Vous êtes sur la page 1sur 161

ASSESSMENT STRUKTUR ATAS

GEDUNG TIMBUL JAYA PLAZA KOTA MADIUN


AKIBAT ALIH FUNGSI
(Upperstructural Assessment of Timbul Jaya Plaza Building in Madiun City
due to Change of Usage)

TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Teknik

Disusun Oleh :

Rosyid Kholilur Rohman


NIM. S 940907008

MAGISTER TEKNIK SIPIL


KONSENTRASI
TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
i

PERSETUJUAN
TESIS
ASSESSMENT STRUKTUR ATAS
GEDUNG TIMBUL JAYA PLAZA KOTA MADIUN
AKIBAT ALIH FUNGSI

DISUSUN OLEH :

Rosyid Kholilur Rohman


NIM. S 940907008
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan

Nama

Tanda
Tangan

Tanggal

Pembimbing I : SA Kristiawan, ST, MSc(Eng), PhD

Pembimbing II : Ir. Mukahar, MSCE

Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil

Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS


NIP. 131 476 674

ii

ASSESSMENT STRUKTUR ATAS


GEDUNG TIMBUL JAYA PLAZA KOTA MADIUN
AKIBAT ALIH FUNGSI

TESIS
Disusun Oleh :
ROSYID KHOLILUR ROHMAN
S 940907008
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran Tesis Magister Teknik Sipil
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta pada 29 Januari 2009

Nama

Tanda Tangan

Tanggal

1. Kusno Adi Sambowo, ST, PhD

________________

______________

2. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS

________________

______________

3. SA Kristiawan, ST, MSc(Eng), PhD

________________

______________

4. Ir. Mukahar, MSCE

________________

______________

. 131 693 685


NIP. 132 163 509
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana
UNS

Disahkan,
Ketua Program Studi Magister
Teknik Sipil

Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD


NIP. 131 472 192

Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS


NIP. 131 476 674

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama

: Rosyid Kholilur Rohman

NIM

: S 940907008

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang telah saya serahkan ini
benar-benar merupakan karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Bila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis
ini.

Surakarta,

Januari 2009

Yang Membuat Pernyataan

Rosyid Kholilur Rohman

iv

ABSTRAKSI

Rosyid Kholilur Rohman, 2009


Assessment Struktur Atas Gedung Timbul Jaya Plasa Kota Madiun, Tesis Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Gedung Timbul Jaya Plaza yang terletak di Jalan Pahlawan Madiun, sebelumnya
merupakan milik Bank Harapan Sentosa (BHS). Gedung ini mengalami alih fungsi dari
bank menjadi plaza. Perkuatan struktur telah dilakukan, namun masih diperlukan
assessment untuk mengetahui kekuatannya.
Penelitian difokuskan pada evaluasi kekuatan plat, balok dan kolom dengan
mengacu pada SNI 2847 2002, penerapan beban gempa berdasar SNI 1726 2002, dan
evaluasi kinerja struktur dengan pushover analysis.
Hasil pengujian lapangan menunjukkan mutu beton fc 35 MPa dan mutu baja 390
MPa. Hasil analisis menunjukkan struktur plat cukup kuat setelah adanya perkuatan
struktur dengan balok Castella, struktur balok dan kolom cukup kuat. Hasil evaluasi kinerja
struktur menunjukkan kinerja batas layan dan ultimate memenuhi syarat SNI 1726 2002.
Hasil analisis pushover menunjukkan bahwa gedung yang ditinjau termasuk dalam level
kinerja Damage Control.

Kata kunci : alih fungsi, assessment, pushover analysis, damage control

ABSTRACT
Rosyid Kholilur Rohman, 2009
Upperstructural Assessment of Timbul Jaya Plaza Building in Madiun City due to Change
of Usage, Thesis, Civil Engineering Department, Sebelas Maret University
Timbul Jaya Plaza building that located at Pahlawan street in Madiun city was
belong to Bank Harapan Sentosa (BHS). This building usage changed from office to plaza.
Structural building was strengthened but structural assessment must be done to know the
strength.
This research focused to evaluation of plate strength, beam and column based on
SNI 2847 2002, earthquake load application based on SNI 1726 2002, and performance
evaluation of structure by pushover analysis.
Field observation result show quality of conrete fc 35 MPa and steel fy 390 MPa.
Analysis result indicated that plate structure was strong enough after strengthening by
castilized beam, beam and column structure were strong enough either. Structural
performance evaluation result indicated that ultimate and serve boundary performance
fulfill SNI 1726 2002 condition. Pushover analysis result indicated that observed building
beeing categorized in Damage Control performance level.

Keyword : Change of Usage, Assessment, Pushover Analysis, Damage Control

vi

Kata Pengantar

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
Tesis ini akan berusaha membahas tentang assessment struktur atas bangunan gedung
akibat alih fungsi, sehingga dapat menjadi second opinion terhadap struktur yang telah ada
dan menjamin keamanan pengguna bangunan .
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan menempuh pendidikan Strata 2
(S2) di Magister Teknik Sipil UNS Surakarta, sehingga tesis ini menjadi evaluasi akhir
pendidikan seorang mahasiswa.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana UNS
2. Bapak Ir. Mukahar, MSCE selaku Dekan Fakultas Teknik dan dosen pembimbing
3. Ibu Prof.Dr. Ir. Sobriah, MS selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
4. Bapak SA Kristiawan, ST, MSc (Eng), PhD selaku dosen pembimbing
5. Seluruh dosen dan karyawan Teknik Sipil UNS Surakarta
6. Keluarga, teman-teman dan seluruh pihak yang telah membantu.
Penulis berusaha menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan sebaik-baiknya, namun
penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Sumbangan saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan dalam memberikan kesempurnaan penyusunan
tesis ini.
Surakarta,
Penyusun

vii

Januari 2009

DAFTAR ISI
Halaman Judul

..........................................................................................................

Halaman Persetujuan ...

ii

Halaman Pengesahan .................................................................................................

iii

Surat Pernyataan .........................................................................................................

iv

Abstraksi ......................................................................................................................

Kata Pengantar ............................................................................................................

vii

Daftar Isi .....................................................................................................................

viii

Daftar Tabel ................................................................................................................

xii

Daftar Gambar .............................................................................................................

xiii

Daftar Lampiran ..........................................................................................................

xv

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................................

1.1 Latar Belakang....... ........................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................

1.3 Batasan Masalah ..................... ......................................................

1.4 Tujuan . ..................................................................................

1.5 Manfaat ...... ......... ....................................................................

TINJAUAN PUSTAKA

....................................................................

2.1 Tinjauan Pustaka ....................... .....................................................

2.2 Evaluasi Kekuatan Struktur Yang Telah Berdiri .............................

2.2.1 Umum .............................. .........................................................

2.2.2 Uji Beban Langsung ...................................................................

2.3 Ketentuan Mengenai Kekuatan dan Kemampuan Layan ...............

12

2.3.1. Kuat Rencana ................................................................................

13

BAB II

viii

2.3.2. Kuat Perlu ....................................................................................

14

2.4 Ketentuan Perancangan Bangunan Tahan Gempa Untuk Gedung

16

2.4.1. Gempa Rencana dan Kategori Gedung ....................................

16

2.4.2. Struktur Gedung Beraturan dan Tidak Beraturan .....................

17

2.4.3. Daktilitas Struktur Bangunan ....................................................

20

2.4.4. Kinerja Struktur Bangunan .......................................................

22

2.4.4.1.Kinerja Batas Layan .................................................................

22

2.4.4.2.Kinerja Batas Ultimate .............................................................

22

2.5. Analisis Beban Dorong (Static Pushover Analysis).......................

24

2.5.1. Capacity Spectrum Method ........................................................

28

2.5.1.1.Acceleration Displacement Response Spectrum (ADRS)...........

31

2.5.1.2. Kurva Kapasitas (Capacity Curve) ...........................................

33

2.5.1.3. Demand Spectrum .....................................................................

34

2.5.2. Titik Kinerja (Performance Point) .... ........................................

36

2.6. Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia .......

37

2.6.1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung

37

2.6.2. Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung

38

2.7. Analisis Kapasitas Komponen Struktur ........................................

39

2.7.1. Kapasitas Lentur Balok ..............................................................

39

2.7.2. Kolom ........................................................................................

40

2.7.3. Geser ..........................................................................................

42

2.8. Metode dan Material Perkuatan ....................................................

44

2.9. Balok Castella .........................................................................

46

ix

BAB III

METODOLOGI ..................................................................................

49

3.1 Pengumpulan Data............................................................................

49

3.2. Evaluasi kekuatan struktur berdasar SNI 2847 2002 dan SNI 1726

49

2002

BAB IV

3.2.1 Evaluasi Kekuatan Pelat ..................................................................

49

3.2.2. Pembebanan ...................................................................................

49

3.2.3. Analisis Struktur ..............................................................................

51

3.2.4 Evaluasi Kekuatan Balok ..............................................................

51

3.2.5 Evaluasi Kekuatan Kolom .............................................................

51

3.3. Analisis Perkuatan dengan Balok Anak WF Castella ..................

52

3.4. Evalusi struktur dengan Pushover Analysis ...................................

52

3.5. Diagram Alir Penelitian ................................................................

53

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................

54

4. 1.

Umum ........................................................................................

54

4. 2.

Data Lapangan.............. .............................................................

54

4.2.1. Mutu Beton .................................................................................

54

4.2.2. Mutu Baja ...................................................................................

56

4.2.3. Hasil Uji beban Langsung .......................................................

56

4. 3.

Evaluasi Struktur Plat .................................................................

57

4. 4.

Analisis Pembebanan .................................................................

58

4. 5.

Analisis Struktur ........................................................................

63

4. 6.

Evaluasi Kekuatan .....................................................................

65

4.9.1.

Evaluasi kekuatan Balok ...........................................................

65

4.9.2.

Evaluasi Kekuatan Kolom ........................................................

68

4. 7.

Evaluasi Perkuatan Struktur .......................................................

72

4. 8.

BAB V

Evaluasi Kinerja .........................................................................

73

4.8.1. Kinerja Batas Bangunan .............................................................

73

4.8.1.1 Kinerja Batas Layan ................................................................

73

4.8.1.2 Kinerja Batas Ultimate ............................................................

74

4.8.2. Analisis Pushover .........................................................................

75

4.8.2.1 Prosedur Analysis Pushover ....................................................

75

4.8.2.2 Hasil dan Pembahasan ...........................................................

81

PENUTUP

90

......................................................................................

5.1. Kesimpulan ......................................................................................

90

5.2. Saran ................................................................................................

90

Daftar Pustaka
Lampiran

xi

Daftar Tabel

Tabel

2.1.

Faktor Reduksi Kekuatan untuk Desain .............................................

13

Tabel

2.2.

Faktor Reduksi Kekuatan untuk Evaluasi ..........................................

14

Tabel

2.3.

Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan

17

Tabel

2.4.

Parameter daktilitas struktur gedung

21

Tabel

2.5.

Nilai minimum SRA dan SRV

35

Tabel

2.6.

Tipe perilaku struktur

36

Tabel

2.7.

Perbandingan Kombinasi Beban menurut SNI 2847 baru dan lama

37

Tabel

2.8.

Perbandingan Faktor Reduksi Kekuatan q menurut SNI 2847 2002 dan

38

SNI 1992
Tabel

2.9

Perbandingan Rumus Beban Gempa Statik Ekivalen SNI baru dan

38

lama
Tabel

2.10

Tegangan geser ijin untuk berbagai sudut pemotongan .....................

48

Tabel

4.1.

Data Hammer Test .

55

Tabel

4.2.

Perhitungan momen plat lantai ground ......

58

Tabel

4.3.

Distribusi Gaya Gempa Horisontal

62

Tabel

4.4.

Perhitungan Momen Ultimate Balok

67

Tabel

4.5.

Perhitungan Geser Ultimate Balok

67

Tabel

4.6.

Analisis s akibat gempa arah x .

74

Tabel

4.7.

Analisis s akibat gempa arah y .

74

Tabel

4.8.

Analisis m akibat gempa arah x

75

Tabel

4.9.

Analisis m akibat gempa arah y ..

75

Tabel

4.10

Evaluasi kinerja struktur sesuai ATC 40

85

xii

Daftar Gambar
Gambar 2.1.

Kurva Kapasitas ...............................................................................

24

Gambar 2.2.

Format standar menjadi format ADRS ............................................

31

Gambar 2.3

Proses konversi ke bentuk capacity spectrum ..................................

33

Gambar 2.4

Spektrum respon yang dalam format tradisional dan ADRS ...........

34

Gambar 2.5

Performance Point .......................................................... ..................

36

Gambar 2.6

Distribusi Tegangan dan Regangan Penampang Tulangan Tunggal

39

Gambar 3.1.

Flow Chart Penelitian .

53

Gambar 4.1

Peta Wilayah Gempa Indonesia ........................................................

61

Gambar 4.2

Permodelan struktur gedung Timbul Jaya Plaza Madiun ..................

64

Gambar 4.3

Diagram Interaksi Kolom ..................................................................

70

Gambar 4.4

Kontur Tegangan Balok Castella ......................................................

72

Gambar 4.5

Input sendi default-PMM dan M3 .......................................................

76

Gambar 4.5

Input GRAV case ............................................................................

77

Gambar 4.7

Input PUSH2 case ............................................................................

77

Gambar 4.8

Hasil running analisis pushover .........................................................

78

Gambar 4.9

Damped response spectrum

79

Gambar 4.10

Hasil transformasi kurva kapasitas ke spektrum kapasitas

79

Gambar 4.11

Hasil plot demand spectrum dengan nilai damping

80

Gambar 4.12

Hasil penggabungan demand spectrum dengan capacity spectrum

80

Gambar 4.13

Kurva kapasitas (pushover curve)

81

Gambar 4.14

Spektrum kapasitas (capacity spectrum)

83

Gambar 4.15

Titik kinerja (performance point)

84

Gambar 4.16

Terbentuknya sendi plastis pada step-1 pushover analysis

85

xiii

Gambar 4.17

Sendi plastis pada portal As B step pertama pushover analysis

86

Gambar 4.18

Sendi plastis pada step ke-100 pushover analysis

87

Gambar 4.19

Sendi plastis pada portal As-B step ke-100

88

xiv

Daftar Lampiran

Lampiran

Perhitungan Berat Bangunan


Perhitungan Beban Gempa
Perhitungan Waktu Getar Alami Fundamental

Lampiran

Perhitungan Pusat Massa


Perhitungan Pusat Kekakuan

Lampiran

Perhitungan Evaluasi Kekuatan Plat


Perhitungan Kapasitas Plat Bila Dilakukan Shotcrete

Lampiran

Perhitungan Kapasitas Balok


Perhitungan Momen Kapasitas Balok
Perhitungan Kapasitas Geser Balok
Perhitungan Evaluasi Momen Kapasitas Balok
Perhitungan Evaluasi Kapasitas Geser Balok
Perhitungan Balok Castella

Lampiran

Analisis Pushover

Lampiran

Gambar

xv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring tuntutan kebutuhan manusia yang terus berkembang maka diperlukan
infrastruktur penunjang yang memadai. Salah satu infrastruktur tersebut adalah
gedung. Dalam pemenuhan kebutuhan infrastruktur gedung tersebut, tidak
selamanya pembangunan gedung yang baru sebagai pilihan yang tepat. Efisiensi
pemanfaatan gedung yang sudah ada dapat menjadi pilihan, diantaranya dengan
mengalihfungsikan bangunan yang sudah ada untuk digunakan dengan fungsi yang
baru.
Gedung Timbul Jaya Plaza yang terletak di Jalan Pahlawan Madiun,
sebelumnya merupakan milik Bank Harapan Sentosa (BHS). Gedung ini ketika
baru dibeli tidak bisa langsung digunakan karena akan diadakan perubahan fungsi.
Sebelumnya berfungsi untuk kantor bank kemudian beralih fungsi menjadi plaza.
Berkait dengan terjadinya alih fungsi bangunan maka akan terjadi perubahan
pembebanan pada bangunan tersebut. Masalah yang timbul adalah desain
pembebanan ruang tersebut yang semula untuk kantor dengan beban hidup 250
kg/m2 akan berubah menjadi desain pembebanan untuk plaza 400 kg/m2. Oleh
karena itu perlu dilakukan beberapa tahapan analisis, tahapan itu adalah analisa
dalam keadaan existing dengan desain pembebanan yang baru. Apabila terdapat
komponen struktur yang tidak memenuhi syarat kemudian dilakukan perkuatan
struktur.

