Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Z
KHUSUSNYA Ny. R DENGAN DIABETES MELITUS
DI PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
JAKARTA PUSAT
DISUSUN OLEH
DEWI PALENTINA
07.019
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
A. Latar belakang
Pembangunan manusia seutuhnya bermula pada saat pembuahan, dan berlangsung
sepanjang masa hidupnya, tidak dapat dilepaskan dari aspek kehidupan keluarga, dimana
manusia itu hidup dan dibesarkan. Pembangunan seluruh masyarakat sangat tergantung pada
pembangunan keluarga yang menjadi inti dari masyarakat tersebut. Dalam pembangunan
nasional keluarga mempunyai nilai strategis karena menjadi inti dalam pembangunan serta
menjadi tumpuan pembangunan manusia seutuhnya. Karena nilainya yang startegis maka
keluarga harus memperoleh pembinaan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk aspek
kesehatannya.
Kesehatan keluarga sebagai salah satu unsur dasar kesejahteraan keluarga dan akan
memperkokoh ketahanan nasional. Dalam upaya memperbaiki tingkat sosial ekonomi
masyarakat, kesehatan keluarga merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi, oleh
karena itu keluarga yang sehat menghasilkan anak-anak yang akan tumbuh dan berkembang
menjadi insan pembangunan yang sehat. pembinaan kesehatan dItujukan kepada upaya
untuk menumbuhkan perubahan sikap dan prilaku yang selanjutnya akan meningkatkan
kemampuan dan kemandirian keluarga dalam memelihara dan memperbaiki status kesehatan
serta mengatasi masalah kesehatannya melalui hubungan masyarakat dan bimbingan tenaga
profesional.
Sasaran utama pembinanaan kesehatan keluarga adalah keluarga rawan, yang salah satunya
adalah keluarga yang mengalami diabetes melitus.
Dari data yang didapatkan dari negara Singapura bahwa kurang lebih penderita diabetes
melitus 8,6 % orang dewasa, dan 7,5 % penderita diabetes meninggal dunia karena terjadi
komplikasi yang serius diantaranya : jantung, paru, ginjal stroke, pesyarafan (neuropati) atau
kebutaan dan luka ganggren.
Berdasarkan dari register puskesmas kecamatan senen, diperoleh data bahwa dari 12% dari
seluruh pengunjung puskesmas yang berobat kepuskesmas kecamatan senen menderita
diabetes melitus.
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien diabetes melitus yaitu perubahan pola
nutrisi, kekurangan volume cairan, resiko dan penyebaran infeksi, kelelahan, kurang
pengetahuan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan kematian.
Dengan adanya masalah tersebut maka peran dan fungsi perawat adalah sangat penting
dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada aspek promotif yaitu dangan
memberikan pendidikan kesehatan, preventif misalnya dengan mencegah supaya klien bisa
menjaga pola makan dan aspek lainnya. Sehingga penulis tertarik dan ingin mengetahui
bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes melitus dengan
menggunakan metode pendekatan proses asuhan keperawatan keluarga.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini diharakan penulis mendapatkan pengalaman nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga yang mengalami diabetes melitus
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah penulis mampu :
a.
b.
Menganalisa data yang ditemukan pada keluarga dengan masalah diabetes melitus
d.
keperawatan
e.
diabetes melitus
g.
h.
C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan keperawatan pada
keluarga Tn. Z khususnya Ny. R dengan masalah Diabetes Mellitus di Rt 004/ Rw 05
kecamatan senen Jakarta Pusat, yang dilaksanakan mulai tanggal 29 Januari 2010 sampai
dengan tanggal 01 Februari 2010.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif, tipe studi
kasus dimana penulis mengambil data pada salah satu keluarga yang ada di wilayah RT 004/
RW 05 kecamatan senen. Dalam pengumpulan data metode yang digunakan adalah :
Wawancara, Observasi, dan pengukuran terhadap seluruh angota keluarga yang tingal dalam
satu rumah. Selain itu juga penulis menggunakan studi keputakaan dengan mempelajari
literatur yang melandasi asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga.
E. Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri dari lima Bab, yang disusun secara sistematis
sebagai berikut : Bab satu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
rung lingkup, metode penulisan dan sistematka penulian. Bab dua landasan teori asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah diabetes melitus yang terdiri dari konsep keluarga
dan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah diabetes melitus. Bab tiga tinjauan kasus
asuhan keperawatan keluarga dengan masalah diabetes melitus yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab empat pembahasan
menguraikan tentang kesenjangan antara teori dengan fakta yang ada. Sesuai dengan
langkah-langkah proses keperawatan. Bab lima penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN MASALAH DIABETES
MELITUS
Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konsep penyakit diabetes melitus dan
konsep asuhan keluarga.
1. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol, yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia karena defisiensi insulin atau
ketidakadekuatan penggunaan insulin. (Babara Engram, 1999).
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner Souddarth, 2002)
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang kompleks dengan melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta berkembangnya
makrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long 1996).
komplikasi
Dari ketiga pengertian tersebut di atas dapat penulis simpulkan Diabetes Mellitus adalah
gangguan Metabolisme yang secara genetik dan klinis yang ditandai dengan kanaikan kadar
gula atau hiperglikemia yang disebabkan karena defesiensi insulin atau ketidakadekuatan
penggunaan insulin.
2. Patofisiologi
Diabetes Mellitus merupakan penyakit dimana kadar gula dalam darah seseorang melebihi
kadar normal akibat kelenjar pankreas tidak berfungsi normal mengolah kadar gula,
sehingga seseorang harus mengontrol diet makanan agar kadar gula tetap normal dan tidak
menimbulkan komplikasi. Etiologi Diabetes Mellitus tidak disebabkan oleh satu penyebab
tapi oleh sekelompok penyakit yang heterogen baik faktor genetik, lingkungan, pelambatan
sekresi insulin karena disfungsi sel beta sendiri dalam pankreas yang menghasilkan insulin.
Dari berbagai penyelidikan predisposisi terjadi Diabetes yaitu herediter / keturunan,
Obesitas / hormonal. Sedangkan kelompok yang digolongkan memiliki risiko tinggi terjadi
DM adalah riwayat keluarga Diabetes Mellitus, Obesitas, usia, diatas 45 tahun, hipertensi,
riwayat DM pada saat kehamilan, pernah melahirkan anak dengan berat lahir 4000 gram.
Diabetes Mellitus dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe I yaitu Insulin Dependent (IDDM)
dan tipe II yaitu Non Insulin Dependent (NIDDM). Pada Diabetes Mellitus tipe I dapat
disebut juga Diabetes Mellitus tergantung insulin. Komplikasi yang sering terjadi pada
Diabetes Mellitus tipe I yaitu ketoasidosis diabetik, karena tak ada insulin yang
mempertahankan kadar glukosa darah normal. Penyakit ini dapat timbul pada usia manapun.
