Vous êtes sur la page 1sur 66

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn.

Z
KHUSUSNYA Ny. R DENGAN DIABETES MELITUS
DI PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
JAKARTA PUSAT

DISUSUN OLEH
DEWI PALENTINA
07.019

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO


AKADEMI KEPERAWATAN
JAKARTA
2010

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.

A. Latar belakang
Pembangunan manusia seutuhnya bermula pada saat pembuahan, dan berlangsung
sepanjang masa hidupnya, tidak dapat dilepaskan dari aspek kehidupan keluarga, dimana
manusia itu hidup dan dibesarkan. Pembangunan seluruh masyarakat sangat tergantung pada
pembangunan keluarga yang menjadi inti dari masyarakat tersebut. Dalam pembangunan
nasional keluarga mempunyai nilai strategis karena menjadi inti dalam pembangunan serta
menjadi tumpuan pembangunan manusia seutuhnya. Karena nilainya yang startegis maka
keluarga harus memperoleh pembinaan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk aspek
kesehatannya.

Kesehatan keluarga sebagai salah satu unsur dasar kesejahteraan keluarga dan akan
memperkokoh ketahanan nasional. Dalam upaya memperbaiki tingkat sosial ekonomi
masyarakat, kesehatan keluarga merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi, oleh
karena itu keluarga yang sehat menghasilkan anak-anak yang akan tumbuh dan berkembang
menjadi insan pembangunan yang sehat. pembinaan kesehatan dItujukan kepada upaya
untuk menumbuhkan perubahan sikap dan prilaku yang selanjutnya akan meningkatkan
kemampuan dan kemandirian keluarga dalam memelihara dan memperbaiki status kesehatan

serta mengatasi masalah kesehatannya melalui hubungan masyarakat dan bimbingan tenaga
profesional.

Sasaran utama pembinanaan kesehatan keluarga adalah keluarga rawan, yang salah satunya
adalah keluarga yang mengalami diabetes melitus.

Dari data yang didapatkan dari negara Singapura bahwa kurang lebih penderita diabetes
melitus 8,6 % orang dewasa, dan 7,5 % penderita diabetes meninggal dunia karena terjadi
komplikasi yang serius diantaranya : jantung, paru, ginjal stroke, pesyarafan (neuropati) atau
kebutaan dan luka ganggren.

Berdasarkan dari register puskesmas kecamatan senen, diperoleh data bahwa dari 12% dari
seluruh pengunjung puskesmas yang berobat kepuskesmas kecamatan senen menderita
diabetes melitus.

Masalah keperawatan yang muncul pada pasien diabetes melitus yaitu perubahan pola
nutrisi, kekurangan volume cairan, resiko dan penyebaran infeksi, kelelahan, kurang
pengetahuan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan kematian.

Dengan adanya masalah tersebut maka peran dan fungsi perawat adalah sangat penting
dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada aspek promotif yaitu dangan
memberikan pendidikan kesehatan, preventif misalnya dengan mencegah supaya klien bisa
menjaga pola makan dan aspek lainnya. Sehingga penulis tertarik dan ingin mengetahui

bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes melitus dengan
menggunakan metode pendekatan proses asuhan keperawatan keluarga.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini diharakan penulis mendapatkan pengalaman nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga yang mengalami diabetes melitus
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah penulis mampu :
a.

Melakukan pengkajian pada keluarga dengan masalah diabetes melitus

b.

Menganalisa data yang ditemukan pada keluarga dengan masalah diabetes melitus

untuk merumuskan diagnosa keperawatan


c.

Menyusun rencana keperawatan keluaga dengan masalah diabetes melitus

d.

Menerapkan rencana keperawatan kesehatan keluarga dalam bentuk tindakan

keperawatan
e.

Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada keluarga

dengan masalah diabetes mellitus


f.

Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada keluarga dengan masalah

diabetes melitus
g.

Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara teori dengan kasus nyata

h.

Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga serta alternatif pemecahannya.

C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan keperawatan pada
keluarga Tn. Z khususnya Ny. R dengan masalah Diabetes Mellitus di Rt 004/ Rw 05
kecamatan senen Jakarta Pusat, yang dilaksanakan mulai tanggal 29 Januari 2010 sampai
dengan tanggal 01 Februari 2010.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif, tipe studi
kasus dimana penulis mengambil data pada salah satu keluarga yang ada di wilayah RT 004/
RW 05 kecamatan senen. Dalam pengumpulan data metode yang digunakan adalah :
Wawancara, Observasi, dan pengukuran terhadap seluruh angota keluarga yang tingal dalam
satu rumah. Selain itu juga penulis menggunakan studi keputakaan dengan mempelajari
literatur yang melandasi asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga.

E. Sistematika Penulisan

Penyusunan makalah ini terdiri dari lima Bab, yang disusun secara sistematis
sebagai berikut : Bab satu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
rung lingkup, metode penulisan dan sistematka penulian. Bab dua landasan teori asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah diabetes melitus yang terdiri dari konsep keluarga

dan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah diabetes melitus. Bab tiga tinjauan kasus
asuhan keperawatan keluarga dengan masalah diabetes melitus yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab empat pembahasan
menguraikan tentang kesenjangan antara teori dengan fakta yang ada. Sesuai dengan
langkah-langkah proses keperawatan. Bab lima penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN MASALAH DIABETES
MELITUS

Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konsep penyakit diabetes melitus dan
konsep asuhan keluarga.

A. Konsep Masalah Kesehatan


Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai pengertian, patofisiologi, dan penatalaksanaan
medis penyakit diabetes melitus.

1. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol, yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia karena defisiensi insulin atau
ketidakadekuatan penggunaan insulin. (Babara Engram, 1999).

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner Souddarth, 2002)

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang kompleks dengan melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta berkembangnya
makrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long 1996).

komplikasi

Dari ketiga pengertian tersebut di atas dapat penulis simpulkan Diabetes Mellitus adalah
gangguan Metabolisme yang secara genetik dan klinis yang ditandai dengan kanaikan kadar
gula atau hiperglikemia yang disebabkan karena defesiensi insulin atau ketidakadekuatan
penggunaan insulin.

2. Patofisiologi
Diabetes Mellitus merupakan penyakit dimana kadar gula dalam darah seseorang melebihi
kadar normal akibat kelenjar pankreas tidak berfungsi normal mengolah kadar gula,
sehingga seseorang harus mengontrol diet makanan agar kadar gula tetap normal dan tidak
menimbulkan komplikasi. Etiologi Diabetes Mellitus tidak disebabkan oleh satu penyebab
tapi oleh sekelompok penyakit yang heterogen baik faktor genetik, lingkungan, pelambatan
sekresi insulin karena disfungsi sel beta sendiri dalam pankreas yang menghasilkan insulin.
Dari berbagai penyelidikan predisposisi terjadi Diabetes yaitu herediter / keturunan,
Obesitas / hormonal. Sedangkan kelompok yang digolongkan memiliki risiko tinggi terjadi
DM adalah riwayat keluarga Diabetes Mellitus, Obesitas, usia, diatas 45 tahun, hipertensi,
riwayat DM pada saat kehamilan, pernah melahirkan anak dengan berat lahir 4000 gram.
Diabetes Mellitus dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe I yaitu Insulin Dependent (IDDM)
dan tipe II yaitu Non Insulin Dependent (NIDDM). Pada Diabetes Mellitus tipe I dapat
disebut juga Diabetes Mellitus tergantung insulin. Komplikasi yang sering terjadi pada
Diabetes Mellitus tipe I yaitu ketoasidosis diabetik, karena tak ada insulin yang
mempertahankan kadar glukosa darah normal. Penyakit ini dapat timbul pada usia manapun.
Hipoglikemia merupakan gambaran umum dari Diabetes Mellitus tipe I dan dapat timbul
pada klien dengan Diabetes Mellitus tipe II. Kadar Glukosa dalam darah pada hipoglikemia

bervariasi umumnya tidak terjadi kurang dari 50 60 mg/dl. Hipoglikemia umumnya


ditandai dengan pucat, takikardia, gelisah, lemah, lapar, berkeringat dingin, kesemutan,
diplopia, sakit kepala dan akhirnya koma. Reaksi hipoglikemia terjadi akibat ketidaktetapan
pemberaian insulin, tidak makan atau makan lebih sedikit dari biasanya, aktivitas fisik
berlebihan tanpa adanya tambahan karbohidrat, ketidak seimbangan nutrisional dan cairan
akibat mual dan muntah, konsumsi alcohol. Pada Diabetes Mellitus tipe II disebut juga
ketergantungan insulin. Terjadi paling sering pada orang dewasa, khususnya individu yang
kegemukan.

Defisit insulin pada Diabetes Mellitus adalah peningkatan ambang batas ginjal sebagai
regulator akan berusaha mengeluarkan glukosa dan mengakibatkan diuresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran berkemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi). Glukosa
tidak dimetabolisme untuk menghasilkan energi sebagai gantinya cadangan lemak dan
protein yang berada dalam sel di metabolisme sehingga klien kehilangan berat badan dalam
waktu yang relatif singkat sementara tubuh akan mengkompensasi dengan timbulnya rasa
lapar yang semakin besar (poliphagi).

3. Penatalaksanaan Medis

1. Pengobatan
Tujuan pengobatan diabetes mellitus secara konsisten menormalkan kadar glukosa darah.
Pada DM tipe I tubuh kehilangan kemampuan memproduksi insulin, sehingga harus
diberikan insulin dalam jumlah tak terbatas. Sedangkan Diabetes Mellitus tipe II insulin
diberikan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa jika diet, obat

hiperglikemi

oral

tidak

berhasil

mengontrolnya.

Dalam

cara

kerjanya

insulin

diklarifikasikan sebagi berikut :

a. Short Acting Insulin (insulin regular)


Kerja insulin setengah sampai satu jam, puncaknya dua sampai tiga jam, durasi kerjanya
empat hingga enam jam, contoh: Acrapid. Lispro, Regular / Crytalline zinc.
b.

Intermediate Acting Insulin

Kerja insulin adalah tiga sampai empat jam, puncaknya empat sampai dua belas jam.
Contoh : NPH
c. Long Acting Insulin
Cara kerja insulin cenderung memiliki kerja yang panjang, enam sampai delapan jam,
durasi kerjanya dua puluh sampai tiga puluh jam, contoh : Ultralen, glarigine.

2.

