Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pokok Bahasan
: Geriatri
Sasaran
Hari/Tanggal
Waktu
: 09.00 WITA
Tempat
I.
Latar Belakang
Di Indonesia keberadaan seorang anggota keluarga berusia lanjut di
rumah merupakan hal yang biasa. Bahkan adanya orang tua di rumah,
dirasakan sebagai penghangat suasana rumah, sebagai pengayom, bahkan
sebagai tempat mengadu bagi seisi rumah.
Akan menjadi masalah bila warga usia lanjut ini mengalami sakit atau
terganggu mobilitas dan kemandiriannya, ia menjadi seorang pasien. Pada
kondisi ini diperlukan seorang yang dapat mendampingi , menemui, bahkan
merawat dan membantu pasien secara penuh.
Proses menua bukanlah suatu penyakit ataupun kondisi hendaya,
walaupun sebagai besar orang usia lanjut mengalami kemunduran
kemampuan fungsionalnya yang sering disebabkan oleh akibat dari berbagai
penyakit kronik yang umumnya menyertai proses menua. Proses menua
adalah penjumlahan semua perubahan yang terjadi dengan berlalunya waktu.
Perubahan ini menjadi penyebab atau berkaitan erat dengan meningkatnya
kerentanan tubuh terhadap penyakit, karena berkurangnya kemampuan tubuh
dalam proses-proses penyesuaian diri dalam mempertahankan keseimbangan
tubuh terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Hal yang
nyata adalah terjadi keterbatasan kapasitas fungsi secara bertahap dan
mengurangi kecepatan aktivitas yang pernah mampu dikerjakan sebelumnya.
Pada umumnya, penyakit yang diderita orang usia lanjut bersifat kronik
diselingi dengan serangan akut. Urutan pola penyakit terbanyak pada orang
usia lanjut adalah penyakit jantung dan pembuluhan darah, penyakit sendi dan
tulang, penyakit kencing manis, disusul dengan penyakit sistem pernapasan.
Deretan penyakit ini sangat berpeluang untuk menimbulkan kecacatan dan
mengganggu kemandirian sehingga dapat menyebabkan risiko jatuh pada
lansia.
II. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga
yang berobat ke Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah mengerti dan memahami
tentang risiko jatuh pada lansia.
III. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, pasien dan
keluarga diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tentang pengertian lansia dan jatuh.
2. Menyebutkan penyebab resiko jatuh pada lansia
3. Menjelaskan pencegahan risiko jatuh pada lansia
IV. Metode
Ceramah, diskusi dan tanya jawab.
V. Media
1. Leaflet
VI. Proses Pelaksanaan
No
Kegiatan penyuluhan
1 Pembukaan
Waktu
5 menit
Kegiatan peserta
a. Salam
Menjawab salam
b. Perkenalan
Mendengarkan
c. Menjelaskan
tujuan
Media
Mendengarkan
dari pertemuan
2
d. Kontrak waktu
Pelaksanaan
Mendengarkan
20 menit
Leaflet
a. Menyampaian materi
- Pengertian Lansia
- Penyebab jatuh
- Pencegahan
risiko
Memperhatikan
jatuh
b. Membagikan leaflet
Menerima leaflet
c. Memberikan
kesempatan
kepada
Menanyakan hal-hal
5 menit
a. Memberikan
pertanyaan
kepada
Menjawab
lisan
pasien
pertanyaan
dan
keluarga
Memperhatikan
b. Menyimpulkan
kegiatan
yang
telah
disampaikan.
c. Memberikan
Menjawab salam
salam
penutup
VII.Materi (Terlampir)
1. Pengertian lansia
2. Penyebab jatuh pada lansia
3. Pencegahan risiko jatuh pada lansia
VIII. Setting Tempat
Duduk saling berhadapan dengan penyaji berada didepan.
Penyaji + Leaflet
Observer
Fasilitator
3
Pasien dan
Keluarga
IX. Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a.
b.
c.
2. Kriteria Proses
a. Pada awal kunjungan, petugas sudah menjelaskan tujuan dilakukan
kunjungan
b. Selama kegiatan
penyuluhan,
klien
aktif
mendengarkan
dan
memperhatikan.
c. Klien aktif saat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
e. Kontrak telah diingatkan oleh petugas
3. Kriteria hasil
a. Klien kooperatif selama diskusi berlangsung
b. Klien kooperatif bertanya dan menjawab pertanyaan petugas
c. Klien dapat menjelaskan pengertian, penyebab, dan pencegahan resiko
jatuh pada lansia
X.
Struktur Organisasi
Ketua + Fasilitator
Penyaji
Observer
: Rian Kristiawan
: Ni Putu Ary Septyaningsih
: Kadek Vivi Nuariyani
DAFTAR PUSTAKA
Beare & Stanley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Jilid Pertama.
Edisi Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika.
Maas, et al. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta : EGC.
