Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum membahas apa yang dimaksud dengan Konstruksi Jembatan, akan
dijelaskan terlebih dahulu definisi jembatan. Jembatan adalah suatu Konstruksi
yang dibangun untuk melewatkan suatu massa atau traffic lewat atas suatu
penghalang. Selanjutnya macam-macam penghalang, atau jenis penghalang, dapat
terdiri dari: Sungai, Jalan Raya, Laut, Waduk, Jalan Kereta api, dan lain
sebagainya. Apabila konstruksi tersebut kita bangun lewat bawah suatu
penghalang, maka jenis konstruksi tersebut umumnya dapat kita sebut sebagai
Terowongan, Under-pass atau Tunnel.
Dalam bahasan berikut ini kita akan membahas secara lebih mendetail mengenai
Konstruksi Jembatan, pertama-tama harus kita bahas terlebih dahulu soal sebutan
atau penamaan Jembatan, misalnya apakah yang dimaksud dengan Konstruksi
Jembatan Rangka Baja. Pemberian nama jembatan biasanya mengikuti kesepakatan
dari penggunaan jenis Konstruksi Utama yang digunakan dan jenis material
jembatannya. Dalam hal ini, jenis Konstruksi Utamanya adalah terdiri dari
konstruksi rangka dengan jenis material baja.
Selanjutnya yang dimaksud dengan Konstruksi Jembatan Gantung Baja, adalah
suatu Konstruksi Jembatan yang mengandalkan Konstruksi Utamanya terdiri dari
Kabel Penggantung yang umumnya terdiri dari jenis material baja. Sedangkan yang
dimaksud dengan Jembatan Cable-Stayed ialah suatu konstruksi jembatan yang
menggunakan kabel yang diregangkan lurus, atau dicancangkan dalam memikul
beban utama konstruksi.
Sistem Bangunan Atas Jembatan yang telah diteliti dan dikembangkan selama
bertahun-tahun, termasuk pengembangan tipe-tipe Konstruksi Bangunan Atas, jenis
material, nilai ekonomis, panjang jembatan yang mungkin dicapai, telah
menghasilkan suatu kesimpulan berupa suatu konsep yang dikenal dengan sebutan
Bentang Ekonomis Jembatan. Selanjutnya, yang dimaksud dengan Bentang
Ekonomis suatu jembatan ialah bentang yang paling ekonomis untuk suatu tipe
konstruksi jembatan dengan jenis material tertentu, sebagaimana diuraikan seperti
berikut ini:
geologinya, kedalaman tanah keras dan tentu saja juga tergantung pula kepada
dalamnya sungai atau dalamnya laut apabila kebetulan konstruksi jembatan yang
kita tinjau tersebut terletak di laut, sedemikian apabila kita ingin membuat sebuah
standar dalam bentuk konsep yang serupa yaitu Tipe-Pondasi yang paling
ekonomis, tentu akan cukup rumit mengingat banyaknya variasi yang harus kita
pertimbangkan pula, Dalam Pemilihan tipe jembatan yang harus dipertimbangkan
juga adalah;
Efektif-Efisien
Ekonomis
Financial-viable
Durability, kesesuaian dengan umur rencana
Azas-Manfaat, keberpihakan kepada Publik
Sistem Integrasi, terhadap sistem-sistem lain di lingkungannya
Dan lainnya (Lingkungan hidup, dlsb).
EFEKTIVITAS
Kalau kita melihat sejauh mana suatu konstruksi itu akan mempunyai tingkat nilai
yang efektif, tentu saja harus diketahui proses pembuatannya dan pemasangan
bahan tersebut sampai menjadi suatu bangunan, apakah pada setiap tahapan proses
tersebut telah diterapkan syarat-syarat efektivitas tersebut dan apakah pada setiap
proses tersebut telah pula diterapkan prinsip-prinsip kontrol kualitas secara ketat,
untuk itu kalau kita bandingkan proses pembuatan dan pelaksanaan Konstruksi
Baja apabila kita bandingkan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan Konstrusi
Beton maka dengan mudah dapat diketahui bahwa jaminan tingkat efektivitas dari
konstruksi baja akan lebih unggul bila dibandingkan dengan konstruksi beton
EKONOMIS
Penilaian tentang ekonomis atau tidaknya suatu proyek haruslah dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip pertimbangan ekonomis suatu proyek antara lain
banyak proyek yang tidak mencapai umur rencana yang ditetapkan. Dalam hal
pengambilan contoh rating ini dapat diambil untuk Beton yaitu sebesar 5
sedangkan untuk baja diambil nilai 3, mengingat biaya pemeliharaan beton lebih
murah dibandingkan dengan beton.
MANFAAT
Pemberian penilaian terhadap manfaat yang akan diperoleh masyarakat akibat
adanya suatu proyek dapat kita bedakan dengan perolehan manfaat langsung dan
manfaat tidak langsung, dalam hal manfaat langsung sesungguhnya telah
ditetapkan lebih dahulu pada awal pembuatan Studi-Kelayakan Proyek tersebut.
Kita ambil misal untuk proyek jembatan, sebelum proyek tersebut dibuat tentu
terlebih dahulu telah dilakukan kajian ekonomis apakah proyek tersebut cukup
ekonomis atau tidak, salah satu tolok ukur tersebut adalah melakukan prediksi,
berapa jumlah traffic yang akan lewat pada jembatan tersebut untuk suatu periode
tertentu sampai tercapai suatu umur rencana atau selama masa pelayanan dari
konstruksi tersebut. Dalam hal ini apabila kita bandingkan manfaat langsung dari
kedua macam konstruksi tersebut, tentu saja akan menghasilkan nilai yang sama.
Lain lagi kalau penilaian tersebut dilanjutkan kepada penilaian terhadap manfaat
tidak langsung misalnya kemungkinan kesempatan kerja, tentu saja akan
menghasilkan nilai yang berbeda. Tapi dalam kesempatan ini sebaiknya
pembahasan ini dibatasi saja terlebih dahulu dengan penilaian terhadap manfaat
langsung.
Melakukan penilaian yang lengkap terhadap kajian manfaat dari suatu proyek
konstruksi sebenarnya tidaklah terlalu mudah dikarenakan harus melibatkan
banyak fihak antara lain publik. Kalau sudah berhadapan dengan publik dalam
jumlah yang cukup mewakili maka haruslah diadopsi suatu sistem penelitian yang
dikembangkan berdasarkan suatu sistem angket atau beberapa cara lain yang
dilaksanakan berdasar prinsip-prinsip statistik melalui proses jajak pendapat yang
lengkap, kita akan memperoleh hasil penelitian yang lengkap.
MASALAH LINGKUNGAN
Dalam hal penilaian terhadap masalah lingkungan ini, maka akan dapat
dikembangkan secara lebih luas dan lengkap bila dalam kesempatan ini dibahas
pula masalah dampak kerusakan lingkungan yang dapat terjadi pada suatu
lingkungan proyek, namun mengingat dalam kesempatan ini hanya akan dilihat
secara garis besarnya saja, maka dapat dengan mudah kita tentukan bahwa tingkat
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh Sistem konstruksi beton akan lebih
mencemari
lingkungan
mengingat
umumnya
jenis
konstruksi
ini
akan
b.
c.
atau peraturan lain yang relevan dan disetujui oleh pemberi tugas, antara lain:
1). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan, SNI (Design
Standard of Earthquake Resistance of Bridges)
2). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya
(SK.SNI T-14-1990-0.3).
3). Pembebanan untuk Jembatan RSNI 4.
4). Peraturan Struktur Beton untuk Jembatan, RSNI.
5). Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan, ASNJ4.
2.
Pembebanan jembatan
Beban-beban harus direncanakan berdasarkan aturan-aturan yang ada dalam
Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS 92, dan harus
merupakan kombinasi dari :
1.
2.
3.
Beban hidup
4.
Beban sementara
5.
Beban-beban sekunder
Analisa Struktur
1.
2.
Analisis mencakup idelisasi struktur dan pondasi pada aksi beban rencana
sebagai suatu model numerik. Dari model tersebut gaya dalam dan
deformasi serta stabilitas keseluruhan struktur dapat dihitung. Pendekatan
analisis dapat menggunakan paket software struktur komersil yang mana
terlebih dahulu dilakukan validasi dengan menggunakan contoh-contoh
yang diketahui (dapat menggunakan contoh dari text book) dan dilakukan
pengecekan secara manual untuk menyakinkan keakuratan hasil analisis.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
2.
Kendala geoteknik
3.
Profil topografi
4.
Profil topografi
2.
Faktor ekonomis
5.
6.
7.
Kendala geometri
2.
3.
Kecepatan pelaksanaan
4.
5.
Pemeliharaan jembatan
6.
Biaya konstruksi
2.
3.
4.
yang
potensial
terjadi
khususnya
penurunan
harus
10
2.
Pondasi caisson
g.
h.
i.
j.
4.
11
b.
2.
12
BAB II
PEMBEBANAN
2.1 Beban Tetap
2.1.1 Berat Sendiri
Berat sendiri adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan
elemen struktural, ditambah dengan elemen non struktural yang dianggap tetap.
Tabel 2.1 Faktor Beban Berat Sendiri
Bahan
Baja, Alumunium
Faktor Beban
1.1
Beton Pracetak
1.2
1.3
Kayu
1.4
Sumber: BMS 1992 Bagian 2 hal 2-14
Beton Ringan
(kN/m3)
12.25 19.6
Beton
22.00 25.0
Beton Prategang
25.00 26.0
Beton Bertulang
23.50 25.5
Aspal beton
22.0
Sumber: BMS 1992 Bagian 2 hal 2-15
2.1.2
beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan mungkin
besarnya berubah selama umur jembatan.
