Vous êtes sur la page 1sur 30

BAB II

ISI
2.1

AIR ASAM TAMBANG (AAT)


2.1.1 Pengertian Air Asam Tambang (AAT)
Air Asam Tambang (AAT) atau disebut juga Acid Mine
Drainage (AMD), yang disebut juga Acid Rock Drainage (ARD)
terjadi sebagai akibat proses fisika dan kimia yang cukup kompleks
yang melibatkan beberapa faktor dalam kegiatan pertambangan.
Kegiatan pertambangan ini dapat berupa tambang terbuka maupun
tambang dalam (bawah tanah). Umumnya keadaan ini terjadi karena
sulfur yang terjadi dalam batuan teroksidasi secara alamiah (pada
proses pembukaan tambang). Selanjutnya dengan kondisi kelembaban
lingkungan yang cukup tinggi akan menyebabkan oksida sulfur
tersebut berubah menjadi asam.

Gambar Air Asam Tambang


Kualitas air digunakan sebagai pembanding dalam usaha
pemantauan ketika tambang sedang berjalan. Pengukuran kualitas air
dapat ditentukan dari beberapa faktor yaitu :
1. Temperatur Temperatur yang terukur adalah suhu yang dianggap
2

normal pada daerah tersebut.


2. Derajat keasaman (pH) Nilai pH menunjukkan derajat keasaman
dalam air dinyatakan sebagai logaritma konsentrasi ion H+.
Larutan bersifat asam bila nilai pH kurang dari 7 dan larutan
bersifat basa bila nilai pH lebih dari 7.
3. Kekeruhan dan padatan terlarut Kekeruhan, muatan padat
tersuspensi dan residu terlarut merupakan sifat fisik air yang saling
berkait. Semakin tinggi muatan padat tersuspensi maka semakin
tinggi nilai residu terlarut dan kekeruhan air.
4. Daya hantar listrik (DHL) atau electroconductivity Daya hantar
listrik menggambarkan jumlah ion-ion yang terlarut dalam air.
5. DO Oksigen terlarut merupakan O2 bebas yang terdapat dalam
perairan dan secara kimia tidak bereaksi dengan air serta berperan
dalam proses penguraian bahan organik secara biologis.
6 Logam Kandungan logam-logam dapat mempengaruhi kehidupan
biota air terutama logam berat yang dapat meracuni manusia.
Sumber-sumber air asam tambang ini antara lain berasal dari
kegiatan kegiatan sebagai berikut :
a. Air dari lokasi penambangan
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya
lapisan tanah penutup, sehingga sulfur yang terdapat dalam
batubara akan mudah teroksidasi dan bila bereaksi dengan air akan
membentuk air asam tambang.
b. Air dari lokasi penimbunan
Timbunan batubara dapat menghasilkan air asam tambang karena
adanya kontak langsung dengan udara bebas yang selanjutnya
terjadi pelarutan akibat adanya air. Masalah ini berkaitan erat
dengan proses pembentukan batubara dimana pembentukan
batubara terdapat sulfur dan mineral pengotor yang berupa mineral
sulfida (pyrit). Air lokasi penimbunan ini merupakan sumber air
utama air asam tambang.

2.1.2 Proses Terjadinya Air Asam Tambang


Prinsip terjadinya air asam tambang adalah adanya reaksi
pembentukan H+ yang merupakan ion pembentuk asam akibat
oksidasi mineral-mineral sulfida dan bereaksi dengan air (H2O).
Kemudian oksidasi dari Fe2+, hidrolisis Fe3+ dan pengendapan logam
hidroksida. Prinsip tersebut bila dilihat secara kimia, sedangkan secara
biologi terjadi air asam tambang akibat adanya bakteri-bakteri tertentu
yang sanggup untuk mempercepat proses (katalisator) dari oksida
mineral-mineral sulfida dan oksidasi-oksidasi besi.