Selain adanya perubahan beban gravitasi, terdapat juga perubahan beban


gempa. Hal ini perlu ditinjau mengingat gedung ini ketika dibangun mengacu pada
Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung SKBI 1987.
Sesuai dengan perkembangan maka saat ini telah diberlakukan SNI 03 1726 2002
tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Gedung.
Analisis ulang terhadap struktur pada studi kasus ini dititikberatkan pada
kemampuan elemen struktur pelat, balok, dan kolom setempat akibat perubahan
pembebanannnya. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah kondisi elemen
struktur yang terpasang saat ini masih cukup mampu untuk menerima beban-beban
yang bekerja pada saat seperti sekarang ini. Simulasi pembebanan yang bekerja
pada struktur gedung ini meliputi beban-beban mati, beban hidup, dan gempa.
Assessment terhadap struktur Timbul Jaya Plaza ini sebenarnya sudah
dilakukan. Uji Beban Langsung dan Hammer Test dilakukan oleh Tim
Laboratorium Beton dan Konstruksi Universitas Kristen Petra Surabaya. Dari Uji
Beban Langsung tersebut diketahui beban maksimum yang mampu dipikul 320
kg/m2 dan dari hammer test didapat kuat tekan karakteristiknya 360 kg/cm2.
Perhitungan struktur telah dilakukan oleh Sungkono Kristanto. Namun, di dalam
analisisnya tidak dilakukan analisis beban gempa sesuai SNI 03 1726 2002.
Perkuatan struktur yang dilakukan terhadap struktur Timbul Jaya Plaza yaitu
dengan menambahkan balok anak WF Castella. Hal ini bertujuan untuk
memperpendek bentang struktur sehingga memperkecil gaya-gaya dalam yang
terjadi.

1.2. Rumusan Masalah


Mencermati hal-hal dalam latar belakang di atas maka permasalahan dalam
penyusunan tesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana kekuatan struktur Gedung Timbul Jaya Plaza setelah diadakan
perkuatan pada pelat lantainya dengan penambahan balok anak ditinjau dari segi
perubahan fungsi bangunan dan perubahan peraturan gempa?

1.3. Batasan Masalah


Dalam penyusunan tesis ini akan dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai
berikut :
1. Peraturan struktur beton mengacu pada SNI 03 2847 2002
2. Peraturan gempa mengacu pada SNI 03-1726 - 2002
3. Peraturan pembebanan mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung 1989
4. Tidak melakukan analisis ekonomi
5. Tidak melakukan analisis struktur bawah

Lingkup pembahasan dalam penyususunan tesis ini adalah :


1. Evaluasi struktur berdasarkan SNI 2847 2002 dan SNI 17262002
a. Analisis Kekuatan Pelat Existing
b. Analisis Pembebanan berdasarkan perubahan fungsi dan peraturan yang
berlaku
c. Analisis Struktur
d. Evalusi Kinerja Batas Bangunan

e. Analisis Kekuatan Balok dan Kolom


f. Analisis perkuatan dengan penambahan balok anak WF Castella
2. Evalusi kinerja struktur berdasarkan pushover analysis

1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan tesis ini adalah mengetahui kekuatan struktur
Gedung Timbul Jaya Plasa setelah diadaan perkuatan dengan penambahan balok
anak

1.4. Manfaat
Manfaat dari penyusunan tesis ini adalah sebagai second opinion terhadap
perkuatan struktur yang telah ada serta menjamin keamanan bagi pengguna
bangunan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1.

Tinjauan Pustaka
Pemanfaatan gedung yang telah ada dapat dijadikan pilihan terhadap

semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan prasarana gedung. Alih fungsi


bangunan gedung adalah salah satu pemecahan terhadap masalah tersebut.
Gedung kantor pusat Kaltim Industrial Estate (KIE) yang baru di daerah
Kebon Sirih Jakarta merupakan contoh alih fungsi bangunan. Sebagaimana dimuat
dalam Majalah Proyeksi edisi April 2005 , gedung tersebut sebelumnya merupakan
milik PT Siemens. Gedung KIE tersebut ketika baru dibeli tidak bisa langsung
digunakan karena akan diadakan penambahan lantai. Sebelumnya terdiri dari 4
lantai plus atap dak beton, diubah menjadi 6 lantai dengan penutup atap gelombang
berbobot ringan dari bahan polycarbonat.
Karena itu perlu dilakukan beberapa tahapan analisis, seperti yang dilakukan PT
Gistama Investama terhadap gedung KIE yang baru. Seperti diuraikan Anwar
Santoso, Senior Engineer Gistama, tahapan itu adalah analisa dalam keadaan
existing, dengan beban gempa rencana. Setelah itu analisa dalam keadaan diupgrade juga dengan beban rencana gempa. Baru kemudian analisis setelah
dilakukan perkuatan struktur.
Analisis dalam keadaan existing dengan beban gempa rencana dilakukan
dengan simulasi ulang keadaan existing dari bangunan tersebut. Diberikan beban
gempa seusai dengan beban gempa rencana yang ada pada SNI 1726 2002.

Dari hasil pengamatan lapangan terhadap gedung KIE dan test ultrasonik,
existing mutu beton yang ada cukup rendah, berkisar di K 175 (175 kg/cm2). Besi
tulangan masih menggunakan baja polos dengan mutu baja U 24. Selimut beton
sudah banyak terkikis dan banyak terdapat rongga (honey comb) pada beton.
Adanya berat tambahan screed setebal 10 cm.
Setelah melakukan analisis dalam keadaan struktur diupgrade, didapatkan hasil
bahwa gedung masih bisa digunakan jika yang bekerja hanya beban statik tanpa
adanya beban gempa. Tetapi ketika diberi beban dinamik berupa gempa, banyak
terjadi keruntuhan pada kolomya. Ini karena besarnya gaya lateral yang tidak
mampu ditahan kolom, sehingga bangunan menjadi tidak layak digunakan. Gaya
geser yang terjadi pada lantai atas semakin membesar, baik terhadap arah melintang
maupun membujur.
Upaya pengurangan beban dan perkuatan struktur akhirnya dilakukan.
Pembuangan raised floor (penebalan lantai) tidak berguna dapat mengurangi beban.
Raised floor setebal kira-kira 10 cm di setiap lantai, terdapat di dua lantai
bangunan. Penghematan beban beton setebal 0,20 m dikali berat beton per m3
(2400 kgf/m3) memungkinkan penambahan satu tingkat bangunan lagi di atas
gedung ini. Kemudian dilakukan analisa ulang dengan beban rencana yang akan
dipikul gedung (termasuk gaya gempa dan kombinasinya) seperti analisis
sebelumnya.
Selanjutnya, dengan menggunakan beberapa software bantu untuk perhitungan
struktur seperti ETABS yang dikeluarkan oleh CSI Inc, maka dilakukan analisis
pada kolom sehingga didapatkan suatu rasio antara beban dengan kapasitas kolom

yang bersangkutan. Pada keadaan service dengan beban gempa tanpa perkuatan,
ternyata banyak kolom-kolom yang rasionya melebihi 1. Ini berarti kapasitas kolom
tersebut terlampaui. Kesimpulannya, bangunan belum layak digunakan.
Upgrade bangunan pun dilakukan. Lengan momen pada kolom ditambahkan
agar kapasitasnya bertambah. Caranya dengan menambahkan tulangan untuk
menahan kelebihan beban lateral. Hasilnya terdapat peningkatan momen pada
kolom dari 225 KN m sebelumnya menjadi 350 KN m.
Namun dalam pelaksanaan, ada banyak hal dan kendala yang perlu diantisipasi,
seperti sulitnya pengecoran pada beton yang cukup tipis. Mau tidak mau, harus
dilakukan dengan menggunan bahan beton encer/ cair. Diberikan tambahan
additive bonding pada selimut beton kolom yang dikelupas dengan tujuan
memberikan daya lekat antara beton lama dengan beton baru.
Kajian mengenai alih fungsi bangunan pernah dilakukan oleh Christiawan
(2007) terhadap perubahan fungsi ruang kelas menjadi ruang perpustakaan pada
lantai II Gedung G Universitas Semarang. Dari hasil pengujian bahan yang
dilakukan didapat fc existing 17,5 MPa dan fy existing 390 MPa. Hasil evaluasi
kinerja struktur yang dilakukan didapatkan kinerja batas layan dan kinerja batas
ultimate gedung memenuhi syarat SNI 1726 2002. Perkuatan lentur dan geser
dengan penambahan Fiber Reinforced Polimer didapatkan mampu menambah kuat
lentur dan kuat geser balok dan plat. Perkuatan lentur kolom dilakukan dengan
penambahan tulangan, hasil analisis ulang menunjukkan dapat menambah kuat
lentur kolom.

Tarigan (2007) dalam makalahnya yang berjudul Kajian Struktur Bangunan Di


Kota Medan Terhadap Gaya Gempa Di Masa Yang Akan Datang melakukan
kajian bangunan tower 8 lantai yang disimulasikan dengan pembebanan gempa
dengan SKBI 1987 dan SNI 1726 2002. Dari hasil kajian tersebut diketahui untuk
masa yang akan datang gaya gempa yang dapat terjadi di Medan adalah 5 kali lebih
besar dari sebelum tahun 1987 dan 1,67 kali lebih besar dari tahun 2002.
Kelihatannya jika diikuti amplitudo gempa pada tahun 2007, maka struktur
bangunan yang telah berdiri di Medan dengan perhitungan sebelum tahun 2007
(masih mengikuti Peta Gempa tahun 1987 dan 2002) kurang aman terhadap gempa.
Agus, dkk (2006) melakukan kajian mengenai ketahanan struktur bangunan
yang didesain dengan SKBI 1987 dibandingkan dengan SNI 1726 2002 di kota
Padang. Dari hasil kajian tersebut diketahui displacement struktur yang dihitung
dengan SKBI 1987 hanya 7% dibanding dengan perhitungan menggunakan SNI
1726 2002. Ada perbedaan yang cukup signifikan pada gaya aksial ( 83,93 % pada
balok), gaya geser (271,16% pada kolom), dan momen (289,34 % pada kolom).
Penulangan yang disyaratkan meningkat 3,04 % pada balok.

2. 2.

Evaluasi Kekuatan Struktur Yang telah Berdiri

2.2.1. Umum
Evaluasi terhadap kekuatan struktur bangunan dapat dilakukan secara
analisis ataupun dengan cara uji beban, atau dengan kombinasi analisis dan uji
beban. Bila pengaruh defisiensi kekuatan struktur diketahui dengan baik dan bila
dimensi struktur serta sifat bahan yang dibutuhkan untuk tujuan analisis dapat
diukur nilainya, maka evaluasi kekuatan struktur secara analisis berdasarkan data

hasil pengukuran tersebut dianggap sudah memadai. Data yang diperlukan harus
ditentukan sesuai dengan Butir 22.2. SNI 2847 2002. Bila pengaruh defisiensi
kekuatan struktur tidak diketahui dengan baik atau bila dimensi struktur serta sifat
bahan yang dibutuhkan untuk tujuan analisis tidak memungkinkan untuk diukur
nilainya, maka uji beban harus dilakukan bila struktur tersebut diinginkan untuk
tetap berfungsi. Bila keraguan terhadap keamanan struktur atau bagian struktur
adalah terkait dengan penurunan kinerja struktur sebagai fungsi waktu, dan bila
respon struktur selama uji beban ternyata masih memenuhi kriteria penerimaan,
maka struktur atau bagian dari struktur tersebut boleh tetap digunakan untuk jangka
waktu tertentu. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan jika dianggap perlu
oleh konsultan penilai.

2.2.2. Uji Beban Langsung


Perencanaan dan pelaksanaan uji-beban serta besarnya intensitas beban
uji harus mengikuti ketentuan berikut:
1)

Jumlah dan pengaturan pola bentangan atau panel yang dibebani harus
dipilih sedemikian rupa agar didapatkan nilai lendutan dan tegangan
maksimum di daerah yang kritis dari komponen struktur yang
kekuatannya diragukan. Penggunaan beberapa pola pembebanan harus
dilakukan, bila pola pembebanan tunggal yang digunakan tidak akan
menghasilkan secara bersamaan nilai maksimum respon struktur,
seperti lendutan, puntir atau tegangan, yang diperlukan untuk
membuktikan cukup tidaknya kekuatan struktur.

10

2)

Beban uji total, termasuk beban mati yang sudah ada pada struktur,
tidak boleh kurang daripada 0,85(1,4D +1,7L). Pengurangan nilai L
diizinkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Pedoman
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung).

3)

Uji-beban tidak boleh dilakukan terhadap struktur atau bagian struktur


yang berumur kurang dari 56 hari. Namun, bila pemilik struktur
bangunan, pemborong dan seluruh pihak yang terlibat menyetujui,
maka uji beban tersebut boleh dilakukan pada umur yang lebih awal.

Prosedur pembebanan dan pengukuran respon struktur harus memenuhi


ketentuan berikut:
1)

Bacaan nilai awal untuk setiap respon struktur yang diukur (seperti:
lendutan, rotasi, regangan, slip, lebar retak) harus diperoleh dalam
waktu tidak lebih dari satu jam sebelum pengaplikasian tahapan beban
pertama. Pengukuran harus dilakukan pada lokasi dimana respon
maksimum diharapkan akan terjadi. Pengukuran tambahan harus
dilakukan bila diperlukan.

2)

Beban uji harus diaplikasikan dalam tidak kurang dari empat tahapan
peningkatan beban yang sama.

3)

Beban uji merata harus diaplikasikan sedemikian untuk menjamin


tercapainya keseragaman distribusi beban pada struktur atau bagian
struktur yang diuji. Terjadinya kondisi lengkung dari beban uji harus
dihindari.

11

4)

Rangkaian pengukuran respon struktur harus dilakukan pada setiap


saat setelah tahapan pembebanan diaplikasikan, dan pada saat beban
total telah diaplikasikan pada struktur selama tidak kurang dari 24 jam.

5)

Beban uji total harus segera dilepaskan setelah seluruh pengukuran


respon yang didefinisikan di atas telah dilakukan.

6)

Rangkaian pengukuran akhir harus dilakukan pada 24 jam setelah


beban uji dilepaskan.

Syarat penerimaan uji beban langsung sesuai SNI 2847 2002 adalah sebagai
berikut :
1) Bagian struktur yang diuji beban tidak boleh memperlihatkan tandatanda kegagalan/keruntuhan. Retak-belah dan pecah pada bagian beton
yang tertekan dapat dianggap sebagai indikasi kegagalan/keruntuhan.
2) Lendutan maksimum terukur harus memenuhi salah satu dari kondisi
berikut:
Lendutan maksimum terukur:

maks t2 / 20.000 h .. ..(2.1)

Lendutan permanen terukur:

r,maks maks / 4 .......................(2.2)

Bila lendutan maksimum dan lendutan permanen yang terukur tidak


memenuhi persamaan 2.1 dan 2.2, maka uji-beban dapat diulang.
Uji-beban-ulang tidak boleh dilakukan lebih awal dari 72 jam setelah
pelepasan beban-uji yang pertama. Bagian dari struktur yang diuji ulang
dianggap memenuhi persyaratan bila lendutan permanen memenuhi
kondisi berikut:
Lendutan permanen

r,maks f, maks / 5 .............................(2.3)

12

dimana f,maks adalah lendutan maksimum yang diukur selama uji-beban


kedua relatif terhadap posisi struktur pada saat awal uji-beban kedua.
3)

Komponen struktur yang diuji-beban tidak boleh memperlihatkan


retakan yang menunjukkan terjadinya awal dari keruntuhan geser.

4)

Pada daerah komponen struktur yang tidak dipasangi tulangan


transversal (geser), timbulnya retak struktur yang membentuk sudut
terhadap sumbu longitudinal dan mempunyai proyeksi horizontal yang
lebih panjang dari tinggi penampang di titik tengah retakan, harus
dievaluasi lebih lanjut.

5)

Pada daerah penjangkaran dan sambungan lewatan, timbulnya


sekumpulan retak pendek miring atau datar di sepanjang sumbu
tulangan, harus dievaluasi lebih lanjut.

Untuk menjamin keamanan uji beban langsung, ketentuan yang harus dipenuhi
1) Uji beban harus dilaksanakan sedemikian rupa hingga keamanan jiwa
dan konstruksi selama pengujian berlangsung dapat terjamin.
2) Tindakan pengamanan yang diambil tidak boleh mengganggu jalannya
uji beban atau mempengaruhi hasil pengujian tersebut.

2.3. Ketentuan Mengenai Kekuatan dan Kemampuan Layan


Menurut SNI 03 2847 2002 pasal 11.1(1) struktur dan komponen struktur
harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum
sama dengan kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya
terfaktor yang sesuai dengan ketentuan.