Tabel 2.3 Faktor Beban Mati Tambahan
Keadaan
Umum
Faktor Beban
2.0
Khusus
1.4
Sumber: BMS 1992 Bagian 2 hal 2-16
2.1.3
13
Pengaruh Prategang
Prategang harus diperhitungkan sebelum (selama pelaksanaan) dan sesudah
(kN/m3)
17.2
Faktor Beban
1.25
1.25
- pasif
1.40
Sumber: BMS 1992 Bagian 2 hal 2-18
Beban Lajur D
Beban lajur D terdiri dari beban tersebar merata (UDL/Uniformly
Distributed Load) yang digabung dengan beban garis (KEL/Knife Edge Load).
Tabel 2.6 Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana
14
Lebar Jalur
Kendaraan (m)
4.0 5.0
5.5 8.25
Lintas Rencana
1
2
11.3 15.0
8.25 11.25
4
3
11.3 15.0
15.1 18.75
18.8 22.5
Sumber: BMS 1992 Bagian 2 hal 2-22
Tipe Jembatan
Satu Lajur
Dua Arah Tanpa Median
Banyak Arah
Beban garis (KEL): satu KEL dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak
lurus dari arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 44.0 kN/m.
Beban Garis
( KEL )
Intensitas p kN/m
Arah Lalu Lintas
Intensitas q kPa
2.3.2.2
Beban Truk T
Pembebanan truk T terdiri dari kendaraan truk semi trailer yang
mempunyai susunan dan berat as seperti pada gambar 2.3. Berat masing-masing as
disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak
antara roda dengan permukaan lantai.
15
5m
50 kN
125 mm
25 kN
0,5
4 to 9 m
2,75 m
200 kN
200 kN
500 mm
100 kN
500 mm
200 mm
200 mm
200 mm
200 mm
125 mm
25 kN
500 mm
1,75 m
200 mm
200 mm
100 kN
2,75 m
500 mm
2.3.2.3
untuk simulasi kejut dari kendaraan bergerak pada struktur jembatan. Untuk truk
T nilai DLA adalah 0.3. untuk KEL nilai DLA diberikan dalam tabel 2.7.
Tabel 2.7 Faktor Beban Dinamik
Bentang Ekuivalen LE (m)
DLA
LE 50
0.4
50 < LE < 90
0.525 0.0025 LE
LE 90
0.3
Sumber: BMS 1992 bagian 2 hal 2-20
16
Aksi Lingkungan
Cw
b/d = 1.0
2.1
b/d = 2.0
1.5
b/d 6.0
Bangunan Atas Rangka
1.25
1.2
Lokasi
Sampai 5 km dari pantai
30 m/s
35 m/s
25 m/s
30 m/s
17
(2.3.3.3.a)
dan
K h C.S ................... (2.3.3.3.b)
Dimana: TEQ = gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau (kN)
Kh
= faktor kepentingan
T 2
= percepatan gravitasi
WTP = berat total nominal bangunan atas termasuk beban mati tambahan
ditambah setengah berat dari pilar (bila perlu dipertimbangkan)
Kp
BAB III
ABUTMENT
18
a. Kepala Jembatan
b. Kepala Jembatan
Type Gravitasi
Type T Terbalik
c. Kepala Jembatan
Dengan Penopang
10
15
20
25
8m
12 m
7m
Tipe gravitasi
Gambar 3.2
19
Keterangan gambar :
R1
Rd
Hs
Pa
Wc
Ws
q1,q2
Mp
Mg
> 1,5
20
= faktor keamanan
b. Terhadap geser
Gaya mendatar yang bekerja pada dasar pondasi tidak boleh melebihi daya
dukung mendatar yang diizinkan yang dihitung dengan persamaan berikut :
(Suyono Sosrodarsono & Kazuto Nakazawa, 2000:hal 87)
Sf
Hu
> 1,5
H
Dimana : Hu = CB . A + V . tan
q ult
>
q max
Dimana : qult
(2 s 3)
d
= Faktor keamanan
digunakan cara coba coba (trial & error) untuk mendapatkan rencana kekuatan
ultimate elemen dengan pola bentuk sembarang serta penempatan tulangannya,
dilakukan dengan peraturan yang ada melalui kekutan ultimate sederhana yang
digambarkan dalam gambar 2.31 dan 2.32. Peraturan yang digunakan disesuaikan
dengan SNI 0328472002.
21
22
Prinsip tanah bertulang berawal dari tulangan alamiah oleh akar tanaman dan
pohon, yang berkembang menjadi tulangan buatan dari lempengan baja yang
dipadatkan bersama dengan lapisan tanah timbunan.
Ikatan antara tulangan dan tanah menaikkan kekuatan arah horisontal dan vertikal,
sisi timbunan mampu berdiri tegak, tinggi timbunan naik, daya pikul naik, sehingga
teoritis tanah bertulang mampu berdiri sendiri, dan dalam praktek dinding
berfungsi sebagai pelindung permukaan. Keuntungan tanah bertulang terletak pada
penghematan ruang dan biaya serta pelaksanaan padat karya.
"Pengembangan tiang ulir sampai tiang bor"
23
Pondasi tiang bor sebagai pondasi dalam tanah keras mencapai kekuatan 25 kali
lipat tiang ulir pada ukuran serupa, dan mampu mendukung bentang jembatan 60m
yaitu 6 kali lipat jembatan tiang ulir. Sebagai contoh, kekuatan tiang bor jembatan
Progo Bantar tidak menurun akibat penggerusan dasar sungai, dan cukup diberi
turap sebagai bangunan pengaman terhadap ancaman gerusan arus sungai
BAB IV
DATA PERENCANAAN JEMBATAN PRATEGANG
24
4.1
: Jembatan Sidorejo
Kelas jalan
: kelas 1
Jumlah jalur
: 2 jalur
Panjang jembatan
: 40 meter
Lebar jembatan
: 9 meter
: 7 meter
Tipe gelagar
: balok I
Tebal Perkerasan
: 5 cm
Pipa sandaran
Tiang sandaran
Trotoar
Aspal
Plat lantai
Balok precast
Diafragma
b. Trotoir
Jenis konstruksi
: beton bertulang
25
Pipa sandaran
: 20/15 cm
:2m
Mutu beton, fc
: 30 Mpa
: 100 cm
Tebal trotoir
: 25 cm
Balok kerb
: 20/25 cm
: beton tumbuk
: 20 cm
Mutu beton, fc
: 30 Mpa
d. Gelagar
Jenis konstruksi
Mutu beton, fc
: 50 Mpa
e. Abutment
Tinggi Abutment
: 6 meter
Lebar Abutment
: 11.6 meter
Tipe Abutment
: Type Kantilever
Mutu beton, fc
: 30 Mpa
26
6m
~Untuk Plat
= 0.6 fc
f b
= 0.6 fc
= 0.6 x 50
= 0.6 x 30
= 30 Mpa
= 18 Mpa
=
=x
~Untuk Plat
f' c
50
= 1.768 Mpa
ft
=
=x
f' c'
30
= 1.369 Mpa
~Untuk Plat
27
f b
= 0.45 fc
f b
= 0.45 fc
= 0.45 x 50
= 0.45 x 30
= 22.5 Mpa
= 13.5 Mpa
=
=x
~Untuk Plat
ft
f' c
f' c'
=x
50
= 3.536 Mpa
30
= 2.739 Mpa
50
= 33234.02 Mpa
b. Beton konvensional fc = 30 Mpa
Ec = 4700 f' c'
= 4700 x
30
= 25742.96 Mpa
Dimana:
Ec
Ec
f c
f c
Ec' 25742.96
0.77
Ec 33234.02
Diameter nominal
= 12.5 mm
= 18750 x 0.8
= 15000 kg
= (15000 x 9.81) N
= 147150 N
183937.5
98.7
= 1863.6 Mpa
147150
98.7
= 1490.88 Mpa
= 0.94 fpy
= 0.94 x 1490.88
= 1401.43 Mpa
= 0.80 fpu
= 0.80 x 1863.6
= 1490.88 Mpa
= 0.82 fpy
= 0.82 x 1490.88
= 1222.52 Mpa
= 0.74 fpu
= 0.74 x 1863.6
29
= 1379.06 Mpa
3. Tendon pasca tarik, pada daerah angkur dan sambungan, segera setelah
penyaluran gaya
fp
= 0.70 fpu
= 0.70 x 1863.6
= 1304.52 Mpa
4.2
Pipa
Sandaran
wxL
45
Tiang
Sandaran
45
20
Plat
Trotoir
25
100 kN
Kerb 25
Plat
lantai
20
20
80
20
D (diameter)
= 60.5 mm
t (tebal)
= 3.2 mm
G (berat)
= 4.52 kg/m
W (momen tahanan)
= 7.84 cm3
(tegangan ijin)
= 1600 kg/cm2
Pembebanan:
30
= 5 kg/m
= 150 kg/m
L = 40 m
= 0.642 kNm
= 6420 kgcm
M
W
6420
7.84
31
trotoir. Direncanakan dimensi tiang sandaran dengan lebar 15 cm, dan tinggi 20
cm, dengan asumsi tiang sandaran sebagai balok kantilever.