Berikut reaksi pembentukan air asam tambang secara kimia dan


secara biologi :
1. Secara Kimia
Oksidasi mineral-mineral sulfida (dalam bentuk pyrit) yang
menyebabkan keasaman dari air asam tambang dapat digambarkan
dengan tiga reaksi :
a. FeS2 + 7/2 O2 + H2O Fe2+ + 2 SO42- + 2 H+
b. Fe2+ + O2 + H+ Fe3+ + H2O
c. Fe3+ + 3 H2O Fe(OH)3 + 3 H+

d. FeS2 + 15/4 O2 + 7/2 H2O 2 H2SO4 + Fe(OH)3


Persamaan a. menunjukkan oksidasi dari kristal pyrit oleh oksigen,
4

persamaan b. menunjukkan oksidasi dari ferrous iron (Fe2+)


menjadi Ferric iron dan persamaan c. menunjukkan hidrolisis ferric
iron dan pengendapannya menjadi besi hidroksida [Fe(OH)3]. Bila
ketiga persamaan tersebut dijumlah akan memberikan hubungan
stokiometri secara menyeluruh
2. Secara Biologi
Kondisi keasaman dari pelapukan ion-ion hidrogen selama
oksidasi dapat pula disebabkan karena adanya aktivitas biologi oleh
bakteri-bakteri. Bakteri tersebut mampu untuk mempercepat proses
oksidasi dari mineral-mineral sulfida dan oksidasi besi serta
mendapat energi hasil pelepasan energi dari proses oksidasi.
Bakteri ini termasuk dalam subgroup strick aerobes, genus
trobhasillus, species thiobasillus, ferroxidans (kadang-kadang
dijumpai Ferrobacillus ferroxidans).
Persamaan

reaksi

terbentuknya

air

asam

tambang

berdasarkan aktivitas biologi sebagai berikut :


FeS2 + H2O + 7/2 O2 Fe2+ + 2 SO42Fe2+ + O2 + 5/2 H2O T.Ferroxidans Fe(OH)3 + 2 H+

FeS2 + 7/2 H2O + 15/4 O2 Fe(OH)3 + 2 H2SO4


Dari reaksi kimia dan biologi di atas dapat dilihat bagaimana
terbentuk asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat, dengan
adanya kadar asam sulfat ini menyebabkan air yang mengalir pada
daerah yang terjadi proses kimia dan biologi tersebut akan bersifat
asam, inilah yang disebut air asam tambang. Air asam tambang ini
dapat dikenal dari warna jingga atau merah dari endapan besi
hidroksida di dasar aliran atau bau belerang, tetapi ini tidak selalu
terjadi karena ada air asam tambang yang warnanya agak jernih.
2.1.3 SumberSumber Air Asam Tambang
Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan
baik itu tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya
keadaan ini terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan

teroksidasi secara alamiah didukung juga dengan curah hujan yang


tinggi semakin mempercepat perubahan oksida sulfur menjadi asam.
Sumber sumber air asam tambang antara lain berasal dari kegiatan
kegiatan berikut :
1. Air dari tambang terbuka
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya
lapisan penutup,

sehingga unsur sulfur yang terdapat dalam

batuan sulfida akan mudah teroksidasi dan bila bereaksi air dan
oksigen akan membentuk air asam tambang.
2. Air dari unit pengolahan batuan buangan
Material yang banyak terdapat pada limbah kegiatan
penambangan adalah batuan buangan ( waste rock ). Jumlah batuan
buangan ini akan semakin meningkat dengan bertambahnya
kegiatan penambangan. Sebagai akibatnya, batuan buangan yang
banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung dengan
udara terbuka membentuk senyawa sulfur oksida selanjutnya
dengan adanya air akan membentuk air asam tambang.
a. Air dari lokasi penimbunan batuan
Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat
menghasilkan air asam tambang karena adanya kontak langsung
dengan udara yang selanjutnya terjadi pelarutan akibat adanya
air.
b. Air dari unit pengolahan limbah tailing
Kandungan unsur sulfur di dalam tailing diketahui
mempunyai potensi dalam membentuk air asam tambang, pH
dalam tailing pond ini biasanya cukup tinggi karena adanya
penambahan hydrated lime untuk menetralkan air yang bersifat
asam yang dibuang kedalamnya. Air yang masuk ke dalam
tailing pond yang bersifat asam tersebut diperkirakan akan
menyebabkan limbah asam bila merembes keluar dari tailing
pond.
2.1.4 Mineral-Maineral Pembentuk Air Asam Tambang
Mineralmineral yang terdapat pada batuan penutup di daerah

pertambangan adalah kandungan sulfida alami, paling umum yaitu


dalam bentukpirit. Apabila mineral-mineral ini terkena oksigen dan air
selama penambangan, maka akan mengalami oksidasi sehingga
menghasilkan air

asam

sulfat.