Keperawatan
Program Latihan Olahraga
Berolahraga secara teratur merupakan salah satu bagian terpenting dalam pengelolaan
(manajemen) diabetes ini akan membantu usaha untuk:
a.

Menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan terpakainya energi (olahraga mungkin

akan merendahkan kadar glukosa dalam darah selama 12 24 jam kemudian)


b.

Menurunkan tekanan darah, kadar kolesterol dalam darah, jika sekiranya tinggi

c.

Memperbaiki peredaran darah dalam tubuh

d.

Mengurangi stress

e.

Mengawasi berat badan

3.

Perencanaan Diet
Prinsip umum diet DM dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk
mencapai tujuan berikut ini:
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya: vitamin, mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar gula darah setiap harinya degan mengupayakan kadar glukosa
darah mendekati normal melalui cara-cara yanga aman dan meningkat
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

B. Konsep Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga


pada sub bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konsep keluarga dan konsep proses
keperawatan keluarga.
1. Konsep keluarga
Dalam konsep keperawatan kesehatan keluarga ini akan dibahas mengenai pengertian
keluarga, pengertian kesehatan keluarga, tipe keluarga, struktur keluarga, peran keluarga,
fungsi keluarga da tahap perkembangan keluarga serta tugas perkembangan keluarga.
a. Pengertian keluarga
Keluarga menurut Departemen Kesehatan RI ( 1998 ), keluaraga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Sedangkan menurut Duvall ( 1977 ) keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
melalui ikatan perkawinan, adopsi atau kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan

mempertahankan budaya, meningkatkan fisik, mental, emosional dan social dari tiap
anggota. Sedangkan Friedman (1998), mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua orang
atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kbersamaan dan ikatan emosional dan
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah
kelompok manusia yang hidup

dalam satu rumah, saling berinteraksi dan saling

mempengaruhi keluarga tersebut. Jika dalam keluarga ada salah satu anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan, maka akan mempengaryhi status kesehatan keluarga secara
keseluruhan.

b.

Tipe atau jenis keluarga

Sebuah keluarga terbentuk dari individu-individu dengan status sosial yang telah dikenal
dan berinteraksi satu sama lainnya secara teratur, mempunyai tempat tinggal dan
mempunyai peraturan dalam lingkup keluarga. Menurut Friedman ( 1986 ) terdapat dalam
tipe keluarga yaitu tipe keluarga tradisional dan non tradisional. Tipe keluarga tradisional
terdiri dari :
a. Nuclear Family atau keluarga inti, adalah keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak
yang masih tanggung jawab orang tua dan tinggal satu rumah.
b. Nuclear Dyad Family, adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tingal dalam satu rumah yang sama.
c. Single parent family, adalah keluarga yang terdiri dari satu orang tua ( ayah/ibu ) dengan
anak (kandung/ angkat).

d. Extended family atau keluarga besar, adalah keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah misalnya kakek, nenek, paman dan bibi yang tingal
dalam satu rumah.
e. Single adult family, adalah keluarga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang tinggal
sendiri dalam rumahnya.
f. Keluarga usila, adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan
dimana anaknya meninggalkannya, seperti bekerja atau menikah.
g. Blended family, yaitu suatu rumah tangga yang membawa anak dalam perkawinan
sebelumnya.
Sedangkan tipe keluarga non tradisional, terdiri dari :
a. Commune family, adalah keluarga tanpa pertalian darah hidup dalam satu rumah.
b. Orang tua ( ayah/ ibu) tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama.
c. Homo seksual, adalah dua individu yang sejenis hidup serumah.

c. Struktur Keluarga
Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perlu memahami
struktur keluarga. Menurut Friedman ( 1986 ) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi, dikatakan berfungsi dengan baik apabila pola interaksi
bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berfikir positif, dan tidak
mengulang-ngulang isu atau pendapat sendiri.
b. Struktur peran, peran merupakan prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status yaitu posisi individu dalam
masyarakat, misalnya sebagai istri, suami atau anak.

c. Struktur

kekuatan,

kekuatan

merupakan

kemampuan

dari

individu

untuk

menmgendalikan atau mempengaruhi perubahan prilaku orang lain karena positif struktur
kekuatan tersebut meliputi legitimate power, refrent power, reward power, coercive power,
dan afektif power.
d. Nilai-nilai keluarga, merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman prilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.

d.

Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat prilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang


berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peran ayah : ayah sebagai suami dari ibu dan bapak bagi anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai

anggotakeluarga

dan

kelompok

sosialnya

serta

anggota

masyarakatdan

lingkungannya.
2) Peran ibu : sebagai istri dan ibu anak-anak, ibu mempunyai peran untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peran sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
3)

Peran anak : anak-anal melaksanakan peran psiko-sosialnya sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial,dan spiritual.

e.

Fungsi Keluarga

Didalam melaksanakan perannya keluarga mempunyai fungsi, menurut Friedman (1986),


fungsi keluarga tersebut, adalah :
1) Fungsi afektif : Hubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
keluarga yang meliputi perlindungan psikologis, rasa aman, interaksi, mendewasakan,
mengenal identitas diri individu.
2) Fungsi sosial, yaitu : Proses perkembangan dan perubahan-perubahan yang dilalui
individu menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan. Dalam lingkungan sosial,
sosialisasi dimulai sejak lahir dan berakhir setelah mati, keluarga merupakan tempat
individu bersosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku
melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan
dimasyarakat.
3) Fungsi ekonomi, yaitu : Fungsi memnuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti
pengadaan dana yang sufficient, mengalokasikan dana, mengatur keseimbangan.
4) Fungsi reproduksi, yaitu : Untuk meneruskan kelangsungan generasi dan kelangsungan
hidup bermasyarakat.
5) Fungsi keperawatan keluarga, yaitu : Keluarga menyediakan makanan, pakaian
perlidungan dan asuhan kesehatan, keluarga melakukan praktek asuhan keperawatan baik
untuk mencegah terjadinya gangguan atau merawat anggota keluarga yang sakit dan
menetukan kapan anggota keluarga yang terganggu kesehatannya meminta pertolongan
tenaga kesehatan. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempunyai
status kesehatan individu dan masyarakat.

f. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota sepanjang waktu. Tahap
perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu yang dianggap stabil.
Menurut Duval, Miller dan Friedman ( 1998 ), bahwa tahap perkembangan mempunyai
tugas perkembangan sebagai berikut :
1) Pasangan baru (Beginning Family), keluarga dimulai saat masing-masing individu lakilaki ( suami ) dan perempuan ( isteri ) membentuk keluarga melalui perkawinan yang syah
dan meninggalkan keluarga masing-masing. Tugas perkembangan keluarga ini adalah
membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina
hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial, dan mendiskusikan rencana
memiliki anak.
2) Keluarga dengan kelahiran anak pertama (Child-bearing), dimulai dari kehamilan sampai
melahirkan anak pertama dan berlanjut sampai usia anak pertama 30 bulan. Tugas
perkembangan keluarga ini, persiapan bayi, adaptasi pola hubungan seksual, membagi peran
dan tanggung jawab, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan, dan menjadi orang tua.
3) Keluarga dengan anak prasekolah, tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama 30
bulan dan berakhir saat anak berusia 6 tahun. Tugas perkembangan tahap ini adalah
memenuhi kebutuhan anggota keluargan seperti membagi waktu, pengaturan keuangan,
merencanakan kelahiran berikutnya, membagi tanggung jawab dengan anggota keluarga.
4) Keluarga dengan anak sekolah, tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pasa usia 6
tahun dan berakhir pada usia 13 tahun. Tugas perkembangan keluarga ini adalah

menyediakan aktifitas untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama dalam penyelesaian


masalah, memperhatikan kepuasan anggota keluarga,system komunikasi keluarga.
5)

Keluarga dengan anak remaja, tahap ini dimulai anak pertama berusia 13

tahun sampai 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memberikan kebebasan
yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya, sertakan remaja dalam bertanggung jawab, mempertahankan
hubungan intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan
orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan, perubahan sistem peran dan
peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
6) Keluarga dengan anak dewasa, tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan
rumah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memperluas keluarga inti menjadi
keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu orang tua suami/istri yang
sedang sakit dan memasuki masa tua, membantu anak untuk mandiri dimasyarakat dan
penataan kembali peran dan kegiatan rumah tanga.
7) Keluarga usia pertengahan, tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meningal. Tugas perkembangan
pada tahap ini adalah mempertahankan kesehatan, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak, meningkatkan keakraban pasangan,
partisipasi dalam aktifitas sosial.
8) Keluarga pada masa pensiun dan lansia, tahap akhir perkembangan keluarga ini dimulai
saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut pada saat salah satu pasangan meninggal. Tugas
perkembangan pada tahap ini adalah memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan,

mempertahankan ikatan keluarga antara generasi, menyesuaikan diri terhadap kehilangan


pasangan.

2. Konsep Proses Keperawatan keluarga


Proses keperawatn merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah keperawatan keluarga. Langkah-langkah proses keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Pengkajian Keluarga
Data yang perlu dikaji pada keluarga menurut Friedman (1986), sebagai berikut ;
1) Data dasar keluarga meliputi nama kepala keluarga, usia,pendidikan, pekerjaan, alamat,
komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, agama, status social ekonomi, aktifitas
rekreasi, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, riwayat keluarga inti dan keluarga
sebelumnya.
2) Linkungan meliputi perumahan, denah rumah, pengelolaan sampah, sumber air, jamban
keluarga,

pembuangan

air

limbah,

fasilitas

social

dan

fasilitas

kesehatan,

karakteristiktetangga dan komunitas, mobilitas geografiskeluarga dan interaksi dengan


masyarakat, system pendukung keluarga sebelumnya.
3) Pola dan proses komunikasi keluarga yang meliputi : hubungan antar keluarga, funsi
komunikasai dalam keluarga, kemampuan setiap anggota keluarga menjadi pendengar,
kejelasan dalam penyampaian, perasaan terhadap komunikasi dan interaksi, cara keluarga
dalam menyampaikan pesan.

