Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Diana Nurlita
14/375179/KU/17501`
Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah
Disusun oleh :
Diana Nurlita
14/375179/KU/17501`
hematom.
Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung pada
keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan
fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi yang tidak putih lagi
(ireversibel) dan kemudian kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial
dan menyebabkan ischemi didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat
mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum maupun lokal. Timbulnya penyakit
ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa
hari. (Corwin, 2009)
5. PATHWAYS
Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, , Hipertensi, Malformasi Arteri Venosa,
Aneurisma, Distrasia darah, Obat, Merokok
Pecahnya pembuluh darah
otak (perdarahan intracranial)
Darah masuk ke dalam
jaringan otak
Penatalaksanaan :
Kraniotomi
Luka insisi
pembedahan
Port dentri
Mikroorganisme
Resiko infeksi
Sel melepaskan
mediator nyeri :
prostaglandin,
sitokinin
Metabolisme
anaerob
Kerusakan
neuromotorik
Vasodilatasi
pembuluh darah
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
cerebral
Kelemahan otot
progresif
Impuls ke pusat
nyeri di otak
(thalamus)
ADL dibantu
Kerusakan mobilitas
fisik
Impuls ke pusat
nyeri di otak
(thalamus)
Somasensori korteks
otak : nyeri
dipersepsikan
Anoreksia
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Defisit perawatan
diri:makan, mandi,
eliminasi, berpakain.
Nyeri
(Corwin, 2009)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo (2006)
adalah sebagai berikut :
a. Angiografi
b. Ct scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax photo
f. Laboratorium
g. EKG
7. PENATALAKSANAAN
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke
ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang
yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang
mengalami pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan
hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.
oleh kurangnya oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan
kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas
tambahan yang apabila ada, merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway.
Airway (jalan napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan memperhatikan
kontrol servikal, pasang servikal kollar untuk immobilisasi servikal sampai
terbukti tidak ada cedera servikal, bersihkan jalan napas dari segala sumbatan,
benda asing, darah dari fraktur maksilofasial, gigi yang patah dan lain-lain.
Lakukan intubasi (orotrakeal tube) jika apnea, GCS (Glasgow Coma Scale) < 8,
pertimbangan juga untuk GCS 9 dan 10 jika saturasi oksigen tidak mencapai
90%.
b) Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi (suara
napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat.
c) Feel (raba)
2) Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
a)
Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan
dinding dada yang adekuat. Asimetris menunjukkan pembelatan (splinting) atau
flail chest dan tiap pernapasan yang dilakukan dengan susah (labored breathing)
sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi penderita dan
harus segera di evaluasi. Evaluasi tersebut meliputi inspeksi terhadap bentuk dan
pergerakan dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada yang mungkin
mengganggu ventilasi, perkusi untuk menentukan adanya darah atau udara ke
dalam paru.
b)
c)
c) Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka timbullah
hipotensi
d) Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut tekan
pada daerah tersebut
e) Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal MAE
(Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau kain kasa, biarkan cairan atau
darah mengalir keluar, karena hal ini membantu mengurangi TTIK (Tekanan
Tinggi Intra Kranial)
f) Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari terjadinya
koagulopati dan gangguan irama jantung.
4) Disability
a) GCS setelah resusitasi
b) Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil
c) Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
5) Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang menutupi tubuh
penderita harus dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan selama pemeriksaan.
Pemeriksaan bagian punggung harus dilakukan secara log-rolling dengan harus
menghindari terjadinya hipotermi (America College of Surgeons ; ATLS)
b. Secondary Survey
1) Kepala dan leher
Kepala. Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan distribusi
rambut kulit kepala), palpasi (keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala,
massa, pembengkakan, nyeri tekan, fontanela (pada bayi)).
Leher. Inspeksi (bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan parut, massa),
tiroid), palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid, trakea), mobilitas leher.
2) Dada dan paru
Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan
kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi dada dikerjakan baik
pada saat dada bergerak atau pada saat diem, terutama sewaktu dilakukan
pengamatan pergerakan pernapasan. Pengamatan dada saat bergerak
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi, sifat dan ritme/irama
pernapasan.