Dibawah

ini

menjelaskan

reaksi pirit dengan oksigen dan air:


FeS2 + 15/4O2 + 7/2H2O Fe(OH)3 + 2H2SO4
Air asam tambang terbentuk ketika mineral-mineral sulfida
dalam batuan muncul di permukaan pada kondisi oksidasi. Banyak
tipe dari mineralsulfida, sulfida besi yang sering terdapat pada
batubara yang didominasi piritdan markasit.
Beberapa sulfida-sulfida logam yang dapat menyebabkan air asam
tambang:
Jenis-jenis Sulfida
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Rumus Senyawa
FeS2
FeS2
FexSx
Cu2S
CuS
Cu FeS2
MoS2
NiS
PbS
ZnS

Nama Senyawa
Pyrite
Marcasite
Pyrrhotite
Chalcosite
Covellite
Chalcopyrite
Molybdenite
Millerite
Galena
Sphalerite

Apabila mineral-mineral sulfida muncul di permukaan pada


kondisi oksidasi, maka mineral-mineral sulfida akan teroksidasi,
bereaksi dengan air dan oksigen menjadi kondisi asam tinggi, kaya
akan sulfat. Komposisi logam dan konsentrasi-konsentrasi pada tipe
mineral sulfida hadir dalam jumlah yang banyak.
Berdasarkan persamaan kimia dapat diketahui prosesnya sebagai
berikut:
Persamaan 1 :FeS2 + 7/2O2 + H2O Fe+2 + 2SO4-2 + 2H+
Persamaan 2 :Fe+2 + 1/4O2 + H+ Fe+3 + 1/2H2O
Persamaan 3 :Fe+3 + 3H2O Fe(OH) + 3H+

Persamaan 4 : FeS2 + 14Fe+3 + 8H2O 15Fe+2 + 2SO4-2 + 16H+


Persamaan

1, besi

sulfida

teroksidasimelepaskan

besi

ferro,sulfatdanasam
Persamaan 2, besi ferro dalam persamaan dua akan teroksidasi
menjadi besi ferri
Persamaan 3, besi ferri dapat terhidrolisis dan membentuk ferri
hidrosida danasam.
Persamaan 4, besi ferro secara langsung bereaksi dengan pirit dan
berlaku sebagai katalis yang menyebabkan besi ferro yang sangat
besar, sulfat dan asam.
2.1.5 Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Air Asam Tambang (AAT)
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat air asam tambang adalah
terjadinya pencemaran lingkungan, dimana komposisi atau kandungan
air di daerah yang terkena dampak tersebut akan berubah sehingga
dapat

mengurangi

kesuburan

tanah,

mengganggu

kesehatan

masyarakat sekitarnya, dan dapat mengakibatkan korosi pada


peralatan tambang.
Derajat keasaman tanah yang telah tercemar akibat air asam
tambang ini akan semakin meningkat, sehingga tanaman tidak dapat
tumbuh karena derajat keasaman tanahnya terlalu tinggi. Apabila air
asam tersebut mencemari air tanah maupun aliran air sungai dimana
masyarakat memanfaatkan air tersebut maka dapat mengganggu
kesehatan masyarakat sekitar, diantaranya dapat menimbulkan
penyakit diare maupun penyakit lainnya yang berhubungan dengan
pencernaan. Sedangkan air asam tambang juga dapat mempercepat
proses

pengkaratan

pada

peralatan

tambang,

sehingga

perlu

penanganan agar pengaruh yang ditimbulkan dari air asam tersebut


tidak merusak peralatan tambang.
2.1.6 Pengendalian Air Asam Tambang
Pengendalian air asam tambang secara umum dapat dilakukan dengan

cara :
1. Pencegahan atau pengendalian proses pembentukan asam Upaya
mencegah dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengisolasi mineral sulfida Dengan memisahkan material yang
mengandung mineral sulfida dari air dan udara akan mencegah
terjadinya reaksi oksidasi.
b. Mengendalikan aliran air
- Mencegah aliran air permukaan masuk ke material asam
- Mencegah penyerapan air hujan pada material asam
- Mencegah aliran air tanah masuk pada lokasi material asam
2. Mengendalikan perpindahan air asam yang telah terbentuk Hal ini
dapat dilakukan dengan :
- Pembuatan saluran penirisan di sepanjang daerah sumber air
asam
- Pemasangan sistem pipa penirisan di bawah timbunan penghasil
air asam untuk selanjutnya dialirkan ke dalam kolam
pengendapan.
3. Menampung dan menetralkan air asam yang telah terbentuk
Komposisi air asam tambang terdiri dari asam sulfat dan besi
sulfat. Dalam hal ini besi sulfat berada dalam bentuk ferro (Fe2+)
ataupun ferri (Fe3+). Salah satu proses pengolahan terhadap air
asam tambang ini adalah proses netralisasi asam dengan senyawa
alkali, oksida besi (II) menjadi besi (III) yang tidak larut dan proses
sedimentasi untuk menghasilkan endapan yang berbentuk Fe3+.
Air asam yang terjadi ditampung pada kolam pengendapan
yang berfungsi sebagai sarana pemantauan kualitas air sekaligus
tempat penetralan air asam sebelum dilepaskan ke alam.

