperlihatkan tingkah laku yang cenderung untuk bunuh diri memerlukan rawat inap,
sedangkan individu dengan depresi ringan yang masih dapat bekerja, dapat diberlakukan
sebagai pasien rawat jalan.6
Farmakoterapi
Walaupun data telah banyak mendukung manfaat lithium namun sebagai pengobatan
lini pertama bagi gangguan bipolar I adalah mempertimbangkan dua anti konvulsan yaitu
carbamazepine dan valproate.4,6 Obat lini kedua sekarang termasuk antikonvulsan lain

13

(clonazepam), suatu penghambat saluran kalsium (verapamil), suatu agonis reseptor


adrenergic-alfa2 (clonidine) dan antipsikotik. Terapi ECT adalah terapi lini kedua lainnya.6
I.

Stabilisator mood
1. Litium
Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang lalu.
Indikasinya adalah pada episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan
bermanfaat sebagai terapi rumatan gangguan bipolar. Sebelum memberikan litium,
fungsi ginjal ureum dan kreatinin dan fungsi tiroid, harus diperiksa terlebih dahulu.
Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan menitrasi dosis
hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4 mEq/L. Perbaikan
terjadi dalam 7-14 hari. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk mengatasi
keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi rumatan. 6,7
Untuk terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEql/L. Dosis kecil dari
0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas litium
dapat terjadi bila dosis lebih 1,5 mEq/L. Efek samping yang dilaporkan adalah mual,
muntah, tremor, somnolen, penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif.
Neurotoksisitas, delirium, dan ensefalopati dapat pula terjadi akibat penggunaan
litium.6,7
2. Valproat
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang digunakan sebagai anti mania.
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam serum berkisar
antara 45 -125 ug/mL. Dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau
250 500 mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi serum 45125 ug/mL. Pasien yang berespon biasanya mengalami perbaikan gejala yang
bermakna satu minggu setelah mencapai konsentrasidarah tersebut. 6,7
Efek samping, misalnya sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan
leukosit serta trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum diatas 100 ug/mL. Untuk
terapi rumatan, konsentrasi valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75100 ug/mL.Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut,
terapi rumatan gangguan bipolar, mania sekunder, gangguan bipolar yang tidak
berespons dengan litium, siklus cepat, gangguan bipolar pada anak dan remaja, serta
gangguan bipolar

pada lanjut usia. Efek samping yang dapat terjadi, misalnya

anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan) enzim


transaminase, sedasi, dan tremor. 6,7
3. Carbamazepine
14

Carbamazepine biasanya dimulai dengan dosis 200 sampai 600 mg dalam


rentang hari. Dosis dapat ditingkatkan tiap lima hari sesuai indikasi. Jika konsentrasi
terapeutik serum telah tercapai, respon klinis yang baik bisanya terlihat dalam satu
sampai dua minggu.Biasanya konsentrasi serum 4sampai 15 ug/mL. Efek samping
berhubungan dengan dosis yang sering terlihat adalah sedasi, mual, pandangan kabur,
dan ataksia. 6,7
4. Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat
kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat. Indikasi lamotrigin
efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut maupun rumatan.
Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat. Dosis yang diberikan berkisar antara
50-200 mg/hari. Efek samping yang timbul sakit kepala, mual, muntah, pusing,
mengantuk, tremor, dan berbagai bentuk kemerahan di kulit. 6,7
II.

Antipsikotika atipik
Baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif sebagai terapi lini pertama
untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut adalah olanzapin, risperidon,
quetiapin, dan aripiprazol. 6,7
1. Risperidon
Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik
pertama yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin. Dosis PO , risperidon
tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu tablet dan cairan. Dosis awal yang dianjurkan
adalah 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan hingga mencapai dosis 4 mg/hari.
Sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari. Risperidon injeksi jangka panjang
dapat pula digunakan untuk terapi rumatan GB. Dosis yang dianjurkan untuk orang
dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak berespons dengan
25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50 mg per dua minggu. 6,7
Indikasi bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan.
Efek samping sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan,
berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon bila
dibandingkan dengan pada plasebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara
bermakna dengan reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan
retensi urin, dapat terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara.
Peningkatan berat badan dan prolaktin dapat pula terjadi pada pemberian risperidon.
6,7