Hipoglikemia merupakan gambaran umum dari Diabetes Mellitus tipe I dan dapat timbul
pada klien dengan Diabetes Mellitus tipe II. Kadar Glukosa dalam darah pada hipoglikemia
Defisit insulin pada Diabetes Mellitus adalah peningkatan ambang batas ginjal sebagai
regulator akan berusaha mengeluarkan glukosa dan mengakibatkan diuresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran berkemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi). Glukosa
tidak dimetabolisme untuk menghasilkan energi sebagai gantinya cadangan lemak dan
protein yang berada dalam sel di metabolisme sehingga klien kehilangan berat badan dalam
waktu yang relatif singkat sementara tubuh akan mengkompensasi dengan timbulnya rasa
lapar yang semakin besar (poliphagi).
3. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan
Tujuan pengobatan diabetes mellitus secara konsisten menormalkan kadar glukosa darah.
Pada DM tipe I tubuh kehilangan kemampuan memproduksi insulin, sehingga harus
diberikan insulin dalam jumlah tak terbatas. Sedangkan Diabetes Mellitus tipe II insulin
diberikan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa jika diet, obat
hiperglikemi
oral
tidak
berhasil
mengontrolnya.
Dalam
cara
kerjanya
insulin
Kerja insulin adalah tiga sampai empat jam, puncaknya empat sampai dua belas jam.
Contoh : NPH
c. Long Acting Insulin
Cara kerja insulin cenderung memiliki kerja yang panjang, enam sampai delapan jam,
durasi kerjanya dua puluh sampai tiga puluh jam, contoh : Ultralen, glarigine.
2.
Keperawatan
Program Latihan Olahraga
Berolahraga secara teratur merupakan salah satu bagian terpenting dalam pengelolaan
(manajemen) diabetes ini akan membantu usaha untuk:
a.
Menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan terpakainya energi (olahraga mungkin
Menurunkan tekanan darah, kadar kolesterol dalam darah, jika sekiranya tinggi
c.
d.
Mengurangi stress
e.
3.
Perencanaan Diet
Prinsip umum diet DM dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk
mencapai tujuan berikut ini:
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya: vitamin, mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar gula darah setiap harinya degan mengupayakan kadar glukosa
darah mendekati normal melalui cara-cara yanga aman dan meningkat
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
mempertahankan budaya, meningkatkan fisik, mental, emosional dan social dari tiap
anggota. Sedangkan Friedman (1998), mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua orang
atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kbersamaan dan ikatan emosional dan
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah
kelompok manusia yang hidup
mempengaruhi keluarga tersebut. Jika dalam keluarga ada salah satu anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan, maka akan mempengaryhi status kesehatan keluarga secara
keseluruhan.
b.
Sebuah keluarga terbentuk dari individu-individu dengan status sosial yang telah dikenal
dan berinteraksi satu sama lainnya secara teratur, mempunyai tempat tinggal dan
mempunyai peraturan dalam lingkup keluarga. Menurut Friedman ( 1986 ) terdapat dalam
tipe keluarga yaitu tipe keluarga tradisional dan non tradisional. Tipe keluarga tradisional
terdiri dari :
a. Nuclear Family atau keluarga inti, adalah keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak
yang masih tanggung jawab orang tua dan tinggal satu rumah.
b. Nuclear Dyad Family, adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tingal dalam satu rumah yang sama.
c. Single parent family, adalah keluarga yang terdiri dari satu orang tua ( ayah/ibu ) dengan
anak (kandung/ angkat).
d. Extended family atau keluarga besar, adalah keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah misalnya kakek, nenek, paman dan bibi yang tingal
dalam satu rumah.
e. Single adult family, adalah keluarga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang tinggal
sendiri dalam rumahnya.
f. Keluarga usila, adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan
dimana anaknya meninggalkannya, seperti bekerja atau menikah.
g. Blended family, yaitu suatu rumah tangga yang membawa anak dalam perkawinan
sebelumnya.
Sedangkan tipe keluarga non tradisional, terdiri dari :
a. Commune family, adalah keluarga tanpa pertalian darah hidup dalam satu rumah.
b. Orang tua ( ayah/ ibu) tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama.
c. Homo seksual, adalah dua individu yang sejenis hidup serumah.
c. Struktur Keluarga
Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perlu memahami
struktur keluarga. Menurut Friedman ( 1986 ) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi, dikatakan berfungsi dengan baik apabila pola interaksi
bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berfikir positif, dan tidak
mengulang-ngulang isu atau pendapat sendiri.
b. Struktur peran, peran merupakan prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status yaitu posisi individu dalam
masyarakat, misalnya sebagai istri, suami atau anak.
c. Struktur
kekuatan,
kekuatan
merupakan
kemampuan
dari
individu
untuk
menmgendalikan atau mempengaruhi perubahan prilaku orang lain karena positif struktur
kekuatan tersebut meliputi legitimate power, refrent power, reward power, coercive power,
dan afektif power.
d. Nilai-nilai keluarga, merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman prilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
d.
Peran Keluarga
anggotakeluarga
dan
kelompok
sosialnya
serta
anggota
masyarakatdan
lingkungannya.
2) Peran ibu : sebagai istri dan ibu anak-anak, ibu mempunyai peran untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peran sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
3)
e.
Fungsi Keluarga
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota sepanjang waktu. Tahap
perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu yang dianggap stabil.
Menurut Duval, Miller dan Friedman ( 1998 ), bahwa tahap perkembangan mempunyai
tugas perkembangan sebagai berikut :
1) Pasangan baru (Beginning Family), keluarga dimulai saat masing-masing individu lakilaki ( suami ) dan perempuan ( isteri ) membentuk keluarga melalui perkawinan yang syah
dan meninggalkan keluarga masing-masing. Tugas perkembangan keluarga ini adalah
membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina
hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial, dan mendiskusikan rencana
memiliki anak.
2) Keluarga dengan kelahiran anak pertama (Child-bearing), dimulai dari kehamilan sampai
melahirkan anak pertama dan berlanjut sampai usia anak pertama 30 bulan. Tugas
perkembangan keluarga ini, persiapan bayi, adaptasi pola hubungan seksual, membagi peran
dan tanggung jawab, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan, dan menjadi orang tua.
3) Keluarga dengan anak prasekolah, tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama 30
bulan dan berakhir saat anak berusia 6 tahun. Tugas perkembangan tahap ini adalah
memenuhi kebutuhan anggota keluargan seperti membagi waktu, pengaturan keuangan,
merencanakan kelahiran berikutnya, membagi tanggung jawab dengan anggota keluarga.
4) Keluarga dengan anak sekolah, tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pasa usia 6
tahun dan berakhir pada usia 13 tahun. Tugas perkembangan keluarga ini adalah
Keluarga dengan anak remaja, tahap ini dimulai anak pertama berusia 13
tahun sampai 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memberikan kebebasan
yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya, sertakan remaja dalam bertanggung jawab, mempertahankan
hubungan intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan
orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan, perubahan sistem peran dan
peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
6) Keluarga dengan anak dewasa, tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan
rumah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memperluas keluarga inti menjadi
keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu orang tua suami/istri yang
sedang sakit dan memasuki masa tua, membantu anak untuk mandiri dimasyarakat dan
penataan kembali peran dan kegiatan rumah tanga.
7) Keluarga usia pertengahan, tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meningal. Tugas perkembangan
pada tahap ini adalah mempertahankan kesehatan, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak, meningkatkan keakraban pasangan,
partisipasi dalam aktifitas sosial.
