Vous êtes sur la page 1sur 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK POLIO

Oleh :
Kelompok IX (Sembilan)
Nama

Nim

Muh. Tahrir

110100208

Andri

110100212

Eva Adryani Makian

110100211

Cici Rosnita J. Idu

110100210

Mufidatul Laili

110100213

Rony Rian Candra

110100209

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALMA ATA


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
YOGYAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Senggala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Polio. Makalah ini disusun
untuk menyelesaikan tugas Block Nursing 1 sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Block
nantinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dosen-dosen dan
narasumber pada saat proses pembelajaran kuliah pakar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
dan teman-teman.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih kurang sempurna, hal ini karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Yogyakarta,

Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul

Kata Pengantar ... !!


Daftar Isi !!!
BAB I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang ..
Tujuan
Manfaat ..
Rumusan Masalah

1
1
1
2

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Polio ..

B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.

3
5
7
7
8
9
9
10
10
11

Jenis Polio .....


Gambaran Klinis .....
Etiologi ..
Penularan ..
Pencegahan ..
Patofisiologi ..
Komplikasi .
Pemeriksaan Diagnostik ....
Penatalaksanaan Medis ..
Asuhan Keperawatan Pada Anak Polio

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan 21
B. Saran .. 21
Daftar Pustaka . 22

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak sistem saraf dan
menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 2 tahun.
Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot.
Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun sering kali sebagian tubuh menjadi
lemah dan lumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki.
Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak
yang lain.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan polio.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bagaimana etiologi, potofisiologi, jenis polio.
b. Mengetahui komplikasi, tanda dan gejala, serta manifestasi klinisnya.
c. Mengetahui proses keperawatan pada pasien polio.
C. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya
tentang asuhan keperawatan polio. Dan semoga dapat menjadi bahan acuan pada saat praktikum dan
clinical exposure nantinya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan
Bagaimanakah Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien Polio.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel
anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan
bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen
pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut,
menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
B. JENIS POLIO
Polio NonParalisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi karena
otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika disentuh.
Polio Paralisis
Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio berkembang menjadi polio paralisis atau
menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya
akan muncul gejala dan tanda - tanda lain, seperti:
- Sakit kepala
- Kram otot leher dan punggung
- Sembelit / konstipasi

Sensitif terhadap rasa raba

Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya, yaitu:


1. Polio Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang
mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan
mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus
menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke
seluruh tubuh.
2. Bulbar Polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut
terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang
mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf
muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang
mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi
di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus,
paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.

C. GAMBARAN KLINIS
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Poliomielitis Asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya
tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis Abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala
berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3. Poliomielitis Non Paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya
nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke 2

dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi
pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis Paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu
atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan
paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
Bentuk Spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh,

diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.


Bentuk Bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan

pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.


Bentuk Bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
Kadang Ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan
kadang kejang.
Berikut Fase-Fase Infeksi Virus Tersebut:

Stadium Akut
Yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu. Ditandai dengan suhu tubuh
yang meningkat. Kadang disertai sakit kepala dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi
akibat kerusakan sel-sel motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis)
lantaran invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung menimbulkan
gangguan bentuk tubuh (deformitas) yang menetap atau bahkan menjadi lebih berat.
Kelumpuhan yang terjadi sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4%
pada lengan. Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2 bulan sejak awal

sakit.
Stadium Sub Akut
Yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan menghilangnya demam dalam
waktu 24 jam. Kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan

anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja.
Stadium Convalescent
Yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai dengan pulihnya kekuatan
otot yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-70 persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9
bulan setelah fase akut. Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi

pemulihan kekuatan otot.


Stadium Kronik
Yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah bersifat permanen.

D. ETIOLOGI
Penyebab Poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa
inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus :
Golongan: Golongan IV ((+) ssRNA)
Familia : Picornaviridae
Genus : Enterovirus
Spesies : Poliovirus
E. PENULARAN
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan saluran
pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan
pembuluh getah bening.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
Fekal-oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja
penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
Oral-oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada keadaan
beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan virus ini
di dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan adanya mikroba lain. Virus
ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer
dari sumber penularan. Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya lingkungan
oleh virus polio dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini sebenarnya hidup di lingkungan yang
terbatas. Nah, salah satu inang atau mahluk hidup perantaranya adalah manusia.
Secara ringkas, Cara penularannya dapat melalui :
a. Inhalasi
b. Makanan dan minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan melalui oral berkembambang biak diusus verimia virus + DC faecese beberapa
minggu.
F. PENCEGAHAN

Cara pencegahan dapat dilalui melalui :