4)

Struktur kekuatan keluarga, hal yag perlu dikaji meliputi : siapa yang mengambil

keputusan, yang mengatur anggaran belanja, tempat tinggal, disiplin dan aktifitas anak, dan
cara pengabilan keputusan.
5) Stuktur peran keluarga meliputi peran baik secara formalatau peran yang tidak formal.
6) Nilai-nilai keluarga yang meliputi : nilai kebudayaan yang dianut keluarga, dan bagaimana
nilai tersebut mempengaruhi keluarga.
7) Fungsi afektif, data yang harus dikaji adalah bagaimana respon keluarga terhadap
kebutuhan anggota keluarga.
8) Fungsi sosialisasi, bagaimana keluarga membesarkan anak, yang bertanggung jawab
dalam membesarkan anak, bagaimana anak dihargai, masalah-maslah keluarga dalam
membesarkan anak.
9) Fungsi perawatan kesehatan (penjajakan tahap II) berkaitan dengan lima tugas keluarga,
hal yang perlu dikaji adalah :
a)

Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,

data yang perlu dikaji adalah sejauh mana pengetahuan keluarga tentang fakta-fakta dari
masalah kesehatan, yang meliputi pengertian, penyebab, tanda-tanda dan faktor-faktor yang
mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b)

Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan

terhadap tindakan kesehatan yang tepat, hal yang dapat dikaji adalah : pengetahuan keluarga
mengenai besar dan sifatnya masalah yang dirasakan keluarga, apakah keluarga merasa
takut akan akibat tindakan yang dilakukan, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada, apakah keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan, dan apakah
keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.

c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, data yang perlu dikaji
adalah pengetahuan keluarga mengenai keadaan penyakitnya (sifat , penyebaran komplikasi,
prognosa dan cara perawatannya ), pengetahuan keluarga tentang sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan, pengetahuan keluarga tentang keadaan fasilitas yang diperlukan
untuk perawatan, pengetahuan keluarga tentang sumber-sumber yang ada dalam keluarga
( anggota keluarga yang betanggung jawab, sumber-sumber keuangan, faslitas, fisik,
psikososial ), bagai mana sikap keluarga dalam menghadapi keluarga yang sakit.
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :
Kemampuan keluarga menggunakan sumber-sumber yang dimiliki keluarga, kemampuan
melihat keuntungan / manfaat pemeliharaan lingkungan, pengethuan keluarga tentang
pentingnya hygiene sanitasi, pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan, bagaimana
sikap keluarga terhadap hygiene dan sanitasi dan bagaimana kekompakan antara anggota
keluarga.
e) Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat, hal yang
harus dikaji adalah : Pengetahuan keluarga, keberadaan faslitas kesehatan, pengetahuan
keluarga tentang keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, pengalaman yang
kurang baik terhadap petugas kesehatan dan apakah fasilitas kesehatan terjangkau. Dalam
pengumpulan data metode yang dapat digunakan yaitu wawancara, pengamatan studi
dokumentasi, dan pemeriksaan fisik.
10) Stress dan strategi koping, meliputi stressor jangka panjang dan jangka pendek,
kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, strategi koping yang digunakan dan strategi
koping disfungsional.

b. Diagnosa Keperawatan
Setelah data dikumpulkan selanjutnya dianalisa untuk menentukan diagnose keperawatan.
Menurut Suprajitno (2004), dan modifikasi Fakultas Ilmu Keperawatan (2000), bahwa
tipologi diagnose keperawatan keluarga ada tiga, yaitu :
1) Aktual yaitu maslah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan
bantuan yang cepat
2) Risiko (ancaman kesehatan) adalah masalah kesehatan yang belum terjadi tetapi tanda
untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
3) Potensial (kejadian atau wellness )yaitu dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga sumber penunjang kesehatan yang memingkinkan dapat ditingkatkan

Etiologi dari diagnosa keperawatan kelurga kategori sakit berdasarkan gambaran


kemampuan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga (mengenal masalah, mengambil
keputusan, merawat, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan), berdasarkan hasil pengkajian tahap dua, jika terjadi gangguan lebih dari satu
tugas, maka dapat digunakan tugas ketiga, jika terjadi gangguan dominan satu tugas maka
gunakan tugas ynag dominan.

c. Penapisan
Dalam memberikan asuhan keperawatan kemungkinan yang ditemukan lebih dari satu
diagnose keperawatan. Untuk itu perwat harus memprioritaskan masalah keperawatan

tersebut. Criteria yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga
sebagai berikut :
No
1 Sifat masalah

Kriteria

Skala : Aktual

Bobot

Risiko

Potensial

Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala : Mudah

Skor

Sebagian

tidak dapat

Potensi masalah untuk dicegah


Skala : Tinggi

Cukup

Rendah

Menonjolnya masalah
Skala : Segera

Tidak perlu segera

Tidak dirasakan

Perhitungan skor untuk setiap kriteria adalah dengan :

Tentukan skore, skore dibagi dengan angka tertinggi, lalu dikalikan dengan bobot, setelah
ada hasil disetiap kriteria maka jumlahkan skor seluruh kriteria.
Untuk menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga menggunakan dengan kriteria
sebagai berikut :
1)

Sifat masalah : aktual, resiko dan potensial, aktual bobot tertinggi karena

memerlukan tindakan yang segera dan biasakan dirasakan oleh keluarga sejahtera bobot
tinggi karena memerlukan faktor kebudayaan dapat memberikan dukungan bagi keluarga
untuk mengatasi masalah dengan baik
2) Kemungkinan masalah dapat diubah : kemungkinan berhasil mengurangi atau mencegah
masalah. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan meliputi : pengetahuan dan teknologi
serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah sumber daya keluarga, dalam
bentuk fisik, keuangan serta tenaga, sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu, sumber daya masyarakat, dalam bentuk fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat dan dukungan sosial masyarakat.
3) Potensi masalah dapat dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang
dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan. Faktor-faktor
yang perlu diperhaikan meiputi : kepelikan masalah, lamanya masalah , adanya kelompok
high risk atau kelompok yang beresiko.
4) Menonjolkan masalah merupakan cara keluarga, melihat dan menilai tentang bertanya
masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan perawat perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah jika keluarga menyadari masalah
dan merasa perlu ditangani segera mendapat skor tertinggi.
d. Perencanaan

Perencanaan keperawatan keluarga merupakan suatu bentuk tindakan yang direncanakan


untuk dapat dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah keperawatan keluarga. Rencana
keperawatan yang berkesinambungan dapat menjamin suatu keberhasilan dalam mencapai
keberhasilan serta menyiasati masalah keperawatan keluarga.

Bebarapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga
yaitu:
1) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa data secara menyeluruh tentang
masalah atau situasi keluarga.
2) Rencana yang baik harus direalistis artinya dapat dilaksanakan dan menghasilkan apa
yang diharapkan.
3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan,
misalnya jika instansi kesehatan yang bersangkutan tidak memungkinkan pemberian
pelayanan secara cuma-cuma dimana perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam
membuat rencana keperawatan dan tindakan keperawatan.
4) Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa
perawat bekerja sama dengan keluarga dan bukan untuk keluarga.
5) Rencana keperawatan sebaiknya dibuat tertulis, hal ini berguna bagi perawat maupun
tim kesehatn lainnya, serta dapat membantu dalam mengevaluasi perkembangan masalah
keluarga.

Dalam menentukan perencanaan asuhan keperawatan keluarga, mempunyai tujuan yaitu:

1) Sebagai alat komunikasi antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga.
2) Meningkatkan kesinambungan asuhan keperawtan yang diberikan pada keluarga.
3) Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil sebagai pedoman bagi setiap perawat
dalam melakukan tindakan kepada keluarga serta melakukan evaluasi.

Menurut Wright dan Leahey (1984), dikutip Friedman (1998), dalam mengklasifikasikan
intervensi keperawatan ada tiga yaitu :
1) Suplemental, perawat berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan langsung dengan
mengintervensi bidang-bidang yang tidak dapat dilakukan keluarga.
2) Fasilitas, perawat keluarga memfasilitasi pemanfaatan pelayanan yang dibutuhkan
keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi, dan pelayanan
kesehatan di rumah.
3) Perkembangan, tujuan perawat diarahkan kepada kemandirian keluarga dan membantu
keluarga, memanfaatkan sumber-sumber perawatan kesehatan pribadi seperti sistem
dukungan sosial internal maupun eksternal.

Untuk selanjutnya Wright dan Leahey (1989), menggolongkan intervensi dalam tiga
tingkatan fungsi keluarga, yaitu :
1) Kognitif, yaitu intervensi diarahkan pada fungsi keluarga pada tingkat kognitif yang
terdiri dari tindakan perawat memberikan informasi dan gagasan baru tentang suatu keadaan
atau pengalaman.

2) Afektif, yaitu tindakan yang dirancang untuk mngubah emosi dan anggota keluarga,
sehingga keluarga dapat menyelesaikan masalah lebih efektif.
3) Perilaku, yaitu strategi perawatan yang diarahkan untuk anggota keluarga berinteraksi /
bertingkah laku satu sama lain.

Untuk merangsang keluarga mengenal dan menerima kebutuhan dan masalah keluarga,
perawat dapat melakukan tindakan sebagai berikut :
a. Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga
b. Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi yang ada
c. Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang ditentukan
d. Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi masalah

disamping merangsang untuk mengenal masalah, perawat juga menolong keluarga agar
dapat menentukan keputusan yang tepat dalam rangka menyelesaikan masalahnya. Tindakan
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini adalah sebagai berikut :
a.

Mendiskusikan tentang konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan

tindakan.
b. Memperkenalkan pada keluarga tentang alternative kemungkinan yang dapat diambil
serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan alternatif tersebut.
c. Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat dari masing-masing alternatf atau
tindakan.

Untuk meningkatkan kepercayaan dari keluarga dalam memberikan perawatan terhadap


anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan keperawatan antara lain :
a. Mendemontrasikan tindakan yang diperlukan
b. Menghindari atau mengurangi ancaman kesehatan dan pengembangan kepribadian yang
sudah ada.
c. Memanfaatkan fasilitas atau sasaran yang ada dirumah keluarga

Untuk meningkatkan kesadaran diri keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan keluarga, perawat dapat melakukan tindakan keperawatanm
sebagai berikut :
a. Membantu keluarga untuk mencari cara menghindarkan adanya ancaman kesehatan dan
perkembangan kepribadian angota keluarga.
b.

Membantu keluarga dalam rangka memperbaiki faslitas fisik yang sudah ada

dirumah denga menolong keluarga atau memperbaiki yang sudah ada


c.

Menghindari atau mengurangi ancaman psikologis dalam keluarga antara lain

dengan cara memperbaiki pola konsumsi keluarga


d.

Membantu keluarga dalam mengembangkan kesanggupan dalam rangka

memenuhi kebutuhan psikologis dari anggota-anggotanya.