8) Keluarga pada masa pensiun dan lansia, tahap akhir perkembangan keluarga ini dimulai
saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut pada saat salah satu pasangan meninggal. Tugas
perkembangan pada tahap ini adalah memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan,
pembuangan
air
limbah,
fasilitas
social
dan
fasilitas
kesehatan,
4)
Struktur kekuatan keluarga, hal yag perlu dikaji meliputi : siapa yang mengambil
keputusan, yang mengatur anggaran belanja, tempat tinggal, disiplin dan aktifitas anak, dan
cara pengabilan keputusan.
5) Stuktur peran keluarga meliputi peran baik secara formalatau peran yang tidak formal.
6) Nilai-nilai keluarga yang meliputi : nilai kebudayaan yang dianut keluarga, dan bagaimana
nilai tersebut mempengaruhi keluarga.
7) Fungsi afektif, data yang harus dikaji adalah bagaimana respon keluarga terhadap
kebutuhan anggota keluarga.
8) Fungsi sosialisasi, bagaimana keluarga membesarkan anak, yang bertanggung jawab
dalam membesarkan anak, bagaimana anak dihargai, masalah-maslah keluarga dalam
membesarkan anak.
9) Fungsi perawatan kesehatan (penjajakan tahap II) berkaitan dengan lima tugas keluarga,
hal yang perlu dikaji adalah :
a)
data yang perlu dikaji adalah sejauh mana pengetahuan keluarga tentang fakta-fakta dari
masalah kesehatan, yang meliputi pengertian, penyebab, tanda-tanda dan faktor-faktor yang
mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b)
terhadap tindakan kesehatan yang tepat, hal yang dapat dikaji adalah : pengetahuan keluarga
mengenai besar dan sifatnya masalah yang dirasakan keluarga, apakah keluarga merasa
takut akan akibat tindakan yang dilakukan, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada, apakah keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan, dan apakah
keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, data yang perlu dikaji
adalah pengetahuan keluarga mengenai keadaan penyakitnya (sifat , penyebaran komplikasi,
prognosa dan cara perawatannya ), pengetahuan keluarga tentang sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan, pengetahuan keluarga tentang keadaan fasilitas yang diperlukan
untuk perawatan, pengetahuan keluarga tentang sumber-sumber yang ada dalam keluarga
( anggota keluarga yang betanggung jawab, sumber-sumber keuangan, faslitas, fisik,
psikososial ), bagai mana sikap keluarga dalam menghadapi keluarga yang sakit.
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :
Kemampuan keluarga menggunakan sumber-sumber yang dimiliki keluarga, kemampuan
melihat keuntungan / manfaat pemeliharaan lingkungan, pengethuan keluarga tentang
pentingnya hygiene sanitasi, pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan, bagaimana
sikap keluarga terhadap hygiene dan sanitasi dan bagaimana kekompakan antara anggota
keluarga.
e) Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat, hal yang
harus dikaji adalah : Pengetahuan keluarga, keberadaan faslitas kesehatan, pengetahuan
keluarga tentang keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, pengalaman yang
kurang baik terhadap petugas kesehatan dan apakah fasilitas kesehatan terjangkau. Dalam
pengumpulan data metode yang dapat digunakan yaitu wawancara, pengamatan studi
dokumentasi, dan pemeriksaan fisik.
10) Stress dan strategi koping, meliputi stressor jangka panjang dan jangka pendek,
kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, strategi koping yang digunakan dan strategi
koping disfungsional.
b. Diagnosa Keperawatan
Setelah data dikumpulkan selanjutnya dianalisa untuk menentukan diagnose keperawatan.
Menurut Suprajitno (2004), dan modifikasi Fakultas Ilmu Keperawatan (2000), bahwa
tipologi diagnose keperawatan keluarga ada tiga, yaitu :
1) Aktual yaitu maslah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan
bantuan yang cepat
2) Risiko (ancaman kesehatan) adalah masalah kesehatan yang belum terjadi tetapi tanda
untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
3) Potensial (kejadian atau wellness )yaitu dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga sumber penunjang kesehatan yang memingkinkan dapat ditingkatkan
c. Penapisan
Dalam memberikan asuhan keperawatan kemungkinan yang ditemukan lebih dari satu
diagnose keperawatan. Untuk itu perwat harus memprioritaskan masalah keperawatan
tersebut. Criteria yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga
sebagai berikut :
No
1 Sifat masalah
Kriteria
Skala : Aktual
Bobot
Risiko
Potensial
Skor
Sebagian
tidak dapat
Cukup
Rendah
Menonjolnya masalah
Skala : Segera
Tidak dirasakan
Tentukan skore, skore dibagi dengan angka tertinggi, lalu dikalikan dengan bobot, setelah
ada hasil disetiap kriteria maka jumlahkan skor seluruh kriteria.
Untuk menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga menggunakan dengan kriteria
sebagai berikut :
1)
Sifat masalah : aktual, resiko dan potensial, aktual bobot tertinggi karena
memerlukan tindakan yang segera dan biasakan dirasakan oleh keluarga sejahtera bobot
tinggi karena memerlukan faktor kebudayaan dapat memberikan dukungan bagi keluarga
untuk mengatasi masalah dengan baik
2) Kemungkinan masalah dapat diubah : kemungkinan berhasil mengurangi atau mencegah
masalah. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan meliputi : pengetahuan dan teknologi
serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah sumber daya keluarga, dalam
bentuk fisik, keuangan serta tenaga, sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu, sumber daya masyarakat, dalam bentuk fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat dan dukungan sosial masyarakat.
3) Potensi masalah dapat dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang
dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan. Faktor-faktor
yang perlu diperhaikan meiputi : kepelikan masalah, lamanya masalah , adanya kelompok
high risk atau kelompok yang beresiko.
4) Menonjolkan masalah merupakan cara keluarga, melihat dan menilai tentang bertanya
masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan perawat perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah jika keluarga menyadari masalah
dan merasa perlu ditangani segera mendapat skor tertinggi.
d. Perencanaan
Bebarapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga
yaitu:
1) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa data secara menyeluruh tentang
masalah atau situasi keluarga.
2) Rencana yang baik harus direalistis artinya dapat dilaksanakan dan menghasilkan apa
yang diharapkan.
3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan,
misalnya jika instansi kesehatan yang bersangkutan tidak memungkinkan pemberian
pelayanan secara cuma-cuma dimana perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam
membuat rencana keperawatan dan tindakan keperawatan.
4) Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa
perawat bekerja sama dengan keluarga dan bukan untuk keluarga.
5) Rencana keperawatan sebaiknya dibuat tertulis, hal ini berguna bagi perawat maupun
tim kesehatn lainnya, serta dapat membantu dalam mengevaluasi perkembangan masalah
keluarga.
1) Sebagai alat komunikasi antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga.
2) Meningkatkan kesinambungan asuhan keperawtan yang diberikan pada keluarga.
3) Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil sebagai pedoman bagi setiap perawat
dalam melakukan tindakan kepada keluarga serta melakukan evaluasi.
Menurut Wright dan Leahey (1984), dikutip Friedman (1998), dalam mengklasifikasikan
intervensi keperawatan ada tiga yaitu :
1) Suplemental, perawat berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan langsung dengan
mengintervensi bidang-bidang yang tidak dapat dilakukan keluarga.