= 38
X1 = 3.6 cm
X2 = 5 cm
Pembebanan
~ beban mati (pd)
berat sendiri tiang (atas/pd1) = 0.15 x 0.2 x 0.65 x 24 = 0.468 kN
pd1u = 46.8 x 1.3
beban ultimate
= 0.6084 kN
beban ultimate
= 0.3562 kN
beban ultimate
~ beban hidup (pl)
beban ultimate
= 0.0995 kN
= 0.75 kN
plu = 0.75 x 2 = 1.5 kN
Vu = 2 x plu
= 2 x 1.5 kN = 3000 N
32
Perhitungan penulangan
Data perencanaan:
b
= 150 mm
= 200 mm
fc
= 30 Mpa
fy
= 240 Mpa
A. Penulangan lentur
Mu = 205.255 kNcm = 205.255 x 104 Nmm
Mn =
Mu
205.255 x 10 4
= 256.569 x 104 Nmm
0.8
Rn
Mn
256.569 x 10 4
= 0.59888 Mpa
b x d2
150 x 169 2
fy
240
= 9.412
0.85 x f' c
0.85 x 30
0.85f' c
600
x 0.85 x
fy
600 fy
0.85 x 30
600
x 0.85 x
240
600 240
= 0.0645
max = 0.75 x b
= 0.75 x 0.0645 = 0.048375
min =
1.4
1.4
=
= 0.005834
fy
240
1
1
m
1
2 x 9.412 x 0.59888
1 1
9.412
240
2 x m x Rn
fy
33
= 0.002525
< min
As perlu
= 2 x ( x x 2 )
= 2 x ( x x 102 )
= 157.08 mm2 > As perlu = 131.265 mm2 .( O.K )
b min
As tekan = 20 % x As perlu
= 0.2 x 131.265 = 26.253 mm2
Dipakai tulangan 2 10 mm
As ada = 2 x ( x x 2 )
= 2 x ( x x 102 )
= 157.08 mm2 > As tekan = 26.253 mm2 .( O.K )
B. Penulangan geser
Vc
= 1/6 x
f' c
xbxd
= 1/6 x
30
x 150 x 149
= 20402.67 N
Vc = x 0.6 x 20402.67
= 6120.8 N > Vu = 1500 N (tidak diperlukan tulangan geser)
Cukup dipasang sengkang praktis. Digunakan 6 150 mm yang dipasang
disepanjang tiang.
Pipa sandaran
D 60.5 mm
Tul. pokok
4 10
Sengkang praktis
6 - 150
20
2 10
2 10
15
1
6 - 150
Pot. 1-1
34
Tul. pokok
2 10
2 10
1
25
Tul. pokok
2 10
Sengkang praktis
6 - 200
2 10
20
Pot. 1-1
= 4.8 x 1.3
= 6.24
kN/m
= 5.75 x 1.3
= 7.475 kN/m
35
beban ultimate
= 0.5 x 1.2
= 0.6
kN/m +
= 4.8 x 1.3
= 6.24
kN/m
= 1.32
kN/m
=1
kN/m +
= 1.1 x 1.2
= 1 x 1.2
qd2u = 8.56
kN/m
= 1.5 kN
K = 1 + 0.3 = 1.3
Beban truk T
36
Beban truk T sebesar 200 kN, maka tekanan untuk satu roda:
Pu =
T
x K x faktor beban
2
200
x 1.3 x 2 = 260 kN
2
C. Skema pembebanan
Kondisi I
qd1u
ql1u
pd
pu
pu
qd1u
ql1u
qd2u
qd3u
pdu
pdu
Kondisi II
qd1u
ql1u
pu
pu
qd1u
ql1u
qd2
qd3u
pdu
Kondisi III
u
pd
qd1u
ql1u
pu
pu
qd2
qd3u
qd1u
ql1u
pdu
qd1u
ql1u
pdu
Kondisi IV
pd
qd1u
ql1u
pu
pu
qd2
qd3u
pu
pu
37
Kondisi V
pdu
qd1u
ql1u
qd2u
qd3u
pu
pu
pu
pu
qd1u
ql1u
pdu
qd1u
ql1u
pdu
Kondisi VI
u
pd
qd1u
ql1u
qd2u
qd3u
pu
pu
pu
pu
= 30 Mpa
fy
= 350 Mpa
h
38
Mn =
Rn =
Mn
97.47 x 10 6
= 3.2945 Mpa
b x d 2 1000 x 172 2
m =
fy
350
= 13.7255
0.85 x f' c 0.85 x 30
Mu
77.976 x 10 6
= 97.47 x 106 Nmm
0.8
b =
=
0.85f' c
600
x 0.85 x
fy
600 fy
0.85 x 30
600
x 0.85 x
350
600 350
= 0.0391128
max
= 0.75 x b
= 0.75 x 0.0391128 = 0.02933459
min
1.4
1.4
=
= 0.004
fy
350
1
1
m
1
2 x 13.7255 x 3.2945
1 1
13.7255
350
2 x m x Rn
fy
= 0.010115
> min
As perlu = x b x d
= 0.010115 x 1000 x 172
= 1739.78 mm2
As = x x D2
= x x 162
= 201.06 mm2
As x b 201.06 x 1000
= 115.5 mm 100 mm
As perlu
1739.78
S =
As ada =
As x b 201.06 x 1000
= 2010.6 mm2
S
100
Dipakai tulangan 10 mm
As bagi = x x 2
= x x 102
= 78.54 mm2
As x b
S = As
perlu
As ada =
78.54 x 1000
= 206.37 mm 200 mm
380.578
As x b 78.54 x 1000
= 392.7 mm2
S
200
40
10 - 200
10 - 200
D 16 - 100
D 16 - 100
D 16 - 100
D 16 - 100
10 - 200
41
4.3
4.0
Gambar Pot. B - B
4.0
A
4.0
1.0
1.75
1.75
1.75
1.75
1.0
Gambar Pot. A - A
4.3.1
1
1
L s/d
L , dimana L adalah panjang
25
17
42
L = 40 m
b = 80 cm
b = 80 cm
30
5
h = 165 cm
95
h = 165 cm
5
30
20
Pot. A - A
40
20
Pot. B - B
4.3.2
43
30
5
I
IV
ya = 82.5 cm
c.g.c
95
5
30
IV
II
V
yb = 82.5 cm
III
20 40 20
Ax y
(cm2)
30 x 80 = 2400
(cm)
150
(cm3)
360000
(cm4)
(1/12 x 80 x 30 + 2400 x 67.52)
II
III
105 x 40 = 4200
30 x 80 = 2400
82.5
15
346500
36000
= 11115000
1/12 x 40 x 1053 = 3858750
(1/12 x 80 x 303 + 2400 x 67.52)
13333.33
= 11115000
(1/36 x 20 x 53 + 50 x 50.82) x 2
3166.67
= 258541.67
(1/36 x 20 x 53 + 50 x 50.82) x 2
759000
= 258541.67
IP = 26605833.33
IV
V
2( x 20 x 5) = 100
2( x 20 x 5) = 100
133.3
31.7
AP = 9200
Sumber : Hasil Perhitungan
yb
A p x y
A p
ya h yb
2
ip
ka
kb
I p
A p
ip
= 82.5 cm
26605833.33
= 2891.94 cm2
9200
2891.91
= 35.05 cm
82.5
2891.91
82.5
ya
759000
9200
yb
ip
Momen Inersia I
= 35.05 cm
44
B. Setelah komposit
Jarak efektif antar gelagar sebesar 175 cm. Karena mutu beton plat dan
balok berbeda, maka lebar efektif plat komposit dengan balok prategang adalah:
beff x n (n adalah rasio perbandingan antara mutu beton, n = 0.77)
175 x 0.77 = 134.75 cm
beff = 134.75 cm
VI
20
30
5
ya' = 81.54 cm
IV
IV
c.g.c'
95
II
yb' = 103.46 cm
5
30
III
20 40 20
Ax y
(cm2)
30 x 80 = 2400
(cm)
150
(cm3)
360000
(cm4)
(1/12 x 80 x 30 + 2400 x 46.542)
II
105 x 40 = 4200
82.5
346500
= 5378927.19
(1/12 x 40 x 1053 + 4200 x 20.962)
III
30 x 80 = 2400
15
36000
= 5703431.54
(1/12 x 80 x 303 + 2400 x 88.462)
IV
2( x 20 x 5) = 100
133.3
13333.33
= 18959280.28
(1/36 x 20 x 53 + 50 x 29.882) x 2
2( x 20 x 5) = 100
31.7
3166.67
= 89396.42
(1/36 x 20 x 53 + 50 x 71.792) x 2
VI
20 x 134.75 = 2695
175
471625
= 515528.9
(1/12 x 134.75 x 203 + 2695 x 71.542)
1230625
= 13883794.43
Ic = 44530358.76
Ac = 11895
Sumber : Hasil Perhitungan
yb '
A c x y
A c
1230625
11895
Momen Inersia I
3
= 103.46 cm
45
2
ic
I c
A c
44530358.76
= 3743.62 cm2
11895
3743.62
103.46
= 36.19 cm
3743.62
81.54
= 45.91 cm
i
ka ' c
yb '
2
i
kb ' c
ya '
Sebelum komposit
80
ya = 82.5 cm
165
c.g.c
yb = 82.5 cm
Ap = b x h
yb
B.
Ap x y
Ap
ya h yb
= 80 x 165
= 13200 cm2
13200 x 82.5
13200
= 165 82.5
= 82.5 cm
= 82.5 cm
Setelah komposit
beff = 134.75 cm
20
II
ya' = 86.82 cm
c.g.c'
165
I
yb' = 98.18 cm
80
46
Ax y
(cm2)
165 x 80 = 13200
(cm)
82.5
(cm3)
1089000
(cm4)
(1/12 x 80 x 165 + 13200 x 15.682)
II
20 x 134.75 = 2695
175
471625
= 33194287.54
(1/12 x 134.75 x 203 + 2695 x 76.822)
1560625
= 15992466.2
Ic = 49186753.75
Ac = 22415
Sumber : Hasil Perhitungan
yb '
A c x y
A c
1560625
15895
Momen Inersia I
3
= 98.18 cm
= 86.82 cm
Pembebanan
= 10 kN/m3
47
beff = 175 cm
30
5
IV
IV
95
5
30
p = 135 cm
= Bj x A x t
= 25 x 1.3975 x 0.15
= 5.24 kN
4.3.3.2
1. Beban lajur D
Beban lajur D terdiri dari beban tersebar merata (UDL/Uniformly
Distributed Load) yang digabung dengan beban garis (KEL/Knife Edge
Load).