13

2.3.1. Kuat Rencana


Kuat rencana suatu komponen struktur menurut SNI 03 2847 2002 pasal
11.3 (1) adalah hasil kali kuat nominal dengan suatu faktor reduksi kekuatan .
Nilai merupakan angka keamanan yang memperhitungkan penyimpangan
terhadap kuat bahan, pengerjaan, ukuran dan pelaksanaan. Menurut SNI 03 2847
2002 pasal 11.3 (2) faktor reduksi kekuatan untuk desain sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 2.1. Faktor Reduksi Kekuatan untuk Desain
Beban Yang Bekerja

lentur, tanpa beban aksial

0,8

tarik aksial, dan tarik aksial dengan lentur

0,8

tekan aksial dan tekan aksial dengan lentur :


komponen dengan tulangan spiral

0,70

komponen lain

0,65

geser dan/atau puntir

0,75

Sumber : SNI 2847 2002

Bila

dimensi dan sifat fisik bahan yang diperlukan ditentukan melalui

pengukuran dan pengujian, dan bila perhitungan dapat dilakukan sesuai dengan
ketentuan, maka faktor reduksi kekuatan yang berlaku boleh diperbesar, tetapi
faktor reduksi kekuatan tersebut tidak boleh melebihi nilai berikut:

14

Tabel 2.2. Faktor Reduksi Kekuatan untuk Evaluasi


Beban Yang Bekerja

lentur, tanpa beban aksial

0,9

tarik aksial, dan tarik aksial dengan lentur

0,9

tekan aksial dan tekan aksial dengan lentur :


komponen dengan tulangan spiral

0,80

komponen lain

0,75

geser dan/atau puntir

0,80

tumpuan pada beton

0,75

Sumber : SNI 2847 2002

2.3.2. Kuat Perlu


Kuat perlu U pada suatu komponen struktur adalah kekuatan yang terjadi akibat
beban dikalikan dengan faktor beban. Faktor beban tersebut merupakan angka
keamanan yang memperhitungkan kelebihan beban akibat penggunaan fungsi
bangunan. Menurut SNI 03 2847 2002 pasal 11.2 kuat perlu U dan faktor
beban adalah :
1)

Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan
U = 1,4 D ........................................................................................... (2.4)

Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, beban atap A atau
beban hujan R paling tidak sama dengan persamaan :

15

U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) .................................................. (2.5)


2)

Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam


perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W berikut harus
ditinjau untuk menentukan nilai U yang terbesar, yaitu:
U = 1,2 D + 0,5 L + 1,6 W + 0,5 (A atau R) ..................................... (2.6)
di mana kombinasi beban harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup
L yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya,
dan
U = 0,9 D + 1,6 W

3)

.................................................. .....................

(2.7)

Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa (E) harus diperhitungkan dalam
perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai:
U = 1,2 D + 1,0 L 1,0 E .........................................................................(2.8)
atau
U = 0,9 D 1,0 E

...................................................................................(2.9)

dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI-03-1726-2002


tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung,
atau penggantinya.

16

2.4. Ketentuan Perancangan Bangunan Tahan Gempa Untuk Gedung


Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Gedung SNI 1726 2002 mengatur
mengenai perancangan ketahanan gempa untuk gedung.
2.4.1. Gempa rencana dan kategori gedung
Akibat pengaruh Gempa Rencana, struktur gedung secara keseluruhan
harus masih berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
Gempa Rencana ditetapkan mempunyai perioda ulang 500 tahun, agar probabilitas
terjadinya terbatas pada 10% selama umur gedung 50 tahun.
Untuk berbagai kategori gedung, bergantung pada probabilitas terjadinya
keruntuhan struktur gedung selama umur gedung dan umur gedung tersebut yang
diharapkan, pengaruh Gempa Rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu
Faktor Keutamaan I menurut persamaan :
I

I1 I2

(2.10)

di mana I1 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang gempa


berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama umur
gedung, sedangkan I2 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang
gempa berkaitan dengan penyesuaian umur gedung tersebut. Faktor-faktor
Keutamaan I1, I2 dan I ditetapkan menurut Tabel 2.3.

17

Tabel 2.3. Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan
Faktor Keutamaan

Kategori gedung
I1

I2

Gedung umum seperti untuk penghunian,


perniagaan dan perkantoran

1,0

1,0

1,0

Monumen dan bangunan monumental

1,0

1,6

1,6

Gedung penting pasca gempa seperti rumah


sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga
listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan
darurat, fasilitas radio dan televisi.

1,4

1,0

1,4

Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya


seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan
beracun.

1,6

1,0

1,6

Cerobong, tangki di atas menara

1,5

1,0

1,5

Catatan :
Untuk semua struktur bangunan gedung yang ijin penggunaannya diterbitkan
sebelum berlakunya Standar ini maka Faktor Keutamaam, I, dapat dikalikan
80%.

2.4.2 Struktur gedung beraturan dan tidak beraturan


Struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung beraturan, apabila
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10
tingkat atau 40 m.

18

- Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari
ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut.
- Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun
mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15%
dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.
- Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban
lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu
utama ortogonal denah struktur gedung secara keseluruhan.
- Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan
kalaupun mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur
bagian gedung yang menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari
75% dari ukuran terbesar denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya.
Dalam hal ini, struktur rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat
tidak perlu dianggap menyebabkan adanya loncatan bidang muka.
- Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa
adanya tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu
tingkat, di mana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70% kekakuan
lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3
tingkat di atasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral
suatu tingkat adalah gaya geser yang bila bekerja di tingkat itu menyebabkan
satu satuan simpangan antar-tingkat.

19

- Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya
setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat
lantai tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak
perlu memenuhi ketentuan ini.
- Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan
beban lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila
perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah
perpindahan tersebut.
- Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang
atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat.
Kalaupun ada lantai tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya
tidak boleh melebihi 20% dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.

Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh Gempa Rencana dapat ditinjau


sebagai pengaruh beban gempa statik ekuivalen, sehingga menurut Standar ini
analisisnya dapat dilakukan berdasarkan analisis statik ekuivalen.
Struktur gedung yang tidak memenuhi ketentuan di atas, ditetapkan
sebagai struktur gedung tidak beraturan. Untuk struktur gedung tidak beraturan,
pengaruh Gempa Rencana harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa
dinamik, sehingga analisisnya harus dilakukan berdasarkan analisis respons
dinamik.

20

2.4.3 Daktilitas struktur bangunan


Faktor daktilitas struktur gedung adalah rasio antara simpangan
maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana pada saat mencapai
kondisi di ambang keruntuhan m dan simpangan struktur gedung pada saat
terjadinya pelelehan pertama y, yaitu :

1,0

m
m
y

(2.11)

Dalam persamaan (2.11) = 1,0 adalah nilai faktor daktilitas untuk struktur
gedung yang berperilaku elastik penuh, sedangkan m adalah nilai faktor daktilitas
maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur gedung yang bersangkutan.
Apabila Ve adalah pembebanan maksimum akibat pengaruh Gempa
Rencana yang dapat diserap oleh struktur gedung elastik penuh dalam kondisi di
ambang keruntuhan dan Vy adalah pembebanan yang menyebabkan pelelehan
pertama di dalam struktur gedung, maka dengan asumsi bahwa struktur gedung
daktail dan struktur gedung elastik penuh akibat pengaruh Gempa Rencana
menunjukkan simpangan maksimum

m yang sama dalam kondisi di ambang

keruntuhan, maka berlaku hubungan sebagai berikut :

Vy

Ve

di mana adalah faktor daktilitas struktur gedung.

(2.12)

21

Apabila Vn adalah pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa


Rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan struktur gedung, maka berlaku
hubungan sebagai berikut :

Vn

Vy
f1

Ve
R

(2.13)

di mana f1 adalah faktor kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam
struktur gedung dan nilainya ditetapkan sebesar :

f1 1,6

(2.14)

dan R disebut faktor reduksi gempa menurut persamaan :

1,6 R f1 R m

(2.15)

Tabel 2.4. Parameter daktilitas struktur gedung


Taraf Kinerja Struktur Gedung
Elastik penuh

Daktail parsial

Daktail penuh
Sumber : SNI 1726 2002

1,0

1,6

1,5

2,4

2,0

3,2

2,5

4,0

3,0

4,8

3,5

5,6

4,0

6,4

4,5

7,2

5,0

8,0

5,3

8,5

22

Dalam persamaan di atas R = 1,6 adalah faktor reduksi gempa untuk


struktur gedung yang berperilaku elastik penuh, sedangkan Rm adalah faktor
reduksi gempa maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur yang
bersangkutan.

2.4.4. Kinerja Struktur Gedung


2.4.4.1. Kinerja Batas Layan
Kinerja

batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-

tingkat akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya


pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah
kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar-tingkat
ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh Gempa
Nominal yang telah dibagi Faktor Skala.
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung, dalam
segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung
tidak boleh melampaui

0,03
kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm,
R

bergantung yang mana yang nilainya terkecil.

2.4.4.2. Kinerja Batas Ultimit


Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan
simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa
Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat

23

menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antargedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela
delatasi). Simpangan dan simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari
simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan
suatu faktor pengali sebagai berikut :
- untuk struktur gedung beraturan :
= 0,7 R

(2.16)

- untuk struktur gedung tidak beraturan :

0,7 R
Faktor Skala

(2.17)

di mana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala
adalah seperti yang ditetapkan :

Faktor Skala

0,8.Vi
1
Vt

(2.18)

Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam


segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung
tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.

24

2.5. Analisis Beban Dorong Statik (Static Push Over Analysis)


Analisis beban dorong statik (static push over analysis) adaah suatu cara
analisis statik dua dimensi atau tiga dimensi linier dan non-linier, di mana pengaruh
Gempa Rencana terhadap struktur gedung dianggap sebagai beban-beban statik
yang menangkap pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya
ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan yang
menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur
gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut mengalami perubahan
bentuk elasto-plastis yang besar sampai mencapai kondisi di ambang keruntuhan.

Gaya geser dasar, V (kg)

atap

Perpindahan atap, atap (m)

Gambar 2.1. Kurva Kapasitas


Dari hasil analisis pushover akan didapatkan kurva kapasitas yang
menunjukkan hubungan antara gaya geser dasar terhadap peralihan, yang
memperlihatkan perubahan perilaku struktur dari linear menjadi non-linear, berupa
penurunan kekakuan yang diindikasikan dengan penurunan kemiringan kurva
akibat terbentuknya sendi plastis pada balok dan kolom. Analisis beban dorong ini
dilakukan secara terpisah untuk masing-masing arah sumbu lemah dan kuat gedung
(Christiawan, 2007)

25

Menurut Lumantarna (2007), kurva kapasitas yang didapatkan dari analisis


pushover menggambarkan kekuatan struktur yang besarnya sangat tergantung dari
kemampuan momen-deformasi dari masing-masing komponen struktur. Cara
termudah untuk membuat kurva ini adalah dengan mendorong struktur secara
bertahap dan mencatat hubungan antara gaya geser dasar (base shear) dan
perpindahan atap akibat beban lateral yang dikerjakan pada struktur dengan pola
pembebanan tertentu (Gambar 2.1). Pola pembebanan umumnya berupa respon
ragam-1 struktur (atau bisa juga berupa beban statik ekivalen) berdasarkan asumsi
bahwa ragam struktur yang dominan adalah ragam-1. Hal ini berlaku untuk
bangunan yang memiliki periode fundamental struktur yang relatif kecil. Untuk
bangunan yang lebih fleksibel dengan periode struktur yang lebih besar, perencana
sebaiknya memperhitungkan pengaruh ragam yang lebih tinggi .
Tujuan analisis pushover adalah untuk memperkirakan gaya maksimum dan
deformasi yang terjadi serta memperoleh informasi bagian mana saja yang kritis.
Selanjutnya dapat diidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan perhatian khusus
untuk pendetailannya. Cukup banyak studi yang menunjukkan bahwa analisis statik
pushover dapat memberikan hasil yang mencukupi untuk bangunan regular dan
tidak tinggi.
Menurut Dewobroto (2006) analisis pushover dapat digunakan sebagai alat
bantu perencanaan tahan gempa, asalkan menyesuaikan dengan keterbatasan yang
ada. Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah :
a.

hasil analisis pushover masih berupa pendekatan, karena bagaimanapun juga


perilaku gempa yang sebenarnya adalah bersifat bolak-balik melalui suatu

26

siklus tertentu, sedangkan sifat pembebanan pada analisis pushover adalah


statik monotonik
b.

pemilihan pola beban lateral yang digunakan dalam analisis adalah sangat
penting

c.

Untuk membuat model analisis nonlinear akan lebih rumit dibanding dengan
analisis linear. Model tersebut harus memperhitungkan karakteristik inelastik
beban deformasi dari elemen-elemen yang penting dan efek P-.

Menurut ATC 40 1997, terdapat 2 metode untuk menentukan demand, yaitu :


a. Capacity Spectrum Method

Merupakan metode iterative yang bertujuan untuk menentukan lokasi


titik performance struktur dengan kapasitas yang ada dan demand yang
diminta.

Lokasi performance point harus memenuhi 2 kriteria, yaitu :


-

Berada pada kurva spektrum kapasitas.

Berada pada kurva demand spectral yang telah direduksi dari


keadaan elastis (damping 5%).

Ada 3 macam prosedur yang dapat dipilih, yaitu, yaitu :


-

Prosedur A:
Paling mudah digunakan dalam spreadsheet dan paling mudah
dipahami, merupakan cara analitis berdasarkan rumusan-rumusan
tertentu.

27

Prosedur B :
Penyederhanaan bilinier pada kurva kapasitas sehingga cara ini
relatif sedikit iterasinya tetapi kurang jelas jika dibandingkan
prosedur A.

Prosedur C :
Cara grafis sehingga paling tepat untuk penyelesaian manual tanpa
spreadsheet tetapi paling tidak jelas diantara ke 3 prosedur yang ada.

b. Displacement Coefficient Method.


Metode dengan proses numerik langsung dalam menghitung displacement
demand sehingga tidak perlu mengkonversi kurva kapasitas ke dalam
koordinat spectral.
Prosedur analisis pushover cukup sederhana yaitu memberikan beban statis
arah lateral pada suatu struktur. Beban kemudian ditingkatkan secara bertahap
(incremental) sampai struktur mencapai target perpindahan (displacement) tertentu.
Dari hasil analisa diambil nilai-nilai perpindahan di puncak struktur (roof
displacement) dan daya geser dasar (base shear) yang kemudian dipetakan sebagai
kurva kapasitas dari struktur tersebut.
Disamping itu dari analisis pushover ini juga diperlihatkan secara visual
perilaku struktur dari saat kondisi masih elastis kemudian memasuki perilaku
plastis sampai akhirnya terjadi keruntuhan pada elemen-elemen strukturnya.

28

Prosedur perhitungan dengan analisis pushover berdasarkan ATC 40 (1997)


adalah sebagai berikut :
1.

Dibuat model analitik struktur yang akan dianaliis secara 2 dimensi atau 3
dimensi,

2.

Ditentukan suatu kriteria kinerja (performance), seperti batas ijin simpangan


pada lantai atap pada titik sendi tertentu

3.

Struktur dibebani dengan gaya gravitasi sesuai beban rencana

4.

Struktur kemudian juga dibebani dengan beban gempa statis ekivalen yang
ditambahkan secara berangsur-angsur. Pola pembebanan ditentukan sesuai
peraturan yang berlaku

5.

Ditentukan titik kontrol untuk memantau perpindahan khususnya pada respon


puncak struktur.

6.

Selanjutnya struktur didorong (push) dengan pola pembebanan, yang telah


ditentukan sebelumnya secara bertahap (incremental) sampai mencapai batas
ijin simpangan atau mencapai keruntuhan yang direncanakan

7.

Digambarkan kurva hubungan gaya geser dasar (base shear) vs perpindahan


terkontrol (controlled displacement). Kurva inilah yang disebut kurva
kapasitas, dari sini dapat dilihat kejadian-kejadian untuk kriteria performance
yang berbeda.

2.5.1 CAPACITY SPECTRUM METHOD


Salah satu varian metode statis nonlinier yang banyak diadopsi dan
direkomendasikan oleh standar desain adalah Metode Spektrum Kapasitas
(Capacity Spectrum Method, CSM).

Metode ini sering kali disebut metode

29

pushover karena dalam aplikasinya, digunakan analisis beban dorong statis


nonlinier (nonlinear static pushover analysis), dimana struktur didorong secara
bertahap hingga beberapa komponen struktur mengalami leleh dan berdeformasi
inelastis. Hubungan antara perpindahan lateral lantai atap dan gaya geser dasar
digambarkan dalam suatu kurva yang menggambarkan kapasitas struktur dan
dinamakan kurva kapasitas (capacity curve). Untuk mengetahui perilaku struktur
yang ditinjau terhadap intensitas gempa yang diberikan, kurva kapasitas ini
kemudian dibandingkan dengan tuntutan (demand) kinerja yang berupa response
spectrum berbagai intensitas (periode ulang) gempa.
Capacity spectrum method menyajikan secara grafis dua buah grafik yang
disebut

spektrum,

yaitu

spektrum

kapasitas

(capacity

spectrum)

yang

menggambarkan kapasitas struktur berupa hubungan gaya dorong total (base shear)
dan perpindahan lateral struktur (biasanya ditetapkan di puncak bangunan), dan
spektrum demand yang menggambarkan besarnya demand (tuntutan kinerja) akibat
gempa dengan periode ulang tertentu
Spektrum kapasitas didapatkan dari kurva kapasitas (capacity curve) yang
diperoleh dari analisis pushover. Karena kurva kapasitas merupakan hubungan
antara gaya dorong total yang diberikan ke suatu struktur berderajat kebebasan
banyak (multi-degree-of-freedom-system, MDOF) terhadap perpindahan yang
dipilih sebagai referensi (umumnya puncak bangunan) sedangkan spektrum
demand dibuat untuk struktur dengan kebebasan satu (single-degree-of-freedomsystem, SDOF), maka kurva kapasitas dengan cara tertentu harus diubah menjadi
spektrum kapasitas dengan satuan yang sama dengan spektrum demand. Spektrum
demand didapatkan dengan mengubah spektrum respons yang biasanya dinyatakan

30

dalam spektral kecepatan, Sa, dan Periode, T, menjadi format spektral percepatan,
Sa, dan spektral perpindahan, Sd. Format yang baru ini disebut AccelerationDisplacemet Response Spectra (ADRS). Kurva kapasitas yang merupakan produk
dari pushover dinyatakan dalam satuan gaya (kg) dan perpindahan (m), sedangkan
demand spectrum memiliki satuan percepatan (m/detik2) dan perpindahan (m).
Satuan dari kedua kurva tersebut perlu diubah dalam format yang sama, yaitu
spektral percepatan, Sa, dan spektral perpindahan, Sd, agar dapat ditampilkan dalam
satu tampilan..
Penyajian secara grafis dapat memberikan gambaran yang jelas bagaimana
sebuah bangunan merespon beban gempa. Perencana dapat membuat berbagai
skenario kekuatan struktur (dengan cara mengganti kekakuan dari beberapa
komponen struktur) dan melihat kinerjanya akibat beberapa level demand yang
dikehendaki secara cepat dalam satu grafik. Titik kinerja merupakan perpotongan
antara spektrum kapasitas dan spektrum demand. Dengan demikian titik kinerja
merupakan representasi dari dua kondisi, yaitu:
1) karena terletak pada spektrum kapasitas, merupakan representasi kekuatan
struktur pada suatu nilai perpindahan tertentu,
2) karena terletak pada kurva demand, menunjukkan bahwa kekuatan struktur
dapat memenuhi demand beban yang diberikan.
Konsep desain kinerja struktur metode spektrum kapasitas pada dasarnya
merupakan prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan peralihan aktual struktur
gedung. Peralihan aktual yang didapat dari hasil tersebut menunjukkan besar
simpangan atap struktur. Perbandingan antara simpangan atap struktur terhadap
tinggi total struktur menunjukkan kinerja struktur.