2.2

AIR TANAH
2.2.1 Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah
satusumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya
dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit
dilakukan.
Menurut Budhikuswansusilo, air tanah (Groundwater) adalah
nama untuk menggambarkan air yang tersimpan di bawah tanah dalam
batuan yang permeabel. Periode penyimpanannya dapat berbeda
waktunya bergantung dari kondisi geologinya (beberapa minggu
tahun). Pergerakan air tanah dapat muncul ke permukaan, dengan
manifestasinya sebagai mata air (spring) atau sungai (river).
Menurut Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang
bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir
tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk
lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air
tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada
pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah
disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.
Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.
Secara hidrologis air di bawah tanah dapat dibedakan menjadi
air pada daerah yang tak jenuh dan air pada daerah jenuh. Daerah tak
jenuh yang umumnya terdapat pada bagian teratas dari lapisan tanah
dicirikan oleh gabungan antra material padatan, air dalam bentuk air
absorpsi, air kapiler, dan air infiltrasi, serta gas/udara. Daerah ini
dipisahkan dari daerah jenuh oleh jaringan kapiler. Air yang berada
pada daerah jenuh disebut air tanah.
2.2.2 Asal- Usul Air Tanah dan Sifat Air Tanah
Adalah hal yang mutlak bagi para birokrat pengelola sumber
daya air (tanah), untuk memahami asal-usul (origin) dan sifat-sifat

10

(nature) air tanah, agar tidak terjadi kesalah-pengertian tentang


sumberdaya

yang

dikelola.

Kesalah-pengertian

tersebut

akan

menjadikan tujuan mewujudkan kemanfaatan air tanah terutama bagi


kaum miskin pengelolaan tidak mencapai sasarannya, bahkan justru
akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi keterdapatan air
tanah itu sendiri serta kaum miskin tersebut. Hal-hal pokok yang perlu
dipahami tentang asal-usul dan sifat-sifat air tanah antara lain tentang:
Asal air tanah, Pembentukan air tanah, wadah air tanah, pegaliran dan
imbuhan air tanah serta mutu air tanah.
1. Asal Air Tanah
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah
dan terletak pada zona jenuh air. Air tanah berasal dari permukaan
tanah, misalkan hujan, sungai, danau. Dan dari dalam bumi sendiri
diamana air tersebut terjadi bersama-sama dengan batuannya,
misalkan pada waktu terjadinya batuan endapan terdapat air yang
terjebak oleh batuan endapan tersebut. Contohnya: air fosil yang
biasanya asin air volkanik panas dan mengandung sulfur.
2. Pembentukan Air Tanah
Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan
tanah pada lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah
terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang meresap
(infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan
kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona
jenuh air dan menjadi air tanah.
Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni
suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air
dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer; penguapan dari darat
atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan,
pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau badan air dan penguapan
kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi tersebut dapat

11

dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta


komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi
termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan,
tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permiukaan.
Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi.
Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan
memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.
3. Wadah Air Tanah
Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk
menyimpan dan melalukan air tanah dalam jumlah berarti ke sumursumur atau mata air mata air disebut akuifer. Lapisan pasir atau
kerikil adalah salah satu formasi geologi yang dapat bertindak sebagai
akuifer. Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut dialasi oleh
lapisan lapisan batuan dengan daya meluluskan air yang rendah,
misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard. Lapisan yang sama dapat
juga menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer
tersebut di bawah tekanan (confined aquifer). Di beberapa daerah
yang sesuai, pengeboran yang menyadap air tanah tertekan tersebut
menjadikan air tanah muncul ke permukaan tanpa membutuhkan
pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan penutup di atasnya, air
tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer), sama dengan
tekanan udara luar.
Semua akuifer mempunyai dua sifat yang mendasar: (i)
kapasitas menyimpan air tanah dan (ii) kapasitas mengalirkan air
tanah. Namun demikaian sebagai hasil dari keragaman geologinya,
akuifer sangat beragam dalam sifat-sifat hidroliknya (kelulusan dan
simpanan)

dan

geografinya).