Beban Garis
( KEL )
Intensitas p kN/m
Arah Lalu Lintas
Intensitas q kPa
48
5.5 m
0.75 m
P kN
0.75 m
q kN/m2
50 %
100 %
Intensitas Beban
1.0 m
1.75 m
1.75 m
1.75 m
1.75 m
1.0 m
a. Besarnya beban terbagi rata (UDL) tergantung pada panjang total yang
dibebani (L).
L = 40 m > 30 m, maka:
q
= 8.0 x 0.5
= 8.0 x 0.5
15
kPa
L
15
40
= 7 kPa
Jarak efektif antar gelagar = 175 cm = 1.75 m, maka beban merata yang
bekerja di sepanjang gelagar adalah:
ql1
= 1.75 x q
= 1.75 x 7
= 12.25 kNm
b. Beban terpusat P yang ditempatkan tegak lurus arah lalu lintas pada
jembatan adalah sebesarnya 44.0 kN/m.
Faktor Beban Dinamik untuk KEL lajur D, untuk bentang (LE) = 40
m, nilai DLA = 0.4.
Maka: K = 1 + DLA
K = 1 + 0.4 = 1.4
Jarak efektif antar gelagar = 175 cm = 1.75 m, maka beban terpusat yang
bekerja pada gelagar adalah:
pl1
= 1.75 x P x K
49
= 1.75 x 44 x 1.4
= 107.8 kN
2. Beban Rem
Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai
gaya dalam arah memanjang, dan dianggap bekerja pada permukaan lantai
jembatan. Besarnya gaya rem tersebut tergantung dari panjang struktur (L),
yaitu untuk L = 40 m 80 m, gaya rem = 250 kN.
Gaya rem
1.8 m
ya'
Balok girder
Gambar 4.18 Beban Rem Yang Bekerja Pada Arah Memanjang Jembatan
4.3.4
Analisa Statika
50
VA = 460 kN
VB = 460 kN
Gambar 4.19 Diagram Momen dan Gaya Lintang Akibat Berat Sendiri
Reaksi tumpuan:
RA = R B = x q x L
= x 23 x 40
= 460 kN
Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:
Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Mx = (RA x X) ( x q x X2)
Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Vx = RA (q x X)
Maka:
Titik A, X = 0 m
Titik 1, X = 2 m
Titik 2, X = 4 m
Titik 3, X = 6 m
Titik 4, X = 8 m
MA = 0
kNm
VA
= 460
kN
M1
= 874
kNm
V1
= 414
kN
M2
= 1656 kNm
V2
= 368
M3
= 2346 kNm
V3
= 322
M4
= 2944 kNm
kN
kN
51
Titik 5, X = 10 m
Titik 6, X = 12 m
Titik 7, X = 14 m
Titik 8, X = 16 m
Titik 9, X = 18 m
Titik 10, X = 20 m
V4
= 276
kN
M5
= 3450 kNm
V5
= 230
M6
= 2864 kNm
V6
= 184
M7
= 4186 kNm
V7
= 138
M8
= 4416 kNm
V8
= 92
M9
= 4554 kNm
V9
= 46
kN
kN
kN
kN
kN
kN
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 9' 8' 7' 6' 5' 4' 3' 2' 1'
2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
RA
RB
L = 40 m
Mmax
a. Diagram Momen
+
-
VA = 241.5 kN
VB = 241.5 kN
Gambar 4.20 Diagram Momen dan Gaya Lintang Akibat Beban Mati
Reaksi tumpuan:
RA = R B = x q x L
= x 12.075 x 40
= 241.5 kN
Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:
Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Mx = (RA x X) ( x q x X2)
52
MA
VA
M1
V1
M2
V2
M3
V3
M4
V4
M5
V5
M6
V6
M7
V7
M8
V8
M9
V9
M10
V10
Titik 1, X = 2 m
Titik 2, X = 4 m
Titik 3, X = 6 m
Titik 4, X = 8 m
Titik 5, X = 10 m
Titik 6, X = 12 m
Titik 7, X = 14 m
Titik 8, X = 16 m
Titik 9, X = 18 m
Titik 10, X = 20 m
=0
= 241.5
= 458.85
= 217.35
= 869.4
= 193.2
= 1231.65
= 169.05
= 1545.6
= 144.9
= 1811.25
= 120.75
= 2028.6
= 96.6
= 2197.65
= 72.45
= 2318.4
= 48.3
= 2390.85
= 24.15
= 2415
=0
kNm
kN
kNm
kN
kNm
kN
kNm
kN
kNm
kN
kNm
kN
kNm
kN
kNm
kN
kNm
kN
kNm
kN
kNm
kN
3. Akibat diafragma
p
p p = 5.24 kN
VA = 28.823 kN
VB = 28.823 kN
53
Reaksi tumpuan:
RA = R B = x P
= x 5.24 x 11
= 28.823 kN
Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:
Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Mx = (RA x X) (p x X)
Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Vx = VA p
Maka:
Titik A, X = 0 m
MA = 0
VA
kNm
= RA = 28.823 kN
Titik 1, X = 2 m
M1
= (28.823 x 2) (5.24 x 2)
= 47.166 kNm
V1
= VA = 28.823 kN
Titik 2, X = 4 m
M2
V2
= 28.823 5.24
= 23.583 kN
Titik 3, X = 6 m
M3
V3
= V2 = 23.583 kN
Titik 4, X = 8 m
M4
V4
kNm
= 23.583 5.24
= 18.342 kN
54
Titik 5, X = 10 m
M5
V5
= V4 = 18.342 kN
Titik 6, X = 12 m
M6
V6
= 18.342 5.24
= 13.102 kN
Titik 7, X = 14 m
M7
V7
= V6 = 13.102 kN
Titik 8, X = 16 m
M8
V8
= 13.102 5.24
= 7.861
kN
Titik 9, X = 18 m
M9
= (28. 823 x 18) (5.24 x 18) (5.24 x 14) (5.24 x 10) (5.24 x 6)
(5.21 x 2)
= 256.791 kNm
V9
= V8 = 7.861 kN
Titik 10, X = 20 m
M10 = (28. 823 x 20) (5.24 x 20) (5.24 x 16) (5.24 x 12) (5.24 x 8)
(5.21 x 4)
= 262.031 kNm
V10 = 7.861 5.24
= 2.62
kN
55
q = 12.25 kN/m
P
A
B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9' 8' 7' 6' 5' 4' 3' 2' 1'
2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
RA
RB
L = 40 m
X1 P
y1
X2 P
y2
X3
y3
X4
y4
P
X5
y5
10
P
X6
y6
12
P
X7
y7
P
X8
y8
P
X9
y9
18
P
X 10
y 10
20
Gambar 4.22 Diagram Garis Pengaruh Momen dan Gaya Lintang Akibat Beban Lajur
56
Reaksi tumpuan:
Reaksi tumpuan terbesar terjadi pada saat beban p berada di atas tumpuan.
RA = RB = ( x q x L) + P
= ( x 12.25 x 40) + 107.8
= 352.8 kN
Mencari ordinat max (Y) & luas garis pengaruh (A):
Titik A, X = 0 m
Titik 1, X = 2 m
Titik 2, X = 4 m
Titik 3, X = 6 m
Titik 4, X = 8 m
Titik 5, X = 10 m
Titik 6, X = 12 m
Titik 7, X = 14 m
Titik 8, X = 16 m
Titik 9, X = 18 m
YA
=0
AA
=0
m2
Y1
A1
= x 1.9 x 40 = 38
Y2
A2
= x 3.6 x 40 = 72
Y3
A3
= x 5.1 x 40 = 102 m2
Y4
A4
= x 6.4 x 40 = 128 m2
Y5
A5
= x 7.5 x 40 = 150 m2
Y6
A6
= x 8.4 x 40 = 168 m2
Y7
A7
= x 9.1 x 40 = 182 m2
Y8
A8
= x 9.6 x 40 = 192 m2
Y9
A9
= x 9.9 x 40 = 198 m2
40 - 2
x 2 = 1.9
40
40 - 4
x 4 = 3.6
40
40 - 6
x 6 = 5.1
40
40 - 8
x 8 = 6.4
40
40 - 10
x 10
40
40 - 12
x 12
40
40 - 14
x 14
40
40 - 16
x 16
40
40 - 18
x 18
40
m
m2
m
m2
m
= 7.5 m
= 8.4 m
= 9.1 m
= 9.6 m
= 9.9 m
57
Titik 10, X = 20 m
Y10 =
40 - 20
x 20
40
= 10
A10 = x 10 x 40 = 200 m2
Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:
Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Mx = (Yx x P) + (Ax x q)
Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Vx = RA (q x X)
Maka:
Titik A, X = 0 m
Titik 1, X = 2 m
Titik 2, X = 4 m
Titik 3, X = 6 m
Titik 4, X = 8 m
Titik 5, X = 10 m
Titik 6, X = 12 m
Titik 7, X = 14 m
Titik 8, X = 16 m
Titik 9, X = 18 m
Titik 10, X = 20 m
2.
