Vous êtes sur la page 1sur 11

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGOENCHOPALITIS

DISUSUN OLEH :
EKO SETIAWAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014

A. Pengertian
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system syaraf pusat.
(Suriadi, 2001).
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges dan CSF (Wong, 2003).
B. Etiologi
Bakteri
Pada neonatus, organisme primer penyebab meningitis adalah basil enteric
gram negatif, batang gram negatif dan streptokokus grup B. Pada anak yang
berusia 3 bulan sampai 5 tahun, organisme primer penyebab meningitis adalah
haemophilus influenzae tipe B. Meningitis pada anak yang lebih besar
umumnya disebabkan oleh infeksi Neisseria meningitidis atau infeksi
stafilokokus.
Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin,
anak yang mendapat obat-obat imunosupresi
Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan system persarafan.
C. Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan
cara hematogen atau limfogen, perkontuinitatum, retrograd melalui saraf perifer
atau dapat langsung masuk CSF.
Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dapat menimbulkan respon
peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel sel
sebagai respon peradangan. Eksudat yang terbentuk terdiri dari bakteri bakteri

fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang sub arachnoid. Penambahan eksudat di
dalam ruang sub arachnoid dapat menimbulkan respon peradangan lebih lanjut
dan meningkatkan tekanan intra cranial. Eksudat akan mengendap di otak, syarafsyaraf spinal dan spinal. Sel sel meningeal akan menjadi edema dan membran
sel tidak dapat lebih panjang lagi untuk mengatur aliran cairan yang menuju atau
keluar dari sel. Vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat terjadi,
sehingga dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah.
Jaringan otak dapat menjadi infark, sehingga dapat menimbulkan peningkatan
tekanan intra kranial lebih lanjut. Proses ini dapat menimbulkan infeksi sekunder
dari otak jika bakteri makin meluas menuju jaringan otak sehingga menyebabkan
encephalitis dan ganggguan neurologi lebih lanjut (Wong, 2003 dan Pillitteri,
1999).

D. Manifestasi Klinis
1. Neonatus
Demam
Letargi
Iritabilitas
Refleks hisap buruk
Kejang
Tonus buruk
Diare dan muntah
Fontanel menonjol
Opistotonus
2. Bayi dan anak kecil
Letargi
Iritabilitas
Pucat
Anoreksia
Mual dan muntah
Peningkatan lingkar kepala
Fontanel menonjol
Kejang
3. Anak lebih besar
Sakit kepala
Demam
Muntah
Iritabilitas
Fotofobia

Kaku kuduk dan tulang belakang


Tanda Kernig positif
Tanda Burzinski positif
Opistotonus
Konfusi
Kejang
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pungsi lumbal dan kultur CSS
Jumlah leukosit (CBC) meningkat
Kadar glukosa darah menurun
Protein meningkat
Tekanan cairan meningkat
Asam laktat meningkat
Glukosa serum meningkat
Identifikasi organisme penyebab
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Kultur nasofaring, untuk menetapkan organisme penyebab
5. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi ; Na+ naik dan K+ turun
6. Osmolaritas urin, meningkat dengan sekresi ADH
F. Komplikasi
Hidrosefalus obstruktif
Meningococcal septicemia (meningocemia)
Sindrom Water-Friderichsen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
SIADH (Syndrome Inappropiate AntidiureticHormone)

Efusi subdural
Kejang
Edema dan herniasi serebral
Cerebral Palsy
Gangguan mental
Attention deficit disorder
Tuli
Buta
G. Penatalaksanaan
Isolasi
Terapi antimikroba : antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur,
diberikan dengan dosis tinggi
Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema serebral
Mencegah dan mengobati komplikasi : aspirasi efusi subdural (pada bayi),
terapi heparin pada anak yang mengalami DIC
Mengontrol kejang : pemberian anti epilepsi
Mempertahankan ventilasi
Mengurangi meningkatnya tekanan intra kranial
Penatalaksanaan syok bakterial
Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
Memperbaiki anemia
H. Pengkajian keperawatan
Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma, riwayat
pembedahan pada otak, cedera kepala

Pengkajian neurologik
Kaji status hidrasi
Kaji adanya defisit sensoris
Kaji respon keluarga

I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan intra kranial
2. Hipertermia b.d proses infeksi
3. Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran
4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah
J. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan kranial
Kriteria hasil : Anak akan melaporkan nyeri kepala hilang atau terkontrol
Intervensi/rasional :
Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Mengurangi reaksi terhadap stimulan dari lingkungan
Tingkatkan tirah baring
Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
Dukung untuk menentukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi
sedikit
Rasional : menurunkan iritasi meningeal
Kolaborasi : pemberian analgetik
Rasional : menghilangkan nyeri yang berat
2. Hipertermi b.d proses infeksi
Kriteria hasil : suhu badan anak dalam batas normal
Intervensi /rasional :
Ukur suhu badan anak setiap 4 jam
Rasional : suhu 38,9 41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius
Pantau suhu lingkungan
Rasional : Untuk mempertahankan suhu badan mendekati normal

Berikan kompres hangat


Rasional : Untuk mengurangi demam
Berikan selimut pendingin
Rasional : Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0C
Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik
Rasional : Untuk emngurangi demam dengan aksi sentralnya di
hipotalamus
3. Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran
Kriteria hasil : Mempertahankan fungsi persepsi
Intervensi/rasional :
Kaji tingkat kesadaran sensorik
Rasional : Tingkat kesadaran sensorik yang buruk dapat meningkatkan
resiko terjadinya injury
Kaji reflek pupil, extraocular movement, respon terhadap suara, tonus otot
dan reflek-reflek tertentu
Rasional : Penurunan reflek menandakan adanya kerusakan syaraf dan
dapat berpengaruh terhadap keamanan pasien
Hilangkan suara bising
Rasional : Menurunkan stimulan dari lingkungan
Bicara dengan suara yang lembut dan pelan
Rasional : dapat membantu pasien dalam berkomunikasi
4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
Kriteria hasil : Perfusi jaringan serebral maksimal
Intervensi :
Observasi tingkat kesadaran dan nilai status neurology setiap 1-2 jam
Rasional : Berguna untuk menentukan lokasi dan luasnya penyebaran
kerusakan serebral

Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan yang meningkat, kejang


Rasional : Merupakan indikasi iritasi meningeal
Pantau tanda vital
Rasional : kehilangan fungsi autoregulasi mungkin dapat mengikuti
kerusakan vascular serebral
Pantau pola dan irama pernafasan
Rasional : dapat mengindikasikan peningkatan TIK
Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan dan batasi lamanya
tindakan
Rasional : untuk mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan TIK
Kolaborasi dengan tim medis : pemberian steroid, asetaminofen
Rasional

Dapat

menurunkan

permeabilitas

kapiler

sehingga

pembentukan edema serebral dapat diminimalkan


5. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,
muntah
Kriteria hasil : Masukan nutrisi adekuat
Intervensi/rasional :
Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi
sekresi
Rasional : Berpengaruh terhadap pemilihan jenis makanan
Timbang BB setiap hari
Rasional : Menunjukkan status nutrisi
Auskultasi bising usus
Rasional : Menentukan respon makan atau berkembangnya komplikasi
Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dalam porsi kecil
tapi sering
Rasional : meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap
nutrisi yang diberikan

Kolaborasi dengan tim gizi


Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi pasien

Vous aimerez peut-être aussi