volume

tandoannya

Berdasarkan

sifat-sifat

(ketebalan

dan

tersebut

akuifer

sebaran
dapat

mengandung air tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan


sebaran yang luas hingga ribuan km2 atau sebaliknya.
Sebaran akuifer serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-

12

batas kewenangan administratif pemerintahan. Suatu wilayah yang


dibatasi oleh batasan-batasan geologis yang mengandung satu akuifer
atau lebih dengan penyebaran luas, disebut cekungan air tanah.
4. Mutu Air Tanah
Sifat fisika dan komposisi kimia air tanah yang menentukan
mutu air tanah secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi
penyusun akuifer, jenis tanah/batuan yang dilalui air tanah, serta jenis
air asal air tanah. Mutu tersebut akan berubah manakala terjadi
intervensi manusia terhadap air tanah, seperti pengambilan air tanah
yang berlebihan, pembuangan libah, dll.
Air tanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari
zat-zat pencemar dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat
melemahkan zat-zat pencemar, maka tingkat pencemaran terhadap air
tanah dangkal sangat tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan
jenis zat pencemar, serta jenis tanah/batuan di zona takjenuh, serta
batuan penyusun akuifer itu sendiri. Mengingat perubahan pola
imbuhan, maka air tanah dalam di daerah-daerah perkotaan yang telah
intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat rawan pencemaran,
apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah tercemar.
Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang
berasal dari air (water born diseases).
2.2.3 Siklus Air (Siklus Hidrologi)
Defenisi tentang air tanah diatas menunjukkan keterkaitan erat
dengan air permukaan (sungai, rawa, dan danau). Oleh karena itu, air
tanah merupakan bagian dari siklus air (the water cycle).

13

1. Gambar Siklus Hidrologi

Gambar Siklus Air (Siklus Hidrologi)

2. Proses Siklus Hidrologi


Jika hari hujan maka air akan turun ke permukaan bumi. Air ini
sebagian akan mengalir ke permukaan bumi menuju ke daerah yang
lebih rendah dan bermuara di laut atau di danau. Sebahagian lagi akan
terserap oleh bumi dan mengalir di dalam tanah atau tersimpan di
dalam tanah sebagai air tanah.
Air yang telah sampai di laut ataupun di danau jika dikenai oleh
sinar matahari akan menguap dan bergabung membentuk awan. Oleh
karena adanya perbedaan tekanan dan temperatur di atas permukaan
bumi maka terjadilah perpindahan udara atau pergerakan udara yang
kita sebut angin.

14

Angin ini akan membawa gumpalan-gumpalan awan ke daerah


yang lebih rendah temperatur tekanannya. Jika awan yang dibawa oleh
angin ini melalui daerah pegunungan, maka gerakannya akan
terhalang dan didorong untuk naik lebih tinggi lagi. Karena temperatur
akan semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut,
maka awan yang mengandung uap air tadi mencapai titik embunnya
dan terbentuklah butiran-butiran air yang kemudian jatuh kembali ke
bumi sebagai air hujan.
Air hujan ini akan mengalir lagi di permukaan bumi, ke daerah
yang lebih rendah, dan sebahagian diserap oleh bumi. Kemudian terus
ke laut atau ke danau dan apabila kena sinar matahari akan menguap
ke udara dan membentuk awan. Awan akan berkumpul dan kemudian
dibawa oleh angin dan mengembun dan berubah menjadi hujan.
Begitulah seterusnya siklus dari air yang berulang secara bergantian.
2.2.4 Aquifer
Aquifer (akuifer) adalah lapisan batuan/tanah yang permeabel atau
lulous air sehingga dapat melewatkan atau meluluskan air. Tiga tipe
aquifer yang dikenal adalah:
- Aquifer pori, yang kelulusannya disebabkan oleh pori-pori
diantara butir-butir padatan, umumnya lapisan sedimen.
- Aquifer rekahan, yang kelulusannya dipengaruhi oleh rekahanrekahan yang terdapat pada lapisan batuan; misalnya batuan
beku.
- Karstaquifer yang merupakan lapisan batu gamping karst.
- Aquifuge, adalah lapisan batuan atau tanah yang impermiabel/
tidak lulus air sehingga tidak memiliki kemampuan untuk
menyimpan dan meluluskan air.
Aquiclude (akuiklud), adalah lapisan batuan atau tanah yang dapat
menyimpan air, tetapi tidak dapat mengalirkannya.