Palpasi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit pada
dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, dan
tactil vremitus (vibrasi yang dapat teraba yang dihantarkan melalui sistem
bronkopulmonal selama seseorang berbicara)
9
dapat
menimbulkan
iskemik
pada
ekstremitas
;infark
Nyeri kepala akut b.d peningkatan tekanan intracranial (TIK)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Kerusakan mobilitas fisik b.d Kelemahan neurotransmiter
Defisit perawatan diri: makan, mandi, eliminasi, dan berpakaian b.d kelemahan
fisik.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.
3. RENCANA KEPERAWATAN
N
Diagnosa
Keperawatan
Risk for
ineffective
cerebral tissue
perfusion
Definisi: resiko
Tujuan
Intervensi
Neurogical status:
Setelah dilakukan
Cerebral perfusion
promotion:
Aktivitas:
perawatan 3 hari,
resiko
ketidakefektifan
untuk menurunkan
perfusi jaringan
sirkulasi jaringan
serebral berkurang
Memonitor status
neurologi
Memonitor
kesehatan.
1. Identifikasi
hipertensi.
2. Mengetahui
perkembangan
3. Mengetahui
perkembangan
- Kesadaran baik
- Tekanan intra
dan sirkulasi
kranial dalam
respirasi
Memonitor efek
obat-obat
cerebral.
Rasional
hasil:
batas normal
- Pola nafas dalam
batas normal
- Respiratory Rate
osmotik
Pemberian
dalam batas
antiplatelet
Menjaga level
normal
- Tekanan darah
dalam batas
lebih
normal
- Nadi dalam batas
normal
11
Acuan intervensi
yang tepat.
Meningkatakan
tekanan arteri
atau perfusi
6. Membuat klien
lebih tenang.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Intervensi
1. Observasi
Rasional
1. Mengetahui
b.d peningkatan
asuhan
keadaan umum
respon autonom
tekanan
keperawatan
dan tanda-tanda
tubuh
intracranial (TIK)
vital
2. Lakukan
pengkajian nyeri
terkontrol atau
berkurang
dengan kriteria
hasil :
- Ekspresi wajah
rileks
- Skala nyeri
berkurang
- Tanda-tanda vital
dalam batas
normal
secara
2. Menentukan
penanganan
nyeri secara
tepat
komprehensif
3. Mengetahui
3. Observasi reaksi
tingkah laku
abnormal dan
ekspresi dalam
ketidaknyamana
merespon nyeri
n
4. Meminimalkan
4. Control
factor eksternal
lingkungan yang
yang dapat
dapat
mempengaruhi
mempengaruhi
nyeri
nyeri
5. Meningkatkan
5. Pertahankan
kualitas tidur dan
tirah baring
6. Ajarkan
istirahat
6. Terapi dalam
tindakan non
penanganan
farmakologi
nyeri tanpa obat
dalam
7. Terapi
penanganan
penanganan
nyeri
nyeri secara
7. Kolaborasi
farmakologi
pemberian
analgesic sesuai
Ketidakseimbanga
Kebutuhan nutrisi
n nutrisi kurang
terpenuhi setelah
program
1. Kaji kebiasaan
makan-makanan
12
1. Menentukan
intervensi yang
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Intervensi
dari kebutuhan
dilakukan tindakan
tubuh b.d
keperawatan
tidak disukai.
anoreksia
2. Anjurkan klien
dengan KH:
makan sedikit
tapi sering.
- Asupan nutrisi
3. Berikan
adekuat.
makanan sesuai
- BB meningkat.
diet RS.
4. Pertahankan
disediakan habis.
kebersihan oral.
- Konjungtiva tidak
ananemis.
4
mobilisasi fisik
Kelemahan
dilakukan tindakan
klien.
neutronsmiter
keperawatan
2. Ubah posisi
secara periodik.
5. Kolaborasi
meningkatkan
nafsu makan.
intervensi.