2) Fasilitas, perawat keluarga memfasilitasi pemanfaatan pelayanan yang dibutuhkan
keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi, dan pelayanan
kesehatan di rumah.
3) Perkembangan, tujuan perawat diarahkan kepada kemandirian keluarga dan membantu
keluarga, memanfaatkan sumber-sumber perawatan kesehatan pribadi seperti sistem
dukungan sosial internal maupun eksternal.
Untuk selanjutnya Wright dan Leahey (1989), menggolongkan intervensi dalam tiga
tingkatan fungsi keluarga, yaitu :
1) Kognitif, yaitu intervensi diarahkan pada fungsi keluarga pada tingkat kognitif yang
terdiri dari tindakan perawat memberikan informasi dan gagasan baru tentang suatu keadaan
atau pengalaman.
2) Afektif, yaitu tindakan yang dirancang untuk mngubah emosi dan anggota keluarga,
sehingga keluarga dapat menyelesaikan masalah lebih efektif.
3) Perilaku, yaitu strategi perawatan yang diarahkan untuk anggota keluarga berinteraksi /
bertingkah laku satu sama lain.
Untuk merangsang keluarga mengenal dan menerima kebutuhan dan masalah keluarga,
perawat dapat melakukan tindakan sebagai berikut :
a. Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga
b. Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi yang ada
c. Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang ditentukan
d. Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi masalah
disamping merangsang untuk mengenal masalah, perawat juga menolong keluarga agar
dapat menentukan keputusan yang tepat dalam rangka menyelesaikan masalahnya. Tindakan
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini adalah sebagai berikut :
a.
tindakan.
b. Memperkenalkan pada keluarga tentang alternative kemungkinan yang dapat diambil
serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan alternatif tersebut.
c. Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat dari masing-masing alternatf atau
tindakan.
Untuk meningkatkan kesadaran diri keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan keluarga, perawat dapat melakukan tindakan keperawatanm
sebagai berikut :
a. Membantu keluarga untuk mencari cara menghindarkan adanya ancaman kesehatan dan
perkembangan kepribadian angota keluarga.
b.
Membantu keluarga dalam rangka memperbaiki faslitas fisik yang sudah ada
Dalam rangka meningkatkan kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat, perawat dapat melakukan tindakan keperawatan antara lain :
a. Mencegah rintangan-rintangan dalam mengadakan sistem rujukan yang berhasil
b. Mempunyai pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber-sumber daya yang ada di
masyarakat dan bagaimana memanfaatkannya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan rencana keperawatan
keluarga adalah menentukan sasaran ( goal ), menetukan tujuan ( Obyektif ), menetukan
pendekatan , dan tndakan keperawatan yang diperlukan serta menetukan kreteria dan standar
evaluasi. Dalam memilih tindakan keperawatan yang tepat tergantung pada sifatmasalah dan
sumber-sumber yang ada dalam memecahkan masalah. Dalam keperawatan kesehatan
keluarga tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan sebab-sebab dari
masalah.
e.
Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapat kesempatan untuk meningkatkan minat keluarga dan mengadakan perbaikan ke
arah prilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan ketidak mampuan, kesulitan dan
kebingungan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatanya. Diharapkan perawat dapat
memberikan kekuatan dan membantu mengembangkan potensi yang ada sehingga keluarga
dapat mempunyai kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ada beberapa faktor penghambat, baik dari
keluarga maupun petugas, faktor penghambat tersebut antara lain:
1) Dari keluarga, keluarga kurang mampu memperoleh informasi, keluarga tidak
mendapatkan informasi yang tidak lengkap, sehingga melihat masalah secara sebagian,
keluarga tidak dapat mengkaitkan informasi dengan situasi yang sedang dihadapi, keluarga
tidak mau menghadapi situasi, anggota keluarga tidak mau menghadapi tekanan sosial dan
keluarga, keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku, keluarga gagal
mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga, tidak percaya dengan tindakan yang
diusulkan oleh perawat.
2) Dari petugas, kesehatan atau perawat cenderung menggunakan suatu pola pendekatan
(perawat kaku), petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktorfaktor sosial budaya, petugas kurang mampu mengambil tindakan dan menggunakan
bermacam teknik dalam mengatasi masalah yang sulit.
f. Evaluasi
Dalam perawatan kesehatan keluarga, evaluasi merupakan proses yang dilakukan dalam
menilai keberhasilan dari suatu tindakan keperawatan dan menentukan sejauh mana tujuan
sudah tercapai. Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi kuantitatif
dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kuantitatif yang dinilai adalah kualitas atau jumlah kegiatan
keperawatan yang dilakukan. Sedangkan evaluasi kualitatif difokuskan pada salah satu dari
tiga dimensi, yaitu dimensi struktur atau sumber, dimensi proses dan dimensi hasil tindakan
yang kita lakukan. Dari ketiga dimensi ini untuk melihat keberhasilan tindakan yang dapat
dilakukan dapat dilihat dari ketiga dimensi
a.
adanya perubahan, apabila interprestasi subyektif dari pengamat dapat dikurangi dan
menggunakan instrumen yang tepat sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
b.
perubahan data status kesehatan pasien dapat diperoleh dari kartu penderita. Demikian pula
dengan perilaku keluarga serta tanggapan mereka terhadap pelayanan kesehatan dapat
diketahui dari catatan-catatan perawat atau tim kesehatan lain.
c.
tingkah laku yang lebih rumit, wawancara atau questioner dapat disusun dan diberikan
kepada keluarga yang berperan penting.
d.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan diuraikan satu kasus asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes
melitus di RT. 004 RW. 04, Kecamatan Senen Jakarta Pusat yang diberikan asuhan selama
3x pertemuan. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, pendekatan yang
digunakan adalah proses keperawatan keluaraga yang meliputi lima tahap, yaitu :
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada tahap ini penulis mengumpulkan data dari keluarga untuk mengetahui keadaan
kesehatan keluarga dan keadaan lingkungannya. Dalam mengumpulkan data dan metode
yang digunakan adalah wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik, dan diperoleh
data sebagai berikut :
1. Data dasar keluarga
a. Identitas keluarga, nama kepala keluarga Bpk. Z, usia 49 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan
Bpk. Z swasta, alamat Jl. Perapatan II Rt. 004/ Rw. 05 Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
b. Komposisi keluarga
No
1.
Nama
Ny. R
Kelamin
Pr
2.
An. A
Lk
Hub dg klg
Umur
Pendidikan
Istri
53 thn
SD
Anak
37 thn
SMP
Pekerjaan
IRT
Wiraswasta
3.
An. M
Pr
Anak
32 thn
SMP
Pedagang
4.
An. Y
Lk
Anak
29 thn
SMA
Wiraswasta
5.
An. Y
Pr
Anak
27 thn
SMP
6.
An. R
Pr
Anak
25 thn
SD
7.
An. F
Lk
Anak
24 thn
SMA
8.