MA = 0
kNm
VA
= 352.8
kN
M1
= 670.32 kNm
V1
= 328.3
M2
= 1270.08 kNm
V2
= 303.8
M3
= 1799.28 kNm
V3
= 279.3
M4
= 2257.92 kNm
V4
= 254.8
kN
M5
= 2646
kNm
V5
= 230.3
kN
M6
= 2963.52 kNm
V6
= 205.8
M7
= 3210.48 kNm
V7
= 181.3
M8
= 3386.88 kNm
V8
= 156.8
M9
= 3492.72 kNm
V9
= 132.3
kN
kN
kN
kN
kN
kN
kN
M10 = 3528
kNm
V10 = 107.8
kN
Beban Rem
58
RA
2.0
2
2.0
3
2.0
4
2.0
5
2.0
6
2.0
7
2.0
8
2.0
9
2.0
B
10
9'
8'
7'
6'
5'
4'
3'
2'
1'
2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
RB
L = 40 m
MA
MB
a. Diagram Momen
Mr
L
653.857
40
= 16.5 kN
Momen pada setiap titik:
Momen pada semua titik adalah sama sepanjang jalur
Mr = Gaya Rem x (titik tangkap + ya)
= 250 x (1.8 + 0.8154)
= 653.857 kNm
4.3.4.3 Aksi Lingkungan
1. Beban Angin
q = 1.296
kN/m
VA = 25.92 kN
VB = 25.92 kN
59
Gambar 4.24 Diagram Momen dan Gaya Lintang Akibat Beban Angin
Reaksi tumpuan:
RA = R B = x q x L
= x 1.296 x 40
= 25.92 kN
Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:
Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Mx = (RA x X) ( x q x X2)
Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Vx = RA (q x X)
Maka:
Titik A, X = 0 m
Titik 1, X = 2 m
Titik 2, X = 4 m
Titik 3, X = 6 m
Titik 4, X = 8 m
Titik 5, X = 10 m
Titik 6, X = 12 m
Titik 7, X = 14 m
MA = 0
kNm
VA
= 25.92
kN
M1
= 49.248 kNm
V1
= 23.328 kN
M2
= 93.312 kNm
V2
= 20.736 kN
M3
= 132.192 kNm
V3
= 18.144 kN
M4
= 165.888 kNm
V4
= 15.552 kN
M5
= 194.4
kNm
V5
= 12.96
kN
M6
= 217.728 kNm
V6
= 10.368 kN
M7
= 235.872 kNm
60
Titik 8, X = 16 m
Titik 9, X = 18 m
Titik 10, X = 20 m
V7
= 7.776
kN
M8
= 248.832 kNm
V8
= 5.184
M9
= 256.608 kNm
V9
= 2.592
kN
kN
M10 = 259.2
kNm
V10 = 0
kN
Berat
Beban
Beban
Beban
Beban
Beban
Sendiri
Mati
Diafragma
Lajur
Rem
Angin
(kN)
(kN)
(kN)
(kN)
(kN)
(kN)
VA
460
241.50
28.823
352.8
16.5
25.920
V1
414
217.35
28.823
328.3
16.5
23.328
V2
368
193.20
23.583
303.8
16.5
20.736
V3
322
169.05
23.583
279.3
16.5
18.144
V4
276
144.90
18.342
254.8
16.5
15.552
V5
230
120.75
18.342
230.3
16.5
12.960
V6
184
96.60
13.102
205.8
16.5
10.368
V7
138
72.45
13.102
181.3
16.5
7.776
V8
92
48.30
7.861
156.8
16.5
5.184
V9
46
24.15
7.861
132.3
16.5
2.592
V10
2.620
107.8
16.5
Beban
61
Momen
Berat
Beban
Beban
Beban
Beban
Beban
Sendiri
Mati
Diafragma
Lajur
Rem
Angin
Kombinasi Momen
Seblm komp.
komposit
Mo
MG
MT
10
(2+3+4)
(5+6+7+9)
(kNm)
(kNm)
(kNm)
(kNm)
(kNm)
(kNm)
(kNm)
(kNm)
(kNm)
MA
653.857
653.857
M1
874.000
458.850
47.166
670.320
653.857
49.248
874.000
1380.016
2753.440
M2
1656.000
869.400
94.331
1270.080
653.857
93.312
1656.000
2619.731
4636.980
M3
2346.000
1231.650
131.016
1799.280
653.857
132.192
2346.000
3708.666
6293.994
M4
2944.000
1545.600
167.700
2257.920
653.857
165.888
2944.000
4657.300
7734.965
M5
3450.000
1811.250
193.903
2646.000
653.857
194.400
3450.000
5455.153
8949.410
M6
3864.000
2028.600
220.106
2963.520
653.857
217.728
3864.000
6112.706
9947.811
M7
4186.000
2197.650
235.828
3210.480
653.857
235.872
4186.000
6619.478
10719.687
M8
4416.000
2318.400
251.550
3386.880
653.857
248.832
4416.000
6985.950
11275.519
M9
4554.000
2390.850
256.791
3492.720
653.857
256.608
4554.000
7201.641
11604.825
M10
4600.000
2415.000
262.031
3528.000
653.857
259.200
4600.000
7277.031
11718.088
62
4.2.8
BMS 1992 bagian 7, direncanakan perletakan elestomer dengan bentuk persegi dan
ukuran denah 810 x 810 mm, karena lebar gelagar (b) = 800 mm. Karakteristik dari
Elastomer adalah sebagai berikut:
Elastomer
810 mm
pelat baja
810 mm
selimut
92 mm
karet dalam
63
Plat lantai
Trotoir
Tiang sandaran
Pipa sandaran
Gelagar
40 m
4.3.1
Perhitungan Pembebanan
= 4.52 kg/m
= 0.8242 kN
= 7.232 kN
= 34.6164 kN +
Pd1 = 41.8484 kN
2. Beban trotoir
Panjang bentang jembatan = 40 m
Bj beton
= 24 kN/m3
Bj beton tumbuk
= 23 kN/m3
= 0.25 m
= 0.8 m
= 20/25 cm
= 368
kN
= 96
kN +
Pd2 = 464
kN
64
= 24 kN/m3
Bj Aspal
= 22 kN/m3
= 20 cm = 0.2 m
=7m
= 5 cm = 0.05 m
= 308
kN
= 1344
kN +
Pd3 = 1652
kN
Pd4 = 4600
kN
4. Beban gelagar
Panjang bentang jembatan = 40 m
Bj beton prategang
= 25 kN/m3
Ap
=4m
Bj beton prategang
= 25 kN/m3
= 1.3975 m2
= 0.15 m
Pd5 = 230.5875kN
Pd6 = 308
kN
Pd 1 Pd 2 Pd 3 Pd 4 Pd 5 Pd 6
2
= 3648.218 kN
B. Beban hidup
65
1. Beban sandaran
Panjang bentang jembatan = 40 m
Beban hidup
= 0.75 kN/m
Pl1 = 60
kN
Pl2 = 400
kN
2. Beban trotoir
Panjang bentang jembatan = 40 m
Lebar trotoir
=1m
Beban hidup
= 5 kPa
=7m
Beban Garis
( KEL )
Intensitas p kN/m
Arah Lalu Lintas
Intensitas q kPa
66
5.5 m
0.75 m
P kN
0.75 m
q kN/m2
50 %
100 %
Intensitas Beban
1.0 m
1.75 m
1.75 m
1.75 m
1.75 m
1.0 m
a. Besarnya beban terbagi rata (UDL) tergantung pada panjang total yang dibebani (L).
L = 40 m > 30 m, maka:
= 8.0 x 0.5
= 8.0 x 0.5
15
kPa
L
15
40
= 7 kPa
~ beban hidup (UDL) = (40 x 5.5 x 7) x 100% + (40 x 1.5 x 7) x 50%
Pl3 = 1750
kN
b. Beban terpusat P yang ditempatkan tegak lurus arah lalu lintas pada jembatan adalah
sebesarnya 44.0 kN/m.
Faktor Beban Dinamik untuk KEL lajur D, untuk bentang (LE) = 40 m, nilai DLA
= 0.4.
Maka:
K = 1 + DLA
K = 1 + 0.4 = 1.4
~ beban hidup (KEL) = 7 x 44 x 1.4
Pl4 = 431.2
kN
= 40 m
Bj air
= 10 kN/m3
=7m
=2x1m
67
= 5 cm = 0.05 m
kN
5. Beban angin
Panjang bentang jembatan
= 40 m
Kendaraan yang sedang berada di atas jembatan, beban garis merata tambahan arah
horizontal diterapkan pada permukaan lantai sebesar:
TEW = 0.0012CW(VW)2 kN/m
Dimana:
Vw
Cw
TEW
= 1.296 kN/m
~ berat angin = 40 x 1.296
Pl6 = 51.84
kN
6. Beban rem
Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya
dalam arah memanjang. Besarnya gaya rem tersebut tergantung dari panjang struktur
(L), yaitu untuk L = 40 m 80 m, gaya rem (Hr = 250 kN).