2. Meningkatkan
kanyamanan,
cegah dikobitas.
4. Mencegah
kontaktur.
5. Menentukan
program yang
tepat.
kontraktur.
5
4. Mulut bersih
sirkulasi.
fungsional.
- Tidak terjadi
terpenuhi.
aktif/pasif.
posisi
meningkat.
nutrisi
3. Melancarkan
ekstremitas pada
- Kekuatan otot
3. Agar kebutuhan
3. Lakukan ROM
4. Dukung
aktifitas dbn.
makanan habis.
yang sesuai.
1. Menentukan
meningkat setelah
melakukan
bosan sehingga
- Klien mampu
2. Mengurangi rasa
5. Menentukan diet
Mobilitas
dengan KH:
tepat.
5. Kolaborasi
Kerusakan
selama 3 x 24 jam
Rasional
terapi.
1. Kaji
Defisit perawatan
Pemenuhan
1. Mengetahui
diri: makan,
kebutuhan ADL
kemampuan
kemampuan
mandi, eliminasi,
terpenuhi setelah
ADL.
ADL.
dilakukan tindakan
2. Mempermudah
13
Diagnosa
Keperawatan
kelemahan fisik.
Tujuan
Intervensi
keperawatan
2. Dekatkan
selama 3 x 24 jam
barang-barang
dengan KH:
yang dibutuhkan
klien.
- Mampu memenuhi
3. Motivasi klien
kebutuhan secara
untuk
mandiri.
- Klien dapat
beraktivitas
secara bertahap.
- Nadi normal.
Rasional
pemenuhan
ADL.
3. Meningkatkan
kemandirian
klien.
4. Meningkatkan
melakukan
kemandirian
aktivitasa secara
klien dan
bertahap.
meningkatkan
4. Dorong dan
menyamanan.
dukung aktivitas
5. Pemenuhan
perawatan diri.
kebutuhan klien
5. Menganjurkan
dapat terpenuhi.
keluarga untuk
membantu klien
memenuhi
6
Resiko infeksi
1. Mempertahanka
kebutuhan klien.
1. Berikan
1. Cara pertama
berhubungan
n normotermia,
perawatan
untuk
dengan invasi
bebas tanda-
aseptik dan
menghidari
antiseptic.
infeksi
mikroorganisme
tanda infeksi
2. Mencapai
penyembuhan
2. pertahankan
teknik cuci
luka
(craniotomi)
tepat pada
karakteristik dari
waktunya.
drainase dan
adanya inflamasi.
4. Pantau suhu
14
nosokomial.
2. Deteksi dini
perkembangan
infeksi
3. memungkinkan
untuk melakukan
tindakan dengan
segera dan
pencegahan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
tubuh secara
terhadap
teratur. Catat
komplikasi
adanya demam,
menggigil,
diaforesis dan
perubahan fungsi
mental
(penurunan
kesadaran).
selanjutnya
4. Dapat
mengindikasikan
perkembangan
sepsis yang
selanjutnya
memerlukan
evaluasi atau
5. Batasi
pengunjung yang
dapat
tindakan dengan
segera.
5. Menurunkan
menularkan
pemajanan
infeksi atau
terhadap
cegah
pembawa
pengunjung yang
kuman penyebab
mengalami
infeksi saluran
napas bagian
atas.
infeksi.
6. Terapi
profilaktik dapat
digunakan pada
pasien yang
6. Berikan
antibiotik sesuai
indikasi.
7. Ambil bahan
mengalami
trauma (luka,
kebocoran CSS
atau setelah
pemeriksaan
dilakukan
(spesimen) sesuai
pembedahan
indikasi
untuk
menurunkan
15
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
risiko terjasdinya
infeksi
nasokomial).
7. Kultur/sensivitas
. Pewarnaan
Gram dapat
dilakukan untuk
memastikan
adanya infeksi
dan
mengidentifikasi
organisme
penyebab dan
untuk
menentukan obat
pilihan yang
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
ABTA,
16