Dalam rangka meningkatkan kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat, perawat dapat melakukan tindakan keperawatan antara lain :
a. Mencegah rintangan-rintangan dalam mengadakan sistem rujukan yang berhasil

b. Mempunyai pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber-sumber daya yang ada di
masyarakat dan bagaimana memanfaatkannya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan rencana keperawatan
keluarga adalah menentukan sasaran ( goal ), menetukan tujuan ( Obyektif ), menetukan
pendekatan , dan tndakan keperawatan yang diperlukan serta menetukan kreteria dan standar
evaluasi. Dalam memilih tindakan keperawatan yang tepat tergantung pada sifatmasalah dan
sumber-sumber yang ada dalam memecahkan masalah. Dalam keperawatan kesehatan
keluarga tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan sebab-sebab dari
masalah.

e.

Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapat kesempatan untuk meningkatkan minat keluarga dan mengadakan perbaikan ke
arah prilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan ketidak mampuan, kesulitan dan
kebingungan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatanya. Diharapkan perawat dapat
memberikan kekuatan dan membantu mengembangkan potensi yang ada sehingga keluarga
dapat mempunyai kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah.

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ada beberapa faktor penghambat, baik dari
keluarga maupun petugas, faktor penghambat tersebut antara lain:
1) Dari keluarga, keluarga kurang mampu memperoleh informasi, keluarga tidak
mendapatkan informasi yang tidak lengkap, sehingga melihat masalah secara sebagian,
keluarga tidak dapat mengkaitkan informasi dengan situasi yang sedang dihadapi, keluarga

tidak mau menghadapi situasi, anggota keluarga tidak mau menghadapi tekanan sosial dan
keluarga, keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku, keluarga gagal
mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga, tidak percaya dengan tindakan yang
diusulkan oleh perawat.
2) Dari petugas, kesehatan atau perawat cenderung menggunakan suatu pola pendekatan
(perawat kaku), petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktorfaktor sosial budaya, petugas kurang mampu mengambil tindakan dan menggunakan
bermacam teknik dalam mengatasi masalah yang sulit.

f. Evaluasi
Dalam perawatan kesehatan keluarga, evaluasi merupakan proses yang dilakukan dalam
menilai keberhasilan dari suatu tindakan keperawatan dan menentukan sejauh mana tujuan
sudah tercapai. Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi kuantitatif
dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kuantitatif yang dinilai adalah kualitas atau jumlah kegiatan
keperawatan yang dilakukan. Sedangkan evaluasi kualitatif difokuskan pada salah satu dari
tiga dimensi, yaitu dimensi struktur atau sumber, dimensi proses dan dimensi hasil tindakan
yang kita lakukan. Dari ketiga dimensi ini untuk melihat keberhasilan tindakan yang dapat
dilakukan dapat dilihat dari ketiga dimensi

yang terakhir, yaitu dimensi hasil. Yang

difokuskan pada bertambahnya kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas


keperawatan kesehatan.
Metode yang sering digunakan untuk menetukan apakah tujuan dari tindakan keperawatan
telah tercapai adalah sebagai berikut :

a.

Observasi langsung, metode ini merupakan yang valid untuk menentukan

adanya perubahan, apabila interprestasi subyektif dari pengamat dapat dikurangi dan
menggunakan instrumen yang tepat sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
b.

Memeriksa laporan, laporan mengenai tes diagnostik yang menunjukkan

perubahan data status kesehatan pasien dapat diperoleh dari kartu penderita. Demikian pula
dengan perilaku keluarga serta tanggapan mereka terhadap pelayanan kesehatan dapat
diketahui dari catatan-catatan perawat atau tim kesehatan lain.
c.

Wawancara atau Questioner, untuk dapat menetukan perubahan sikap dan

tingkah laku yang lebih rumit, wawancara atau questioner dapat disusun dan diberikan
kepada keluarga yang berperan penting.
d.

Latihan simulasi, latihan simulasi ini berguna dalam menentukan

perkembangan kesangupan untuk mengerti seperti kecepatan dalam membuat keputusan,


menangapi masalah, dan menganalisa masalah.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan diuraikan satu kasus asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes
melitus di RT. 004 RW. 04, Kecamatan Senen Jakarta Pusat yang diberikan asuhan selama
3x pertemuan. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, pendekatan yang
digunakan adalah proses keperawatan keluaraga yang meliputi lima tahap, yaitu :
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pada tahap ini penulis mengumpulkan data dari keluarga untuk mengetahui keadaan
kesehatan keluarga dan keadaan lingkungannya. Dalam mengumpulkan data dan metode
yang digunakan adalah wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik, dan diperoleh
data sebagai berikut :
1. Data dasar keluarga
a. Identitas keluarga, nama kepala keluarga Bpk. Z, usia 49 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan
Bpk. Z swasta, alamat Jl. Perapatan II Rt. 004/ Rw. 05 Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
b. Komposisi keluarga
No
1.

Nama
Ny. R

Kelamin
Pr

2.

An. A

Lk

Hub dg klg
Umur
Pendidikan
Istri
53 thn
SD
Anak

37 thn

SMP

Pekerjaan
IRT
Wiraswasta

3.

An. M

Pr

Anak

32 thn

SMP

Pedagang

4.

An. Y

Lk

Anak

29 thn

SMA

Wiraswasta

5.

An. Y

Pr

Anak

27 thn

SMP

6.

An. R

Pr

Anak

25 thn

SD

7.

An. F

Lk

Anak

24 thn

SMA

8.

An. T

Pr

Anak

20 thn

SMA

c. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
:
Peremp
uan
: Klien
: Meninggal

: Menikah

Kesimpulan dari genogram diatas bahwa keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan
yaitu dibetes melitus.

d.Tipe keluarga, keluarga Bpk. Z adalah extended family, keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah misalnya: kakek, nenek, paman, bibi.
e. Suku bangsa, Bpk. Z dan Ibu. T keluarganya berasal dari NTB sedangkan Ibu. R berasal
dari Jawa yang sudah lama menetap di Jakarta, bahasa sehari-hari yang digunakan adalah
bahasa Indonesia.
f. Agama, seluruh anggota keluarga Bpk. Z beragam islam, menjalankan sholat 5 waktu, tidak
ada kebiasaan agama yang bertentangan dengan kesehatan.
g. Status sosial ekonomi, pekerjaan Bpk. Z adalah swasta dan Ibu. R hanya sebagai ibu rumah
tangga sekaligus berjualan nasi uduk setiap sore. Penghasilan Bpk. Z perbulan Rp. 600.000.,
jika ada kekurangan biasanya anak-anak keluarga Bpk. Z yang membantu.
h. Aktivitas rekreasi keluarga, keluarga Bpk. Z jarang melakukan kegiatan rekreasi, kegiatan
waktu luang digunakan oleh keluarga bpk. Z berkumpul bersama dengan keluarga dan tetangga
yang lain.
i. Riwayat dan tahap perkembangan, tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga
dengan anak dewasa dimana anak pertama klien sudah menikah sedangkan yang terakhir belum
dan masih tinggal dengan orang tua.
j. Riwayat keluarga inti, Ibu. R sudah mengetahui tentang penyakit diabetes melitus yang
dideritanya namun Ibu.R belum terlalu mengetahui cara perawatan yang baik dan benar tentang
penyakit tersebut. Ibu. R mengatakan tekadang telapak kaki sering terasa kesemutan dan baal.

Biasanya untuk mengatasi masalah tersebut Ibu. R minum obat. Ibu. R jarang melakukan
olahraga.
k. Riwayat keluarga sebelumnya, Ibu. R adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara. Dari kedua orang
tua Ibu. R tidak ada penyakit keturunan yaitu Diabetes melitus.
2. lingkungan
a. Perumahan, jenis rumah Bpk. Z adalah permanen, dengan ukuran 6x12 m2. tidak memiliki
pekarangan rumah, status rumah milik pribadi. Atap rumah asbes, lantai dari keramik, dinding
dari beto, ventilasi rumah kurang, cahaya yang masuk kerumah kurang, rumah tampak bersih.
Penataan rumah kurang rapi. Keluarga mempunyai WC dengan jenis leher angsa, sumber air
dari PAM. Pembuangan air bekas langsung kekali.
b. Denah rumah
kamar

Ruang tamu

Tamu
Kmr Mandi

c. Pengelolaan sampah, keluarga memiliki pembungan sampah terbuka, sampah biasanya


dibuang ketempat bak penampungan sampah yang ada didekat rumah dan dibawa petugas.
d. Sumber air, sumber air yang digunakan keluarga untuk kebutuhan sehari-hari, air minum
adalah air PAM.
e. Jamban keluarga, keluarga memiliki fasilitas jamban sendiri, jenis leher angsa, jarak antara
sumber air dengan tempat penampungan tinja > 10 meter.

f. Pembuangan air limbah, keluarga memiliki saluran pembuangan air limbah, kondisinya
lancar namun sedikit kotor, saluran pembuangan langsung dialirkan kekali yang ada didepan
rumah.
g. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan, fasilitas sosial yang terdapat dimasyarakat antara lain
pengajian, pos kamling. Keluarga jarang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.
Fasilitas kesehatan yang terdapat didekat kawasan ini antara lain puskesmas, rumah sakit dan
praktek dokter umum, yang kesemuanya itu dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Keluarga
sering memanfaatkan fasilitas-fasilitas kesehatan diatas bila terdapat keluhan.
h. Karakteristik tetangga dan komunitas, keluarga tinggal dilingkungan yang padat
penduduknya, jarak antara rumah yang satu dengan yang lain sangat berdempetan. Status sosial
ekonomi bervariasi dari ekonomi menengah sampai kebawah. Komunikasi antar keluarga baik
dan tidak ada masalah dengan tetangga.
i. Mobilitas geografis keluarga, keluarga tinggal dirumah yang sudah mereka tempati selama
20 tahun, tidak ada rencana keluarga untuk pindah, karena keluarga sudah merasa nyaman
dengan lingkungan rumah saat ini.
j. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, keluarga hanya ikut mengobrol
saja. Interaksi keluarga dengan masyarakat sekitar terjalin dengan baik.
k. Sistem pendukung keluarga, Bpk. Z semua tinggal didaerah tersebut. Keluarga tidak ada
masalah dalam keluarga maupun dengan tetangganya dan terlihat akrab saling menyapa satu
dengan yang lainnya.

3. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga

Keluarga selalu berkomunikasi dengan keluarga lainnya, yang mengambil keputusan dalam
keluarga adalah Bpk. Z, untuk mengatasi masalah biasanya keluarga musyawarah terlebih
dahulu. Apabila ada masalah dalam keluarga, maka diselesaikan bersama- sama dan
dibicarakan bersama- sama.
b. Sruktur Kekuatan Keluarga, Bpk. Z dapat mengendalikan dan mempengaruhi keluarga
misalnya dalam hal kesehatan Bpk. Z selalu mengingatkan Ibu. R dan anak-anaknya untuk
berobat bila sakit. Keluarga tidak mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat.
c. Struktur Peran, Ibu. R sebagai IRT selain merawat anak-anaknya juga berdagang nasi uduk
setiap soredi piggir jalan, sedangkan Bpk. Z bekerja dikantor swasta dengan anak F.
d. Nilai dan Norma Budaya, Dalam keluarga tidak ada nilai dan norma yang bertentangan
dengan kesehatan.

4. Struktur keluarga
a.Fungsi afektif, Bpk. Z dan Ibu. R tidak terlalu memikirkan kebutuhan anaknya, karena semua,
karena semua anaknya sudah dewasa dan sudah rata-rata sudah menikah. Apabila ada anggota
keluarga yang sakit dianjurkan untuk berobat. Anggota keluarga saling menyayangi dan saling
memperhatikan satu sama lain.
b.Fungsi sosialisasi, seluruh anggota keluarga dapat berinteraksi dengan yang lain. Keluarga
merasa bahagia dengan keadaan keuarganya yang rukun-rukun saja.
c.Fungsi reproduksi, sejak dulu keluarga Bpk. Z dan Ibu. R mempunyai 7 orang anak, pada
waktu itu Ibu. R tidak mengikuti KB.

5. Stress dan koping keluarga

a.Sterss jangka pendek dan jangka panjang, saat ini Ibu . T tidak merasakan masalah
apapun yang dapat membuatnya stress. Tujuan jangka panjang keluarga adalah menikahkan
anaknya yang terakhir.
b.Kemampuan keluarga merespon masalah, jika ada masalah keluarga selalu melakukan
musyawarah untuk menyelesaikannya.
c.Strategi koping yang digunakan, strategi koping yang digunakan adalah konstruktif yaitu
dengan musyawarah, namun keluarga tidak pernah berlarut-larut bila ada masalah yang belum
terselesaikan.
d.Strategi adaptasi disfungsional, dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara keluarga
mengatasi masalah secara maladaftif.
e. Pemeriksaan fisik
1)Ibu. R usia 53 tahun, TD 140/90 mmHg, RR 20x/mnt, N 80 x/ mnt, Sh 36 c, TB 150 cm,
BB 63 kg, rambut pendek, bersih,tidak ada luka,tidak ada gatal-gatal,kelopak mata tidak
ptosis, tidak peradangan, tidak menggunakan kaca mata, konjungtiva ananemis, sclera
anikterik, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada nyeri pada telinga, tidak
ada kelainan pada telinga, hidung tidak ada sumbatan dan secret, tidak ada kelainan bentuk,
gigi bersih, gosok gigi 2x sehari setiap mandi, gigi tidak karies. Payudara tidak ada
pembesaran, bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), ronchi (-), wheezing (-), ekstremitas
tidak ada kelainan bentuk baik atas maupun bawah, abdomen tidak asites, bising usus (+).
Kesimpulan : Diabetes mellitus.
2)Bpk. Z tidak terkaji
3)Tn. A tidak terkaji
4)Ny. M tidak terkaji

5)Tn. Y tidak terkaji


6)Ny. Y tidak terkaji
7)Ny. R tidak terkaji
8)Tn. F tidak terkaji
9)Nn. T tidak terkaji

5. Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga


Keluarga merasa sangat senang dengan kehadiran perawat yang bersedia mengunjungi
rumahnya. Keluarga sangat berharap dengan kehadiran tersebut pengetahuan keluarga
mengenai cara perawatan dan cara pencegahan penyakit yang diderita keluarga saat ini
khususny Ibu. R dapat bertambah, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga.

6. Fungsi perawatan kesehatan


Keluarga Bpk. Z khususnya Ibu. T , saat ini sedang menderita penyakit Diabetes melitus.
Ibu. T sudah sedikit mengerti tentang penyakit yang dideritanya saat ini, namun Ibu. T tidak
terlalu mengerti cara perawatan penyakit diabetes melitus secara baik dan benar. Ibu. T
sering mengeluh kakinya terasa kesemutan/baal terutama pada saat malam hari, TD : 130/70
mmHg. Keluarga dan Ibu. T mengatakan belum bisa melakukan perawatan keluarga untuk
keluarga yang menderita Diabetes melitus. Keluarga dan Ibu. T sudah cukup memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada dan keluarga kurang mampu dalam masalah ekonomi.

7. Fungsi Perawatan Kesehatan (Penjajakan Tahap II).

pada saat pengkajian Ibu. R mengatakan menderita sakit Diabetes Melitus sejak 3 tahun
yang lalu. Ibu. R sering mengeluh kakinya kesemutan dan terasa Baal. Ibu. R mengatakan
jarang berolahraga. Ibu. R tidak melakukan perawatan khusus hanya memijat-mijat kakinya
bila timbul kesemutan,Ibu. R sudah sedikit mengetahui tentang penyakitnya namun Ibu. R
belum mengetahui cara perawatan Diabetes Melitus secara baik dan benar. Ibu. R sudah
mengurangi makanan yang manis-manis dan selalu memakai sandal bila keluar rumah, Ibu.
R sudah memeriksakan penyakitnya ke Rumah sakit yang terdekat dan Ibu. R juga selalu
rutin minum obat. TB 150 cm, BB 63 kg, TD 140/90 mmHg, RR 20 x/mnt, Sh 36 c, N
80x/mnt. Ibu. R sudah cukup berusaha untuk mengatasi masalah Diabetes Melitus dengan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Pada saat pengkajian lingkungan rumah Ibu. R sedikit kotor, pencahayaan kurang, ventilasi
udara kurang, kondisi dalam rumah sedikit kotor dan berantakan. Keluarga Bpk. Z tinggal
didaerah perkampungan yang padat dan dekat kali. Keluarga Ibu. R mengatakan sudah
terbiasa dengan lingkungan rumahnya sehingga tidak ada upaya dalam memodifikasi
lingkungan rumahnya, karena menurut keluarga Ibu. R selama tinggal dirumah tersebut
tidak ada anggota keluarga yang terserang penyakit akibat dari lingkungan rumahnya yang
kurang sehat.

8. Analisa data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data tersebut dianalisa dengan menentukan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
No
1

Data
Data subyektif :
Ibu. R mengatakan sudah sedikit mengetahui

Diagnosa
Risiko
terjadi
komplikasi penyakit

tentang penyakit DM yang saat ini sedang

diabetes melitus pada

dideritanya, tetapi ia belum mengerti cara

keluarga

perawatan terhadap penyakit tersebut.

khususnya Ibu. R b.d

Ibu. R mengatakan telapak kaki sering terasa

Bpk.

ketidakmampuan

kesemutan dan baal dan untuk mengatasinya Ibu.

keluarga

merawat

R hanya memijat-mijat kakinya bila timbul

anggota

keluarga

kesemutan

dengan

penyakit

Ibu. R mengatakan selalu minum obat yang

diabetes melitus.

diberikan oleh dokter.


Ibu. R mengatakan sudah 3 tahun menderita
Diabetes Melitus
Ibu. R mengatakan jarang melakukan olahraga.
Data obyektif :
TD : 140/90 mmHg, S : 360 C, N : 80 x/mnt, Rr :

20 x/mnt, N 80x/mnt.
Ibu. R tampak berjalan menggunakan alas kaki

bila keluar rumah.

2.

Data subyektif :
Ibu. R mengatakan sudah tahu apa akibat dari
lingkungan tidak sehat.
Ibu. R mengatakan sudah terbiasa dengan
lingkungan dan situasi saat ini.

Risiko tinggi terjadi


penyakit

akibat

lingkungan tidak sehat


(ISPA,

Diare

dan

DHF) pada keluarga

D Data obyektif :
Kondisi rumah Bpk. Z permanen, lantai dari

Bpk. Z

b.d ketidak

mampuan

keluarga

keramik, ventilasi kurang, pencahayaan kurang,

menciptakan

kondisi dalam rumah sedikit kotor dan

lingkungan yang sehat.

berantakan.
Keluarga Bpk. Z tinggal didaerah perkampungan
padat, lingkungan sekitar rumah kotor, saluran
pembuangan air lancar namun sedikit kotor.
Saat ini tidak ada anggota keluarga yang sedang
sakit akibat lingkungan tidak sehat (ISPA, TBC.
Diare dan DHF).
B.Diagnosa Keperawatan
Dari hasil analisa data diatas teridentifikasi diagnose keperawatan sebagai berikut :
1. Risiko terjadi komplikasi penyakit diabetes melitus pada keluarga Bpk. Z khususnya
Ibu. R b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan penyakit
diabetes melitus.
2. Risiko tinggi terjadi penyakit akibat lingkungan tidak sehat (ISPA, Diare dan DHF) pada
keluarga Bpk. Z b.d ketidak mampuan keluarga menciptakan lingkungan yang sehat.

C.Penapisan masalah
1. Resiko terjadi komplikasi penyakit diabetes melitus pada keluarga Bpk. Z khususnya Ibu. R
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota kelarga dengan penyakit
diabetes melitus.

NO.
1.

Kriteria
Sifat masalah

Perhitungan
2/3 x 1 = 2/3

( Risiko )

Pembenaran
Ibu. R mengatakan 3 tahun sudah
menderita penyakit Diabetes mellitus, dan
Ibu. R sudah berobat kerumah sakit
terdekat,

namun

jarang

memeriksakan

kondisi kesehatannya. Ibu. R juga selalu


minum

obat

yang

diberikan

oleh

dokter.namun Ibu. R jarang memeriksakan


penyakitnya.

Saat ini Ibu. R mengeluh

telapak kaki sering kesemutan dan terasa


2.

Kemungkinan

2/2 x 2 = 2

masalah dapat

baal.
Pengetahuan keluarga dapat ditingkatkan.
Keluarga

diubah ( mudah )

mau

mengatasi

masalahnya

dengan kontrol ke dokter, perawat siap


membantu mengatasi masalah keluarga,
fasilitas kesehatan tersedia dimasyarakat
dan terjangkau oleh keluarga namun dana

3.