15

Aquitard

(akuitar), adalah akuifer yang secara regional

mempengaruhi neraca air, tetapi tidak cukup untuk dapat


dimanfaatkan.
1. Sifat-Sifat Aquifer (akuifer)
a. Porositas/ Kesarangan;
Lapisan tanah yang porous (sarang) memiliki ruang-ruang di
antara butir-butir padatannta. Ruang-ruang itu disebut pori dan
berisi fluida (cairan atau gas). Jika Vo adalah volume medium
porous, Vs adalah volume padatan dan Vp adalah volume
ruang/pori, maka Porositas atau Kesarangan yang dinyatakan dalan
%, adalah;
n = Vp/Vo
b. Permeabilitas/ Kelulusan
Permeabilitas adalah sifat spesifik dari suatu medium padat,
dalam hal ini lapisan batuan, untuk meluluskan fluida (cairan atau
gas).
Percobaan yang dilakukan oleh DARCY pada tahun 1856
menggambarkan

aliran

tanah

serta

pengertian

tentang

permeabilitas, yang dikenal sebagai hukum DARCY;


Q = - KA dh/dl
dengan Q adalah jumlah air yang mengalir melalui suatu satuan
luas A dengan gradien hidrolik sebesar dh/dl.

16

Gambar skema Percobaan Darcy


Faktor proporsionalitas K disebut permeabilitas atau
Konduktivitas Hidrolik yang memiliki satuan m/s.

Harga

permeabilitas bergantung pada ruang/pori, sifat cairan, dan


gravitasi. Beberapa contoh harga permeabilitas dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel Beberapa Harga K
Jenis Baha Bahan

Nilai K (m/s)
10-2 - 1

Pasir

10-5 -10-2

Pasir Halus/ Lempungan

10-8 10-5

Kaolinit

10-8

Montmorolinit

10-10

c. Transmisibilitas
Theis (1935) yang pertama kali mengajukan istilah
trasmisivitas atau trasmisibilitas untuk m enggambarkan sifat
transportasi dari aquifer.
Transmisibilitas (m2/s) pada suatu medium porous yang
isotrop dan cairan yang homogen menggambarkan jumlah cairan
dengan viskositas dan gradien hidrolik tertentu yang mengalir tegak

17

lurus melalui suatu bidang selebar 1 m dan setinggi ketebalan


lapisan jenuh/ aquifer.
Jadi transmisibuilitas (T) merupakan hasil perkalian dari
permeabilitas K dengan ketebalan lapisan jenuh
T = ( K dm = K m
d. Storage Coefficient dan Specific Yield
Koefisien penyimpanan (storage coefficient) adalah suatu
perbandingan antara volume air yang dikeluarkan dari atau
dimasukkan ke dalam aquifer melalui satu satuan luas sebesar 1
m2 jika terjadi perubahan muka air tanah sebesar 1 m dengan
volume 1 m3. untuk aquifer bebas definisi di atas disebut specific
yield.

Gambar Skema Pengertian Permeabilitas dan Transmisibilitas

18

Gambar Koefisien Penyimpanan

2. Jenis-Jenis Aquifer
a. Aquifer Tertekan (Confined aquifer)
Aquifer Tertekan (Confined aquifer) merupakan lapisan
permeabel yang sepenuhnya jenuh oleh air dan dibatasi oleh
lapisan-lapisan impermeabel (confining beds) baik di bagian atas
maupun di bagian bawahnya. Aquifer tersebut berada dalam
kondisi tertekan sehingga jika terdapat sumur yang menembus
akuifer tersebut maka permukaan air akan lebih tinggi dari bagian
atas akuifer. Bila air pada sumur tersebut lebih tinggi dari
permukaan tanah maka hal ini disebut akuifer yang artesis.
b. Aquifer Setengah Tertekan (Semi-Confined Aquifer)
Akuifer setengah tertekan atau disebut juga leaky aquifer
atau lapisan yang jenuh air dan pada bagian atasnya dibatasi oleh
lapisan yang semi-permiabel dan pada bagian bawah dibatasi oleh
lapisan impermeabel atai juga semi-impermeabel. Pada akuifer ini
19