31

2.5.1.1. Acceleration-Displacement Response Spectrum (ADRS)


Format ADRS merupakan konversi sederhana dari kurva hubungan gaya
geser dasar dengan perpindahan lateral titik kontrol dengan menggunakan properti
dinamis sistem dan hasilnya disebut sebagai kurva kapasitas struktur. Format
ADRS ini adalah gabungan antara acceleration displacement response spectrum
dimana absis merupakan acceleration (Sa) dan ordinat merupakan displacement
(Sd) sedangkan periode T adalah garis miring dari pusat sumbu. Format standar
menjadi format ADRS disajikan pada Gambar.2.2.

Gambar 2.2.. Format standar menjadi format ADRS

32

Konversi kurva hasil analisis pushover ke dalam format ADRS tersebut


menggunakan persamaan sebagai berikut:
Modal participation factor mode 1:
n w1.i1

g
PF1 n i 1
2
( w1.i1 )

g
i 1

.......................................................................................(2.19)

Modal mass coefficient mode 1:


n w1.i1

g
.........................................................................(2.20)
1 n i 1 n
w1 ( w1.i1 ) 2
g
g
i 1
i 1

Spectrum acceleration:
V
S a W .......................................................................................................(2.21)
1

Spectrum displacement:

Sa

roof
PF1.roof ,1

...............................................................................................(2.22)

dengan:
PFi

= modal participation factor untuk mode pertama

= modal mass coefficient untuk mode pertama

Sa

= spectral acceleration

Sd

= spectral displacement

i1

= amplitude untuk mode pertama

33

= gaya geser

= beban mati bangunan ditambah beban hidup

roof = roof displacement

2.5.1.2. Kurva Kapasitas (Capacity Curve)


Fokus dari penyederhanaan analisis nonlinier adalah kurva kapasitas
(pushover curve). Kurva tersebut menampilkan hubungan antara gaya geser dasar
(base shear) versus perpindahan titik acuan pada atap (roof displacement). Pada
metode spektrum kapasitas, kurva pushover dengan modifikasi tertentu diubah
menjadi spektrum kapasitas (capacity spectrum). Proses konversi ke bentuk
spektrum kapasitas disajikan pada Gambar 2.3.

Capacity Curve

Capacity Spectrum
Spectral Acc, Sa

Gaya geser dasar, V (kN)

atap

Perpindahan atap, atap (m)

Spectral Disp, Sd

Gambar 2.3. Proses konversi Capacity curve ke bentuk capacity spectrum

34

2.5.1.3. Demand Spectrum


Demand spectrum merupakan hasil dari response spectrum dalam bentuk
ADRS yang dimodifikasi dengan memasukkan pengaruh effective damping yang
terjadi akibat terbentuknya sendi plastis.
Demand spectrum didapatkan dari spektrum respons elastis yang pada
umumnya dinyatakan dalam satuan percepatan, Sa (m/detik2) dan periode struktur,
T (detik). Sama halnya dengan kurva kapasitas, spektrum respons ini juga perlu
diubah dalam format ADRS menjadi spektrum demand. Gambar 2.4.menunjukkan
spektrum yang sama yang ditampilkan dalam format tradisional (Sa dan T) dan
format ADRS (Sa dan Sd). Pada format ADRS, periode struktur yang sama
merupakan garis lurus radial dari titik nol. Hubungan antara Sa, Sd, dan T, dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

Sd
Sa

(2.23)

T 2
) Sa
2

(2.24)

T 2

Sd (

T1 T2
Periode, T (detik)
Spektrum tradisional
(Sa vs T)

T3

Spektral percepatan,
Sa (m/det2)

Spektral percepatan,
Sa (m/det2)

T1
T2
T3

Spektral perpindahan, Sd (m)


Spektrum ADRS
(Sa vs Sd)

Gambar 2.4. Spektrum respon yang dalam format tradisional dan ADRS

35

Pada gambar 2.4 terlihat bahwa hasil grafik response spektrum dalam
format standar harus diubah terlebih dahulu menjadi grafik response spektrum
dalam format ADRS. Kemudian dalam mendapatkan kurva kebutuhan (demand
spektrum), respons spektrum dalam format ADRS ini direduksi dengan suatu
konstanta. Untuk respons spektrum dengan percepatan yang konstan direduksi
dengan SRA, sedangkan respon spektrum dengan kecepatan yang konstan direduksi
dengan SRv dimana

S RA

S Rv

63,7 K (ay.dpi dy.api )

5
3,21 0,68. ln
api.dpi

2
,
12

63,7 K (ay.dpi dy.api )

5
2,31 0,41. ln
api.dpi

1,65

(2.25)

(2.26)

atau dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana :


3,21 0,68. ln eff
S RA

2,12

2,31 0,41. ln eff


S Rv

1,65

(2.27)
(2.28)

Nilai SRA dan SRv tersebut harus lebih besar dari table 2.5, sedang tipe-tipe
perilaku struktur dapat dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.5. Nilai Minimum SRA dan SRV
Tipe Perilaku struktur

SRA

SRV

0,33

0,5

0,44

0,56

0.56

0,67

36

Tabel 2.6. Tipe Perilaku Struktur


Shaking Duration

Essentially New

Average Existing

Poor Existing

Building

Building

Building

Short

Long

Sumber : ATC 40 1997

2.5.2. Titik Kinerja (Performance Point)


Titik kinerja adalah suatu titik dimana kapasitas struktur sesuai demand dari
gaya gempa. Kinerja (performance) suatu struktur bangunan dapat diketahui
berdasarkan lokasi titik-titik kinerja struktur tersebut. Performance point diperoleh
dengan melakukan plot demand spectrum dengan nilai damping 5% sesuai dengan
kondisi tanah dan wilayah gempa, kemudian menggabungkan demand spectrum
dengan capacity spectrum sehingga diperoleh titik perpotongan antara capacity
spectrum dengan demand spectrum (Gambar 2.5).

Sa

Demand spectrum
Performance point
Capacity spectrum

Sd
Gambar 2.5. Performance Point

37

Setelah performance point diperoleh, dapat diketahui nilai simpangan antar


tingkat dan posisi sendi plastis untuk berbagai periode ulang gempa. Selain itu
dapat ditentukan tingkat kinerja struktur dari simpangan antar tingkat berbagai
periode ulang gempa. Analisis statik non-linear pushover dilakukan dengan bantuan
program analisis struktur ETABS versi 9.0.

2.6. Perkembangan Peraturan Perencanaan Gedung di Indonesia


2.6.1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
Kombinasi Beban Ketentuan disain gempa SNI 2847 memakai dasar disain
kekuatan batas dan bukan disain tingkat layan (elastis). Perbandingan antara
kombinasi beban SNI 2847 2002 dan 1992 dapat dilihat di tabel 2.7. dan sedang
reduksi kekuatan pada tabel 2.8.
Tabel 2.7. Perbandingan Kombinasi Beban menurut SNI 2847 baru dan lama
SNI 2847 2002

SNI 2847 1992

1,4 D
1,2 D +1,6 L +0.5 (A atauR)

1,2 D + 1,6 L

1,2 D +1,0 L + 1,6 W +0.5 (A atauR)

0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W)

0,9 D + 1,6 W

0,9 D + 1,3 W

1,2 D + 1,0 L + 1,0 E

1,05 (D+L+E )

0,9 D+ 1,0 E

0,9 (D +E )

Beban gempa nominal E dalam kombinasi beban di SNI 2847 ini, memakai
beban berfaktor = 1,0 karena E adalah beban ultimate.

38

Tabel 2.8. Faktor Reduksi Kekuatan menurut SNI 2847 2002 dan SNI 1992
Beban Yang Bekerja

SNI 2002

SNI 1992

lentur, tanpa beban aksial

0,8

0,8

tarik aksial, dan tarik aksial dengan lentur

0,8

0,8

komponen dengan tulangan spiral

0,70

0,70

komponen lain

0,65

0,65

geser dan/atau puntir

0,75

0,6

tekan aksial dan tekan aksial dengan lentur :

2.6.2. Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung


Rumus perhitungan gaya geser nominal (V) menurut SNI 1726 2002 berbeda
dengan SKBI 1987 seperti diperlihatkan di Tabel 2.7 dibawah ini.
Tabel 2.9. Rumus Beban Gempa Statik Ekivalen SNI baru dan SKBI 1987
SNI 1726 2002

SKBI 1987

V = (C1 I Wt )/R

V = C I K Wt

C1: Faktor respons gempa

C : Faktor gempa dasar

I : Faktor keutamaan

I : Faktor keutamaan

R : Fakto reduksi gempa

K : Faktor Jenis Struktur

W : Berat total Bangunan

W : Berat total Bangunan

39

2.7. Analisis Kapasitas Komponen Struktur


2.7.1 Kapasitas Lentur Balok
Analisis penampang beton bertulangan tunggal yaitu dengan tulangan tarik
saja didasarkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.6. Distribusi Tegangan dan Regangan Penampang Tulangan Tunggal

Dari gambar 2.6 tersebut ditentukan resultan gaya dalam tarik baja T adalah
T = As. fy

(2.29)

dengan: As = luas tulangan tarik , fy = tegangan tarik baja


Resultan gaya dalam tekan beton C adalah
C = 0,85 fc' .a .b

(2.30)

Dengan :
a

= tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekivalen ;

= lebar penampang

fc' = tegangan tekan beton


Jarak antara resultan gaya-gaya dalam dan merupakan lengan momen, sebesar
z = d-a/2
d = tinggi efektif ( jarak serat teratas terhadap tulangan )
Sehingga kapasitas momen lentur nominal dapat ditulis sebagai berikut :

40

Mn = T. z = As.fy (d - a/2)

(2.31)

2.6.2. Kolom
Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur
lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh total
keseluruhan struktur bangunan.
Pada umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen tekan tidak diawali
dengan tanda peringatan yang jelas, bersifat mendadak. Oleh karena itu, dalam
merencanakan struktur kolom harus memperhitungkan secara cermat dengan
memberikan cadangan kekuatan lebih tinggi dari pada komponen struktur lainnya.
Karena penggunaan di dalam praktek umumnya kolom tidak hanya bertugas
menahan beban aksial vertikal, sehingga definisi kolom diperluas dengan
mencangkup juga tugasnya menahan kombinasi beban aksial dan lentur.
Dengan kata lain kolom harus diperhitungkan untuk menyangga beban aksial tekan
dengan eksentrisitas tertentu.
SNI 03 2847 2002 pasal 12.9 (1) memberikan batasan untuk rasio
penulangan longitudinal komponen struktur tekan non komposit antara 0,01 sampai
0,08.
Untuk menghitung kapasitas penampang kolom dapat digunakan suatu
pendekatan empiris, yaitu :
a. Untuk kolom berpenampang persegi dengan hancur tekan
Pn =

As! f y
b h fc

3he
e
0,50
1,18
d d!
d2

(2.32)

41

b. Untuk kolom berpenampang persegi dengan hancur tarik


2
h 2e
d!
h 2e

Pn = 0,85.fc.b.d

2m 1

2d
2d
d

(2.33)

c. Untuk kolom berpenampang bulat dengan hancur tekan


Pn =

As f y
Ag f c

3e
9,6 h. e
1,0
1,18
Ds
0,8h 0,67 Ds 2

(2.34)

d. Untuk kolom berpenampang bulat dengan hancur tarik


2
0,85 e

g m Ds 0,85 e

Pn = 0,85.fc. h
-
0,38
0,38
h
2,50 h
h
(2.35)

dimana : h = diameter penampang


Ds = diameter lingkaran tulangan terjauh dari sumbu
e = eksentrisitas terhadap pusat plastis penampang

g =

m=

luas penulangan total


Ast
=
Ag
luas penulangan bruto

fy
0,85 f c

Banyak kolom menerima lentur biaksial, yaitu lentur terhadap dua


sumbu. Tiang jembatan hampir selalu menerima lentur biaksial.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam analisis adalah persamaan
interaksi resiprokal yang dikembangkan oleh Prof. Boris Bresler dari University of
California Barkeley. Persamaan ini diperlihatkan dalam Bagian R10.3.6 dari ACI
Commentary adalah sebagai berikut :

42

1
1
1
1

Pn Pnx Pny Po

(2.36)

dimana
Pn = kapasitas beban aksial nominal penampang jika beban ditempatkan pada
eksentrisitas yang ditinjau pada kedua sumbu
Pnx = kapasitas beban aksial nominal penampang jika beban ditempatkan pada
eksentrisitas ex
Pny = kapasitas beban aksial nominal penampang jika beban ditempatkan pada
eksentrisitas ey
Po = kapasitas beban aksial nominal penampang jika beban ditempatkan pada
eksentrisitas 0

2.6.2. Geser
Dasar pemikiran perencanaan penulangan geser adalah usaha menyediakan
sejumlah tulangan baja untuk menahan gaya tarik arah tegak lurus terhadap retak
tarik diagonal sedemikian rupa sehingga mampu mencegah bukaan retak lebih
lanjut. Berdasarkan atas pemikiran tersebut, penulangan geser dapat dilakukan
dalam bebrapa cara, seperti :
Sengkang vertikal
Jaringan kawat baja las yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial
Batang tulangan miring diagonal yang dapat dilakukan dengan cara
membengkok batang tulangan pokok balok ditempat tempat yang diperlukan

Untuk komponen komponen struktur yang menahan geser dan lentur saja
persamaan SNI 03 2847 2002 pasal 13.3 (1) memberikan kapasitas kemampuan
beton untuk menahan gaya geser adalah Vc

43

f
Vc c bw d
6

(2.37)

atau yang lebih rinci

V d b d
Vc f c 120 w u w
Mu 7

(2.38)

dimana : Vc = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton


f c = kuat tekan beton
bw = lebar badan balok atau diameter penampang bulat
d = jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan tarik
longitudinal

w =

As
bw d

Vu = gaya geser terfaktor pada penampang


M u = momen terfaktor pada penampang
Untuk komponen struktur yang menerima gaya aksial kapasitas kemampuan
beton untuk menahan gaya geser adalah
Nu f c
b d
Vc 14Ag
6 w

(2.39)

Apabila gaya geser yang bekerja vu lebih besar dari kapasitas geser beton vc
maka diperlukan penulangan geser untuk memperkuatnya.
Dasar perencanaan tulangan geser adalah :

vn vu
dimana : vn vc vs

44

sehingga : vu vc vs

(2.40)

dimana : vu = gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau


vn = kuat geser nominal
vc = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton
vs = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser

= faktor reduksi
Untuk sengkang yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur
SNI 03 2847 2002 pasal 13.5 (6) memberikan ketentuan :
vs

Av f y d
s

(2.41)

dengan Av adalah luas tulangan geser yang berada dalam rentang jarak s.

2.8. Metode dan Material Perkuatan


Dalam pemilihan metode perkuatan, harus diperhatikan beberapa hal yaitu
kapasitas struktur, lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang tersedia,
kemampuan tenaga pelaksana serta batasan-batasan dari pemilik seperti
keterbatasan ruang kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan biaya
perkuatan.
Metode perkuatan yang umumnya dilakukan adalah :
-

Memperpendek bentang dari struktur dengan konstruksi beton ataupun dengan


konstruksi baja.

45

Tujuannya adalah memperkecil gaya-gaya dalam yang terjadi, tetapi harus


dianalisa ulang akibat dari perpendekan bentang ini yang menyebabkan
perubahan dari gaya-gaya dalam tersebut.
Umumnya dilakukan dengan menambah balok atau kolom baik dari beton
maupun dari baja.