Gaya rem
Balok girder
Gaya rem = Hr
Gambar 4.64 Beban Rem Yang Bekerja Pada Arah Memanjang Jembatan
7. Beban gesekan
Gaya gesekan antara beton dengan karet elastomer ( f = 0.15 ; PPPJJR 1987)
Hg = f x Rd
= 0.15 x 3648.218
68
= 547.2327 kN
8. Beban lalu lintas pada plat injak
q = 1 t/m
=7m
=2m
Pl7 = 1400 kN
Pl1 Pl 2 Pl 3 Pd 5 Pd 6
Pl 4
2
= 1722.12 kN
Hs
= Hr + Hg
= 250 + 547.2327
= 797.2327 kN
69
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
Bentuk
Luas
(A)
Volume
(V)
Bj
Berat
Jarak
(x)
Momen O
(m)
(m)
(m)
(m2)
(m3)
(kN/m3)
(kN)
(m)
(kNm)
persegi
0.5
0.25
10.8
0.125
1.35
24
32.4
2.05
66.420
persegi
0.7
1.69
10.8
1.183
12.7764
24
306.6336
2.15
659.262
persegi
1.6
0.7
10.8
1.12
12.096
24
290.304
1.7
493.517
segitiga
0.4
0.25
10.8
0.05
0.54
24
12.96
2.23
28.901
persegi
1.2
2.36
10.8
2.832
30.5856
24
734.0544
1.5
1101.082
segitiga
0.9
0.4
11.6
0.18
2.088
24
50.112
2.4
120.269
segitiga
0.9
0.4
11.6
0.18
2.088
24
50.112
0.6
30.067
persegi
11.6
34.8
24
835.2
1.5
1252.800
Total
8.67
96.324
2311.776
3752.317
70
3752.317
2311.776
= 1.623 m
Maka berat total abutment (W1) = 2311.776 kN, yang bekerja terpusat pada jarak 1.623 m
dari titik O.
4.3.1.3 Perhitungan Berat Plat Injak dan Wing Wall
A10
A9
A11
A13
A12
A14 A15
A16
Bentuk
Luas
(A)
2
Volume
(V)
3
Berat
Jara
k (x)
Momen O
(kN)
(m)
(kNm)
Bj
(m)
(m)
(m)
(m )
(m )
(kN/m )
persegi
0.2
0.25
0.05
0.35
24
8.4
2.4
20.160
10
persegi
0.2
0.4
2.8
24
67.2
3.5
235.200
11
persegi
2.44
0.3
4.88
1.464
24
35.136
3.5
122.976
12
segitiga
0.4
0.25
0.3
0.05
0.015
24
0.36
2.37
0.853
13
segitiga
1.5
2.36
0.3
1.77
0.531
24
12.744
3.5
44.604
71
14
persegi
0.5
1.96
0.3
0.98
0.294
24
7.056
2.75
19.404
15
persegi
0.4
1.71
0.3
0.684
0.2052
24
4.9248
2.3
11.327
16
segitiga
0.9
0.4
0.3
0.18
0.054
24
1.296
2.7
3.499
8.994
5.7132
Total
137.1168
458.023
458.023
137.1168
= 3.34 m
Maka berat total plat injak dan wing wall (W2) = 137.1168 kN.
4.3.1.4 Perhitungan Berat Tanah
A17
A18
A19
A20
A21
Bentuk
persegi
persegi
segitiga
persegi
Luas
(A)
2
Volume
(V)
3
(m)
(m)
(m)
(m )
(m )
2
0.5
0.4
0.4
0.6
4.4
0.25
1.71
11.6
11.6
11.6
11.6
1.2
2.2
0.05
0.684
13.92
51.04
1.16
15.8688
Bj
3
(kN/m )
17.2
17.2
17.2
17.2
Berat
Jara
k (x)
Momen O
(kN)
(m)
(kNm)
239.424
877.888
19.952
272.943
2.75
2.4
2.3
2414.192
47.885
627.770
72
21
segitiga
0.9
0.4
Total
11.6
0.18
4.314
4.176
86.1648
17.2
71.8272
1482.035
2.78
199.680
3289.526
3289.526
(1482.035 239.424)
= 2.65 m
Maka berat total tanah (W3) = 1242.611 kN, yang bekerja terpusat pada jarak 2.65 m dari
titik O.
4.3.1.5 Perhitungan Beban Gempa
Wilayah gempa
Kondisi tanah
=6m
= 1.2 m
= 10.8 m
=1
= tipe A
=1
WTP
g.K p
= 9.81 m/det2
Dimana: g
WTP = Rd + Rl + P7 + W1 + W2 + W3
= 3648.218 + 1722.12 + 1400 + 2311.776 + 137.117 + 1242.611
= 10461.842 kN
Kp
o
3.E.I
L3
73
1
1
x b3 x h =
x 1.2 3 x 10.8 = 1.5552 m4
12
12
I =
L =6m
Kp
3 x 25742.96 x 10 3 x 1.5552
63
= 556047.936 kN/m
T
= 2
10461.842
9.81 x 556047.936
= 0.275 detik
B. Penentuan gaya statik ekivalen rencana, TEQ
TEQ K h .I.WT
Dimana:
Kh = C.S
o C = 0.18 (Gambar 2.14 BMS Bag. 2 untuk tanah sedang, gempa
daerah 3)
o S = 1.3 F 18 (Tabel 2.14 BMS Bag. 2 hal 51 )
Bentuk
persegi
persegi
persegi
segitiga
persegi
segitiga
Luas (A)
(m2)
0.125
1.183
1.12
0.05
5.232
0.18
Jarak (y)
(m)
5.875
4.905
3.71
3.277
2.18
1.133
A.Y
0.734
5.803
4.155
0.164
11.406
0.204
74
7
8
segitiga
persegi
Total
0.18
4.5
12.57
1.133
0.5
0.204
2.250
24.920
A.Y
A
24.92
= 1.98 m
12.57
q =1 t/m2
2
h1 = 0.6
h2 = 0.2
Ph2
Ph1
h3 = 5.8
Ph3
1 . h3
. h2 1 . h1
Tanah
urugkan2 dipakai
tanah timbunan yang dipadatkan, dengan berat jenis () =
17 2 kN/m3 dan diasumsikan sudut geser dalam tanah ( ) = 30.
Koefisien tekanan tanah aktif dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ka
= tan2(45
= tan2(45
30
)
2
= 0.5774
75
= q x h3 x Ka x Lebar abutment
= 100 x 5.8 x 0.5774 x 11.6
= 3884.747 kN
W2
Rd + R l
Hs
Ph3 Ph2 Ph1
Ph4
W3
Wl
TEQ
76
= Rd + Rl + P7 + W1 + W2 + W3
= 3648.218 + 1722.12 + 1400 + 2311.776 + 137.117+ 1482.035
= 10701.266 kN
3. Momen (M)
P7
Rd + Rl
Hs
Ph3 Ph2 Ph1
W3
Wl
h3 = 4.15 m
TEQ
Ph4
h1 = 2.9 m
h2 =1.93 m
h4 =1.98 m
l =1.35 m
e1 =1.623 m
e2 = 2.65 m
Momen yang terjadi, ditinjau dari titik O. Momen yang tarjadi adalah momen guling
dan juga momen penahan akibat berat dari bangunan. Pada perencanaan, diasumsikan
pada 2 kondisi, yaitu saat tidak ada beban lalu lintas, dan pada saat lalu lintas penuh.
1. Pada saat tidak terdapat beban hidup (lalu lintas)
~ Momen guling = TEQ x h4 + Ph2 x h1 + Ph3 x h1 + Ph4 x h2
= 1045.7617 x 1.98 + 414.73 x 2.9 + 184.468 x 2.9
77
+ 1937.712 x 1.93
= 13056.428 kNm
~ Momen penahan= Rd x l + W1 x e1 + W3 x e3
= 3648.218 x 1.35 + 2311.776 x 1.623 + 1242.611 x 2.65
= 11970.026 kNm
Maka momen yang bekerja:
M
4.3.3
78
= d (1 + w)
= 1.7 (1 + 0.22)
= 2.07 g/cm3 = 20.7 kN/m3
qc
4
27
= 6.75
4
Setelah mendapat nilai N, dapat dikonversikan menjadi sudut geser dalam. Dari
grafik hubungan antara sudut geser dalam ( ) dan nilai N dari pasir,
~ =
=
20 . N 15
........................ Oshaki
20 x 6.75 15
= 26.62
~ =
=
12 . N 25
........................ Dunham
12 x 6.75 25
= 34
79
~ =
12 . N 20
........................ Meyerhoff
12 x 6.75 20
= 29
~ =
12 . N 15
........................ Peck
12 x 6.75 15
= 24
Maka diambil nilai sudut geser dalam yang terkecil, yaitu = 24.
qc = 14 Cu
Cu =
=
qc
14
27
= 1.93 kg/cm2
14
4.3.4
Kontrol Stabilitas
= 1.93 kg/cm2
= 20.7 kN/m3
Dari tabel Koefisien daya dukung Ohsaki, dengan = 24 diperoleh nilai: (Suyono
Sosrodarsono & Kazuto Nakazawa, 2000:hal 33)
Nc = 9.5
N = 1.04
Nq = 5.26
80
qult = 1.15 x 1.93 x 9.5 + 0.45 x 20.7 x 3 x 1.04 + 20.7 x 0.5 x 5.26
= 104.589 kN/m2
~ menghitung nilai e :
e=
=
2
Q
3
2
24391.651 - 19194.888
10701.266
2Q
3(B - 2e)
2 x 10701.266
3 x (3 - 2 x 1.014)
= 7339.69 kN/m2
Sf =
=
q ult
q max
104.589
7339.69
= CB . A + V . tan
= x 24
= 16
81
Hu
= 8264.652 kN
Hu
H
Sf =
2173.285
8264.652
Momen penahan
= Momen guling
=
19194.888
22122.349
qc
Atiang
x Atiang
= 1963.49 cm2
82
dimana, 1 D
= 1 x 50 = 50 cm
4D
= 4 x 50 = 200 cm
qc
6
=
=
qc1 qc 2 qc3 qc 4 qc 5 qc 6
6
(75 120 114 120 145 175)
6
= 124.8 kg/cm2
Qp
= 80 x 1963.49
= 245043 kg = 2450.43 kN
Ktiang
Fs
Qs = 157.08 x 2140
= 336151.2 kg = 3361.51 kN
3. Daya dukung ijin tiang (Qa)
Penentuan daya dukung ijin (Qa atau Qall) dilakukan dengan membagi daya dukung
ultimit dengan faktor keamanan atau dengan menggunakan anjuran Ir. Sardjono,
untuk beban dinamis sebagai berikut :
Qa =
=
Q p, ult
5
Q s, ult
8
2450.43
3361.51
+
5
8
= 962.27 kN
4.3.5.2 Daya Dukung Pondasi Dalam Kelompok
83
Dalam penggunaan tiang di lapangan sangat jarang atau hampir tidak pernah tiang
pancang dipasang tunggal, salah satu alasan adalah agar diperoleh faktor keamanan
(factor of safety) pondasi tiang yang memadai. Pada sekelompok tiang, jika jarak masingmasing tiang cukup besar, maka daya dukung vertikal tiang tiang-tiang ini tidak
menimbulkan kesulitan. Tetapi bila jarak antara tiang-tiang mengecil sampai suatu batasbatas tertentu, sekelompok tanah diantara tiang-tiang akan menggabung satu sama lain
dan sebagai suatu keseluruhan mampu memperlihatkan kekuatan untuk meretakkan dan
daya dukungnya akan berkurang. Dalam menentukan jarak tiang, terlebih dulu mencari
jumlah tiang yang diperlukan dalam kelompok berdasarkan beban struktur atas dan daya
dukung ultimate tiang.