dapat terjadi aliran air dengan arah vertikal antara akuifer dan
lapisan semi-permeabel di atasnya, fenomena ini disebut leakage
c. Aquifer Setengan Bebas (Semi-Unconfined Aquifer)
Jika lapisan semi-permeabel yang berada diatas akuifer
memiliki permeabilitas yang cukup besar sehingga aliran horizontal
pada lapisan tersebut tidak dapat diabaikan, maka akuifer tersebut
dinamakan akuifer setengah bebas.
d. Aquifer Bebas (Unconfined Aquifer)
Pada akuifer ini hanya sebagian dari ketebalan lapisan yang
permeabel yang terisi oleh air atau jenuh air. Lapisan tersebut
dibatasi oleh lapisan impermeabel di bawahnya. Batas atas akuifer
berbentuk muka air tanah yang dalam keadaan seimbang dengan
tekanan udara.
3. Uji Aquifer
Untuk mengetahui karakteristik hidrolik akuifer serta potensi
air tanah maka perlu dilakukan pengujian. Jenis-jenis pengujian
yang umum dilakukan adalah:
a. Pengujian untuk menentukan permeabilitas/konduktivitas
hidrolik K dari satu lubang bor.
1) Uji Permukaan Tidak Tetap (Falling Head Tes)
Pertama-tama air diisikan pada sumur sehingga muka air dalam
sumur lebih tinggi h m dari muka air tanah statik. Penurunan
muka air terhadap waktu dicatat. Untuk lebih jelasnya
bagaimana perhitungan pengujiannya dapat dilihat pada lembar
formulir untuk falling head test.
2) Uji Permukaan Tetap (Constant Head Permeability Test)
Cara pengujian dilakukan pada sumur-sumur yang dalam atau
miring (inclined) dan dianggap lebih akurat bila dibandingkan

20

falling head test. Cara ini dapat dilakukan dengan 2 cara


yakni:
a) Muka air pada sumur dibuat tetap pada tinggi tertentu dari
tinggi muka air tanah awal atau,
b) dengan memompa air dengan tekanan ke zona yang akan di
tes, dengan menggunakan packer, contoh perhitungan dapat
dilihat pada blanko uji constant head.
b. Uji Pemompaan
Uji pemompaan merupakan alat bantu yang terpenting
dalam penyelidikan hidrogeologi, dengan cara ini dapat
ditentukan karakteristik kapasitas sumur (well test) dan
parameter hidrolik dari akuifer (aquifer test).
Untuk pengujian ini diperlukan satu sumur pemompaan
dan paling sedikit satu sumur pengamatan. Pada saat
pemompaan muka air tanah baik pada sumur uji maupun pada
sumur pengamat diukur.
Jika sebuah sumur yang dipompa dengan debit konstan Q
maka akan terbentuk sebuah kerucut penurunan muka air tanah
yang pada waktu t mencapai jarak maksimal. Pada keadaan ini
terdapat dua macam kondisi yang mungkin terjadi yaitu;
Kondisi unsteady atau tidak tunak ( dimana muka air tanah
merupakan fungsi dari waktu.
Kondisi steady atau tunak ( dimana muka air tanah konstan
terhadap waktu.

21

Gambar Jenis-Jenis Aquifer

22

Gambar Gambaran Skematis Sistem Aquifer

23

Gambar Formulir Uji Falling Head Test

24

Gambar Formulir Uji : Constant Head Test

25

2.2.5 Air Tanah dalam Pertambangan


Pengaruh air tanah pada tambang terbuka, selain dari
terganggunya permuka kerja karena aliran air tanah, adalah
pengaruhnya pada kestabilan baik lereng tambang maupun lantai
tambang jika terdapat akuifer tertekan.
Metoda penyaliran untuk air tanah sangat tergantung dari
kondisi air tanah serta akuifer di daerah tersebut.
Beberapa metoda yang dikenal adalah ;
a. lubang penirisan horizontal, keuntungan cara ini adalah;
Relatif dapat dengan cepat dan mudah dibuat
Penirisan berdasarkan gravitasi sehingga tidakl memerlukan
pompa
Fleksibel terhadap perubahan struktur geologi
Sedangkan kerugian dengan cara ini adalah; pengaruhnya sangat
terbatas dan tidak dapat dibuat pada saat pekerjaan pengalian.
b. Sumur Penirisan Vertikal, keuntungan cara ini adalah;
Dapat dibuat sebelum penggalian dimulai
Instalasi \nya tidak mengganggu kegiatan produksi
Pre-mining drainage akan mengurangi biaya peledakan dan
pengangkutan
air yang dipompa dapat dimanfaatkan.
Sedangkan kerugian cara ini adalah ;
Modal awal untuk peralatan
Jika terjadi kemacetan akan meningkatkan tekanan air tanah.
c. Galeri Penirisan
Sistem penirisan ini merupakan upaya untuk mencegah
mengalirnya air tanah ke dalam tambang dengan cara membuat
sumur-sumur penirisan yang berfungsi sebagai dinding penahan.
Keuntungan cara ini adalah;