Memperbesar dimensi daripada konstruksi beton.


Umumnya digunakan beton sebagai material untuk memperbesar dimensi
struktur. Dengan adanya admixture beton generasi baru, dimungkinkan
untuk menghasilkan beton yang dapat memadat sendiri (self compacting
concrete). Akibat dari penambahan dimensi tersebut, maka harus
diperhatikan bahwa secara keseluruhan beban dari bangunan tersebut
bertambah, sehingga harus dilakukan analisa secara menyeluruh dari
struktur atas sampai pondasi.

Menambah plat baja.


Tujuan dari penambahan ini adalah untuk menambah kekuatan pada bagian
tarik dari struktur bangunan.
Di dalam penambahan plat baja tersebut, harus dijamin bahwa plat baja
menjadi satu kesatuan dengan struktur yang ada, umumnya untuk menjamin
lekatan antara plat baja dengan struktur beton digunakan epoxy adhesive.

46

Melakukan external prestressing.


Dengan metode ini, kapasitas struktur ditingkatkan dengan melakukan
prestress di luar struktur, bukan didalam seperti pada struktur baru.
Yang perlu diperhatikan adalah penempatan anchor head, sehingga tidak
menyebabkan perlemahan pada struktur yang ada.
Material yang umumnya digunakan adalah baja prestress, tetapi pada saat
ini sudah mulai digunakan bahan dari FRP (Fibre Reinforced Polymer).

Menggunakan FRP (Fibre Reinforced Polymer)


Prinsip daripada penambahan FRP sama seperti penambahan plat baja, yaitu
menambah kekuatan di bagian tarik dari struktur.
Tipe FRP yang sering dipakai pada perkuatan struktur adalah dari bahan
carbon, aramid dan glass. Bentuk FRP yang sering digunakan pada
perkuatan struktur adalah Plate / Composite dan Fabric / Wrap
Bentuk plate lebih efektif dan efisien untuk perkuatan lentur baik pada
balok maupun plat serta pada dinding; sedang bentuk wrap lebih efektif dan
efisien untuk perkuatan geser pada balok serta untuk meningkatkan
kapasitas beban axial dan geser pada kolom.

2.9. Balok Castella


Pada bangunan gedung biasanya balok Castella dimanfaatkan untuk duct
work dan instalasi perpipaan, menggantikan cara-cara konvensional yaitu
menggantungkan pipa atau duct pada balok. Penggunaan profil Castella yang lebih

47

tinggi dari profil I tanpa bukaan, tinggi balok maksimumnya bisa meningkat sampai
dua kali asalnya. Implementasi pada gedung akan mereduksi ketinggian ceiling
terhadap lantai dan akan mereduksi ketinggian gedung secara keseluruhan.
Profil Castella ini dibuat dengan menggunakan suatu profil baja yang
dipotong secara simetris arah zigzag sepanjang garis tengah profil. Pemotongan
dimulai dari arah mendatar pada bagian bawah dengan panjang tertentu, kemudian
naik dengan sudut dan ketinggian tertentu, kembali memotong secara mendatar,
turun lagi dengan sudut dan ketinggian tertentu, kembali dengan pemotongan
mendatar dengan panjang yang sama. Pemotongan dilakukan secara terus menerus
sampai didapatkan panjang tertentu yang diinginkan. Selanjutnya sisi potongan
terluar ditemukan dan disatukan dengan teknik pengelasan. Secara umum sudut
yang digunakan minimum 45o dan maksimum 70o.
Menurut Blodget (1985), rumus tegangan lentur izin Castella didasarkan
pada AISC Sec. 1.5.1.4.5 sebagai berikut :
10,484 h 2
1
0.6 y
Cc 2 tw

(2.42)

dimana :
Cc

2 2 E
y

= tinggi profil

= Modulus elastisitas baja = 2.106 kg/cm2

tw = tebal web
Tegangan geser ijin untuk berbagai sudut pemotongan dapat dilihat pada
tabel berikut.

48

Tabel 2.10. Tegangan geser ijin untuk berbagai sudut pemotongan


Sudut Pemotongan ()

Tegangan geser izin ()

45

45

0,8225

55

35

0,7745

60

30

0,7106

65

25

0,6332

Sumber : Suharjanto, 2005


Dari hasil penelitian yang dilakukan Suharjanto (1985) dengan sudut
pemotongan 60o diketahui bahwa kapasitas daya dukung momen balok Castella
akan mengalami peningkatan cukup signifikan dibanding profil awalnya, yaitu
sekitar 27,78 %. Tahanan gesernya juga meningkat 27,78 %, sedang kekakuan
tampang balok Castella juga mengalami peningkatan cukup berarti. Hal ini terbukti
dengan tereduksinya lendutan sampai 35,683 %.

49

BAB III
METODOLOGI

3.1. Pengumpulan Data


Data yang dipergunakan berupa data sekunder dan diperoleh dari Dinas
Pekerjaan Umum Kota Madiun. Data yang diperoleh berupa :
-

Data gambar

Data Hammer Test

Data Uji Beban Langsung

Foto Lapangan

3.2. Evaluasi kekuatan struktur berdasar SNI 2847 2002 dan SNI 1726 2002
3.2.1 Evaluasi Kekuatan Pelat
Adapun langkah-langkah dalam melakukan evalusi kekuatan pelat lantai :
1. Mengidentifikasi data penampang dan mutu material plat
2. Menentukan beban-beban yang terjadi
3. Menghitung momen yang bekerja pada plat
4. Menghitung momen kapasitas plat
5. Membandingkan momen kapasitas plat dengan momen akibat beban
3.2.2. Pembebanan
Perhitungan pembebanan mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung SNI 1728 1989.

50

Beban beban yang bekerja antara lain :


1. Beban Mati
Beban mati terdiri dari berat sendiri struktur yaitu pelat, balok, kolom dan
dinding.
2. Beban Hidup
Beban hidup untuk ground/hypermarket

400 kg/m2

Beban hidup lantai 2 sampai 4 untuk pertokoan

250 kg/m2

Beban hidup untuk atap

100 kg/m2

3. Beban Gempa
Beban gempa dihitung dengan analisis static equivalent.
Rumus gaya gempa horizontal menurut SNI 1726 2002 :
V = C I Wt/R

(3.1)

dimana :
C

adalah nilai koefisien gempa dasar (C),didasarkan pada penentuan wilayah


gempa dan klasifikasi tanah

adalah faktor keutamaan, didapat dari tabel 1 SNI 1726 2002

Wt adalah berat total bangunan


R

adalah faktor reduksi gempa, didapat dari tabel 2 SNI 1726 2002
Distribusi gaya gempa horisontal didapat dengan rumus :
Fi =

Wi.hi
V
Wi.hi

(3.2)

Beban gempa dihitung 100% arah x dan 30% arah y dan sebaliknya.

51

3.2.3. Analisis Struktur


Analisis struktur dilakukan dengan menggunakan program bantu ETABS 9.0

3.2.4. Evaluasi Kekuatan Balok


Adapun langkah-langkah dalam melakukan evalusi kekuatan balok :
1. Mengidentifikasi data penampang dan mutu material balok
2. Menghitung momen dan gaya lintang (hasil output ETABS)
3. Menghitung momen kapasitas balok dan geser maksimum yang mampu dipikul
balok
4. Membandingkan momen dan kapasitas geser balok dengan momen dan gaya
lintang akibat beban

3.2.5. Evaluasi Kekuatan Kolom


Adapun langkah-langkah dalam melakukan evalusi kekuatan kolom adalah
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi data penampang dan mutu material kolom
2. Menghitung gaya aksial, momen dan gaya lintang kolom (hasil output ETABS)
3. Menghitung gaya aksial maksimum, momen dan geser maksimum yang mampu
dipikul kolom.
4. Membandingkan gaya aksial maksimum dan kapasitas geser kolom dengan
gaya aksial dan gaya lintang akibat beban

52

3.3 Analisis Perkuatan dengan menggunakan balok anak WF Castella


Evaluasi kekuatan balok anak WF Castella dilakukan dengan program bantu
analisis struktur SAP2000.

3.4. Evalusi struktur dengan Pushover Analysis


Tahapan analisis beban dorong adalah sebagai berikut :
a.

Menentukan tipe dan besar beban yang yang terdiri dari 2 macam beban.
Pembebanan pertama, beban mati dan hidup (gravitasi) pada struktur seperti
biasa dengan awal

kondisi saat pembebanan saat struktur masih dalam

keadaan elastis. Sedangkan pembebanan kedua berupa pembebanan arah


lateral, dengan awal kondisi pembebanan dimulai pada kondisi akhir
pembebanan gravitasi sebelumnya.
b.

Meningkatkan pembebanan lateral secara berangsur-angsur sehingga akan


terbentuk sendi-sendi plastis pada lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya
secara bertahap, sampai pada akhirnya struktur mencapai keruntuhan.

c.

Untuk setiap tahap beban, gaya dalam dan deformasi dihitung dan direkam.
Gaya dan deformasi untuk semua tahapan beban sebelumnya akan
terakumulasi untuk menghasilkan gaya dan deformasi total dari semua
komponen.
Langkah tersebut diatas dapat dilakukan secara sistematis dan otomatis oleh
program komputer yang mempunyai kemampuan untuk analisis pushover,
dalam hal ini ETABS. Prosesnya melalui iterasi yang berulang sampai
diperoleh keseimbangan gaya-gaya internalnya.

53

3.5. Diagram Alir Penelitian


Untuk memudahkan dalam langkah-langkah yag dilakukan dalam penelitian
ini maka dibuat flow chart sebagai berikut.
Mulai
Pengumpulan Data

Data Gambar

Data Bahan

Data Beban

Evaluasi struktur

Evaluasi kekuatan
berdasar SNI

Pushover Analysis

Perlu
perkuatan lagi

ya

tidak
Apa Kinerja
tercapai ?

ya

tidak

Perkuatan

Layak Dipakai

Selesai
Gambar 3.1. Flow Chart Penelitian

54

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum
Lantai ground Gedung Timbul Jaya Plaza Madiun dalam perencanaan awalnya
digunakan sebagai kantor bank dengan desain beban hidup 250 kg/m2. Apabila
dialihfungsikan menjadi plaza dengan beban hidup 400 kg/m2 terjadi penambahan
beban sebesar 150 kg/m2 atau 60% dari beban awal. Analisis ulang dilakukan terhadap
struktur untuk mendukung beban baru guna memberi kepastian keamanan bagi
pengguna.

4.2 Data Lapangan


4.21. Mutu Beton
Pengujian bahan telah dilakukan oleh Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan
Universitas Kristen Petra Surabaya pada bagian struktur pelat, balok dan kolom
Gedung Timbul Jaya Plaza. Pengujian yang telah dilakukan adalah dengan
menggunakan Schmidt Rebound Hammer Test.
Hammer test merupakan alat yang ringan dan praktis dalam penggunaannya dan
digunakan untuk mengukur kekerasan permukaan beton. Prinsip kerjanya adalah dengan
memberikan beban impact pada permukaan beton dengan suatu massa melalui tekanan
pegas. Karena timbul tumbukan antara massa tersebut dengan permukaan beton, massa
tersebut akan dipantulkan kembali. Jarak pantulan massa yang terukur memberika
indikasi kekerasan permukaan beton. Kekerasan beton dapat memberikan indikasi kuat
tekannya. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut.

55

Tabel.4.1. Data Hammer Test


Lokasi

Bag

Rebound Hammer

Sudut Rav

Rav ter

Kuat

koreksi

Anvil

Tekan

Plat

39

46

40

38

43

90

41,2

37,4

38,1

378,500

Plat

36

42

45

40

40

90

40,6

36,7

37,4

366,698

Plat

41

37

41

42

44

90

41,0

37,2

37,9

374,557

Plat

50

49

51

50

46

90

49,2

46,0

46,9

542,860

Plat

49

44

49

50

47

90

47,8

44,5

45,3

513,303

Plat

48

48

53

46

49

90

48,8

45,6

46,4

534,386

Plat

50

52

49

49

49

90

49,8

46,7

47,5

555,612

Plat

47

44

47

44

47

90

45,8

42,4

43,1

471,601

Plat

50

51

51

51

48

90

50,2

47,1

48,0

564,139

Balk 30/60

40

38

39

41

38

39,2

39,2

39,9

411,801

Balk 30/60

38

38

39

38

39

38,4

38,4

39,1

396,956

Balk 30/60

48

45

42

41

40

43,2

43,2

44,0

487,664

Balk 30/70

38

40

45

44

45

42,4

42,4

43,2

472,291

Balk 30/70

38

46

42

44

44

42,8

42,8

43,6

479,966

Balk 30/70

48

46

46

46

43

45,8

45,8

46,6

538,228

Balk 30/80

52

48

46

50

44

48,0

48,0

48,9

581,654

Kolom

43

40

38

42

39

40,4

40,4

41,1

434,285

Kolom

45

43

38

44

43

42,6

42,6

43,4

476,125

Kolom

44

43

45

43

44

43,8

43,8

44,6

499,253

Kolom

38

40

40

37

36

38,2

38,2

38,9

393,264

Sumber : Hasil Hammer Test


Dari hasil Hammer Test didapat kuat tekan rata-rata 473,66 kg/cm2, Standar
deviasi 68,72 kg/cm2 dan kuat tekan karakteristiknya didapat 381,57 kg/cm2 . Guna
evaluasi struktur selanjutnya digunakan mutu beton fc 35 MPa untuk plat dan balok.
Sedangkan untuk kolom karena tidak ada data sampel bor inti maka berdasarkan data
gambar yang ada digunakan K250 (untuk analisis kolom digunakan fc 21,5 MPa)
dengan asumsi dalam pembuatan campuran beton untuk kolom site in.

56

4.2.2. Mutu Baja


Mutu baja yang digunakan dalam evaluasi kekuatan struktur ditentukan berdasar
data dari as built drawing dan laporan perhitungan struktur yang menyebutkan bahwa
tulangan yang digunakan adalah U39 dengan tegangan leleh 390 MPa untuk tulangan
deform. Untuk tulangan polos digunakan U 24 dengan tegangan leleh 240 MPa.

4.2.2. Uji Beban Langsung


Di samping Hammer Test, juga telah dilakukan Uji Beban Langsung dengan
menggunakan beban pasir dalam karung. Dari hasil Tes Beban Langsung menunjukkan
sebagai berikut :
- Penurunan maksimum pada balok 30/80 = 0 mm < Batas lendutan maksimum 4 mm
- Penurunan permanent pada balok 30/80 = 0 mm < Batas lendutan permanent 1 mm
- Penurunan maksimum pada balok 30/70 = 2 mm < Batas lendutan maksimum 3,2 mm
- Penurunan permanent pada balok 30/70 = 1 mm < Batas lendutan permanent 1,7 mm
- Penurunan maksimum pada balok 30/60 = 2 mm < Batas lendutan maks 3,7 mm
- Penurunan permanent pada balok 30/60 = 0 mm < Batas lendutan permanent 0,9 mm
- Penurunan maksimum pada plat 6 mm < Batas lendutan maksimum 6,7 mm
- Penurunan permanent pada plat 0 mm < Batas lendutan permanent 1,7 mm
Pada saat pembebanan mencapai 3 lapis terjadi lendutan plat maksimum 6 mm,
lendutan ini sudah mendekati batas lendutan maksimum 6,7 mm dan diindikasikan
dengan terjadinya retak maka makin meyakinkan bahwa beban 3 lapis merupakan
kapasitas beban maksimumnya.

57

Dari hasil tes beban langsung diketahui :


Beban Mati total

408

kg/m2

Beban uji tes beban langsung 3 lapis

624,06

kg/m2

= 1032,06

kg/m2

Beban Uji Total

Beban hidup yang dapat dipikul L

U
1,4 D )
0,85
1,7

Sehingga beban hidup yang dapat dipikul L = 378.23

kg/m2.

Pada ground beban hidup yang baru direncanakan 400 kg/m2, sehingga perlu
dilakukan perkuatan. Untuk lantai 2 sampai 4 tidak perlu diberi perkuatan sebab beban
yang direncanakan tidak mengalami perubahan yaitu 250 kg/m2.
4.3 Evaluasi Struktur Pelat
Adapun data-data pelat sebagai berikut :
Mutu Beton (fc')

35

MPa

Tebal pelat rencana

120

mm

Mutu Baja

240

MPa

Decking

25

mm

Diameter tulangan

mm

Lebar pelat

1000 mm

Momen kapasitas plat


Tulangan yang digunakan 8 100 dengan As = 502,4 mm2

As . f y
0,85. fc.b

502,4 . 240
= 4,05 mm
0,85.35.1000

4,05 -4
a

M n As . f y d = 502,4 .240 95
.10 = 1121,04 kgm
2
2

Mu = 0,9. 1121,04 = 1008,93 kgm

58

Hasil perhitungan momen akibat beban dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel.4.2. Perhitungan momen plat lantai 1 (ground)
Koefisien Momen
Type

Ly

Lx

ly/lx

Momen

Tumpuan

Lapangan

71

40.4

25.4

qU

Tumpuan
Mx

My

Lapangan
Mx

My

617.79

388.41

815.81

804.34

265.31

4.7

3.7

1.28

78.4

1117 1198.87 1085.71

6.37 3.7

1.73

81.3

4.7

3.7

1.28

72.4

55

40.2

20.2

1117 1107.12

841.05

614.73

308.89

6.37 3.7

1.73

79.95

54

51.6

15

1117 1222.57

825.75

789.05

229.38

53.35 52.6 17.35 1117 1243.22

Sumber : Hasil Perhitungan


Mu kapasitas penampang semua type plat arah x pada semua tumpuan 1008,93
kgm < Mu beban sehingga perlu perkuatan.