1. Imunisasi
2. jangan masuk daerah endemis
3. jangan melakukan tindakan endemis
Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak lainnya. Ibu harus mencuci
tangan setiap kali menyentuhnya. Perlindungan terbaik terhadap polio ialah dengan memberikan
vaksin polio/pemberian kekebalan. Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan
bergizi dan melakukan gerak badan untuk memperkuat otot-ototnya. Selama tahun pertama, sebagian
kekuatan dapat pulih kembali.
Bantulah anak agar belajar berjalan sebaik-baiknya, pasanglah 2 buah tiang, sebagai penyangga
dan kemudian buatkan tongkat penopang.
Cegah Virus Polio dengan Vaksinasi :
Hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan penyakit polio. Yang paling efektif hanyalah
pencegahan dengan cara imunisasi.
Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Virus ini menyerang
seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang
sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja. Bahkan sekitar 10-15 persen
mereka yang terkena polio akhirnya meninggal karena yang diserang adalah otot pernapasannya.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe 2 (lanzig) dan tipe 3 (Leon). Tipe 1
seperti yang ditemukan di Sukabumi adalah yang paling ganas (paralitogenik) dan sering
menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Sedangkan tipe 2 paling jinak.
G. PATOFISIOLOGI
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang
terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi
neuron dalam 3 - 4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior,
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang
3.
4.
5.
6.

mengandung pusat vital,


Sereblum terutama inti-inti virmis,
Otak tengah midbrain terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra,
Talamus dan hipotalamus,
Palidum dan

7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.

Pathawey Polio :

Virus Polio
Mulut &
Hidung
Berkembang Biak
didalam
Disebarkan
& diserap
Tenggorokan
dan
Usus
Pembuluh
Darah
Masuk Aliran
Darah

Saluran Getah
Bening
POLIO
Menfinfeksi
Sistem Saraf
Pusat

Batang Otak
Pengontrolan
Perafasan

Nyeri

Kelumpuhan
otot respirasi

Medula
Spinalis
Permanen
Otot

Serebrum

Kelumpuhan
Ekstermitas

Gangguan
Penglihatan

Ketidakefektifa
n pola nafas

H. KOMPLIKASI
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan

Kematian

Cerebral
Palsy

Talamus &
Hipotalamu
s
Suhu Tubuh
Hiperter
mi

5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis
I.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Lab :
Pemeriksaan darah
Cairan serebrospinal
Isolasi virus volio
Pemeriksaan radiology

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani lagi karena ketidakadaan
obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika yang biasanya digunakan untuk membunuh virus
juga tidak mampu berbuat banyak. Rasa sakit dapat diatasi dengan memberikan aspirin atau
acetaminophen, dan mengompres dengan air hangat pada otot-otot yang sakit
1) Poliomielitis Aboratif
Diberikan analgetk dan sedative
Diet adekuat
Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan
selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
2) Poliomielitis Non Paralitik
Sama seperti aborif
Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama
15 30 menit,setiap 2 4 jam.
3) Poliomielitis Paralitik
Perawatan dirumah sakit
Istirahat total
Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
Fisioterafi
Akupuntur
Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7
hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik
diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap
saat dapat terjadi paralysis pernapasan.

Fase Akut :
Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard
(papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap
tungkai. Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggu sehingga
dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah
dan dimiringkan kesalah satu sisi.

Sesudah Fase Akut :


Kontraktur, atropi, dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2
hari demam hilang.

K. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN POLIO

1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1)

Riwayat penyakit
a)

keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)

b)

Riwayat penyakit sekarang

Diskripsi gejala dan lamanya

Dampak gejala terhadap aktifitas harian

c)

Berapa lama pasien mengalami gejala penyakit

Respon terhadap pengobatan sebelumnya

Riwayat penyakit sebelumnya

b. Pemeriksaan fisik
1) keadaan umum
2) Pemeriksaan persistem
3) Sistem persepsi dan sensori

Pemeriksaan panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap,


perasa)

4) Sistem persarafan (pemeriksaan neurologik)

Pemeriksaan motorik

Pemeriksaan sense sensorik

5) System pernafasan

Nilai frekuensi pernafasan, kualitas, suara, jalan nafas

6) System gastrointestinal

Nilai kemampuan menelan, nafsu makan, minum, peristaltic dan eliminasi

7) System kardiovaskuler

Tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi

8) System integument

Nilai warna, turgor, tekstur kulit pasien

9) System perkemihan

Nilai frekuensi urine, warna, bau, volume

c. Pola fungsi kesehatan


1) pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) pola aktifitas dan latihan
3) pola nutrisi dan istirahat
d. Keadaan Lingkungan dan sanitasi tempat tinggal

2. Diagnosa keperawatan

a.

Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Injuri (Fisik, Kelainan


Muskulskeletal, Dan System Saraf)

b.

Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Nyeri, Kerusakan


Neuromuskular, Kekakuan Sendi

c.

Ketidakefektifan Pola Nafas Berhubungan Dengan Kelumpuhan otot


respirasi.

d.

Fatigue / Kelelahan Berhubungan Dengan Kondisi Fisik Yang Buruk

e.

Gangguan Menelan Berhubungan Dengan Saraf Cranial

f.

Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan


Dengan Faktor Biologis

3. Perencanaan Keperawatan

No
a.

Diagnosa

NOC

Keperawatan
Nyeri Akut b.d Agen Setelah

dilakukan

NIC
tindakan Manajemen Nyeri :

Injuri (Fisik, Kelainan keperawatan selama .... x 24 jam


Muskulskeletal, dan nyeri berkurang / hilang dengan
System Saraf)

Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif (lokasi, karakteristik,

kriteri:

durasi, frekuensi, kualitas, dan


faktor presipitasi)
Tingkat nyeri :
-

Melaporkan

ketidaknyamanan

nyeri

berkurang / hilang

- Frekuensi nyeri berkurang /


-

- Ketegangan otot berkurang /

teknik

komunikasi

terapeutik

untuk

mengetahui

Bantu klien dan keluarga untuk


mencari

dan

menemukan

dukungan.

- Ekspresi verbal berkurang /


hilang

Gunakan

pengalaman nyeri klien.

hilang
- Lama nyeri berkurang

Observasi reaksi non verbal dari

Kontrol lingkungan yang dapat


mempengaruhi

nyeri

(suhu

hilang

ruangan, cahaya, kebisingan)

- Dapat istirahat

Pilih dan lakukan penanganan


nyeri

- Skala

nyeri

berkurang

(farmakologi,

non

farmakologi dan interpersonal)

menurun
-

Ajarkan teknik non farmakologi

Berikan

analgesik

untuk

mengurangi nyeri
-

Kolaborasi dengan dokter jika ada


keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

b.

Kerusakan Mobilitas Setelah


Fisik

b.d

dilakukan

asuhan

Nyeri, keperawatan selama x 24 jam,

Kerusakan

klien mampu mencapai mobilitas

Neuromuskular,

fisik dengan kriteria :

Koreksi tingkat

kemampuann

mobilisasi dengan sekala 0-4:


0 :Klien tidak tergantung pada
orang lain

Kekakuan Sendi

1 :Klien butuh sedikit bantuan


Mobility level :
2 :Klien butuh bantuan sederhana
-

Klien

dapat

melakukan
3 : Klien butuh bantuan banyak

mobilitas secara bertahap


dengan tanpa merasakan
nyeri

4 : Klien sangat tergantung pada


pemberian pelayanan

Penampilan seimbang

Menggerakkan

otot

dan

Atur posisi klien

Bantu klien melakukan perubahan

sendi
-

gerak

Mampu

pindah

tempat -

tanpa bantuan
-

Observasi / kaji terus kemampuan


gerak motorik, keseimbangan

Berjalan tanpa bantuan

Ukur tanda tanda vital sebelum


dan sesudah melakukan latihan

Anjurkan keluarga klien untuk


melatih dan memberi motivasi

Kolaborasi dengan tim kesehatan


lain (fisioterapi untuk pemasangan
korset)

Buat posisi seluruh persendian


dalam letak anatomis dan nyaman
dengan memberikan penyangga
pada lekukan lekukan sendi
serta pastikan posisi punggung
lurus

c.

Ketidakefektifan Pola Setelah

dilakukan

asuhan Control Pola Nafas :

Nafas

b.d keperawatan selama ... x 24 jam,

Kelumpuhan

otot klien mampu bernafas normal

respirasi.

dengan kriteria :
-

RR normal 30 60 x/menit

K/u baik

- Observasi pola nafas anak


- Lakukan menejement dan terapi
latihan nafas dalam
- Edukasi klien dan orang tua akan
terapi nafas dalam
- Kolaborasi dengan dokter akan
pemberian obat.

Fatigue b.d Kondisi Setelah


Fisik yang Buruk
d.

dilakukan

asuhan Therapi Latihan : Kontrol Otot

keperawatan selama x 24 jam,


klien mampu mencapai toleransi
aktivitas dengan criteria:

Evaluasi fungsi sensori

Konsultasi

dengan

fisioterapi

untuk menentukan posisi yang


optimal untuk pasien selama
Activity Tolerance :
- Klien meningkatkan kekuatan

latihan

dan

pengulanagn

untuk

setiap

gerakan.

secara bertahap
- Dapat melakukan kegiatan

melakukan

Bantu pasien untuk menjaga


stabilitas sendi proximal selama

sehari-hari

aktivitas motorik

- RR dalam batas normal


ketika melakukan aktivitas

Jelaskan pada keluarga untuk


rasional

setiap

latihan

dan

prosedurnya.
-

Ingatkan tahapan-tahapan pada


setiap aktivitas motorik pada
setiap latihan.

d.