26

Potensi penirisannya besar


Lebih terpercaya untuk suatu jangka panjang
Dapat mengambil informasi tentang karakteristik batuan
Sedangkan kerugian utama cara ini adalah mahalnya biaya pembuatan
instalasi.
d. Drainage Trench
Drainage trench dapat dibedakan dalam slope trench dan
horizontal trench.

Gambar Sumur Penirisan

27

Gambar Sistem Galeri Penirisan

28

Gambar Drainage Trenches


2.2.6 Gerakan Air Tanah
Pergerakan air di bawah tanah dengan sumber airnya adalah air
hujan dapat digambarkan dalam beberapa tahapan berikut:
sebidang tanah alami yang permukaannya ditumbuhi rerumputan
29

dan sebatang pohon besar


Ketika turun hujan, air hujan mulai membasahi permukaan tanah
Tanah yang alami dengan tetumbuhan di atasnya menyediakan
pori-pori, rongga-rongga dan celah tanah bagi air hujan sehingga
air hujan bisa leluasa merembes atau meresap ke dalam tanah. Air
itu akan turun hingga kedalaman beberapa puluh meter.
Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus bergerak ke
bawah sampai dia mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak
antar butirannya sangat-sangat sempit yang tidak memungkinkan
bagi air untuk melewatinya. Ini adalah lapisan yang bersifat
impermeabel. Lapisan seperti ini disebut lapisan aquitard (gambar
sebelah kanan bersifat impermeabel yang sulit diisi air, sementara
yang kiri bersifat permeabel yang berisi air).
Karena air tak bisa lagi turun ke bawah, maka air tadi hanya bisa
mengisi ruang di antara butiran batuan di atas lapisan aquitard.
Air yang datang kemudian akan menambah volume air yang
mengisi

rongga-rongga

antar

butiran dan

akan tersimpan

disana. Penambahan volume air akan berhenti seiring dengan


berhentinya hujan.
Air yang tersimpan di bawah tanah itu disebut air tanah. Sementara
air yang tidak bisa diserap dan berada di permukaan tanah disebut
air permukaan
Permukaan air tanah disebut water table, sementara lapisan tanah
yang terisi air tanah disebut zona saturasi air.
Permukaan zona saturasi yang tak lain adalah water table tersebut
selalu mengikuti bentuk topografi atau lekuk-lekuk permukaan bumi.

30

Disamping air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga
bergerak dari bawah ke atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada
dasarnya mengikuti hukum hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya
perbedaan gradien hidrolik. Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang
berbunyi volume air tanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan
tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan.
2.2.7 Metode Pencarian Air Tanah
Tiap jenis airtanah memerlukan metode pencarian yang spesifik.
Diantaranya adalah:
Metode berdasarkan aspek fisika (Hidrogeofisika)
Penekanannya pada aspek fisik yaitu merekonstruksi pola sebaran
lapisan akuifer. Beberapa metode yang sudah umum kita dengar
dalam metode ini adalah pengukuran geolistrik yang meliputi
pengukuran tahanan jenis, induce polarisation (IP) dan lain-lain.
Pengukuran

lainnya

adalah

dengan

menggunakan

sesimik, gaya berat dan banyak lagi.


Metode berdasarkan aspek kimia (Hidrogeokimia)
Penekanannya pada aspek kimia yaitu mencoba merunut pola
pergerakan airtanah. Secara teori ketika air melewati suatu media,
maka air ini akan melarutkan komponen yang dilewatinya. Sebagai
contoh air yang telah lama mengalir di bawah permukaan tanah
akan memiliki kandungan mineral yang berasal dari batuan yang
dilewatinya secara melimpah.

31

Vous aimerez peut-être aussi