Potensi masalah
dapat dicegah
( cukup )

2/3 x 1 = 2/3

tidak mencukupi.
Ibu. R mengatakan 3 tahun menderita
diabetes mellitus. Ibu. R sudah pernah
berobat kerumah sakit dan mium obat
yang diberikan oleh dokter. Ibu. R selalu
memakai

sendal

bila

keluar

rumah.

Masalah yang dialami oleh Ibu. R adalah

penyakit yang tidak bisa disembuhkan


namun dapat dicegah agar tidak terjadi
komplikasi bila keluarga mau melakukan
4.

Menonjolnya

2/2 x 1 = 1

perawatan
Ibu. R menyadari akan penyakitnya dan

masalah

berusaha berobat dengan cara periksa ke

( masalah

dokter dan ibu minum obat yang diberikan

dirasakan dan

oleh dokter.

perlu
penanganan
segera )
Total skor

4 1/3

2. Risiko terjadi penyakit akibat lingkungan tidak sehat ( TBC, ISPA, DIARE, dan DHF ) pada
keluarga Bpk. Z berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menciptakan lingkungan yang
sehat.
NO
1.

Kriteria
Sifat masalah
(Risiko)

Perhitungan
2/3 x 1 = 2/3

Pembenaran
Ibu. R mengatakan sudah terbiasa dengan
lingkungan

sekitar

rumahnya,

jenis

perumahan permanen, ventilasi kurang,


pencahayaan

matahari kurang, kondisi

dalam rumah bersih, namun lingkungan


disekitar rumah sedikit kotor, saluran
pembuangan air lancar namun sedikit kotor,
keluarga tinggal diperkampungan padat

penduduk.

2.

Kemungkinan

x2=1

masalah dapat

Pengetahuan keluarga dapat ditingkatkan,


keluarga

diubah (sebagian)

mau

mengatasi

masalahnya,

sumber dana keluarga kurang mencukupi,


fasilitas kesehatan terjangkau, perawat
mau membantu namun kondisi lingkungan
sekitar yang kurang mendukung karena
kepedulian warga sekitar

3.

Potesi masalah

3/3 x 1 = 1

dicegah (Tinggi)

rendah.
Masalah

yang

dialami

masih sangat
belum

terjadi

sehingga potensi masalah dapat dicegah


tinggi jika keluarga mau mengambil
tindakan yang tepat untuk menciptakan
lingkungan yang sehat dan melakukan

4.

Menonjolkan

0x1=0

pemeliharaan yang sehat.


Keluarga tidak merasakan adanya masalah

masalah (masalah

karena keluarga sudah terbiasa dengan

tidak dirasakan)
Total skor

keadaan tersebut.
3

Setelah dilakukan penapisan maka prioritas diagnose keperawatan pada keluarga Bpk. Z sebagai
berikut :
1.Resiko terjadi komplikasi penyakit diabetes melitus pada keluarga Bpk. Z khususnya Ibu. R
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan penyakit
diabetes melitus. Skor 4 1/3
2. Risiko terjadi penyakit akibat lingkungan tidak sehat (ISPA, DIARE, dan DHF ) pada
keluarga Bpk. Z berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menciptakan lingkungan yang
sehat. Skor 3

D.Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi


Setelah masalah diprioritaskan selanjutnya disusun perencanaan keperawatan dilanjutkan
dengan pelaksanaan dan evaluasi untuk setiap masalah keperawatan.
Diagnosa keperawatan 1 : Resiko terjadi komplikasi penyakit diabetes melitus pada keluarga
Bpk. Z khususnya Ibu. R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
kelarga dengan penyakit diabetes melitus.
Tujuan Utama : Setelah dilakukan pembinaan selama 6 hari diharapkan komplikasi penyakit
diabetes melitus tidak terjadi.
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali kunjungan masing
masing 45 menit diharapkan keluarga mampu :
a.Mengenal masalah diabetes melitus dengan cara menyebutkan pengertian, penyebab, tanda

dan gejala, dan mampu megidentifikasi penyebab diabetes melitus yang dialami Ibu. R.
Kriteria : Respon Verbal keluarga

Standar : Diabetes Melitus adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar gula dalam
darah melebihi batas normal. Batas normal kadar gula darah adalah < 140 mg/dL. Penyebab
diabetes melitus adalah penurunan hormon insulin dalam tubuh karena faktor keturunan,
infeksi, kurang olahraga dan kegemukan. Tanda dan gejala diabetes melitus adalah banyak
kencing, sering haus dan banyak minum, sering lapar dan banyak makan, lemas, gatal gatal,
kesemutan/ rasa baal, pengihatan kurang, keputihan pada wanita.
Perencanaan :
a.

Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari

diabetes melitus dengan menggunakan lembar balik, persiapan materi dan leaflet.
b.

Motivasi keluarga untuk mengulang kembali penjelasan pengertian, penyebab, tanda

dan gejala diabetes melitus.


c.

Motivasi keluarga mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala diabetes melitus yang

dialami ibu. R .
d.

Berikan reinforcement positif atas upaya keluarga.

Pelaksanaan Tanggal 03 Februari 2010


Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala diabetes
melitus dan mampu mengidentifikasi penyebab diabetes melitus yang dialami Ibu. R. Respon:
Ibu. R menyimak penjelasan yang diberikan.
a. Memotivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah didiskusikan bersama.

Respon : Ibu. R mampu menyebutkan Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar
gula dalam darah melebihi batas norma yaitu < 140 mg/dL,Ibu. R mampu menyebutkan 3 dari 4
penyebab diabetes mellitus yaitu faktor keturunan, infeksi, dan kurang olahraga. Ibu. R mampu

menyebutkan 5 dari 8 tanda dan gejala dari diabetes mellitus yaitu banyak kencing, sering haus
dan banyak minum, sering lapar dan banyak makan, gatal gatal, kesemutan/ rasa baal.
b. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala diabetes melitus

yang dialami ibu. R . Respon : keluarga mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala diabetes
melitus yang dialami ibu. R karena banyak makan yang manis- manis.
c. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dengan kata Bagus ibu sudah

dapat menerima penjelasan yang diberikan. Respon : Ibu. R tampak tersenyum.

Evaluasi Tanggal 03 Februari 2010


S : Ibu. R mampu menyebutkan Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar gula
dalam darah melebihi batas norma yaitu < 140 mg/dL,Ibu. R mampu menyebutkan 3 dari 4
penyebab diabetes mellitus yaitu faktor keturunan, infeksi, dan kurang olahraga. Ibu. R mampu
menyebutkan 5 dari 8 tanda dan gejala dari diabetes mellitus yaitu banyak kencing, sering haus
dan banyak minum, sering lapar dan banyak makan, gatal gatal, kesemutan/ rasa baal.
O : Keluarga menyimak dan tampak dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala
penyakit diabetes melitus.
A : TUK I tercapai
P : Lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 2

2.

Mengambil keputusan mengatasi diabetes melitus pada ibu. R dengan

menyebutkan akibat dan mengambil keputusan untuk mengatasi diabetes mellitus pada Ibu. R.
Kriteria : Respon Verbal

Standar : Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 akibat penyakit diabetes melitus yaitu
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan penglihatan,
ganggren.
Perencanaan :
1. Diskusikan dengan keluarga Bpk. Z tentang akibat diabetes melitus dengan menggunakan
lembar balik .
2. Motivasi keluarga untuk mengulangi kembali apa yang telah dijelaskan.
3. Motivasi keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi anggota keluarga yang mengalami
DM.
4. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan Tanggal 03 Februari 2010


a. Mendiskusikan dengan keluarga tentang akibat diabetes melitus. Respon : keluarga
menyimak penjelasan yang diberikan.
b. Memotivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali akibat diabetes mellitus. Respon : Ibu.

R mampu menyebutkan 3 dari 5 akibat penyakit diabetes melitus yaitu tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, dan gangguan fungsi ginjal.
c. Memotivasi keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi anggota keluarga yang

mengalami diabetes melitus. Respon : keluarga mengatakan akan merawat Ibu. R dengan
diabetes melitus.
d. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dengan kata bagus . Respon : Ibu.

R tampak senang.

Evaluasi Tanggal 03 Februari 2010


S : Ibu. R menyebutkan akibat penyakit diabetes melitus yaitu Tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan penglihatan.
O : Ibu. R menyebutkan kembali akibat diabetes melitus dengan lancar.
A : TUK 2 tercapai
P : Lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 3

3.

Merawat keluarga yang mengalami diabetes melitus dengan cara menjelaskan cara

perawatan dan mendemonstrasikannya.


Kriteria : Respon Verbal dan psikomotor
Standar : Menjelaskan langkah langkah perawatan kaki yaitu cuci kaki dengan benar
menggunakan air sabun, keringkan kaki menggunakan handuk hingga sela-sela kaki, oleskan
lotion agar kaki tetap lembab, gunting kuku merata tanpa membuat lengkungan, jangan
berjalan tanpa alas kaki baik didalam dan diluar rumah. Melaksanakan perawatan pada
anggota keluarga sesuai dengan cara perawatan yang telah didiskusikan.
Perencanaan :
b. Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan, perawatan anggota keluarga yang
mengalami diabetes melitus.
c. Demonstrasikan cara perawatan keluarga dengan diabetes melitus dan cara perawatan kaki.
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara perawatan
kaki yang telah diajarkan dan mendemonstrasikan pengobatan alternatif.
e. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan Tanggal 04 Februari 2010


a. Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan anggota keluarga yang mengalami
diabetes melitus. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.
b. Memotivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah disampaikan. Respon :
keluarga menyebutkan cara perawatan kaki yaitu cuci kaki dengan benar menggunakan air
sabun, keringkan kaki menggunakan handuk hingga sela-sela kaki, oleskan lotion agar kaki
tetap lembab, gunting kuku merata tanpa membuat lengkungan, jangan berjalan tanpa alas kaki
baik didalam dan diluar rumah.
c. Mendemonstrasikan cara perawatan kaki yang baik dan benar. Respon : keluarga tampak
memperhatikan dengan seksama.
d. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara perawatan
kaki yang baik dan benar. Respon : keluarga tampak berusaha untuk melakukan secara
maksimal.
e. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dengan kata bagus . Respon :
keluarga tampak tersenyum.
Evaluasi Tanggal 04 Februari 2010
S : Keluarga dapat menyebutkan langkah langkah perawatan kaki yaitu cuci kaki dengan
benar menggunakan air sabun, keringkan kaki menggunakan handuk hingga sela-sela kaki,
oleskan lotion agar kaki tetap lembab, gunting kuku merata tanpa membuat lengkungan,
jangan berjalan tanpa alas kaki baik didalam dan diluar rumah.
O : Keluarga tampak menyimak dan menjelaskan kembali
A : TUK 3 tercapai sebagian
P : Lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 4

