Vous êtes sur la page 1sur 16

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN PERDARAHAN INTRA CEREBRAL (ICH)


Di Ruang Cendana 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
Diana Nurlita
14/375179/KU/17501`

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015 LAPORAN PENDAHULUAN
1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERDARAHAN INTRA


CEREBRAL (ICH)
Di Ruang Cendana 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
Diana Nurlita
14/375179/KU/17501`

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015 INTRACEREBRAL HEMATOMA (ICH)
2

A. KONSEP DASAR MEDIS


INTRACEREBRAL HEMATOMA (ICH)
1. PENGERTIAN
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak
biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis
ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi,
pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan
operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis tengah,
Secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan gangguan neurologis/lateralisasi.
Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi hematom disertai dekompresi dari
tulang kepala. Faktor-faktor yang menentukan prognosenya hampir sama dengan faktorfaktor yang menentukan prognose perdarahan subdural. (Paula, 2009)
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak .Hemorragi ini
biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah kecil dapat terjadi pada
luka tembak ,cidera tumpul. (Suharyanto, 2009)
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri. Hal
ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka
.intraserebral hematom dapat timbul pada penderita stroke hemorgik akibat melebarnya
pembuluh nadi. (Corwin, 2009)
2. ETIOLOGI
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom menurut Suyono (2011) adalah :
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Fraktur depresi tulang tengkorak
c. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Jatuh
f. Kecelakaan kendaraan bermotor
g. Hipertensi
h. Malformasi Arteri Venosa
i. Aneurisma
j. Distrasia darah
k. Obat
l. Merokok
3. MANIFESTASI KLINIK

Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang,


hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu,
pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala
terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa,
seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak bisa
berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata
bisa di ujung perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak
normal besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa
dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit. Menurut Corwin (2009)
manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan membesarnya
b.
c.
d.
e.

hematom.
Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik

dapat timbul segera atau secara lambat.


f. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan
intra cranium.
4. PATOFISIOLOGI
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria serebri
yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari pembuluh darah
didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan
yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh darah
sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar
perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan lingkaran willisi,
perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan lekukan-lekukan berdinding tipis yang
menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama aneorisme makin besar dan
kadang-kadang pecah saat melakukan aktivitas. Dalam keadaan fisiologis pada orang
dewasa jumlah darah yang mengalir ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila
aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi
penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala ini
masih revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari darah,
4

otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung pada
keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan
fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi yang tidak putih lagi
(ireversibel) dan kemudian kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial
dan menyebabkan ischemi didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat
mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum maupun lokal. Timbulnya penyakit
ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa
hari. (Corwin, 2009)

5. PATHWAYS
Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, , Hipertensi, Malformasi Arteri Venosa,
Aneurisma, Distrasia darah, Obat, Merokok
Pecahnya pembuluh darah
otak (perdarahan intracranial)
Darah masuk ke dalam
jaringan otak
Penatalaksanaan :
Kraniotomi
Luka insisi
pembedahan

Port dentri
Mikroorganisme
Resiko infeksi

Sel melepaskan
mediator nyeri :
prostaglandin,
sitokinin

Metabolisme
anaerob

Darah membentuk massa


atau hematoma

Penekanan pada jaringan


otak
Peningkatan Tekanan
Intracranial
Gangguan aliran darah
dan oksigen ke otak

Kerusakan
neuromotorik

Fungsi otak menurun


Refleks menelan menurun

Vasodilatasi
pembuluh darah

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
cerebral
Kelemahan otot
progresif

Impuls ke pusat
nyeri di otak
(thalamus)
ADL dibantu

Kerusakan mobilitas
fisik

Impuls ke pusat
nyeri di otak
(thalamus)
Somasensori korteks
otak : nyeri
dipersepsikan

Anoreksia

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Defisit perawatan
diri:makan, mandi,
eliminasi, berpakain.

Nyeri

(Corwin, 2009)

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo (2006)
adalah sebagai berikut :
a. Angiografi
b. Ct scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax photo
f. Laboratorium
g. EKG
7. PENATALAKSANAAN
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke
ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang
yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang
mengalami pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan
hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.

Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic.


Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan
antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan makin buruk.
Jika orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah,
mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
a. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
b. Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan
pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan).
c. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang
membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).
Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di
dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena
operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan penumpukan darah bisa
memicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan yang
parah. Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pendarahan pada kelenjar
pituitary atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang baik adalah
mungkin.
Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral
Hematom adalah sebagai berikut :
a. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
b. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara
bedah.
c. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
e. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian
diuretik dan obat anti inflamasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium lainnya
yang menunjang.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Primary Survey (ABCDE)
1) Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway
a) Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya menurun.
Agitasi memberi kesan adanya hipoksia, dan penurunan kesadaran memberi
kesan adanya hiperkarbia. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan
7

oleh kurangnya oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan
kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas
tambahan yang apabila ada, merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway.
Airway (jalan napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan memperhatikan
kontrol servikal, pasang servikal kollar untuk immobilisasi servikal sampai
terbukti tidak ada cedera servikal, bersihkan jalan napas dari segala sumbatan,
benda asing, darah dari fraktur maksilofasial, gigi yang patah dan lain-lain.
Lakukan intubasi (orotrakeal tube) jika apnea, GCS (Glasgow Coma Scale) < 8,
pertimbangan juga untuk GCS 9 dan 10 jika saturasi oksigen tidak mencapai
90%.
b) Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi (suara
napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat.
c) Feel (raba)
2) Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
a)
Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan
dinding dada yang adekuat. Asimetris menunjukkan pembelatan (splinting) atau
flail chest dan tiap pernapasan yang dilakukan dengan susah (labored breathing)
sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi penderita dan
harus segera di evaluasi. Evaluasi tersebut meliputi inspeksi terhadap bentuk dan
pergerakan dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada yang mungkin
mengganggu ventilasi, perkusi untuk menentukan adanya darah atau udara ke
dalam paru.
b)

Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada.


Penurunan atau tidak terdengarnya suara napas pada satu atau hemitoraks
merupakan tanda akan adanya cedera dada. Hati-hati terhadap adanya laju

c)

pernapasan yang cepat-takipneu mungkin menunjukkan kekurangan oksigen.


Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan informasi
tentang saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak memastikan

adanya ventilasi yang adekuat


3) Circulation dengan kontrol perdarahan
a) Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi untuk mempertahankan
cardiac output walaupun stroke volum menurun
b) Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan sistolik-tekanan
diastolik)
8

c) Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka timbullah
hipotensi
d) Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut tekan
pada daerah tersebut
e) Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal MAE
(Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau kain kasa, biarkan cairan atau
darah mengalir keluar, karena hal ini membantu mengurangi TTIK (Tekanan
Tinggi Intra Kranial)
f) Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari terjadinya
koagulopati dan gangguan irama jantung.
4) Disability
a) GCS setelah resusitasi
b) Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil
c) Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
5) Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang menutupi tubuh
penderita harus dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan selama pemeriksaan.
Pemeriksaan bagian punggung harus dilakukan secara log-rolling dengan harus
menghindari terjadinya hipotermi (America College of Surgeons ; ATLS)
b. Secondary Survey
1) Kepala dan leher
Kepala. Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan distribusi
rambut kulit kepala), palpasi (keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala,
massa, pembengkakan, nyeri tekan, fontanela (pada bayi)).
Leher. Inspeksi (bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan parut, massa),
tiroid), palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid, trakea), mobilitas leher.
2) Dada dan paru
Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan
kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi dada dikerjakan baik
pada saat dada bergerak atau pada saat diem, terutama sewaktu dilakukan
pengamatan pergerakan pernapasan. Pengamatan dada saat bergerak
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi, sifat dan ritme/irama
pernapasan.
Palpasi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit pada
dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, dan
tactil vremitus (vibrasi yang dapat teraba yang dihantarkan melalui sistem
bronkopulmonal selama seseorang berbicara)
9

Perkusi. Perhatikan adanya hipersonor atau dull yang menunjukkan udara


(pneumotorak) atau cairan (hemotorak) yang terdapat pada rongga pleura.
Auskultasi. Berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang
trakeobronkeal dan untuk mengetahui adanya sumbatan aliran udara.
Auskultasi juga berguna untuk mengkaji kondisi paru-paru dan rongga
pleura.
3) Kardiovaskuler
Inspeksi dan palpasi. Area jantung diinspeksi dan palpasi secara stimultan
untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau dorongan
(heaves). Palpasi dilakukan secara sistematis mengikuti struktur anatomi
jantung mulai area aorta, area pulmonal, area trikuspidalis, area apikal dan
area epigastrik
Perkusi. Dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung. Akan
tetapi dengan adanya foto rontgen, maka perkusi pada area jantung jarang
dilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat pada hasil foto torak
anteroposterior.
4) Ekstermitas
Beberapa keadaan

dapat

menimbulkan

iskemik

pada

ekstremitas

bersangkutan, antara lain :


a) Cedera pembuluh darah.
b) Fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku.
c) Crush injury.
d) Sindroma kompartemen.
e) Dislokasi sendi panggul.
Keadaan iskemik ini akan ditandai dengan :
a) Pusasi arteri tidak teraba.
b) Pucat (pallor).
c) Dingin (coolness).
d) Hilangnya fungsi sensorik dan motorik.
e) Kadang-kadang disertai hematoma, bruit dan thrill.
Fiksasi fraktur khususnya pada penderita dengan cedera kepala sedapat
mungkin dilaksanakan secepatnya. Sebab fiksasi yang tertunda dapat
meningkatkan resiko ARDS (Adult Respiratory Disstress Syndrom) sampai
5 kali lipat. Fiksasi dini pada fraktur tulang panjang yang menyertai cedera
kepala dapat menurunkan insidensi ARDS.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
10

a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d Tahanan pembuluh darah


b.
c.
d.
e.