Setiadi Siti, 2000. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
RISIKO JATUH PADA LANSIA
1.
Pengertian
Menurut WHO dalam Bandiyah (2009) lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
Menurut Undang-undang RI nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia dalam Bandiyah (2009): yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia di atas 60 tahun.
Pada lansia umumnya mengelami gangguan atau penurunan fungsi tubuh
sehingga
dapat
menyebabkan
keterbatasan
fungsi
fisik
yang
dapat
menyebabkan masalah pada kesehatan lansia itu sendiri. Salah satu masalah
yang palig sering terjadi pada lansia adalah jatuh. Lansia sangat berisiko
terhadap kejadian jatuh, jatuh adalah suatu kejadian yang mengakibatkan
seseorang mendadak terbaring atau terduduk dilantai maupun tempat yang
lebih redah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka, trauma, dan
cedera.
2.
Depresi yang terjadi pada lansia dapat mengalihkan perhatian lansia saat
melakukan aktivitas, sehingga pada lansia yang mengalami depresi akan
berkurang perhatiannya saat berjalan sehingga tidak menyadari akan halhal yang dapat mencederai dirinya.
4) Gangguan penglihatan
Pada lansia umumnya mengalami penurunan daya penglihatan terkait
dengan katarak dan penurunan tonus otot mata. Lansia tidak mampu
melihat dengan baik lingkungan sekitarnya sehingga dapat berisiko
mengalami jatuh.
5) Dehidrasi
Dehidrasi dapat disebabkan oleh diare, demam serta asupan cairan yang
kurang sehingga dapat timbul ketidakseimbangan pada tubuh. Kondisi
yang tidak seimbang pada lansia dapat menimbulkan jatuh saat lansia
melakukan aktivitas.
b. Faktor Ekstrinsik, merupakan faktor penyebab yang timbul bukan dari
dalam diri lansia, dapat berupa orang, barang maupun kondisi lingkungan
sekitar lansia, seperti :
1) Alat atau perlengkapan rumah yang sudah rapuh atau tergeletak di bawah
tidak pada tempatnya.
2) Tempat tidur yang tidak stabil
3) Lantai yang licin, basah, menurun serta karpet yang tidak dilem atau
dalam posisi terlipat tidak rapi di bawah.
4) Keset yang tebal atau menekuk/terlipat di pinggirnya
5) Benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser
6) Tidak adanya tempat pegangan, tempat pegangan yang tidak kuat atau
tidak mudah dipegang
7) Penerangan yang tidak baik
8) Alat bantu jalan yang rapuh, tidak tepat ukuran, berat maupun cara
penggunaannya
9) Ketinggian meja dan kursi harus ergonomis sesuai dengan kondisi pasien
10) Alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, berjalan hanya dengan
menggunakan kaus kaki tanpa alas kaki lainnya.
3.
sedang
diderita,
pengobatan
yang
sedang
dijalani,
gangguan
c. Modifikasi lingkungan
1) Jalan masuk dan keluar rumah serta kamar dibuat bebas hambatan
2) Hindari ubin licin, barang-barang berserakan tidak pada tempatnya, dan
lampu redup
3) Letakkan alat-alat komunikasi agar mudah terjangkau; telepon, intercom,
bel, letakkan televise/ radio pada posisi yang terbaik
4) Pegangan tangan pada tangga
5) Penyesuaian peralatan
6) Penyesuaian di ruang duduk, termasuk bentuk dan ukuran kursi setinggi
kursi makan dan berlengan
7) Penyesuaian di kamar mandi di lengkapi beberapa pegangan.
d. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
1) Bangun dari tidur jangan langsung berdiri. Anjurkan lansia untuk miring
terlebih dahulu, kemudian duduk perlahan lalu berdiri. Bila lansia merasa
pusing anjurkan untuk tetap dalam posisi duduk.
2) Jangan berikan lansia mengangkat barang yang berat. Bila ingin
memindahkan barang, anjurkan untuk memindahkan sedikit demi sedikit.
3) Anjurkan lansia bila ingin mengambil barang dibawah jangan langsung
duduk, mulai dengan jongkok terlebih dahulu, bila perlu disesuaikan
dengan pegangan.
e. Alas kaki
Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
1) Gunakan sepatu yang tidak berhak/berhak lebar dengan bahan antislip
pada haknya
2) Jangan berjalan hanya dengan menggunakan kaos kaki karena sulit untuk
menjaga keseimbangan
3) Berikan alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, tidak hanya
menggunakan kaos kaki bila berjalan
f. Alat Bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor
yang mendasarinya. Penggunaan alat bantu jalan memang membantu
meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang
terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat
bantu tidak menggunakan roda, karena itu penggunaan alat bantu ini
haruslah direkomendasikan secara individual.
Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat
ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu,
penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch
(tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan,
pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan,
ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak
perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled
walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
10