4. Mampu memodifikasi lingkungan hidup yang sehat dengan cara menyebutkan cara
pencegahan diabetes melitus.
Kriteria : Respon Verbal
Standar : Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 7 cara pencegahan diabetes melitus yaitu
biasakan hdup sehat dengan minum air putih 8 gls sehari, diet seimbang, olahraga teratur,
jangan merokok, gunakan alas kaki yang lembut, periksa kepuskesmas/rumah sakit terdekat,
dan minum obat secara teratur.
Perencanaan :
a. Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan diabetes mellitus.
b. Motivasi keluarga untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Pelaksanaan Tanggal 04 Februari 2010
a. Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan penyakit diabetes melitus.
Respon: keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.
b. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengulangi kembali tentang cara
pencegahan penyakit diabetes melitus. Respon : Ibu. R mampu menyebutkan 5 dari 7 cara
pencegahan diabetes melitus yaitu biasakan hdup sehat dengan minum air putih 8 gls sehari, diet
seimbang, olahraga teratur, jangan merokok, dan gunakan alas kaki yang lembut.
c. Memberikan reinforcement positif atas jawaban yang di berikan. Respon : Ibu. R tampak
senang.
Evaluasi Tanggal 04 Februari 2010
sehat dengan minum air putih 8 gls sehari, diet seimbang, olahraga teratur, jangan merokok, dan
gunakan alas kaki yang lembut.

O : Ibu. R dapat menyebutkan kembali cara pencegahan diabetes mellitus dengan lancar. Ibu. R
sudah dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik yaitu berobat ke puskesmas.
A : TUK 4 tercapai sebagian
P : Pertahankan rencana keperawatan TUK 4 dan lanjutkan diagnosa ke 2.

Diagnosa keperawatan 2 : Risiko terjadi penyakit akibat lingkungan tidak sehat (ISPA,
DIARE, dan DHF ) pada keluarga Bpk. Z berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan yang sehat.
Tujuan Utama : Setelah dilakukan pembinaan selama 6 hari kunjungan diharapkan keluarga
dapat memodifikasi lingkungan yang sehat.
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan kunjungan selama 3 kali pertemuan masing masing 45
menit diharapkan keluarga mampu :
1. Mengenal masalah lingkungan dengan cara menyebutkan pengertian lingkungan yang sehat,

manfaat dan syarat lingkungan yang sehat.


Kriteria : Respon Verbal
Standar : Lingkungan sehat adalah lingkungan yang ditempati oleh manusia dengan
perumahan yang memenuhi syarat kesehatan. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 manfaat
lingkungan sehat yaitu memenuhi kebutuhan dasar, menjamin keserasian antara anggota
keluarga, melindungi keluarga dari penyakit, melindungi dari bahaya kecelakaan. Keluarga
mampu menyebutkan 3 syarat lingkungan sehat yaitu penerangan cukup, ventilasi cahaya
matahari cukup/dapat masuk kedalam rumah, rumah bersih terdapat saluran pembuangan air
kotor dan tinja.

Perencanaan :
a.Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian, manfaat, serta syarat lingkungan sehat
dengan menggunakan lembar balik.
b.

Motivasi keluarga untuk mengulangi kembali penjelasan yang sudah diberikan.

c.Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan : Tanggal 04 Februari 2010


1.Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian, manfaat lingkungan sehat, serta syarat
lingkungan sehat dengan menggunakan lembar balik. Respon : keluarga menyimak penjelasan
yang diberikan.
2. memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan. Respon :
keluarga mengatakan pengertian Lingkungan sehat adalah lingkungan yang ditempati oleh
manusia dengan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan. Keluarga mampu menyebutkan
3 dari 4 manfaat lingkungan sehat yaitu memenuhi kebutuhan dasar, menjamin keserasian
antara anggota keluarga, melindungi keluarga dari penyakit. Keluarga mampu menyebutkan 2
dari 3 syarat lingkungan sehat yaitu penerangan cukup, ventilasi cahaya matahari cukup/dapat
masuk kedalam rumah.
3. memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dengan mengatakan bagus.
Respon : keluarga tampak senang.

Evaluasi : Tanggal 04 Februari 2010


S : keluarga menyebutkan pengertian lingkungan tidak sehat adalah lingkungan yang ditempati
oleh manusia dengan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan. Keluarga menyebutkan 3

dari 4 manfaat lingkungan sehat yaitu memenuhi kebutuhan dasar, menjamin keserasian antara
anggota keluarga, dan melindungi keluarga dari penyakit. Keluarga menyebutkan 2 dari 3
syarat lingkungan sehat adalah penerangan cukup, ventilasi cahaya matahari cukup (dapat
masuk kedalam rumah).
O : keluarga tampak antusias dalam menyimak dan berusaha menyebutkan kembali apa yang
telah dijelaskan.
A : tuk 1 tercapai masalah teratasi
P : lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 3.

2. Mengambil keputusan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dengan cara menyebutkan
akibat lingkungan yang tidak sehat dan menyebutkan akibat lingkugan yang tidak sehat.
Kriteria : Respon Verbal
Standar : keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat lingkungan tidak sehat, yaitu
mengakibatkan lingkungan yang tidak sehat, air bersih yang tergenang bisa menjadi sarang
nyamuk demam berdarah, pembuangan tinja bisa menyebabkan TBC, keluarga mengambil
keputusan untuk melakukan tndakan pemeliharaanlingkungan rumah yang sehat.
Perencanaan :
a. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat lingkungan yang tidak sehat dengan
menggunakan lembar balik.
b. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan agar mau mengambil tindakan pemeliharaan
lingkungan rumah yang sehat.
c. Berikan reinforcement positif atas upaya keluarga.

Pelaksanaan : Tanggal 05 Februari 2010


a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang akibat lingkungan yang tidak sehat dengan
menggunakan lembar balik. Respon : keluarga menyimak dan memperhatikan apa yang
dijelaskan.
b. memotivasi keluarga untuk mengulang apa yang telah dijelaskan. Respon : keluarga dapat
mengulangi kembali apa yang telah dijelaskan.
c. memotivasi keluarga untuk mengmbil keputusan menciptakan lingkungan sehat. Respon
keluarga mengatakan akan berusaha menciptakan lingkungan yang sehat.
d. memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dengan mengatakan bagus. Respon
keluarga : keluarga tampak tersenyum.

Evaluasi : Tanggal 05 Februari 2010


S : Keluarga paham dan mengerti akibat lingkungan tidak sehat adalah air bersih tergenang
bisa menjadi sarang nyamuk demam berdarah, ventilasi cahaya matahari cukup (dapat masuk
kedalam rumah) dan debu yang banyak dapat menyebabkan ISPA.
O : Keluarga tampak antusias dalam diskusi dan mengungkapkan keinginannya untuk
memelihara lingkungan yang sehat.
A : TUK 2 tercapai sebagian
P : Pertahankan TUK 2 untuk perawatan dirumah, lanjutkan tindakan keperawatan untuk
TUK 3

3. Memodifikasi untuk menciptakan lingkungan yang sehat dengan cara memelihara


lingkungan dan memodifikasi lingkungan yang sehat.

Kriteria : Respon verbal dan psikomotor


Standar : keluarga mampu menyebutkan 5 dari 9 cara memelihara lingkungan yang sehat
yaitu selalu membersihkan rumah, jendela / pintu dibuka agar sinar matahari dapat masuk,
susun perabotan rumah tangga, tutup makanan dengan tudung saji, jagalah kebersiahan kamar,
jangan ada baju yang digantung, kuras bak mandi satu minggu sekali, jemur kasur satu minggu
sekali dan buang sampah pada tempatnya.
Perencanaan :
a. Diskusiakn dengan keluarga tentang cara pemeliharaan lingkungan yang sehat dengan
menggunakan leaflet.
b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali apa yang telah dijelaskan.
c. Lakukan kunjungan rumah yang tidak direncanakan untuk melihat apakah keluarga sudah
memodifikasi lingkungan.
d. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan : Tanggal 06 Februari 2010


1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara memelihara lingkungan sehat dengan
menggunakan leaflet. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang disampaikan.
2. memotivasi keluarga untuk mengulangi apa yang telah dijelaskan. Respon : keluarga dapat
menyampaikan kembali apa yang telah disampaikan mengenai cara memelihara lingkungan
lingkungan yang sehat yaitu selalu membersihkan rumah, jendela / pintu dibuka agar sinar
matahari dapat masuk, susun perabotan rumah tangga, tutup makanan dengan tudung saji,
jagalah kebersihan kamar, jangan ada baju yang digantung .

3. Menjelaskan kunjungan untuk melihat apakah keluarga sudah memodifikasi lingkungan.


Respon : keluarga sudah berusaha untuk menciptakan lingkungan yang sehat walaupun belum
maksimal.
4. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dengan mengatakan bagus. Respon
: kleuarga tampak senang.
Pelaksanaan: Tanggal 07 Februari 2010
1. Melakukan kunjungan tidak di rencanakan. Respon : keluarga tampak sedang menyapu dan
mengepel.
2. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali cara memelihara lingkungan sehat. Respon :
keluarga dapat menyebutkan kembali cara memelihara lingkungan rumah yang sehat yaitu
jendela di buka agar udara dapat masuk, perabotan rapi dan bersih, bak mandi dikuras
seminggu sekali, rumah dipel setiap hari dan baju jangan bergantungan.
3. Memberi reinforcement positif atas upaya keluaraga dengan mengatakan bagus atas upaya
keluarga.
Evaluasi : Tanggal 07 Februari 2010
S: Keluarga mengatakan cara memelihara lingkungan rumah yang sehat yaitu jendela dibuka
agar udara dapat masuk, perabotan rumah rapi dan bersih, bak mandi dikuras seminggu sekali,
rumah dipel setiap hari dan baju jangan bergantungan.
O : Keluarga tampak sudah memahami penjelasan perawat dan rumah tampak bersih dan rapi.
A : TUK 4 tercapai sebagian
P : Pertahankan tindakan TUK 4 dan lebih ditingkatkan kembali.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus yang ada
dengan cara membandingkan dan mengemukakan alasannya. Adapun langkah-langlah
pembahasan ini sesuai dengan proses keperawatan keluarga yaitu dimulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian sesuai teori data yang perlu dikaji adalah yang menunjang tiga
masalah kesehatan keluarga yaitu ancaman, keadaan sakit dan krisis. Selain tiga masalah
kesehatan dalam pengkajian juga perlu dikaji tentang data yang berhubungan dengan lima
tugas keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, merawat anggota
keluarga, memelihara keadaan ingkungan sehat, memanfaatkan faslitas kesehatan.