An. T
Pr
Anak
20 thn
SMA
c. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
:
Peremp
uan
: Klien
: Meninggal
: Menikah
Kesimpulan dari genogram diatas bahwa keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan
yaitu dibetes melitus.
d.Tipe keluarga, keluarga Bpk. Z adalah extended family, keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah misalnya: kakek, nenek, paman, bibi.
e. Suku bangsa, Bpk. Z dan Ibu. T keluarganya berasal dari NTB sedangkan Ibu. R berasal
dari Jawa yang sudah lama menetap di Jakarta, bahasa sehari-hari yang digunakan adalah
bahasa Indonesia.
f. Agama, seluruh anggota keluarga Bpk. Z beragam islam, menjalankan sholat 5 waktu, tidak
ada kebiasaan agama yang bertentangan dengan kesehatan.
g. Status sosial ekonomi, pekerjaan Bpk. Z adalah swasta dan Ibu. R hanya sebagai ibu rumah
tangga sekaligus berjualan nasi uduk setiap sore. Penghasilan Bpk. Z perbulan Rp. 600.000.,
jika ada kekurangan biasanya anak-anak keluarga Bpk. Z yang membantu.
h. Aktivitas rekreasi keluarga, keluarga Bpk. Z jarang melakukan kegiatan rekreasi, kegiatan
waktu luang digunakan oleh keluarga bpk. Z berkumpul bersama dengan keluarga dan tetangga
yang lain.
i. Riwayat dan tahap perkembangan, tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga
dengan anak dewasa dimana anak pertama klien sudah menikah sedangkan yang terakhir belum
dan masih tinggal dengan orang tua.
j. Riwayat keluarga inti, Ibu. R sudah mengetahui tentang penyakit diabetes melitus yang
dideritanya namun Ibu.R belum terlalu mengetahui cara perawatan yang baik dan benar tentang
penyakit tersebut. Ibu. R mengatakan tekadang telapak kaki sering terasa kesemutan dan baal.
Biasanya untuk mengatasi masalah tersebut Ibu. R minum obat. Ibu. R jarang melakukan
olahraga.
k. Riwayat keluarga sebelumnya, Ibu. R adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara. Dari kedua orang
tua Ibu. R tidak ada penyakit keturunan yaitu Diabetes melitus.
2. lingkungan
a. Perumahan, jenis rumah Bpk. Z adalah permanen, dengan ukuran 6x12 m2. tidak memiliki
pekarangan rumah, status rumah milik pribadi. Atap rumah asbes, lantai dari keramik, dinding
dari beto, ventilasi rumah kurang, cahaya yang masuk kerumah kurang, rumah tampak bersih.
Penataan rumah kurang rapi. Keluarga mempunyai WC dengan jenis leher angsa, sumber air
dari PAM. Pembuangan air bekas langsung kekali.
b. Denah rumah
kamar
Ruang tamu
Tamu
Kmr Mandi
f. Pembuangan air limbah, keluarga memiliki saluran pembuangan air limbah, kondisinya
lancar namun sedikit kotor, saluran pembuangan langsung dialirkan kekali yang ada didepan
rumah.
g. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan, fasilitas sosial yang terdapat dimasyarakat antara lain
pengajian, pos kamling. Keluarga jarang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.
Fasilitas kesehatan yang terdapat didekat kawasan ini antara lain puskesmas, rumah sakit dan
praktek dokter umum, yang kesemuanya itu dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Keluarga
sering memanfaatkan fasilitas-fasilitas kesehatan diatas bila terdapat keluhan.
h. Karakteristik tetangga dan komunitas, keluarga tinggal dilingkungan yang padat
penduduknya, jarak antara rumah yang satu dengan yang lain sangat berdempetan. Status sosial
ekonomi bervariasi dari ekonomi menengah sampai kebawah. Komunikasi antar keluarga baik
dan tidak ada masalah dengan tetangga.
i. Mobilitas geografis keluarga, keluarga tinggal dirumah yang sudah mereka tempati selama
20 tahun, tidak ada rencana keluarga untuk pindah, karena keluarga sudah merasa nyaman
dengan lingkungan rumah saat ini.
j. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, keluarga hanya ikut mengobrol
saja. Interaksi keluarga dengan masyarakat sekitar terjalin dengan baik.
k. Sistem pendukung keluarga, Bpk. Z semua tinggal didaerah tersebut. Keluarga tidak ada
masalah dalam keluarga maupun dengan tetangganya dan terlihat akrab saling menyapa satu
dengan yang lainnya.
3. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga selalu berkomunikasi dengan keluarga lainnya, yang mengambil keputusan dalam
keluarga adalah Bpk. Z, untuk mengatasi masalah biasanya keluarga musyawarah terlebih
dahulu. Apabila ada masalah dalam keluarga, maka diselesaikan bersama- sama dan
dibicarakan bersama- sama.
b. Sruktur Kekuatan Keluarga, Bpk. Z dapat mengendalikan dan mempengaruhi keluarga
misalnya dalam hal kesehatan Bpk. Z selalu mengingatkan Ibu. R dan anak-anaknya untuk
berobat bila sakit. Keluarga tidak mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat.
c. Struktur Peran, Ibu. R sebagai IRT selain merawat anak-anaknya juga berdagang nasi uduk
setiap soredi piggir jalan, sedangkan Bpk. Z bekerja dikantor swasta dengan anak F.
d. Nilai dan Norma Budaya, Dalam keluarga tidak ada nilai dan norma yang bertentangan
dengan kesehatan.
4. Struktur keluarga
a.Fungsi afektif, Bpk. Z dan Ibu. R tidak terlalu memikirkan kebutuhan anaknya, karena semua,
karena semua anaknya sudah dewasa dan sudah rata-rata sudah menikah. Apabila ada anggota
keluarga yang sakit dianjurkan untuk berobat. Anggota keluarga saling menyayangi dan saling
memperhatikan satu sama lain.
b.Fungsi sosialisasi, seluruh anggota keluarga dapat berinteraksi dengan yang lain. Keluarga
merasa bahagia dengan keadaan keuarganya yang rukun-rukun saja.
c.Fungsi reproduksi, sejak dulu keluarga Bpk. Z dan Ibu. R mempunyai 7 orang anak, pada
waktu itu Ibu. R tidak mengikuti KB.
a.Sterss jangka pendek dan jangka panjang, saat ini Ibu . T tidak merasakan masalah
apapun yang dapat membuatnya stress. Tujuan jangka panjang keluarga adalah menikahkan
anaknya yang terakhir.
b.Kemampuan keluarga merespon masalah, jika ada masalah keluarga selalu melakukan
musyawarah untuk menyelesaikannya.
c.Strategi koping yang digunakan, strategi koping yang digunakan adalah konstruktif yaitu
dengan musyawarah, namun keluarga tidak pernah berlarut-larut bila ada masalah yang belum
terselesaikan.
d.Strategi adaptasi disfungsional, dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara keluarga
mengatasi masalah secara maladaftif.
e. Pemeriksaan fisik
1)Ibu. R usia 53 tahun, TD 140/90 mmHg, RR 20x/mnt, N 80 x/ mnt, Sh 36 c, TB 150 cm,
BB 63 kg, rambut pendek, bersih,tidak ada luka,tidak ada gatal-gatal,kelopak mata tidak
ptosis, tidak peradangan, tidak menggunakan kaca mata, konjungtiva ananemis, sclera
anikterik, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada nyeri pada telinga, tidak
ada kelainan pada telinga, hidung tidak ada sumbatan dan secret, tidak ada kelainan bentuk,
gigi bersih, gosok gigi 2x sehari setiap mandi, gigi tidak karies. Payudara tidak ada
pembesaran, bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), ronchi (-), wheezing (-), ekstremitas
tidak ada kelainan bentuk baik atas maupun bawah, abdomen tidak asites, bising usus (+).