;infark
Nyeri kepala akut b.d peningkatan tekanan intracranial (TIK)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Kerusakan mobilitas fisik b.d Kelemahan neurotransmiter
Defisit perawatan diri: makan, mandi, eliminasi, dan berpakaian b.d kelemahan

fisik.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.
3. RENCANA KEPERAWATAN
N

Diagnosa

Keperawatan

Risk for
ineffective
cerebral tissue
perfusion
Definisi: resiko

Tujuan

Intervensi

Neurogical status:
Setelah dilakukan

Cerebral perfusion
promotion:
Aktivitas:

perawatan 3 hari,
resiko
ketidakefektifan

untuk menurunkan

perfusi jaringan

sirkulasi jaringan

serebral berkurang

Memonitor status

neurologi
Memonitor

kesehatan.

1. Identifikasi
hipertensi.
2. Mengetahui
perkembangan
3. Mengetahui
perkembangan

- Kesadaran baik
- Tekanan intra

intake dan output 4.


cairan
Memonitor tanda
5.
overload cairan
Memonitor status

dan sirkulasi

kranial dalam

respirasi
Memonitor efek
obat-obat

cerebral.

otak yang mungkin dengan kriteria


mempengaruhi

Rasional

hasil:

batas normal
- Pola nafas dalam
batas normal
- Respiratory Rate

osmotik
Pemberian

dalam batas

antiplatelet
Menjaga level

normal
- Tekanan darah

pco2 pada level


25mmhg atau

dalam batas

lebih

normal
- Nadi dalam batas
normal
11

Acuan intervensi
yang tepat.
Meningkatakan
tekanan arteri
atau perfusi

6. Membuat klien
lebih tenang.

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan

Nyeri kepala akut - Setelah dilakukan

Intervensi

1. Observasi

Rasional

1. Mengetahui

b.d peningkatan

asuhan

keadaan umum

respon autonom

tekanan

keperawatan

dan tanda-tanda

tubuh

intracranial (TIK)

selama 3x24 jam


diharapkan nyeri

vital
2. Lakukan
pengkajian nyeri

terkontrol atau
berkurang
dengan kriteria
hasil :
- Ekspresi wajah
rileks
- Skala nyeri
berkurang
- Tanda-tanda vital
dalam batas
normal

secara

2. Menentukan
penanganan
nyeri secara

tepat
komprehensif
3. Mengetahui
3. Observasi reaksi
tingkah laku
abnormal dan
ekspresi dalam
ketidaknyamana
merespon nyeri
n
4. Meminimalkan
4. Control
factor eksternal
lingkungan yang
yang dapat
dapat
mempengaruhi
mempengaruhi
nyeri
nyeri
5. Meningkatkan
5. Pertahankan
kualitas tidur dan
tirah baring
6. Ajarkan
istirahat
6. Terapi dalam
tindakan non
penanganan
farmakologi
nyeri tanpa obat
dalam
7. Terapi
penanganan
penanganan
nyeri
nyeri secara
7. Kolaborasi
farmakologi
pemberian
analgesic sesuai

Ketidakseimbanga

Kebutuhan nutrisi

n nutrisi kurang

terpenuhi setelah

program
1. Kaji kebiasaan
makan-makanan
12

1. Menentukan
intervensi yang

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan

Intervensi

dari kebutuhan

dilakukan tindakan

yang disukai dan

tubuh b.d

keperawatan

tidak disukai.

anoreksia

selama 3x24 jam

2. Anjurkan klien

dengan KH:

makan sedikit
tapi sering.

- Asupan nutrisi

3. Berikan

adekuat.

makanan sesuai

- BB meningkat.

diet RS.

- Porsi makan yang

4. Pertahankan

disediakan habis.

kebersihan oral.

- Konjungtiva tidak
ananemis.
4

mobilisasi fisik

Kelemahan

dilakukan tindakan

klien.

neutronsmiter

keperawatan

2. Ubah posisi
secara periodik.

5. Kolaborasi

meningkatkan
nafsu makan.

intervensi.
2. Meningkatkan
kanyamanan,
cegah dikobitas.