Gangguan Menelan Setelah


b.d Saraf Cranial

dilakukan

asuhan Swallowing Therapy

keperawatan selama X24 jam,


klien

mampu

meningkatkan

Bantu

pasien

untuk

duduk

dengan posisi hampir 90 derajat

status menelan, dengan criteria:

apabila memungkinkan
-

Bantu

pasien

memfleksikan

Swallowing status (1010)

kepalanya dalam persiapan saat


menelan

- Mampu
makanan

mempertahankan
di

dalam

mulut

Bantu

pasien

untuk

secara tahapan waktu selama

mempertahankan posisi duduk

ia bisa

selama 30 menit setelah makan.

- Waktu yang digunakan saat

reflek menelan cukup

Instruksikan klien untuk tidak


berbicara ketika makan

- Usaha menelan normal

Berikan istirahat sebelum makan


atau latihan untuk mencegah

- Nyaman pada saat menelan


- Durasi makan sesuai dengan

kelelahan yang berat


-

jumlah yang dimakan.

Instruksikan pada pasien atau


keluarga
nutrisi

tentang
dan

kebutuhan

modifikasi

diet,

kolaborasi dengan ahli gizi.


e.

Ketidakseimbangan

Setelah

dilakukan

asuhan Manajemen nutrisi :

Nutrisi : Kurang Dari keperawatan selama x 24 jam,


Kebutuhan

Tubuh klien mengalami peningkatan

b.d Faktor Biologis

Kaji apakah klien mempunyai


alergi makanan

status nutrisi dengan kriteria :


-

Berikan secara cukup masukan


protein, besi dan vitamin c.

Status nutrisi : intake nutrisi


- Kalori intake meningkat
- Protein cukup
- Lemak cukup

Pastikan diet tinggi serat untuk


mencegah konstipasi

Anjurkan lien untuk mengonsumsi


tinggi protein, kalori, makanan
kecil dan minuman sesuai dengan
kondisi klien.

- Mineral cukup

Monitor masukan nutrisi dan


kalori.

- Karbohidrat cukup
- Vitamin cukup

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka kelompok IX (Sembilan) menarik sebuah kesimpulan yaitu
Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Penyakit
polio atau poliomielitis paralitik sudah dikenal sejak akhir abad 18, bahkan mungkin sejak jaman
Mesir kuno. Penyakit ini disebabkan oleh virus polio, anggota genus Enterovirus, famili
Picornaviridae. Sampai sekarang telah diisolasi 3 strain virus polio yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2
(Lansing), dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut. Epidemi yang
luas biasanya disebabkan oleh tipe 1. Virus ini relatif tahan terhadap hampir semua desinfektan
(etanol, isopropanol, lisol, amonium kuartener, dll). Virus ini tidak memiliki amplop lemak sehingga

tahan terhadap pelarut lemak termasuk eter dan kloroform. Virus ini dapat diinaktifasi
oleh formaldehid, glutaraldehid, asam kuat, sodium hipoklorit, dan klorin. Virus polio menjadi inaktif
dengan pemanasan di atas 42 derajat Celcius. Selain itu, perlu dilakukan proses keperawatan mulai
dari pengkajian, diagnosa dan perencanaan keperawatan.
B. Saran
Agar makalah ini lebih berkesinambungan kita harus memahami bagaimana asuhan keperawatan
pasien polio. Selain itu kita juga harus mengetahui dan memahami penanganan pada pasien polio.
Oleh karena itu, kami kelompok IX (sembilan) sepenuhnya mengadari bahwa makalah ini masih
kurang dari sempurna, hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami
milikiserta referensi yang ada. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan kelompok IX (sembilan) pada khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

Afie. 2009. Sekilas Tentang Penyebab Polio. (http://afie.staff.uns.ac.id) (diakses

Senin, 17 Desember 2012)


Wener, Kenneth. 2008. Poliomyelitis. http://medlineplus.gov/ (diakses Senin, 17
Desember 2012)

Scarlet, QQ. 2008. Penyakit Polio. http://id.shvoong.com. (diakses Senin, 17


Desember 2012)

Wilkinson Judith M., 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7, Jakarta: Buku Kedokteran, EGC.
Made Sumarwati, S.Kp, Mn., Ns., dkk, 2010, NANDA International Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009 2011, Editor: T. Heather Herdman, PhD, RN., Editor
Edisi Bahasa Indonesia: Monica Ester, S.Kp., Jakarta: Buku Kedokteran, EGC.

Vous aimerez peut-être aussi