Kesimpulan : Diabetes mellitus.
2)Bpk. Z tidak terkaji
3)Tn. A tidak terkaji
4)Ny. M tidak terkaji
pada saat pengkajian Ibu. R mengatakan menderita sakit Diabetes Melitus sejak 3 tahun
yang lalu. Ibu. R sering mengeluh kakinya kesemutan dan terasa Baal. Ibu. R mengatakan
jarang berolahraga. Ibu. R tidak melakukan perawatan khusus hanya memijat-mijat kakinya
bila timbul kesemutan,Ibu. R sudah sedikit mengetahui tentang penyakitnya namun Ibu. R
belum mengetahui cara perawatan Diabetes Melitus secara baik dan benar. Ibu. R sudah
mengurangi makanan yang manis-manis dan selalu memakai sandal bila keluar rumah, Ibu.
R sudah memeriksakan penyakitnya ke Rumah sakit yang terdekat dan Ibu. R juga selalu
rutin minum obat. TB 150 cm, BB 63 kg, TD 140/90 mmHg, RR 20 x/mnt, Sh 36 c, N
80x/mnt. Ibu. R sudah cukup berusaha untuk mengatasi masalah Diabetes Melitus dengan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Pada saat pengkajian lingkungan rumah Ibu. R sedikit kotor, pencahayaan kurang, ventilasi
udara kurang, kondisi dalam rumah sedikit kotor dan berantakan. Keluarga Bpk. Z tinggal
didaerah perkampungan yang padat dan dekat kali. Keluarga Ibu. R mengatakan sudah
terbiasa dengan lingkungan rumahnya sehingga tidak ada upaya dalam memodifikasi
lingkungan rumahnya, karena menurut keluarga Ibu. R selama tinggal dirumah tersebut
tidak ada anggota keluarga yang terserang penyakit akibat dari lingkungan rumahnya yang
kurang sehat.
8. Analisa data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data tersebut dianalisa dengan menentukan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
No
1
Data
Data subyektif :
Ibu. R mengatakan sudah sedikit mengetahui
Diagnosa
Risiko
terjadi
komplikasi penyakit
keluarga
Bpk.
ketidakmampuan
keluarga
merawat
anggota
keluarga
kesemutan
dengan
penyakit
diabetes melitus.
20 x/mnt, N 80x/mnt.
Ibu. R tampak berjalan menggunakan alas kaki
2.
Data subyektif :
Ibu. R mengatakan sudah tahu apa akibat dari
lingkungan tidak sehat.
Ibu. R mengatakan sudah terbiasa dengan
lingkungan dan situasi saat ini.
akibat
Diare
dan
D Data obyektif :
Kondisi rumah Bpk. Z permanen, lantai dari
Bpk. Z
b.d ketidak
mampuan
keluarga
menciptakan
berantakan.
Keluarga Bpk. Z tinggal didaerah perkampungan
padat, lingkungan sekitar rumah kotor, saluran
pembuangan air lancar namun sedikit kotor.
Saat ini tidak ada anggota keluarga yang sedang
sakit akibat lingkungan tidak sehat (ISPA, TBC.
Diare dan DHF).
B.Diagnosa Keperawatan
Dari hasil analisa data diatas teridentifikasi diagnose keperawatan sebagai berikut :
1. Risiko terjadi komplikasi penyakit diabetes melitus pada keluarga Bpk. Z khususnya
Ibu. R b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan penyakit
diabetes melitus.
2. Risiko tinggi terjadi penyakit akibat lingkungan tidak sehat (ISPA, Diare dan DHF) pada
keluarga Bpk. Z b.d ketidak mampuan keluarga menciptakan lingkungan yang sehat.
C.Penapisan masalah
1. Resiko terjadi komplikasi penyakit diabetes melitus pada keluarga Bpk. Z khususnya Ibu. R
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota kelarga dengan penyakit
diabetes melitus.
NO.
1.
Kriteria
Sifat masalah
Perhitungan
2/3 x 1 = 2/3
( Risiko )
Pembenaran
Ibu. R mengatakan 3 tahun sudah
menderita penyakit Diabetes mellitus, dan
Ibu. R sudah berobat kerumah sakit
terdekat,
namun
jarang
memeriksakan
obat
yang
diberikan
oleh
Kemungkinan
2/2 x 2 = 2
masalah dapat
baal.
Pengetahuan keluarga dapat ditingkatkan.
Keluarga
diubah ( mudah )
mau
mengatasi
masalahnya
3.
Potensi masalah
dapat dicegah
( cukup )
2/3 x 1 = 2/3
tidak mencukupi.
Ibu. R mengatakan 3 tahun menderita
diabetes mellitus. Ibu. R sudah pernah
berobat kerumah sakit dan mium obat
yang diberikan oleh dokter. Ibu. R selalu
memakai
sendal
bila
keluar
rumah.
Menonjolnya
2/2 x 1 = 1
perawatan
Ibu. R menyadari akan penyakitnya dan
masalah
( masalah
dirasakan dan
oleh dokter.
perlu
penanganan
segera )
Total skor
4 1/3
2. Risiko terjadi penyakit akibat lingkungan tidak sehat ( TBC, ISPA, DIARE, dan DHF ) pada
keluarga Bpk. Z berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menciptakan lingkungan yang
sehat.
NO
1.
Kriteria
Sifat masalah
(Risiko)
Perhitungan
2/3 x 1 = 2/3
Pembenaran
Ibu. R mengatakan sudah terbiasa dengan
lingkungan
sekitar
rumahnya,
jenis
penduduk.
2.
Kemungkinan
x2=1
masalah dapat
diubah (sebagian)
mau
mengatasi
masalahnya,
3.
Potesi masalah
3/3 x 1 = 1
dicegah (Tinggi)
rendah.
Masalah
yang
dialami
masih sangat
belum
terjadi
4.
Menonjolkan
0x1=0
masalah (masalah
tidak dirasakan)
Total skor
keadaan tersebut.
3
Setelah dilakukan penapisan maka prioritas diagnose keperawatan pada keluarga Bpk. Z sebagai
berikut :
1.Resiko terjadi komplikasi penyakit diabetes melitus pada keluarga Bpk. Z khususnya Ibu. R
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan penyakit
diabetes melitus. Skor 4 1/3
2. Risiko terjadi penyakit akibat lingkungan tidak sehat (ISPA, DIARE, dan DHF ) pada
keluarga Bpk. Z berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menciptakan lingkungan yang
sehat. Skor 3
dan gejala, dan mampu megidentifikasi penyebab diabetes melitus yang dialami Ibu. R.
Kriteria : Respon Verbal keluarga
Standar : Diabetes Melitus adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar gula dalam
darah melebihi batas normal. Batas normal kadar gula darah adalah < 140 mg/dL. Penyebab
diabetes melitus adalah penurunan hormon insulin dalam tubuh karena faktor keturunan,
infeksi, kurang olahraga dan kegemukan. Tanda dan gejala diabetes melitus adalah banyak
kencing, sering haus dan banyak minum, sering lapar dan banyak makan, lemas, gatal gatal,
kesemutan/ rasa baal, pengihatan kurang, keputihan pada wanita.