2. Olanzapin

15

Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas terhadap


dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik, histamin
1(H1), dan 1- adrenergik. Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar
episode akut mania dan campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi
rumatan GB. Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari. 6,7
Efek smaping sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang
setelah beberapa lama. Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat
rendah dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya diabetes
tipe-2 relatif tinggi bila dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya. Keadaan ini
dapat diatasi dengan melakukan psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet dan
latihan fisik. 6,7
3. Quetiapin
Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai
antagonis 5- HT1A dan 5-HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor
adrenergik 1 dan2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi
terhadap serotonin 5-HT2A. Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200800 mg/hari. Tersedia dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25
mg, 100 mg, 200 mg, dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu,
juga tersedia quetiapin-XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari. Quetiapin efektif
untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus cepat, baik dalam
keadaan akut maupun rumatan. 6,7
Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek
samping yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya
waktu. Perubahan dalam berat badan dengan quetiapin adalah sedang dan tidak
menyebabkan penghentian pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila
dibandingkan dengan antipsikotika tipik. 6,7
4. Aripiprazol
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin. Aripiprazol tersedia
dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran dosis efektifnya per hari yaitu
antara 10-30 mg. Dosis awal yang direkomendasikan yaitu antara 10 - 15 mg dan
diberikan sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia, dan akatisia, dianjurkan
untuk menurunkan dosis. Beberapa klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg
dapat meningkatkan tolerabilitas. Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan
episode campuran akut. Ia juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga
efektif sebagai terapi tambahan pada GB I, episode depresi. 6,7

16

Efek samping sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual
merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh
kelompok yang mendapat aripiprazol. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak berbeda
secara bermakna dengan plasebo. Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang dapat
sangat mengganggu pasien sehingga sering mengakibatkan penghentian pengobatan.
Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada peningkatan berat badan dan diabetes melitus
pada penggunaan aripiprazol. Selain itu, peningkatan kadar prolaktin juga tidak
dijumpai. Aripiprazol tidak menyebabkan perubahan interval QTc. 6,7
Terapi nonfarmakologi
1. Psikoterapi
Sejalan dengan pengobatan, psikoterapi atau terapi wicara merupakan
bagian yang penting dari terapi keseluruhan untuk gangguan bipolar. Selama terapi,
pasien dapat membahas mengenai perasaan, pikiran dan tingkah laku yang membuat
masalah. Psikoterapi dapat membantu pasien untuk mengerti dan menguasai problemproblem apa yang dapat berdampak kepada kemampuan mereka untuk berfungsi
secara baik dalam kehidupan. Terapi tersebut juga membantu dalam hal kepatuhan
obat dan membantu pasien untuk tahan menghadapi efek dari gangguan bipolar dalam
kehidupan sosial dan kerjanya. Juga membantu untuk mempertahankan gambar diri
yang positif. Tipe psikoterapi yang digunakan untuk menterapi gangguan bipolar,
termasuk diantaranya:6
o
Terapi prilaku, terapi ini mengfokuskan diri pada tingkah laku yang dapat
o

mengurangi stress. 6
Terapi kognitif, tipe pendekatan ini melibatkan pembelajaran untuk
mengidentifikasi dan memodifikasi pola berpikir yang menyertai perubahan

mood. 6
Terapi Interpersonal, terapi ini mencakup hubungan dengan sesama dan
bertujuan untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh penyakit

tersebut. 6
Terapi ritme sosial, terapi ini membantu pasien untuk mengembangkan dan
mempertahankan rutinitas sehari-hari. 6

2. Diet
Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs),
tidak ada diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah
asupan garam, karena peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum

17

menurun dan menurunkan efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat


meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas. 6
3. Aktivitas
Penderita dengan fase depresi harus didukung

untuk

melakukan

olahraga/aktivitas fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas
fisik dan jadwal yang reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini.
Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan peningkatan respirasi dapat
meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas litium. 6
4. Edukasi
Terapi pada penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi awal dan lanjutan.
Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga
melalui keluarga dan sistem disekitarnya. Fakta menunjukkan edukasi tidak hanya
meningkatkan ketahanan dan pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga
kualitas hidupnya. 6
o Penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini mengurangi
perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat.
o Memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit terutama
tanda awal, pemunculan kembali, dan gejala. Pengenalan terhadap adanya
perubahan memudahkan langkah-langkah pencegahan yang baik.
o Membantu penderita mengidentifikasi dan mengatasi stressor di dalam
kehidupannya, dan informasi tentang kemungkinan kekambuhan penyakitnya.