4.4 Analisis Pembebanan


Simulasi pembebanan yang diberikan pada struktur bangunan gedung Timbul Jaya
Plaza terdiri dari berat sendiri struktur (balok, kolom, pelat beton, dinding), serta beban
hidup gedung.
Besarnya beban yang digunakan dalam perencanaan struktur adalah sebagai berikut:
1.

Beban Mati.

Pembebanan Lantai 1 ( Ground )


a. Berat sendiri pelat lantai

: 288.00

kg / m2

b. Berat screed

74.00

kg / m2

c. Berat finishing (granite tile)

36.00

kg / m2

qd1 = 398.00

kg / m2

59

Beban mati plat (tidak termasuk berat sendiri)

= 110 kg/m2

Pembebanan Lantai 2 s/d 4


a. Berat sendiri pelat lantai

: 288.00

kg / m2

b. Berat screed

74.00

kg / m2

d. Berat finishing (granite tile) :

36.00

kg / m2

f. Berat ducting and ceiling

25.00

kg / m2

qd1 = 423.00

kg / m2

Beban mati plat (tidak termasuk berat sendiri)

= 135 kg/m2

Pembebanan Lantai 5 (atap)


a. Berat sendiri pelat lantai

: 288.00

kg / m2

b. Berat screed + waterproofing :

84.00

kg / m2

c. Berat ducting and ceiling

25.00

kg / m2

qd1 = 397.00

kg / m2

Beban mati plat (tidak termasuk berat sendiri)

2.

= 109 kg/m2

Beban Hidup.

Beban hidup untuk plaza ditentukan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia


untuk Gedung 1989, yaitu:
-

Lantai ground untuk hypermarket

: 400 kg/m2

Lantai 2 4 untuk pertokoan

: 250 kg/m2

Lantai atap

: 100 kg/m2

60

3. Beban Gempa
Peninjauan beban gempa ditinjau secara analisis 3 dimensi dengan metode statik
ekivalen. Ekivalensi beban gempa terhadap struktur gedung Timbul Jaya Plaza dihitung
sebagai berikut :
Beban Gravitasi Bangunan
Lantai ( Ground )

1200 m2

Beban Mati

WD

: 903253.0

kg

Beban Hidup Tereduksi

WL

: 384000.0

kg

: 1287253.0

kg

W total lantai

ground

Lantai ( 2 )

984

m2

Beban Mati

WD

: 961722.6

kg

Beban Hidup Tereduksi

WL

: 196800.0

kg

: 1158522.6

kg

W total lantai
Lantai ( 3-4 ) 965

m2

Beban Mati

WD

: 893533.1

kg

Beban Hidup Tereduksi

WL

: 193000.0

kg

: 1086533.1

kg

W total lantai
Lantai ( Atap )

880

m2

Beban Mati

WD

: 744665.6

kg

Beban Hidup Tereduksi

WL

: 70400.0

kg

W total lantai atap

: 815065.6

kg

Berat total bangunan

: 5433907.4

kg

61

Waktu Getar Empiris ( T )


Tinggi total bangunan hn = 19,5

Untuk gedung berstruktur beton SRPMK Ct = 0.0731 (UBC 1997)


T =

Ct.(hn)3/4

T =

0.678 detik

Kontrol pembatasan T,
=

0.18

Tabel 8 SNI 1726 2002

Jumlah lantai n

T =n

= 0,90 detik >

0.678 ( Ok )

Penentuan Wilayah Gempa


Wilayah gempa dicirikan oleh nilai Percepatan Puncak Efektif Batuan Dasar (PPEBD)
dari masing-masing lokasi bangunan sebagaimana diatur dalam SNI 1726.
Kota Madiun berdasarkan pembagian peta wilayah gempa tersebut termasuk dalam
wilayah 3, merupakan daerah yang memiliki resiko gempa sedang dengan Peak Ground
Acceleration (PGA) berkisar antara 0,10 0,15 g.

Gambar 4.1. Peta Wilayah Gempa Indonesia

62

Koefisien Gempa Dasar ( C )


Berdasar data pada buku Laporan Perhitungan Struktur Proyek Pembangunan Gedung
Mall Madiun maka kondisi tanah Gedung Timbul Jaya Plaza termasuk kategori tanah
sedang. Nilai C yang digunakan Cv/T = 0,33/0,678 = 0,486
Faktor Keutamaan Struktur ( I )
Gedung Timbul Jaya Plaza termasuk gedung umum dengan faktor keutamaan I = 1.
Namun karena dibangun sekitar sepuluh tahun yang lalu maka faktor keutamaan dapat
dikalikan 80% sehingga dapat dipakai nilai I = 0,8.
Faktor Tahanan Lebih ( R )
Gedung Timbul Jaya Plaza dalam analisis ini diasumsikan sebagai Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus dengan nilai R = 8,5
Gaya Geser Horisontal
V = (C1.I/R) Wt
= 0,486. 0,8. 5433907.4 / 8,5
= 248802

kg

Tabel 4.3. Distribusi Gaya Gempa Horisontal


hi

Wi

(m)

(kg)

Atap

19,5

815065.64

15893780

69208.90

15.5

1086533.1

16841263

73334.68

11.5

1086533.1

12495131

54409.60

7.5

1158522.6

8688920

37835.59

2.5

1287253

3218133

14013.24

Lantai

Wi.hi

Fi
(kg)

5433907.4 57137225.68 248802.02


Sumber : Hasil Perhitungan

63

4.

Kombinasi Pembebanan
Komponen pembebanan yang digunakan untuk analisa struktur konstruksi

Gedung Timbul Jaya Plaza Madiun ini terdiri dari beban mati, beban hidup, dan beban
gempa statik ekivalen. Beban-beban tersebut dikombinasikan dengan menambahkan
load factor sebagai berikut :
1.

1.4 DL

2.

1,2DL + 1,6LL

3.

1,2DL + 1,0LL + 1,0 Ex + 0,3 Ey

4.

1,2DL + 1,0LL + 0,3 Ex + 1,0 Ey

dimana:
DL

: Beban Mati

LL

: Beban Hidup

Ex

: Beban Gempa arah x

Ey

: Beban Gempa arah y

Simulasi pembebanan akibat gravity load terhadap struktur yang direncanakan


diterapkan berdasarkan kaidah tributary area, dimana semua beban pada pelat lantai
ditransfer ke elemen balok maupun kolom berdasarkan daerah pengaruh layanan luasan
pembebanan disekitar elemen yang ditinjau.

4.5

Analisis Struktur
Analisa struktur terhadap bangunan gedung Timbul Jaya Plaza ini, menggunakan

asumsi bahwa sistem struktur yang diterapkan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK). Oleh karena itu balok dan kolom dirancang sebagai suatu model

64

elemen yang harus mampu memberikan respons atas pembebanan yang berupa gaya
normal, lintang, dan momen pada 6 derajat kebebasan (degree of freedom) . Kondisi
tersebut dilakukan dengan tidak memberi batasan terhadap derajat kebebasan
(UX,UY,UZ,RX,RY,RZ = 0) pada masing-masing nodal elemen balok. Namun demikian
khusus untuk elemen kolom, nodal pada kaki kolom di restrain untuk membatasi
perpindahannya (UX,UY,UZ,RX,RY,RZ 0).
Model pembebanan gravity load pada elemen balok dimodelkan sebagai uniform
load yang diterima oleh elemen membrane sebagai model pelat. Simulasi pembebanan
akibat gempa ditinjau secara analisis statik ekivalen yang bekerja pada pusat massa
masing-masing lantai (Lihat lampiran)
Penyelesaian persamaan-persamaan statika pada model struktur dilakukan
menggunakan metode elemen hingga (finite element method) yang terdapat pada
program bantu analisa struktur ETABS versi 9.0. Permodelan struktur dari gedung
gedung Timbul Jaya Plaza , dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Permodelan struktur gedung Timbul Jaya Plaza Madiun

65

Hasil analisa struktur (output) yang diharapkan dari proses analisa struktur diatas
adalah berupa gaya-gaya dalam (gaya aksial, gaya lintang, dan momen), displacement
titik nodal, dan reaksi tumpuan dari column base.

4.6. Evaluasi Kekuatan


4.6.1. Evaluasi kekuatan balok
Elemen-elemen struktur balok yang terdapat pada konstruksi gedung Timbul Jaya
Plaza berdasarkan jenis pembesiannya dapat dikategorikan menjadi type balok beton
bertulang biasa ( conventional reinforcement ). Semua type balok dihitung momen
kapasitasnya dan kapasitas gesernya, kemudian dibandingkan dengan momen ultimate
dan geser akibat beban. Balok dikatakan aman apabila :
Mu penampang > Mu akibat beban
Vu penampang > Vu akibat beban.
Balok B 75 ( type B2 ) dengan data sebagai berikut :
Dimensi balok:

Selimut beton (cc)

= 300 mm

= 800 mm
= 30 mm

Tulangan utama (Dtul.utama) = D 19


= 10

Sengkang (s)
Mutu beton

f 'c

= 35 MPa

Mutu baja

fy

= 390 MPa

= h cc s 1 .Dtul .utama
2
= 800 49,5

66

= 750,5 mm

d = cc s 1 .Dtul .utama
2

= 30 + 10 + . 19
= 49,50 mm

Perhitungan momen ultimate balok


Tulangan pokok yang digunakan 11 D 19 As = 3117,24 mm2
a

As . f y
0,85. fc.b

3117,24 .320
= 136,21 mm
0,85.35.300

a
136,21 -4

= As . f y d = 0,9. 3117,24 .390 750,5


.10
2
2

Mu

= 74663.92 kgm

Perhitungan geser ultimate balok


Kuat geser beton
Vc =

1
6

fc .bw.d

1
35.300.750,5 = 222000,9 N
6

Kuat geser baja tulangan


Vs = Av.fy.d/s

= 157. 240. 750,5/100 = 282788,4 N

Kuat geser nominal balok


Vn = Vc + Vs = 504789.3 N = 50478,9 kg
Vn = 0,8 x 50478,9

= 40383.1

kg

Momen kapasitas balok Mu = 74663.92 > Mu beban 34503 kgm sehingga balok aman
terhadap lentur.
Kapasitas geser balok Vu = 40383.1 > Vu beban 24013 kg sehingga balok aman
terhadap geser.

67

Tabel 4.4. Perhitungan Momen Ultimate Balok


Type

Dimensi

Tulangan

As

Mu kap

Lentur

terpasang

kg.m

d'

B2

300

800

49.5

750.50

11

19

3117.24

74663.92

B2c

300

800

49.5

750.50

10

19

2833.85

68492.16

B2a

300

800

47.5

752.50

19

1700.31

42692.74

B2b

400

900

51.5

848.50

18

19

5100.93

136952.10

B1

300

700

47.5

652.50

19

1700.31

36724.65

B1a

300

700

47.5

652.50

19

1416.93

30911.81

B3

300

600

46

554.00

16

1205.76

22331.54

B4

300

800

51.5

748.50

19

1700.31

42454.02

B5

300

700

51.5

648.50

19

1133.54

24816.65

B6

200

600

50

550.00

16

803.84

14774.83

B7

300

600

46

554.00

16

1004.80

18764.47

B8

300

700

48

652.00

16

1406.72

30675.50

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.5. Perhitungan Geser Ultimate Balok


Type

Dimensi

Av

Vc (N)

Vs (N)

Vn (N)

Vu cap(N)

Vu cap(kg)

1/6.fc^0,5.bd

Av.fy.d/s

Vc+Vs

Vn

Vn

B2

300

800

157.00

222000.9

282788.4

504789.3

403831.4

40383.1

B2c

300

800

157.00

222000.9

282788.4

504789.3

403831.4

40383.1

B2a

300

800

100.48

222592.5

181466.9

404059.4

323247.5

32324.8

B2b

400

900

226.08

334652.9

460389.3

795042.2

636033.8

63603.4

B1

300

700

100.48

193012.1

157351.7

350363.8

280291.0

28029.1

B1a

300

700

100.48

193012.1

157351.7

350363.8

280291.0

28029.1

B3

300

600

100.48

163875.4

133598.2

297473.6

237978.9

23797.9

B4

300

800

226.08

221409.3

541506.8

762916.1

610332.9

61033.3

B5

300

700

226.08

191828.9

469161.2

660990.1

528792.1

52879.2

B6

200

600

226.08

108461.5

198950.4

307411.9

245929.5

24592.9

B7

300

600

100.48

163875.4

89065.5

252940.9

202352.7

20235.3

B8

300

700

157.00

192864.2

245673.6

438537.8

350830.2

35083.0

Sumber : Hasil Perhitungan

68

4.6.2. Analisis Kekuatan Kolom


Kolom 600x600 Lantai 1 ( Frame C22 B4)
Pu

= 333686

kg

3336,86 KN

Mux

= 817

kgm

8,1

KNm

Muy

= 158

kgm

1,58

KNm

Vu

= 867

kg

8,67

KN

Cek eksentrisitas
ex =

8,1
Pu
=
= 2,45 mm
Mux 3336,86

< 0,1h = 0,1.600 = 60 mm

ey =

Pu
1,58
=
= 0,47 mm
Muy 3336,86

< 0,1h = 0,1.600 = 60 mm

Karena termasuk kolom dengan eksentrisitas kecil maka untuk cek kapasitas digunakan
rumus
Pn

= 0,85.fc.(Ag-Ast)+ fy. Ast


= 0,85. 21.5 (600x600 12158) + 390.12158
= 11098462 N
= 11098 KN

Pu

= Pn
= 0,75. 11098
= 8323.8 KN > Pu = 3336,86 KN

Perhitungan kapasitas geser dan kekuatan geser nominal yang harus dipikul kolom

Kuat geser beton


Vc

= (1+Nu/14.Ag).

1
6

fc .bw.d

69

Vc

= (1+Nu/14.Ag)

1
21,5.600.560
6

= 550647 N
Kuat geser baja tulangan dengan tulangan geser 10 - 100
Vs

= Av.fy.d/s
= 157. 240. 560 /100
= 211008 N

Vn = Vc + Vs = 761655 N = 76165,5
Vn = 0,8 x 76165,5 = 60932,4

kg
kg

>

Vu = 867

kg

Kolom aman terhadap geser

Kolom 600x600 Lantai 2 ( Frame C16 B3)


Pu

= 228196

kg

2281,96 KN

Mux

= 22967

kgm

229,67 KNm

Muy

= 21898

kgm

218,98 KNm

Vu

= 2112

kg

21,12 KN

Syarat dimensi kolom menurut pasal 23.4(1) terpenuhi bila :


-

kolom sebagai bagial SPBL

menerima beban aksial berfaktor lebih besar dari Ag.fc/10

Ag . fc' 600x600.21,5
=
= 774000 N = 774 KN
10
10
Karena
-

Ag . fc'
kurang dari beban aksial berfaktor 2281,96 KN maka berlaku
10

ukuran penampang terkecil 600 mm > 300 mm

70

rasio

b 600
=
= 1 > 0,4
h 600

Berdasarkan kombinasi beban di atas kolom tengah cukup diberi tulangan 32D22.
Seperti terlihat di gambar 4.3 sebuah diagram interaksi yang dibuat dengan PCACOL.
Prosentase penulangan kolom tersebut memenuhi syarat pasal 23.4.(3).1 yaitu harus
diantara 1 % - 6 %.

Gambar 4.3. Kuat Rencana Diagram Interaksi Kolom

Perhitungan kapasitas geser dan kekuatan geser nominal yang harus dipikul
kolom
Kuat geser beton
Vc

= (1+Nu/14.Ag).

1
6

fc .bw.d

71

Vc

= (1+Nu/14.Ag)

1
21,5.600.560
6

= 377228 N
Kuat geser baja tulangan dengan tulangan geser 10 - 100
Vs

= Av.fy.d/s
= 157. 240. 560 /100
= 211008 N

Vn = Vc + Vs = 588236 N = 58823,6kg
Vn = 0,8 x 58823,6 = 47058,9

kg

>

Vu = 867

kg

Kolom aman terhadap geser

4.7. Evaluasi Perkuatan Struktur


Dari hasil evaluasi penampang plat, dapat diketahui bahwa untuk komponen pelat
perlu diberi perkuatan. Perkuatan yang dilakukan adalah dengan menambah balok anak
di tengah bentang plat. Hal ini dimungkinkan karena penulangan pelat existing 2 lapis,
untuk tulangan tarik dan tekan, sehingga penambahan balok anak tidak mempengaruhi
kekuatan struktur plat. Setelah diberi balok anak ly plat menjadi 3,7 m dan lx 3,35 m,
ly/lx = 1,20 sehingga didapat Ctx = 92,8.
Momen yang bekerja Mtx = - 0,001.Wu. lx .Ctx = - 0,001.1117. 3,35 2. 92,8 =
2

821 kgm. Dari perhitungan sebelumnya diketahui Mu kapasitas plat 1008,93 kgm > 821
kgm sehingga plat lantai 1 (ground) setelah penambahan balok anak dapat menahan
beban hidup 400 kg/m2.