Perencanaan :
a.
Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari
diabetes melitus dengan menggunakan lembar balik, persiapan materi dan leaflet.
b.
Motivasi keluarga mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala diabetes melitus yang
dialami ibu. R .
d.
Respon : Ibu. R mampu menyebutkan Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar
gula dalam darah melebihi batas norma yaitu < 140 mg/dL,Ibu. R mampu menyebutkan 3 dari 4
penyebab diabetes mellitus yaitu faktor keturunan, infeksi, dan kurang olahraga. Ibu. R mampu
menyebutkan 5 dari 8 tanda dan gejala dari diabetes mellitus yaitu banyak kencing, sering haus
dan banyak minum, sering lapar dan banyak makan, gatal gatal, kesemutan/ rasa baal.
b. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala diabetes melitus
yang dialami ibu. R . Respon : keluarga mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala diabetes
melitus yang dialami ibu. R karena banyak makan yang manis- manis.
c. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dengan kata Bagus ibu sudah
2.
menyebutkan akibat dan mengambil keputusan untuk mengatasi diabetes mellitus pada Ibu. R.
Kriteria : Respon Verbal
Standar : Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 akibat penyakit diabetes melitus yaitu
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan penglihatan,
ganggren.
Perencanaan :
1. Diskusikan dengan keluarga Bpk. Z tentang akibat diabetes melitus dengan menggunakan
lembar balik .
2. Motivasi keluarga untuk mengulangi kembali apa yang telah dijelaskan.
3. Motivasi keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi anggota keluarga yang mengalami
DM.
4. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
R mampu menyebutkan 3 dari 5 akibat penyakit diabetes melitus yaitu tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, dan gangguan fungsi ginjal.
c. Memotivasi keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi anggota keluarga yang
mengalami diabetes melitus. Respon : keluarga mengatakan akan merawat Ibu. R dengan
diabetes melitus.
d. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dengan kata bagus . Respon : Ibu.
R tampak senang.
3.
Merawat keluarga yang mengalami diabetes melitus dengan cara menjelaskan cara
4. Mampu memodifikasi lingkungan hidup yang sehat dengan cara menyebutkan cara
pencegahan diabetes melitus.
Kriteria : Respon Verbal
Standar : Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 7 cara pencegahan diabetes melitus yaitu
biasakan hdup sehat dengan minum air putih 8 gls sehari, diet seimbang, olahraga teratur,
jangan merokok, gunakan alas kaki yang lembut, periksa kepuskesmas/rumah sakit terdekat,
dan minum obat secara teratur.
Perencanaan :
a. Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan diabetes mellitus.
b. Motivasi keluarga untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Pelaksanaan Tanggal 04 Februari 2010
a. Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan penyakit diabetes melitus.
Respon: keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.
b. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengulangi kembali tentang cara
pencegahan penyakit diabetes melitus. Respon : Ibu. R mampu menyebutkan 5 dari 7 cara
pencegahan diabetes melitus yaitu biasakan hdup sehat dengan minum air putih 8 gls sehari, diet
seimbang, olahraga teratur, jangan merokok, dan gunakan alas kaki yang lembut.
c. Memberikan reinforcement positif atas jawaban yang di berikan. Respon : Ibu. R tampak
senang.
Evaluasi Tanggal 04 Februari 2010
sehat dengan minum air putih 8 gls sehari, diet seimbang, olahraga teratur, jangan merokok, dan
gunakan alas kaki yang lembut.
O : Ibu. R dapat menyebutkan kembali cara pencegahan diabetes mellitus dengan lancar. Ibu. R
sudah dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik yaitu berobat ke puskesmas.
A : TUK 4 tercapai sebagian
P : Pertahankan rencana keperawatan TUK 4 dan lanjutkan diagnosa ke 2.
Diagnosa keperawatan 2 : Risiko terjadi penyakit akibat lingkungan tidak sehat (ISPA,
DIARE, dan DHF ) pada keluarga Bpk. Z berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan yang sehat.
Tujuan Utama : Setelah dilakukan pembinaan selama 6 hari kunjungan diharapkan keluarga
dapat memodifikasi lingkungan yang sehat.
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan kunjungan selama 3 kali pertemuan masing masing 45
menit diharapkan keluarga mampu :
1. Mengenal masalah lingkungan dengan cara menyebutkan pengertian lingkungan yang sehat,
Perencanaan :
a.Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian, manfaat, serta syarat lingkungan sehat
dengan menggunakan lembar balik.
b.
dari 4 manfaat lingkungan sehat yaitu memenuhi kebutuhan dasar, menjamin keserasian antara
anggota keluarga, dan melindungi keluarga dari penyakit. Keluarga menyebutkan 2 dari 3
syarat lingkungan sehat adalah penerangan cukup, ventilasi cahaya matahari cukup (dapat
masuk kedalam rumah).
O : keluarga tampak antusias dalam menyimak dan berusaha menyebutkan kembali apa yang
telah dijelaskan.
A : tuk 1 tercapai masalah teratasi
P : lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 3.
2. Mengambil keputusan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dengan cara menyebutkan
akibat lingkungan yang tidak sehat dan menyebutkan akibat lingkugan yang tidak sehat.
Kriteria : Respon Verbal
Standar : keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat lingkungan tidak sehat, yaitu
mengakibatkan lingkungan yang tidak sehat, air bersih yang tergenang bisa menjadi sarang
nyamuk demam berdarah, pembuangan tinja bisa menyebabkan TBC, keluarga mengambil
keputusan untuk melakukan tndakan pemeliharaanlingkungan rumah yang sehat.
Perencanaan :
a. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat lingkungan yang tidak sehat dengan
menggunakan lembar balik.
b. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan agar mau mengambil tindakan pemeliharaan
lingkungan rumah yang sehat.
c. Berikan reinforcement positif atas upaya keluarga.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus yang ada
dengan cara membandingkan dan mengemukakan alasannya. Adapun langkah-langlah
pembahasan ini sesuai dengan proses keperawatan keluarga yaitu dimulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian sesuai teori data yang perlu dikaji adalah yang menunjang tiga
masalah kesehatan keluarga yaitu ancaman, keadaan sakit dan krisis. Selain tiga masalah
kesehatan dalam pengkajian juga perlu dikaji tentang data yang berhubungan dengan lima
tugas keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, merawat anggota
keluarga, memelihara keadaan ingkungan sehat, memanfaatkan faslitas kesehatan.
Sedangkan pada kasus tidak semua data yang ada dalam teori ditemukan misalnya data yang
menunjang untuk masalah krisis, karena tidak ada anggota keluarga yang membutuhkan
penyesuaian seperti perceraian, PHK dan anak klien sudah meninggal beberapa tahun yang
lalu. Pada kasus untuk data yang berhubungan dengan lima tugas keluarga yang kelima
yaitu memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak ditemukan karena keluarga sudah
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan sekitar rumah. Dalam pengkajian
penulis tidak menemukan adanya hambatan karena keluarga sangat kooperatif dan mau
bekerja sama, sehinga penulis mudah mendapatkan data-data yang diperlukan dalam
pembuatan laporan.