o Jumlah tiang dalam kelompok
Q
Qa
n =
n =
1.57 x D x m x n 2D
, atau
mn2
S<
1.57 x D x m x n
(rumus ini melihat dari segi ekonomis)
mn2
S 2.5D
Dimana :
S <
< 1.45 m
S <
1.57 x 0.50 x8 x 2
822
< 1.57 m
84
2.5D
2.5 x 0.50
1.25 m
Diambil jarak antar tiang (S) = 150 cm, dengan susunan sebagai berikut:
Efisiensi
tiang
pancang
dalam
kelompok
dapat
ditentukan
dengan
berbagai
formuladibawah ini :
Eg = 1
D
50
= arc tan
= 18.43
S
150
18.43 (2 1) x 8 (8 1) x 2
x
90
8x2
= 0.72
= 1
D
m( n 1) n.( m 1) ( m 1).(n 1). 2
.s.m.n
= 1
50
8 x ( 2 1) 2 x(8 1) (8 1) x( 2 1) x 2
x150 x8 x 2
Eg
= 0.78
= 1
36.s (m n 2)
0.3
2
( m n)
(75.s 7)(m n 1)
85
= 1
36 x1.5 x(8 2 2)
0.3
(8 2)
2
(75 x1.5 7)(8 2 1)
= 0.73
Dari keempat formula diatas, diambil efisiensi yang terkecil yaitu 0.72
Jadi, daya dukung tiang pancang dalam kelompok :
Qd = E g x n x Q a
= 0.72 x 16 x 962.27
= 11085.35 kN > Q = 10701.266 kN .......... memenuhi!
4.3.5.3 Daya Dukung Lateral Tiang Yang Diijinkan
= 9 x Cu x B x (L 1.5B)
qc
75
145
75
(konversi)
Hu
6296.625
=
= 2098.875 kN
3
SF
Qd = n x Q a
= 16 x 2098.875
= 33582 kN > H = 8264.652 kN.......... memenuhi!
4.3.6 Penjabaran Reaksi Tiang Vertikal
86
Setelah daya dukung tiang yang diizinkan diperoleh, lalu dihitung banyaknya
tiang yang diperlukan dan pembagian beban ke kepala tiang.
Perhitungan reaksi pada kepala tiang dilakukan dengan mencari jumlah tiang
tiang dan susunan tiang. Bila reaksi yang diperoleh ternyata melebihi daya dukung yang
diizinkan, maka harus diperiksa kembali sehingga reaksi yang diperoleh terletak dalam
batas harga yang ditentukan.
Untuk mendapatkan nilai reaksi pada kepala tiang, analisa didasarkan pada teori
statis.
6m
Q
M
H
5.5 m
87
Ga
mbar 4.74 Penomoran Penempatan Tiang Pancang Pondasi
Data Perencanaan
o Jumlah tiang
: 962.27 kN
: 10701.266 kN
: 2927.461 kNm
: 8m
Y 2 = 8 x (1.5)2 + 8 x (-1.5)2 = 36 m2
b. Gaya-gaya vertikal pada tiang :
Qv
V Mxy
n
y2
Qv
10701.266 2927.461
y
16
36
= 668.829 81.32 x y
Untuk perhitungan gaya vertikal tiang no. 1 :
Qv = 668.829 + 81.32 x y
= 790.809 kN, untuk perhitungan lainnya dapat dilihat pada tabel 4.22
88
V
n
Mxy
y2
QV
(m)
(kN)
(kN)
(kN)
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
121.98
790.809
790.809
790.809
790.809
790.809
790.809
790.809
790.809
-1.5
668.829
1
-1.5
668.829
2
-1.5
668.829
3
-1.5
668.829
4
-1.5
668.829
5
-1.5
668.829
6
-1.5
668.829
7
-1.5
668.829
8
1.5
668.829
9
1.5
668.829
10
1.5
668.829
11
1.5
668.829
12
1.5
668.829
13
1.5
668.829
14
1.5
668.829
15
1.5
668.829
16
Sumber : Hasil Perhitungan
546.849
546.849
546.849
546.849
546.849
546.849
546.849
546.849
89
0.75 m
Qmax
= 1.6 x 10701.266
= 17122.026 kN
Pv2
Ph3 Ph2 Ph1 Pv1
Ph4
h1 = 0.845 m
h2 = 0.563 m
90
= 0.5774
1. Tekanan tanah akibat beban lalu lintas di atas plat injak (q = 100 kN/m2)
Ph1
M1
91
V1
= Pv1 + Pv2
= 422.393 + 1512
= 1934.393 kN
b. Dinding Longitudinal
V1
Rd + Rl
Ph3 Ph2 Ph1
Ph4
Hs
Pv1
TEQ
h4 = 2.75 m
h1 = 2.2 m
h2 =1.47 m
h3 =0.58 m
= 4.4 m
= 0.5774
1. Tekanan tanah akibat beban lalu lintas di atas plat injak (q = 100 kN/m2)
Ph1
92
Ph2
M2
= 38.0376 x Bj beton
= 38.0376 x 24
= 912.902 kN
V2
= 30 Mpa
93
fy
= 350 Mpa
= 1400 mm
= 11600 mm
b =
=
0.85f' c
600
x 0.85 x
fy
600 fy
0.85 x 30
600
x 0.85 x
350
600 350
= 0.0391128
max
= 0.75 x b
= 0.75 x 0.0391128 = 0.0293346
min
1.4
1.4
=
= 0.004
fy
350
1723901.4
= 21 mm
81761.43
= 1400 80 21
= 1299 mm
As = 215 x x x D2
= 215 x x x 222
= 81761.43 mm2
94
As= 30 x x x D2
= 30 x x x 222
= 11408.57 mm2
As As'
bw x d
=
d' = 91 mm
0.85 f 'c
Cc
Cs
As'
1400 mm
Z1
d = 1299 mm
As
Z2
Ts
11600 mm
s'
X - d'
X - d'
s'
x c'
c'
X
X
maka ; fs = s x Es
( Es = 200000 )
= As x fs
X - 91
x 0.003 x 200000
X
= 11408.57 x
= 6845142
~ Cc
622907922
(1)
X
= 0.85 x fc x a x b
= 0.85 x 30 x 0.85 X x 11600
= 251430 X ..(2)
~ Ts
= As x fy
= 81761.43 x 350
= 28616500.5 ...(3)
95
H=0
Ts ( Cc + Cs )
=0
622907922
)=0
X
-B
B 2 - 4AC
2A
- (-21771358.5)
X1 = 109.3 mm
X2 = - 22.7 mm
Diambil X = 109.3 mm
a = 0.85 X
= 0.85 x 109.3 = 92.9 mm
~ Cs
~ Cc
= 6845142
622907922
X
= 6845142
622907922
= 1146076 N
109.3
= 251430 X
= 251430 x 109.3 = 27481299 N
~ Z1
=d
a
2
= 1299
~ Z2
92.9
= 1252.55 mm
2
= d d
= 1299 91= 1208 mm
~ Mn
= Cc x Z1 + Cs x Z2
= 27481299 x 1252.55 + 1146076 x 1208
96
~ MR
Dipakai tulangan D 22 mm
As = x x D2
= x x 222
= 379.9 mm2
As
perlu
As
16352.3
= 43.04 44 buah tulangan
379.9
Dipakai tulangan D 22 mm
As = x x D2
= x x 222
= 379.9 mm2
As
perlu
As
2281.7
= 6.01 7 buah tulangan
379.9
1. Besaran pembatas distribusi tulangan lentur (SNI 03 2847 2002 pasal 12.6.4)
z = fs
dcA
~ fs = 0.6 x fy
= 0.6 x 350 = 210 Mpa
~ dc = h d
= 1400 1299 = 101 mm
~A =
=
2.d c x b
n
2 x 101 x 11600
= 10898.6 mm
215
z = 210 x
101 x 10898.6
dcA
( h - c)
(d - c)
(1400 - 109.3)
= 1.085
(1299 - 109.3)
= 30 Mpa
= 1400 mm
= 11600 mm
= 1299 mm
98
45
45
1/2 d
d
3000 mm
1/2 d
1/2 d
11600 mm 10800 mm
h'
1200 mm
b'
h = 11600 mm
b = 1200 + d + d = 2499 mm
c =
s = 30
Nilai Vc ditentukan dari nilai terkecil dari: (SNI 03 2847 pasal 13.12 2) (1) b)
f' c x b o x d
2
x
1. Vc = 1
c
6
= 1
2
x
9
30 x 28198 x 1299
= 40868341 N
6
s x d
f' c x b o x d
2 x
12
bo
2. Vc =
99
30 x 1273
2 x
28146
=
3. Vc =
=
30 x 28198 x 1299
= 56122787 N
12
1
x f' c x b o x d
3
1
x
3
Q
F
17122.026
= 0.000492012 kN/mm2
11600 x 3000
> Vu
> 3007.773 kN
3000 mm
30 D 22
7 D 22
30 D
22
11600 mm
44 D 22
44 D 22
180 D 22
7 D 22
35 D 22
180 D 22
100
= 30 Mpa
fy
= 350 Mpa
= 10800 mm
= 1200 mm
Mu
= 18084.09 kNm
Pu
= 10851.977 kN
0.85 f 'c
d'
X
Cs
Cc
Z1
Pu
1200 mm
Z2
e
d = 1093 mm
Z3
Ts
10800 mm
101
s'
X - d'
X - d'
s'
x c'
c'
X
X
maka ; fs = s x Es
( Es = 200000 )
x 0.003 x 200000
X
= 66234.375 x
= 39740625
4331728125
(1)
X
~ Cc = 0.85 x fc x ( a x b As )
= 0.85 x 30 x ( 0.85 X x 10800 66234.38 )
= 234090 X 1688976.6 ..(2)
~ Ts = As x fy
= 66234.38 x 350
= 23182033 ...(3)
H=0
Ts + Pu ( Cc + Cs ) = 0
23182033+10851977 ( 234090 X 1688976.6 + 39740625
4331728125
)=0
X
-B
B 2 - 4AC
2A
- 4017638.4
X1 = 127.7 mm
X2 = -144.9 mm