72

Balok anak yang direncanakan menggunakan balok WF Castella 250x125x6x9.


Pemodelan struktur dilakukan dengan menggunakan program bantu SAP2000 versi 8.
Adapun beban yang bekerja pada balok adalah sebagai berikut :
Beban Mati

= 398. (6,67/2)/0,125 = 10666 kg/m2

Beban Hidup = 400. (6,67/2)/0,125 = 10720 kg/m2


Dari hasil analisis struktur didapat tegangan lentur yang bekerja 770 kg/cm2 <
izin 1600 kg/cm2 sehingga balok anak aman terhadap momen.

Gambar 4.4. Kontur Tegangan Balok Castella

Alternatif perkuatan yang dapat dilakukan adalah dengan shotcrete. Shotcrete


dilakukan pada bagian bawah plat dengan ketebalan 30 mm sehingga tebal plat menjadi
150 mm. Dengan penambahan ketebalan plat tersebut Mu akibat beban menjadi sebesar
1323 kgm, sedangkan momen kapasitas plat menjadi 1334 kgm > Mu. Dengan
demikian struktur plat dapat dikatakan aman.

73

4.8. Evaluasi Kinerja


4.8.1. Kinerja Batas Bangunan
4.8.1.1 Kinerja Batas Layan
Simpangan antar tingkat (s) akibat pengaruh beban gempa nominal dibatasi agar tidak
terjadi pelelehan baja ataupun retak beton yang berlebihan disamping kenyamanan
hunian. Pembatasan ini dinamakan batas Kinerja Beban Layan (KBL), yang besarnya
(0,03/R).hi atau 30 mm.
Tabel 4.6. Analisis s akibat gempa arah x
Lantai

Atap
4.00
3.00
2.00
1.00

hi

(m)

( mm)

drif antar
tingkat
( mm )

19.50
15.50
11.50
7.50
2.50

13.316
11.947
9.505
6.084
0.894

1.37
2.44
3.42
5.19
0.89

Syarat drif

Ket

14.12
14.12
14.12
17.65
8.82

OK
OK
OK
OK
OK

Syarat drif

Ket

Tabel 4.7. Analisis s akibat gempa arah y


Lantai

Atap
4.00
3.00
2.00
1.00

(m)

( mm)

drif antar
tingkat
( mm )

19.50
15.50
11.50
7.50
2.50

14.704
12.686
10.108
6.454
0.906

2.02
2.58
3.65
5.55
0.91

hi

14.12
14.12
14.12
17.65
8.82

OK
OK
OK
OK
OK

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa struktur masih memenuhi kinerja batas layan.

74

4.8.1.2 Kinerja Batas Ultimate


Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antartingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana dalam kondisi
struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya
keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk
mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur gedung yang
dipisah dengan sela pemisah (sela delatasi). Simpangan dan simpangan antar-tingkat ini
harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal,
dikalikan dengan suatu faktor pengali = 0,7 R karena termasuk gedung beraturan.
Pembatasan Kinerja Beban Layan (KBU) besarnya 0,02 h.
Tabel 4.8. Analisis m akibat gempa arah x
Lantai
Atap
4.00
3.00
2.00
1.00

hi

(m)
19.50
15.50
11.50
7.50
2.50

( mm)
13.316
11.947
9.505
6.084
0.894

drif antar
tingkat
( mm )
1.37
2.44
3.42
5.19
0.89

drif antar
tingkat
( mm )
8.15
14.53
20.35
30.88
5.32

Syarat drif
m
80.00
80.00
80.00
100.00
50.00

Ket
OK
OK
OK
OK
OK

Sumber : Hasil Perhitungan


Tabel 4.9. Analisis m akibat gempa arah y
Lantai
Atap
4.00
3.00
2.00
1.00

hi

(m)
19.50
15.50
11.50
7.50
2.50

( mm)
14.704
12.686
10.108
6.454
0.906

Sumber : Hasil Perhitungan

drif antar
tingkat
( mm )
2.02
2.58
3.65
5.55
0.91

drif antar
tingkat
( mm )
12.01
15.34
21.74
33.01
5.39

Syarat
drif
m
80.00
80.00
80.00
100.00
50.00

Ket
OK
OK
OK
OK
OK

75

Dari hasil evaluasi kinerja berdasar Kinerja Batas ultimate SNI 1726 2002
perpindahan maksimumnya 14,7 mm masih dibawah batas KBU 0,02h = 0,02.19,5 =
0,39 m = 39 cm.

4.8.2. Analisis Pushover


4.8.2.1. Prosedur Analisis Pushover
Analisis pushover dilakukan dengan metode spektrum kapasitas (capacity
spectrum method) sesuai prosedur B dokumen ATC 40, 1996. Analisis pushover dengan
prosedur B bersifat analitis dan sangat cocok dilakukan dengan bantuan program.
Dalam penelitian ini, proses analisis dilakukan dengan bantuan program ETABS V9
Nonlinear.
a. Penentuan distribusi sendi
- Elemen kolom menggunakan tipe sendi default-PMM ( hubungan gaya aksial dengan
momen (diagram interaksi P-M))
-

Elemen balok menggunakan tipe sendi default-M3 (balok efektif menahan momen
dalam arah sumbu kuat /sumbu-3)
Ketika dilakukan input tipe sendi pada balok dan kolom, menu relative distance diisi
angka 0 dan 1. Angka nol menunjukkan pangkal balok atau kolom dan angka satu
menunjukkan ujung balok atau kolom. Proses input tipe sendi pada balok dan kolom
disajikan pada Gambar 4.4. dan Gambar 4.5.

76

Gambar 4.5. Input sendi default PMM dan M3


b. Static nonlinear case
Pada analisis pushover , dilakukan dua macam running sebagai berikut:
1). GRAV : proses push-nya dilakukan oleh beban mati (dead load) dan beban hidup
(live load).
2). PUSH2 : proses push-nya dilakukan oleh displacement (0,78 m = 4% dari total
tinggi bangunan) dan beban lateral BGY
Proses input static nonlinear case disajikan pada Gambar 4.6. dan Gambar 4.7.

77

Gambar 4.6. Input GRAV case

Gambar 4.7. Input PUSH2 case

Berdasarkan Gambar 4.6. dan Gambar 4.7., dapat ditentukan monitor target
peralihan pada sumbu-y, sesuai dengan arah pola beban. Pengisian parameter pada
PUSH case step-step analisis pushover dengan trial and error. Pada maximum null

78

steps diisi 130, sedangkan maximum total steps diisi 700. Hasil runningnya disajikan
pada Gambar 4.9.

Gambar 4.8. Hasil running analisis pushover


Gambar 4.8. menunjukkan bahwa pada saved steps ke 38, program telah berhenti
sendiri. Iterasi berhenti pada total steps 662 dan analisis dapat selesai dengan baik
(analysis complete).

c.

Perhitungan Performance Point

Perhitungan performance point menurut ATC 40 prosedur B sebagai berikut:


1. Menggambar response spectrum dengan redaman 5%, 10%, 15% dan 20%.

79

5%
10%
15%
20%

Gambar 4.9. Damped response spectrum


2. Mentransformasikan/mengubah kurva kapasitas (pushover curve) ke dalam bentuk
spektrum kapasitas.

5% damped response
spectrum
Capacity spectrum

Gambar 4.10. Hasil transformasi kurva kapasitas ke spektrum kapasitas

3. Melakukan plot terhadap demand spectrum dengan nilai damping 5% sesuai dengan
kondisi tanah dan wilayah gempa.

80

Gambar 4.11. Hasil plot demand spectrum dengan nilai damping


4. Melakukan penggabungan antara demand spectrum dengan capacity spectrum
sehingga diperoleh titik perpotongan kurva yang merupakan titik kinerja
(performance point) bangunan.

Gambar 4.12. Hasil penggabungan demand spectrum dengan capacity spectrum

81

4.8.2.2. Hasil dan Pembahasan


a. Output Analisis Pushover
Evaluasi dilakukan untuk setiap titik yang berpotensi mengalami sendi plastis,
yang lokasinya ditentukan dalam model analisis. Untuk menghindari keruntuhan pada
sambungan yang bersifat getas, semua sendi plastis pada balok dianggap terjadi di muka
kolom dengan asumsi 2h dari as. Minimum pada satu balok terdapat dua buah sendi
plastis pada ujung-ujungnya.
Hasil analisis pushover yang dilakukan dengan program Etabs Nonlinear V9.0
adalah kurva kapasitas (capacity curve), skema kelelehan berupa distribusi sendi plastis
yang terjadi dan titik kinerja (performance point).

b.

Kurva Kapasitas (Pushover Curve)


Hasil evaluasi perilaku seismik struktur pasca elastik adalah berupa kurva

kapasitas (pushover curve) dan skema kelelehan/distribusi sendi plastis. Kurva kapasitas
dan skema kelelehan/distribusi sendi plastis selengkapnya disajikan pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Kurva kapasitas (pushover curve)

82

Berdasarkan hasil perhitungan iterasi, analisis pushover berhenti pada step ke38. Gambar 4.14. menunjukkan hubungan antara gaya geser dasar (ton) dengan
perpindahan (m) dari step ke-1 sampai step ke-38, yaitu step dimana struktur telah
mengalami keruntuhan (collapse). Dari gambar didapat perpindahan maksimum struktur
sebesar 0,2925 m, kemudian struktur bergoyang ke arah berlawanan, mengalami
penurunan gaya geser dasar dan mendadak collapse. Untuk mengetahui distribusi sendi
plastis secara lebih jelas dapat dilakukan peregangan kurva kapasitas.
Perubahan kemiringan dari kurva kapasitas tersebut menunjukkan adanya leleh
pada komponen struktur. Dari hasil plot sendi plastis ke dalam kurva tersebut, dapat
diketahui bahwa pada step ke-38 analisis pushover, struktur gedung sudah termasuk
dalam kategori lebih rendah dari Life Safety (LS).
Berdasarkan Gambar 4.14. dapat diketahui besarnya gaya lateral maksimum
yang masih mampu ditahan oleh struktur, yaitu sebesar 829.150 kg yang terjadi pada
step-33 pushover analysis. Pada step tersebut, displacement yang terjadi sebesar 0,2878
m, sedangkan pada step ke-34, gaya lateral yang mampu ditahan oleh struktur menurun
yaitu sebesar 817.799 kg.
Pada metode spektrum kapasitas (ATC 40), kurva pushover dengan modifikasi
tertentu diubah menjadi spektrum kapasitas (capacity spectrum). Hasil konversi ke
bentuk spektrum kapasitas output dari analisis pushover disajikan pada Gambar 4.14.

83

Gambar 4.14. Spektrum kapasitas (capacity spectrum)


Gambar 4.14. menunjukkan gambar spektrum kapasitas yang kemudian
dibandingkan dengan response spectrum yang telah diubah dalam format accelerationdisplacement response spectrum, ADRS (Sa, Sd)

c. Titik Kinerja (Performance Point)


Dari kurva Respons Spektrum Rencana SNI 1726-2002 untuk wilayah gempa 3,
kondisi tanah sedang, didapat nilai Ca = 0,23 dan Cv = 0,33 sebagai input analisis
pushover dalam format ADRS. Titik kinerja (performance point) hasil analisis pushover
disajikan pada Gambar 4.15.

84

Performance
Point

Gambar 4.15. Titik kinerja (performance point)

Gambar 4.15. menunjukkan titik kinerja struktur gedung dengan nilai redaman
efektif (eff) yang diperoleh adalah 3,355 %. Nilai tersebut lebih kecil dari batasan
redaman efektif maksimum yang diijinkan menurut ATC40 yaitu 29 %. Hasil evaluasi
selengkapnya disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Evaluasi kinerja struktur sesuai ATC 40
Performance point

Gaya
geser dasar
(ton)

Vt
(ton)

Dt
(m)

eff
(%)

Teff
(detik)

248,8

824,467

0,278

3,355

0,210

Pada Tabel 4.10. dapat dilihat besarnya nilai gaya geser dasar Vt = 824,467 ton
> Vy = 248,8 ton. Maka berdasarkan metode spektrum kapasitas (ATC 40, 1996)
perilaku struktur arah Y pada gempa rencana telah mengalami kondisi in-elastis yang
disebabkan pelelehan pada sendi-sendi plastisnya.

85

Batasan maksimum displacement = 0,02 H = 0,02 . 19,5 m = 0,39 m. Target


displacement hasil analisis pushover sebesar 0,278 m < 0,39 m, sehingga memenuhi
syarat keamanan.

d.

Sendi Plastis (Plastic Hinge)


Sendi plastis akibat momen lentur dapat terjadi pada struktur dimana beban yang

bekerja melebihi kapasitas momen lentur yang ditinjau. Gambar distribusi sendi plastis
step pertama hasil analisis pushover disajikan pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Terbentuknya sendi plastis pada step-1 pushover analysis

86

Gambar 4.16. merupakan gambar sendi plastis step pertama hasil analisis
pushover. Berdasarkan gambar tersebut, sendi plastis step pertama, terjadi pada ujung
balok lantai 2 As B. Letak sendi plastis pada step pertama secara lebih jelas disajikan
pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17. Sendi plastis pada portal As B step pertama pushover analysis

Sendi plastis hasil analisis pushover pada step pertama terletak pada beberapa
ujung balok lantai 2 dari As B dan balok lantai 1 As A. Sendi plastis tersebut terletak
pada kategori B yang ditandai dengan titik warna merah jambu. Hal ini menunjukkan
keadaan leleh pertama pada struktur sesuai dengan kurva kriteria kinerja ATC 40.

87

Gambar 4.18. Sendi plastis pada step ke-38 pushover analysis

Gambar 4.18. menunjukkan bahwa distribusi sendi plastis hasil analisis pushover pada
gedung yang ditinjau pada step ke-38 secara 3D. Sedang gambar distribusi sendi plastis
pada step-38 secara 2D As B disajikan pada Gambar 4.19. Pada gambar tersebut terlihat
sendi plastis sudah terjadi pada semua kolom bawah.

88

Gambar 4.19. Sendi plastis pada portal As-B step ke-38

Berdasarkan kurva kapasitas dapat diketahui batasan rasio drift atap yang
dievaluasi pada performance point (PP), yang mana parameternya adalah maksimum
total drift dan maksimum inelastik drift.
Ada hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
Maksimum total drift =

Dt
0,278

= 0,014
H total
19,5

Maksimum inelastik drift =

(D t D1 )
(0,278 - 0,0641)

= 0,011
H total
19,5

Berdasarkan batasan rasio drift atap menurut ATC 40, hasil perhitungan di atas
menunjukkan bahwa gedung yang ditinjau dalam studi ini termasuk dalam level kinerja
Damage Control (DC). Damage control sebenarnya bukan merupakan level kinerja

89

pokok, tetapi merupakan sebutan untuk kondisi kerusakan struktur bangunan yang
berada pada range antara level immediate occupancy, SP-1 sampai level life safety, SP3. Pada level LS bila gempa terjadi, struktur mampu menahan gempa, dengan sedikit
kerusakan struktural, manusia yang tinggal / berada pada bangunan tersebut terjaga
keselamatannya dari gempa bumi.

90

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teknis yang telah dilakukan terhadap kondisi struktur utama
gedung Timbul Jaya Plaza didapat kesimpulan sebagai berikut :
1.

Perkuatan struktur Gedung Timbul Jaya Plaza dengan menambah balok anak dari
WF castella 250x125x6x9 cukup dapat diandalkan untuk menerima beban rencana
yang baru 400 kg/m2.

2.

Struktur balok dan kolom existing cukup aman sehingga tidak perlu dilakukan
perkuatan.

3.

Dari hasil analisis struktur diketahui struktur masih memenuhi syarat Kinerja Batas
Layan dan Kinerja Batas Ultimate

4.

Dari analisis pushover diketahui struktur masuk kategori Damage Control.

5.2. Saran
Saran-saran yang dapat dikemukakan antara lain :
1.

Untuk lantai 2 sampai 4 karena tidak dilakukan perkuatan seperti lantai 1/ground
perlu diberikan pembatasan beban karena dari hasil uji beban langsung beban
hidup maksimum yang mampu dipikul 378 kg/m2.

2.

Perlu dilakukan studi dengan menggunakan metode lain seperti metode koefisien
perpindahan (displacement coeffisien method) sesuai FEMA 356 dan FEMA 440.