4. Mencegah
kontaktur.
5. Menentukan
program yang
tepat.

dengan ahli fisio

kontraktur.
5

4. Mulut bersih

sirkulasi.

fungsional.

- Tidak terjadi

terpenuhi.

aktif/pasif.

posisi

meningkat.

nutrisi

3. Melancarkan

ekstremitas pada

- Kekuatan otot

3. Agar kebutuhan

3. Lakukan ROM
4. Dukung

aktifitas dbn.

makanan habis.

yang sesuai.
1. Menentukan

meningkat setelah

melakukan

bosan sehingga

dengan ahli gizi.


1. Kaji tingkat

mobilitas fisik b.d

- Klien mampu

2. Mengurangi rasa

5. Menentukan diet

Mobilitas

dengan KH:

tepat.

5. Kolaborasi

Kerusakan

selama 3 x 24 jam

Rasional

terapi.
1. Kaji

Defisit perawatan

Pemenuhan

1. Mengetahui

diri: makan,

kebutuhan ADL

kemampuan

kemampuan

mandi, eliminasi,

terpenuhi setelah

ADL.

ADL.

dan berpakaian b.d

dilakukan tindakan

2. Mempermudah
13

Diagnosa

Keperawatan
kelemahan fisik.

Tujuan

Intervensi

keperawatan

2. Dekatkan

selama 3 x 24 jam

barang-barang

dengan KH:

yang dibutuhkan
klien.

- Mampu memenuhi

3. Motivasi klien

kebutuhan secara

untuk

mandiri.
- Klien dapat
beraktivitas
secara bertahap.
- Nadi normal.

Rasional

pemenuhan
ADL.
3. Meningkatkan
kemandirian
klien.
4. Meningkatkan

melakukan

kemandirian

aktivitasa secara

klien dan

bertahap.

meningkatkan

4. Dorong dan

menyamanan.

dukung aktivitas

5. Pemenuhan

perawatan diri.

kebutuhan klien

5. Menganjurkan

dapat terpenuhi.

keluarga untuk
membantu klien
memenuhi
6

Resiko infeksi

1. Mempertahanka

kebutuhan klien.
1. Berikan
1. Cara pertama

berhubungan

n normotermia,

perawatan

untuk

dengan invasi

bebas tanda-

aseptik dan

menghidari

antiseptic.

infeksi

mikroorganisme

tanda infeksi
2. Mencapai
penyembuhan

2. pertahankan
teknik cuci

luka
(craniotomi)

tangan yang baik.


3. catat

tepat pada

karakteristik dari

waktunya.

drainase dan
adanya inflamasi.
4. Pantau suhu
14

nosokomial.
2. Deteksi dini
perkembangan
infeksi
3. memungkinkan
untuk melakukan
tindakan dengan
segera dan
pencegahan

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

tubuh secara

terhadap

teratur. Catat

komplikasi

adanya demam,
menggigil,
diaforesis dan
perubahan fungsi
mental
(penurunan
kesadaran).

selanjutnya
4. Dapat
mengindikasikan
perkembangan
sepsis yang
selanjutnya
memerlukan
evaluasi atau

5. Batasi
pengunjung yang
dapat

tindakan dengan
segera.
5. Menurunkan

menularkan

pemajanan

infeksi atau

terhadap

cegah

pembawa

pengunjung yang

kuman penyebab

mengalami
infeksi saluran
napas bagian
atas.

infeksi.
6. Terapi
profilaktik dapat
digunakan pada
pasien yang

6. Berikan
antibiotik sesuai
indikasi.
7. Ambil bahan

mengalami
trauma (luka,
kebocoran CSS
atau setelah

pemeriksaan

dilakukan

(spesimen) sesuai

pembedahan

indikasi

untuk
menurunkan

15

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

risiko terjasdinya
infeksi
nasokomial).
7. Kultur/sensivitas
. Pewarnaan
Gram dapat
dilakukan untuk
memastikan
adanya infeksi
dan
mengidentifikasi
organisme
penyebab dan
untuk
menentukan obat
pilihan yang
sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

ABTA,

2014, Meningioma. American Brain Tumor Association available at


http://www.abta.org/secure/meningioma-brochure.pdf and http://www.abta.org/braintumor-information/types-of-tumors/meningioma.html
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes Classification Fourth Edition.
Mosby, Inc : Missouri.
Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran Universtas
Indonesia; 2003. Hal 393-4.
McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification Fourth Edition.
Mosby, Inc : Missouri.
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses : Definition &
Classification 2012-2014. Philadelphia.

16

Vous aimerez peut-être aussi