Sedangkan pada kasus tidak semua data yang ada dalam teori ditemukan misalnya data yang
menunjang untuk masalah krisis, karena tidak ada anggota keluarga yang membutuhkan
penyesuaian seperti perceraian, PHK dan anak klien sudah meninggal beberapa tahun yang
lalu. Pada kasus untuk data yang berhubungan dengan lima tugas keluarga yang kelima
yaitu memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak ditemukan karena keluarga sudah
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan sekitar rumah. Dalam pengkajian
penulis tidak menemukan adanya hambatan karena keluarga sangat kooperatif dan mau

bekerja sama, sehinga penulis mudah mendapatkan data-data yang diperlukan dalam
pembuatan laporan.

B. Diagnosa Keperawatan Kesehatan Keluarga


Dalam tinjauan teori berdasarkan pada penjajakan pertama terdapat tiga masalah kesehatan
yaitu : ancaman kesehatan, keadaan sakit dan krisis. Sedangkan pada kasus terdapat dua
sifat masalah kesehatan yaitu ancaman kesehatan dan keadaan sakit. Keadaan krisis tidak
ditemukan karena tidak ada data-data yang menunjang untuk masalah yang memerlukan
penyesuaian.

Masalah kesehatan yang ada pada tahap penjajakan kedua secara teori dikelompokan
menjadi lima diagnosa keperawatan yang dikaitkan dengan tugas keluarga. Pada kasus tidak
semua masalah kesehatan keluarga ditemukan, khususnya pada masalah kesehatan diabetes
melitus pada Ny. R ditemukan masalah keperawatan yaitu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan, kurang mampu merawat anggota keluarga yang sakit serta
memodifikasi lingkungan. Pada diagnosa keperawatan tidak ditemukan tidak ditemukan
hambatan karena dalam merumuskan masalah kesehatan dan masalah keperawatan
disesuaikan dengan data yang ditemukan pada keluarga.

C. Perencanaan
Pada tahap penyusunan rencana tindakan keperawatan keluarga secara teori adalah
berdasarkan sifat masalah keluarga dan sumber-sumber yang ada baik pada keluarga,
perawat maupun sumber daya pada masyarakat untuk menyelesaikan masalah. Perencanan

pada teori meliputi menentukan prioritas masalah kesehatan, menetapkan sasaran,


menentukan tujuan, menetapkan kriteria dan standar evaluasi serta menyusun rencana
tindakan untuk mengatasi setiap masalah kesehatan dan masalah keperawatan.

Dalam menyusun rencana tindakan dibuat bersama-sama keluarga dengan memperhatikan


sumber daya yang ada pada keluarga. Dalam perencanaan tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus serta tidak ada hambatan karena keluarga sangat
kooperatif, sehingga semua perencanaan seperti mengkaji tingkat pengetahuan keluarga,
mendiskusikan bersama-sama keluarga, memotivasi keluarga dapat dilakukan semuanya.
Dalam perencanaan waktu memberikan asuhan keperwatan perlu berkelanjutan bukan sesaat
agar masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang ditemukan dapat diselesaikan. Pada
perencanaan tidak ditemukan hambatan karena apa yang direncanakan disesuaikan dengan
kondisi keluarga dan kemampuan keluarga.

D. Pelaksanan
Dalam tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan keluarga dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut upaya yang dilakukan adalah memberikan
informasi tentang masalah kesehatan yang dihadapi keluarga, memberikan motivasi untuk
menghadapi masalah serta memberi petunjuk atau alternatif penyelesaian masalah.
Dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan sumber daya yang ada pada keluarga agar
tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan yang ditemukan bersama maka
pelaksanaan pada kasus memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanan pada teori. Pada tahap
pelaksanan ini penulis lebih banyak memberi pengetahuan pada keluarga karena umumnya

penyebab masalah yang terjadi pada keluarga karena ketidaktahuan keluarga. Faktor
penghambat dalam pelaksanaan adalah pada waktu memberikan asuhan keperawatan pada
keluarga tidak semua anggota keluarga mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh perawat.
Karena anggota keluarga sedang berada diluar dan tidak tentu waktu pulangnya, faktor
penunjang respon dan penerimaan keluarga sangat baik sehingga dalam melakukan
pelaksanaan penulisan tidak mengalami kesulitan dan keluarga mau mengadakan perbaikan
kearah prilaku sehat.

E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini penulis membandingkan data yang diperoleh dan telah dilakukan
tindakan dengan kriteria dan standar evaluasi. Hal ini sesuai dengan apa yang ada dalam
teori, dimana dengan dilakukannya tindakan keperawatan pada kasus ini pengetahuan
keluarga meningkat tentang DM di samping itu juga terdapat perubahan prilaku keluarga
dalam memelihara kesehatan, memperhatikan makanan pada Ny. R .

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan untuk masalah DM dan perawatanya pada Ny. R
yang berorientasi pada tugas pertama dan ketiga tujuan tercapai karena keluarga sudah
mengenal tentang penyakit DM dan perawatannya dan melakukan perawatan pada keluarga
yang menderita DM. Untuk tindakan selanjutnya penulis membutuhkan koordinasi dengan
pelayanan kesehatan terdekat diwilayah tersebut.

Untuk evaluasi pada masalah kesehatan kedua masalah keperawatan yang berorirntasi pada
tugas pertama dan ketiga tujuan tercapai karena keluarga sudah mengenal betapa pentingnya

arti dari kesehatan dan dapat melakukan perawatan untuk masalah tersebut. Dalam tahap
evaluasi, penulis tidak mengalami kesulitan karena semua dapat dilaksanakan sesuai
rencana.

Pada pendokumentasian asuhan keperawatan pada keluarga penulis tidak mengalami


hambatan karena dokumentasi yang dilakukan sesusi dengan langkah-langkah proses
keperawatan keluarga mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanan, pelaksanan
dan evaluasi.

BAB V
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan mengambil kesimpulan dan akan memberikan saran dalam
melaksanakan asuhan keperawatan keluarga Ny. R

dengan DM di

RT 004 RW 05

Kecamatan Senen Jakarta pusat.

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan teori dan kasus, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. pada pengkajian tidak semua data ditemukan dalam kasus, data yang tidak ada ditemukan
dalam kasus adalah keadaan krisis karena dalam hal ini tidak ada anggota keluarga yang
membutuhkan penyesuaian, dalam pengkajian penulis tidak ditemukan adanya hambatan
karena keluarga kooperatif, sehinga penulis mudah mendapatkan data dari keluarga.
2. Setelah data terkumpul ditemukan dua masalah kesehatan yaitu ancaman kesehatan dan
keadaan sakit atau tidak sehat. Untuk ancaman kesehatan ditemukan 1 masalah keperawatan
dan untuk keadaan sakit ditemukan 1 masalah keperawatan. Masalah ancaman kesehatan
yaitu resiko terjadi komplikasi pada Ny. R, sedangkan masalah kesehatan yang ditemukan
adalah DM.
3. Pada tahap perencanaan dilakukan berdasarkan prioritas, sasaran, tujuan, kriteria, standar
evaluasi serta menyusun rencana tindakan. Pada tahap perencanaan dilakukan bersama-sama
keluarga dengan memperhatikan sumberdaya yang ada pada keluarga. Pada tahap
perencanaan penulis tidak menemukan kesulitan.

4. Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan keluarga dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut tindakan yang dilakukan adalah
memberikan informasi tentang masalah kesehatan yang ada pada keluarga, memberikan
motifasi kepada keluarga untuk mengatasi masalah. Pada pelaksanaan tindakan disesuaikan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun selain itu keluarga kooperatif selama
tindakan keperawatan dilakukan.
5. Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan dimana evaluasi dilakukan
sejauh mana keberhasilan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Dalam evaluasi
penulis membandingkan data yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan untuk
memperoleh data apakah pengetahuan keluarga meningkat tentang diabetes melitus
sehingga dapat melakukan upaya kesehatan. Dari upaya kesehatan yang ada semuanya
teratasi namun masih perlu adanya pemantauan dari pihak puskesmas.

B. Saran
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan terhadap keluarga Ny. R maka
penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Motivasi keluarga Ny. R untuk tetap melakukan tindakan yang sudah disepakati dan
untuk masalah yang belum terjadi harus tetap dipertahankan agar tidak terjadi.
2. Kerja sama yang terbina dengan keluarga mulai dari pengkajian samapai dengan evaluasi
perlu diperhatikan dan ditindak lanjuti dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga.

3. Dari masalah yang dihadapi walaupun sudah teratasi secara maksimal dan keluarga sudah
mengerti tenang tugas keluarga kesatu dan ketiga diharapkan keluarga mau memeriksakan
diri secara rutin kepuskesmas.
4. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat hendaknya tetap
mempertahankan dan mengupayakan pendekatan keluarga yang lebih baik secara Bio-PsikoSosio-Spiritual dan perlu memperhatikan kemampuan yang ada pada keluarga sehingga
dapat memberikan bimbingan dan pendidikan kesehatan dengan baik dan tidak mendapat
hambatan. Dalam pelaksanan asuhan keperawatan keluarga ini diharapkan keluarga dapat
meningkatkan derajat kesehatannya.
5. Untuk setiap perawat yang memberikan auhan keperawatan keluarga perlu
mempertahankan cara pendokumentasian proses keperawatan keluarga agar setiap perawat
dapat melanjutkan asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga Ny. R.

Daftar Pustaka

Baughmann, Diane C. ( 2000 ). KMB : Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth; alih bahasa,
Yasmin Asih. Jakarta : EGC
FKUI. ( 1999 ). Keperawatan Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Smeltzer, Suzanne C. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth:
alih bahasa, Agung Waluyo. Jakarta : EGC

Vous aimerez peut-être aussi