Diambil X = 127.7 mm
a
= 0.85 X
102
= 23182033 N
~ Cs
= 39740625
4331728125
X
= 39740625
4331728125
= 5819496.4 N
127.7
~ Cc
= 234090 X 1688976.6
= 234090 x 127.7 1688976.6 = 28204316.4 N
~ Z1
h
a
2
2
1200
108.5
= 545.8 mm
2
2
h
d
2
~ Z2 = Z3 =
=
~ Mn
1200
109 = 491 mm
2
= Cc x Z1 + Cs x Z2 + Ts x Z3
= 28204316.4 x 548.6 + 5819496.4 x 491 + 23182033 x 491
= 29632256000 Nmm = 29632256 kNmm
= . Mn
~ MR
= 0.65 x 29632256
= 19260966 kNmm > Mu = 18084.09 kNmm ( O.K )
~ Kontrol
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 12.9.1)
Luas tulangan 1% - 8% x Ag
max = 0.08 ; min = 0.01
Ast
132468.75
dcA
~ fs = 0.6 x fy
103
2.d c x b
n
2 x 109 x 10800
= 17440 mm
135
z = 210 x
109 x 17440
dcA
( h - c)
(d - c)
(1200 - 127.7)
= 1.113
(1091 - 127.7)
= 10800 cm
= 1200 cm
Ag = 12960000 mm2
d
= 1091 mm
Vu = 6052.791 kN = 6052791 N
Pu = 7391.234 kN = 7391234 N
Pu
x
~ Vc = 1
14 x Ag
= 1
f' c
6
x bw x d
7391234
x
14 x 12960000
30
6
x 10800 x 1091
= 27420432.6 N
104
~ Vc = x 0.6 x 27420432.6
= 8226129.78 N > Vu = 6052791N ( diperlukan tul. geser praktis )
~ Direncanakan sengkang 16 ( 2 kaki )
Av
~ Syarat jarak
- Smax
= 48 x D sengkang
= 48 x 16 = 768 mm
- Smax
= 16 x D Tul. memanjang
= 16 x 25 = 400 mm
- Smax
D 25 - 80
16 - 400
7 D 22
D 22 - 400
44 D 22
30 D 22
35 D 22
180 D 22
Ga
mbar 4.80 Penulangan Dinding Abutment
105
106
107
JEMBATAN KABEL
1. PENDAHULUAN
Jembatan kabel sederhana adalah hasil modifikasi jembatan panel Bailey darurat
dengan sistem kabel sehingga menjadi jembatan semi-permanen dengan panjang bentang
4 kali lipat jembatan darurat. Jembatan kabel sederhana dapat dibongkar pasang, dan
direncanakan dengan komponen siap pakai dan kesederhanaan konstruksi untuk
pelaksanaan padat karya. Keuntungan biaya terletak pada penghematan 50% terhadap
biaya jembatan serupa tanpa penggunaan kabel
108
ataupun long lay wire. Pada jembatan gantung Akashi-Kaikyo kabel penggantung dibuat
dalam bentuk paralel wire atau dikenal dengan Aeral Spining Paralel Wire Strand.
Sedangkan, kabel yang dipakai pada jembatan sistem cable-stayed, lebih sering
digunakan 7 wire strand (strand) dengan diameter 0,5 inch atau 0,6 inch. modulus
elastisitas berkisar 200000MPa, dan akhir-akhir ini sudah bisa dibuat dengan tegangan
ultimate 2000MPa. Masing-masing strand umumnya dibungkus dengan High Density
Polyethelen (HDPE) untuk melindungi terhadap bahaya korosi sedangkan untuk masingmasing wire dapat diberi perlindungan hot dip galvanized. Dalam penggunaannya pada
sistem jembatan cable-stayed, strand tersebut dapat dibundel sampai sebanyak 87 strand
tergantung pada sistem angker blok yang ada dan kemudian dapat dibungkus dengan
HDPE sebagai proteksi terakhir.
Berapa panjang bentang jembatan yang maksimum dapat dipakai untuk melintasi
teluk ataupun selat adalah sangat tergantung pada tingkat penguasaan teknologi jembatan
dari perencana. Penguasaan teknologi tersebut yang harus dikuasai oleh para perencana
meliputi:
Penguasaan teknologi bahan khususnya baja.
Penguasaan dalam pemilihaan konfigurasi struktur termasuk teknologi.
Penguasaan dalam permodelan struktur dan dalam melakukan analisis.
Penguasaan pembuatan model dan pengujian
Secara umum jembatan kabel mengunakan kabel prategang eksternal,
penggunaan kabel prategang eksternal pada struktur menurut fungsinya
dapat dibagi dua. Pertama adalah kabel prategang ekternal yang digunakan
sebagai elemen utama pemikul beban
struktur. Kabel prategang eksternal seperti ini misalnya digunakan pada
jembatan cable-stayed dan struktur atap dengan sistem cable stayed
Fungsi kabel prategang eksternal yang kedua adalah sebagai elemen
sekunder untuk memperkuat struktur utama. Contoh aplikasinya adalah kabel
109
110
Pada tahapan analisa 2-D ini, akibat berat sendiri dan akibat beban tambahan, profile
cable (gaya pratekan) ditentukan sehingga demikian lantai jembatan tidak mengalami sag
(diukur dari kondisi awal analisa) dan tower jembatan tidak mengalami overstress, yang
umumnya diukur dimana puncak tower dikontrol sehingga pada saat awal service tidak
mengalami perpindahan (offset) dari kondisi awal analisa atau sebelum beban lantai
bekerja. Untuk mendapatkan kondisi demikian, maka gaya pratekan pada masing-masing
kabel harus ditentukan secara iterasi, agar didapatkan kondisi yang optimun.
Mengingat dalam mendapatkan profile kabel yang optimun diperlukan iterasi, maka
kondisi simetris jembatan dapat dimanfaatkan, agar experimental dapat lebih mudah dan
mengurangi waktu kerja.
Setelah profile kabel ditentukan, analisa 3-D diperlukan untuk mendapatkan perilaku
konstruksi terhadap konfigurasi beban lalu-lintas. Perilaku jembatan terhadap beban
angin, gempa juga akan ditentukan dari analisa 3-D. Namun demikian dalam tahap
analisa 2-D beban-beban tersebut harus juga dipertimbangkan mengingat selama
pelaksanaan jembatan, pengaruh beban tersebut tidak bisa diabaikan
Struktur kabel dengan konfigurasi yang sederhana dapat dianalisis
secara langsung dengan mengasumsikan struktur tersebut sebagai rangka
batang. Hasil analisisnya akan tepat apabila gaya yang bekerja pada elemen
kabel tersebut adalah tarik Namun tidak semua konfigurasi struktur kabel
menghasilkan gaya tarik pada kabel. Ada pula konfigurasi yang menimbulkan
gaya tekan pada elemen kabel . Konfigurasi yang dapat menimbulkan gaya
tekan pada elemen kabelnya tidak dapat langsung dianalisis sebagai rangka
batang biasa, karena hasilnya akan tidak akurat.
Gaya prategang harus diberikan pada elemen kabel tersebut agar
dapat memikul tekan.
Sifat khusus elemen kabel lainnya seperti yang telah disebutkan di atas
adalah fleksibel. Elemen kabel dapat mengalami perubahan bentuk sesuai
dengan gaya yang diberikan padanya. Perubahan bentuk tersebut ada yang
kecil sehingga dapat diabaikan. Namun pada konfigurasi tertentu, perubahan
bentuk yang terjadi besar, sehingga bentuk struktur sebelum dan setelah
dibebani berbeda.
111
mengasumsikan
elemen
kabel
sebagai
rangka
batang
dapat
112