Masalah kesehatan yang ada pada tahap penjajakan kedua secara teori dikelompokan
menjadi lima diagnosa keperawatan yang dikaitkan dengan tugas keluarga. Pada kasus tidak
semua masalah kesehatan keluarga ditemukan, khususnya pada masalah kesehatan diabetes
melitus pada Ny. R ditemukan masalah keperawatan yaitu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan, kurang mampu merawat anggota keluarga yang sakit serta
memodifikasi lingkungan. Pada diagnosa keperawatan tidak ditemukan tidak ditemukan
hambatan karena dalam merumuskan masalah kesehatan dan masalah keperawatan
disesuaikan dengan data yang ditemukan pada keluarga.
C. Perencanaan
Pada tahap penyusunan rencana tindakan keperawatan keluarga secara teori adalah
berdasarkan sifat masalah keluarga dan sumber-sumber yang ada baik pada keluarga,
perawat maupun sumber daya pada masyarakat untuk menyelesaikan masalah. Perencanan
D. Pelaksanan
Dalam tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan keluarga dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut upaya yang dilakukan adalah memberikan
informasi tentang masalah kesehatan yang dihadapi keluarga, memberikan motivasi untuk
menghadapi masalah serta memberi petunjuk atau alternatif penyelesaian masalah.
Dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan sumber daya yang ada pada keluarga agar
tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan yang ditemukan bersama maka
pelaksanaan pada kasus memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanan pada teori. Pada tahap
pelaksanan ini penulis lebih banyak memberi pengetahuan pada keluarga karena umumnya
penyebab masalah yang terjadi pada keluarga karena ketidaktahuan keluarga. Faktor
penghambat dalam pelaksanaan adalah pada waktu memberikan asuhan keperawatan pada
keluarga tidak semua anggota keluarga mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh perawat.
Karena anggota keluarga sedang berada diluar dan tidak tentu waktu pulangnya, faktor
penunjang respon dan penerimaan keluarga sangat baik sehingga dalam melakukan
pelaksanaan penulisan tidak mengalami kesulitan dan keluarga mau mengadakan perbaikan
kearah prilaku sehat.
E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini penulis membandingkan data yang diperoleh dan telah dilakukan
tindakan dengan kriteria dan standar evaluasi. Hal ini sesuai dengan apa yang ada dalam
teori, dimana dengan dilakukannya tindakan keperawatan pada kasus ini pengetahuan
keluarga meningkat tentang DM di samping itu juga terdapat perubahan prilaku keluarga
dalam memelihara kesehatan, memperhatikan makanan pada Ny. R .
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan untuk masalah DM dan perawatanya pada Ny. R
yang berorientasi pada tugas pertama dan ketiga tujuan tercapai karena keluarga sudah
mengenal tentang penyakit DM dan perawatannya dan melakukan perawatan pada keluarga
yang menderita DM. Untuk tindakan selanjutnya penulis membutuhkan koordinasi dengan
pelayanan kesehatan terdekat diwilayah tersebut.
Untuk evaluasi pada masalah kesehatan kedua masalah keperawatan yang berorirntasi pada
tugas pertama dan ketiga tujuan tercapai karena keluarga sudah mengenal betapa pentingnya
arti dari kesehatan dan dapat melakukan perawatan untuk masalah tersebut. Dalam tahap
evaluasi, penulis tidak mengalami kesulitan karena semua dapat dilaksanakan sesuai
rencana.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan mengambil kesimpulan dan akan memberikan saran dalam
melaksanakan asuhan keperawatan keluarga Ny. R
dengan DM di
RT 004 RW 05
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan teori dan kasus, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. pada pengkajian tidak semua data ditemukan dalam kasus, data yang tidak ada ditemukan
dalam kasus adalah keadaan krisis karena dalam hal ini tidak ada anggota keluarga yang
membutuhkan penyesuaian, dalam pengkajian penulis tidak ditemukan adanya hambatan
karena keluarga kooperatif, sehinga penulis mudah mendapatkan data dari keluarga.
2. Setelah data terkumpul ditemukan dua masalah kesehatan yaitu ancaman kesehatan dan
keadaan sakit atau tidak sehat. Untuk ancaman kesehatan ditemukan 1 masalah keperawatan
dan untuk keadaan sakit ditemukan 1 masalah keperawatan. Masalah ancaman kesehatan
yaitu resiko terjadi komplikasi pada Ny. R, sedangkan masalah kesehatan yang ditemukan
adalah DM.
3. Pada tahap perencanaan dilakukan berdasarkan prioritas, sasaran, tujuan, kriteria, standar
evaluasi serta menyusun rencana tindakan. Pada tahap perencanaan dilakukan bersama-sama
keluarga dengan memperhatikan sumberdaya yang ada pada keluarga. Pada tahap
perencanaan penulis tidak menemukan kesulitan.
4. Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan keluarga dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut tindakan yang dilakukan adalah
memberikan informasi tentang masalah kesehatan yang ada pada keluarga, memberikan
motifasi kepada keluarga untuk mengatasi masalah. Pada pelaksanaan tindakan disesuaikan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun selain itu keluarga kooperatif selama
tindakan keperawatan dilakukan.
5. Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan dimana evaluasi dilakukan
sejauh mana keberhasilan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Dalam evaluasi
penulis membandingkan data yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan untuk
memperoleh data apakah pengetahuan keluarga meningkat tentang diabetes melitus
sehingga dapat melakukan upaya kesehatan. Dari upaya kesehatan yang ada semuanya
teratasi namun masih perlu adanya pemantauan dari pihak puskesmas.
B. Saran
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan terhadap keluarga Ny. R maka
penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Motivasi keluarga Ny. R untuk tetap melakukan tindakan yang sudah disepakati dan
untuk masalah yang belum terjadi harus tetap dipertahankan agar tidak terjadi.
2. Kerja sama yang terbina dengan keluarga mulai dari pengkajian samapai dengan evaluasi
perlu diperhatikan dan ditindak lanjuti dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga.
3. Dari masalah yang dihadapi walaupun sudah teratasi secara maksimal dan keluarga sudah
mengerti tenang tugas keluarga kesatu dan ketiga diharapkan keluarga mau memeriksakan
diri secara rutin kepuskesmas.
4. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat hendaknya tetap
mempertahankan dan mengupayakan pendekatan keluarga yang lebih baik secara Bio-PsikoSosio-Spiritual dan perlu memperhatikan kemampuan yang ada pada keluarga sehingga
dapat memberikan bimbingan dan pendidikan kesehatan dengan baik dan tidak mendapat
hambatan. Dalam pelaksanan asuhan keperawatan keluarga ini diharapkan keluarga dapat
meningkatkan derajat kesehatannya.
5. Untuk setiap perawat yang memberikan auhan keperawatan keluarga perlu
mempertahankan cara pendokumentasian proses keperawatan keluarga agar setiap perawat
dapat melanjutkan asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga Ny. R.
Daftar Pustaka
Baughmann, Diane C. ( 2000 ). KMB : Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth; alih bahasa,
Yasmin Asih. Jakarta : EGC
FKUI. ( 1999 ). Keperawatan Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Smeltzer, Suzanne C. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth:
alih bahasa, Agung Waluyo. Jakarta : EGC