Prognosis
Gangguan bipolar dapat parah dan jangka panjang, atau dapat ringan dengan episode
jarang. Pasien dengan penyakit ini dapat mengalami gejala dengan cara yang sangat berbeda.
Gangguan bipolar I dengan onset yang awal disertai dengan prognosis yang buruk. Pasien
dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan
gangguan depresif berat. 40-50% pasien dengan gangguan bipolar I memiliki episode manik
kedua dalam waktu dua tahun setelah episode pertama. Kira-kira 7% dari semua penderita
tidak mengalami gejala rekurensi, 45% menderita lebih dari satu episode, dan 40% menderita
gangguan kronis.1
Dari segi medis, pasien dengan gangguan bipolar memiliki tingkat kematian yang
lebih tinggi akibat bunuh diri, masalah jantung, dan kematian dari semua penyebab
dibandingkan populasi umum. Pasien yang mendapatkan pengobatan, bagaimanapun,
mengalami peningkatan besar dalam tingkat kelangsungan hidup, termasuk kematian akibat
bunuh diri. 1
18

Komplikasi
1. Bunuh diri
Risiko bunuh diri sangat tinggi pada pasien yang menderita gangguan bipolar
dan yang tidak menerima perhatian medis. Antara 10 - 15% dari pasien dengan
gangguan bipolar I bunuh diri, dengan risiko yang tertinggi selama episode
depresi atau mania campuran (depresi dan mania simultan). Pasien yang
menderita gangguan kecemasan juga beresiko lebih besar untuk bunuh diri. 1
2. Efek Perilaku dan Emosional fase manik
Sebagian kecil pasien gangguan bipolar menunjukkan produktivitas tinggi
atau kreativitas selama fase manik. Pemikiran menyimpang dan gangguan
penilaian yang merupakan ciri khas dari episode manik dapat menyebabkan
perilaku berbahaya, termasuk: 1
a. Menghabiskan uang menyebabkan kehancuran finansial
b. Marah, perilaku paranoid, dan bahkan kekerasan
3. Asosiasi dengan Penyakit Fisik
Orang dengan penyakit mental memiliki insiden yang lebih tinggi dari
kondisi medis, termasuk penyakit jantung, asma dan masalah paru-paru lainnya,
gangguan pencernaan, infeksi kulit, diabetes, hipertensi, sakit kepala migrain,
hipotiroidisme, dan kanker. 1

Kesimpulan
Gangguan afektif bipolar merupakan salah satu bentuk penyakit mental berat yang
dikarakteristikan adanya episode manik berulang dan depresi. Gejala-gejala mania meliputi
kurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa
mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran

berat yang mungkin/tidak

termasuk psikosis. . Ketrampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.


Informasi dari keluarga juga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria
yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Pengobatan lini pertama bagi gangguan afektif
bipolar adalah mempertimbangkan dua anti konvulsan yaitu carbamazepine dan valproate,
walaupun data menunjukkan manfaat dari litum yang banyak. Obat-obat golongan mood
stabilizer diberikan seperti Lithium dan Valproate baik untuk kondisi akut maupun untuk
terapi maintenance yang bertujuan mencegah kekambuhan. Terapi farmakologis biasanya
dikombinasi dengan terapi non farmakologis berupa psikoterapi.
Daftar Pustaka
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Gangguan mood. Dalam: Widjaja K. Sinopsos
Psikiatri. Edisi 7. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010.h. .777-833.
19

2. American Psychiatric Assosiation. Mood disorder. In: Diagnostic and statistical


manual of mental disorders text revision. Edisi 4. Arlington : American Psychiatric
Assosiation; 2004.h. 345-92.
3. Amir N. Gangguan Suasana Perasaan. Dalam: Elvyra SD, Hadisukanto G. Buku Ajar
Psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.h.
197-208.
4. Maslim R. Gangguan afektif bipolar. Dalam: Diagnosis gangguan jiwa rujukan
rinfkasan PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- UNIKA Atmajaya;
2001.h. 58-69.
5. Andreasen NC. Mood Disorders. Dalam: Brave new brain. OXFORD University
Press; 2001.p. 215-45.
6. Hibbert A. Rujukan cepat psikiatri. Jakarta: EGC; 2008.h. 46-8.
7. American Psychiatric Association. Practice guidelines for the treatment of patients
with bipolar disorder. Am J Psychiatry; 2002.p. 1-50.

20

Vous aimerez peut-être aussi