91

Daftar Pustaka

Applied Technology Council 40 Applied Technology Council (ATC). 1996. Seismic


Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings. ATC-40. Volume 1. Redwood
City, California : ATC
Badan Standarisasi Nasional , SNI 03 2847 2002
Badan Standarisasi Nasional, SNI 03 1726 2002
Agus, Novera, Yosfi, Analysis of Eligibility of Building Structure Designed Based On
SKBI 1987 Compared to SNI 1726 2002 in Padang City, Earthquake
Engineering and Infrastructure and Building Retrofitting, Yogyakarta, 2006
Christiawan, Evaluasi Kinerja dan Perkuatan Struktur Gedung Guna Alih Fungsi
Bangunan, Master Thesis UGM, 2007
Chu Kia Wang, Salmon C, Reinforced Concrete Design, Erlangga, 1994
Computer and Structure, Inc, ETABS Manual, Integrated Building Design Manual,
California Barkeley, 2001
Dewobroto, W, Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000, Elex Media
Computindo, 2005
Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994.
Hartono, Prajitno, dan Pelupessy, Pertimbangan Perbaikan dan Perkuatan Struktur
Bangunan Pasca Gempa , Seminar HAKI Inkindo, 8-9 Juni 2006
Lumantarna, Seismic Performance Evaluation Of Building With Pushover Analysis,
2007
Muntafi Y, Evaluasi Kinerja Seismik Gedung Simetri Empat Lantai Dengan Analisis
Statik Nonlinier (Pushover), Tugas Akhir UNS, 2008

92

Proyeksi , Up grade Gedung Tua, edisi April 2005


Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press,
2005
Suharjanto, Kajian Banding Secara Numerik Kapasitas dan Perilaku Balok Baja
Castella menggunakan Program SAP2000, Media Komunikasi Teknik Sipil,Vol.
13 No.2 Edisi XXXII Juni 2005
Tarigan, Kajian Struktur Bangunan Di Kota Medan Terhadap Gaya Gempa Di Masa
Yang Akan Datang, library.usu.ac.id , 2007
Yustina N, Tingkat Kinerja Struktur Gedung Bertulang Tahan Gempa dengan Analisis
Pushover berdasarkan ATC 40-1997, Seminar Regional Material, Desain dan
Rekayasa Konstruksi pada Bangunan Tahan Gempa, Malang, 2007

Lampiran A
PERHITUNGAN BERAT BANGUNAN
Berat Lantai

Beban Mati
Plat

0.12

0.035

Screed

Finishing (Granite Tile)

Dinding

Balok arah y

Balok arah x

Kolom

1200

2400

345600.0 kg

1200

2100

88200.0 kg

1200

36

43200.0 kg

0.15

1.7

32

1700

2=

27744.0 kg

0.15

1.7

30

1700

1=

13005.0 kg

0.3

0.7

30

2400

6=

90720.0 kg

0.3

0.6

30

2400

5=

64800.0 kg

0.3

0.8

40

2400

5=

115200.0 kg

0.3

0.8

32

2400

18432.0 kg

0.4

0.9

2400

6912.0 kg

40

29.6

5920.0 kg

0.5

0.6

2.5

2400

8=

14400.0 kg

0.6

0.6

2.5

2400

32 =

69120.0 kg

903253.0 kg

384000.0 kg

Beban Hidup
Koef reduksi beban hidup

0.8

Beban hidup per m2 plasa

400

Beban Hidup

0.8

Berat Lantai

1200
=

Berat Lantai

400
1287253.0

kg

Beban Mati
Plat

0.12

984

2400

283392.0 kg

Screed

0.035

984

2100

72324.0 kg

Finishing (Granite Tile)

984

36

35424.0 kg

Ducting+Ceiling

Dinding

Balok arah y

Balok arah x

984

25

24600.0 kg

0.15

4.2

40

1700

2=

85680.0 kg

0.15

4.3

1700

2=

10965.0 kg

0.3

0.7

30

2400

5=

75600.0 kg

0.3

0.7

2400

2=

6048.0 kg

0.3

0.6

30

2400

3=

38880.0 kg

0.3

0.6

2400

4=

10368.0 kg

0.3

0.7

6.67

2400

2=

6723.4 kg

0.3

0.6

6.67

2400

1=

2881.4 kg

0.3

0.7

6.67

2400

2=

6723.4 kg

0.3

0.6

6.67

2400

1=

2881.4 kg

0.3

0.8

40

2400

4=

92160.0 kg

0.3

0.8

26.5

2400

2=

30528.0 kg

0.2

0.6

13.5

2400

2=

7776.0 kg

Lampiran A
0.3

0.8

1.5

2400

2=

1728.0 kg

Lampiran A
Kolom

0.5

0.6

2400

8=

28800.0 kg

0.6

0.6

2400

32 =

138240.0 kg

961722.6 kg

1=

196800.0 kg

Beban Hidup
Koef reduksi beban hidup

0.8

Beban hidup per m2 kantor

250

Beban Hidup

0.8

Berat Lantai
Berat Lantai

984
=

250
1158522.6

kg

2400

3, 4

Beban Mati
Plat

0.12

965

277920.0 kg

Screed

0.035

965

2100

70927.5 kg

Finishing (Granite Tile)

0.01

965

2400

23160.0 kg

Ducting+Ceiling

965

25

24125.0 kg

Dinding

0.15

3.2

40

1700

2=

65280.0 kg

0.15

3.3

1700

2=

8415.0 kg

0.3

0.7

30

2400

5=

75600.0 kg

Balok arahy

Balok arah x

Kolom

0.3

0.7

2400

2=

6048.0 kg

0.3

0.6

30

2400

3=

38880.0 kg

0.3

0.6

2400

2=

4320.0 kg

0.3

0.6

2400

2=

5184.0 kg

0.3

0.7

6.67

2400

2=

6723.4 kg

0.3

0.6

6.67

2400

1=

2881.4 kg

0.3

0.7

6.67

2400

2=

6723.4 kg

0.3

0.6

6.67

2400

1=

2881.4 kg

0.3

0.6

2400

2=

6912.0 kg

0.3

0.8

40

2400

4=

92160.0 kg

0.3

0.8

26.5

2400

2=

30528.0 kg

0.2

0.6

13.5

2400

2=

7776.0 kg

0.3

0.8

1.5

2400

2=

1728.0 kg

0.3

0.6

2400

2=

1728.0 kg

0.5

0.6

2400

8=

23040.0 kg

0.6

0.6

2400

32 =

110592.0 kg

893533.1 kg

1=

193000.0 kg

Beban Hidup
Koef reduksi beban hidup

0.8

Beban hidup per m2 kantor

250

Beban Hidup

0.8

Berat Lantai

965
=

250
1086533.1

kg

Lampiran A

Lampiran A
Berat Lantai 4 ( Atap )
Beban Mati
Penutup atap

11.6

11

Gording C 150

7.51

Plafon

20

18

Rafter WF 250

11.6

14.8

1716.8 kg

Plat

0.12

880

2400

253440.0 kg

Screed + waterproofing =

0.04

880

2100

73920.0 kg

1148.4 kg

1081.4 kg

2880.0 kg

Ducting+Ceiling

880

25

22000.0 kg

Dinding

0.15

3.2

40

1700

2=

65280.0 kg

0.15

3.3

1700

2=

8415.0 kg

0.3

0.7

30

2400

5=

75600.0 kg

0.3

0.7

2400

2=

5040.0 kg

0.3

0.6

30

2400

3=

38880.0 kg

0.3

0.6

2400

4=

8640.0 kg

0.3

0.8

40

2400

4=

92160.0 kg

0.3

0.8

24

2400

2=

27648.0 kg

0.5

0.6

2400

8=

11520.0 kg

0.6

0.6

2400

32 =

55296.0 kg

744665.6 kg

70400.0 kg

Balok arah y

Balok arah x

Kolom

Beban Hidup
Koef reduksi beban hidup

0.8

Beban hidup per m2 plasa

100

Beban Hidup

0.8

Berat Lantai 10 ( Atap )

880
=

Berat Total Bangunan


Lantai

Tinggi Kolom

Berat (kg)

Atap

19.5

815065.6

15.5

1086533.1

11.5

1086533.1

7.5

1158522.6

2.5

1287253.0
5433907.4

100
815065.6

kg

Lampiran A

Lampiran A

Reaksi perletakan
Beban Mati
Penutup atap

11.2

13

582.4 kg

Gording C 150

7.51

270.4 kg

Plafon

10

18

720.0 kg

Rafter WF 250

11.2

14.8

165.8 kg

Kolom WF 250

0.8

14.8

11.8 kg
1750.4 kg

Beban Hidup
Penutup atap

100

WF 2

50

10

500.0 kg

Lampiran A

Lampiran A

Lampiran A

Lampiran A

Lampiran A

Lampiran A

Lampiran A

Perhitungan Waktu Getar Alami


T empirik ( preliminary )
Tx = Ty =

0.0731

H^(3/4)

0.0731

19.5

0.678

detik

^3/4

T fundamental berdasar SNI 03 1726 2002


z

T=

dimana :
z =

0.18

n=

Wilayah Gempa 3 Tabel 8 SNI 1726 2002


jumlah tingkat

sehingga didapat
T=

0.90

detik

Dari data di atas


T empirik

0.678
Wilayah Gempa 3

Jenis Tanah

sedang

Dengan menggunakan diagram respons spektrum didapat


C1 =

0.486

Perhitungan gaya geser horisontal V


V=

C1

Wt

R
dimana
R=

8.5

faktor reduksi gempa Daktilitas Penuh

I=

0.8

faktor keutamaan gedung

Wt = 5,433,907

kg

Berat total bangunan

sehingga
V=

0.486 x

0.8 x

5,433,907

8.5
= 248802.02

kg

Distribusi gaya geser gempa horisontal sepanjang tinggi bangunan


check rasio tinggi gedung dengan lebar gedung searah pembebanan
Pada arah x
H =
A

19.5
30

0.65

< 3

OK

Pada arah Y
H =

19.5

0.49

< 3

OK

40

Fix terbagi sepanjang tinggi bangunan dengan rumus


Wi . hi
.Vx
Wi . hi

Fix =

hi

Wi

(m)

(kg)

Atap

19.5

815065.64

15893780

69208.90

15.5

1086533.1

16841263

73334.68

11.5

1086533.1

12495131

54409.60

7.5

1158522.6

8688920

37835.59

2.5

Lantai

1287253
5433907.4

Wi.hi

Fi
(kg)

3218133

14013.24

57137225.68

248802.02

Perhitungan Waktu Getar Alami Fundamental


Lantai
hi
Wi
di
(m)
(kg)
mm
Atap
19.5
815065.6
14.704
4
15.5
1086533.1
12.686
3
11.5
1086533.1
10.108
2
7.5
1158522.6
6.454
1
2.5
1287253.0
0.906
5433907.4
n

T= 2

Wi . di

di^2
mm2
216.21
160.93
102.17
41.65
0.82

Fi
(kg)
69208.90
73334.68
54409.60
37835.59
14013.24
248802.02

Wi.di^2

Fi. di

176223399
174860765
111012895
48257235
1056623.6
511410918

1017648
930323.8
549972.3
244190.9
12696
2754831

i 1

Fi . d i

i 1

0.853

detik

Nilai T yang diizinkan =


0.8 T Rayleigh
= 0.8 x
=
0.682
Memenuhi syarat pasal 6.2 SNI 1726 2002

< T empiris
0.853
detik

<

0.9

detik

Dimensi kolom memiliki kekakuan lateral yang cukup terhadap pembebanan gempa

Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas Ultimate


Syarat drif D s =

0,03 h/R =

Syarat drif D s =

0,02 h

Lantai
Atap
4.00
3.00
2.00
1.00

hi
(m)
19.50
15.50
11.50
7.50
2.50

Ds
( mm)
14.704
12.686
10.108
6.454
0.906

14.12
30.00

mm
mm

80

mm

Analisa D s akibat gempa arah y


drif antar tingkat Syarat drif
( mm )
Ds
2.02
14.12
2.58
14.12
3.65
14.12
5.55
17.65
0.91
8.82

Ket
OK
OK
OK
OK
OK

Struktur memenuhi syarat kinerja batas layan SNI Ps 8.1.2


Struktur memenuhi syarat kinerja ultimate layan SNI Ps 8.2.1
Struktur masih dalam fase elastis
Lantai
Atap
4.00
3.00
2.00

hi
(m)
19.50
15.50
11.50
7.50

Ds
( mm)
14.704
12.686
10.108
6.454

drif antar tingkatdrif antar tingkatSyarat drif


( mm )
( mm )
Dm
2.02
12.01
80.00
2.58
15.34
80.00
3.65
21.74
80.00
5.55
33.01
100.00

Ket
OK
OK
OK
OK

OK

1.00

2.50

0.906

0.91

5.39

50.00

OK

4
4
4
5
2.5

4
4
4
5

2.5

Perhitungan Waktu Getar Alami Fundamental


Lantai
hi
Wi
di
(m)
(kg)
mm
Atap
19.5
815,066
13.316
4
15.5
1,086,533
11.947
3
11.5
1,086,533
9.505
2
7.5
1,158,523
6.084
1
2.5
1,287,253
0.894
5,433,907
n

T= 2

Wi . di

di^2
mm2
177.315856
142.730809
90.345025
37.015056
0.799236

Fix
(kg)
69208.90
73334.68
54409.60
37835.59
14013.24

Wi.di^2

Fix. di

144524062
155081748
98162860.1
42882778.9
1028818.94
441680268

921585.72
876129.44
517163.27
230191.74
12527.84
2557598

detik

OK

i1

Fi . d i

i 1

0.833

detik

Nilai T yang diizinkan =

0.8 T Rayleigh
= 0.8 x
=
0.667
Memenuhi syarat pasal 6.2 SNI 1726 2002

< T empiris
0.833
detik

<

0.9

Dimensi kolom memiliki kekakuan lateral yang cukup terhadap pembebanan gempa

Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas Ultimate


Syarat drif D s =

0,03 h/R =

Syarat drif D s =

0,02 h

Lantai

hi
(m)

Ds
( mm)

14.12
30.00

mm
mm

80

mm

Analisa D s akibat gempa arah x


drif antar tingkat
Syarat drif
( mm )
Ds

6
Ket

As 6

Lantai

Atap
4
3
2
1

Atap
4.00
3.00
2.00
1.00

19.50
15.50
11.50
7.50
2.50

13.316
11.947
9.505
6.084
0.894

1.37
2.44
3.42
5.19
0.89

14.12
14.12
14.12
17.65
8.82

OK
OK
OK
OK
OK

4
4
4
5
2.5

Struktur memenuhi syarat kinerja batas layan SNI Ps 8.1.2


Struktur memenuhi syarat kinerja ultimate layan SNI Ps 8.2.1
Struktur masih dalam fase elastis
Lantai
Atap
4.00
3.00
2.00
1.00

hi
(m)
19.50
15.50
11.50
7.50
2.50

Ds
( mm)
13.316
11.947
9.505
6.084
0.894

drif s antar tingkat drif m antar tingkat


( mm )
( mm )
1.37
8.15
2.44
14.53
3.42
20.35
5.19
30.88
0.89
5.32

Syarat drif
Dm
80.00
80.00
80.00
100.00
50.00

Ket
OK
OK
OK
OK
OK

4
4
4
5
2.5

hi
(m)
0
0
0
0
0

Wi
(kg)
0
0
0
0
0
0

di
( cm )
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000

di^2
( cm2 )
0
0
0
0
0

Fix
(kg)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Wi.di^2

Fix. di

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

Massa Lantai
Lantai
Tebal plat
5
4
3
2
1

0.12
0.12
0.12
0.12
0.12

Luas
880
965
965
998.8
1200

Massa
kg
253440.0
277920.0
277920.0
287654.4
345600.0

Momen Inersia Massa


52,800,000.00
57,900,000.00
57,900,000.00
59,928,000.00
72,000,000.00

Lampiran B

Perhitungan Pusat Massa


Lantai 1
Uraian
A

Ukuran
40
30

Luas
1200

X
20

Y
15

1200

Lantai 2
Uraian
A
B
C
D
E1
F1
G

Ukuran
24
30
2.5
18
16
6
16
6
1.5
5.67
1.5
5.67
1.5
6.66

24000

X=

20.000

Y=

15.000

Luas
720
45
96
96
8.505
8.505
9.99

AX
24000

X
12
25.25
32
32
39.5
39.5
39.25

AY
18000
18000

Y
15
15
3
27
8.835
21.175
15

AX
AY
8640
10800
1136.25
675
3072
288
3072
2592
335.9475 75.14168
335.9475 180.0934
392.1075 149.85

C
E
A

F
984

16984.25 14760.09

X=

17.260

Y=

15.000

Lampiran B

Lantai 3,4
Uraian
A
B
C
D
E1
E2
E3
F1
F2
F3

Ukuran
24
2.5
16
16
2

30
18
6
6
2

Luas
720
45
96
96
4

X
12
25.25
32
32
39

Y
15
15
3
27
7

AX
8640
1136.25
3072
3072
156

AY
10800
675
288
2592
28

C
E

A
2

39

23

965

156

16232.25

X=

16.821

Y=

15.000

92

14475
D

C
Atap
Uraian
A
C
D

Ukuran
24
30
16
16

5
5

Luas
720

X
12

Y
15

AX
8640

AY
10800

80
80

32
32

2.5
27.5

2560
2560

200
2200

880

13760

X=

15.636

Y=

15.000

13200

Perhitungan Pusat Kekakuan


Lantai 1
Uraian
1A
1B
1C
1D
1E
1F
2A
2B
2C
2D
2E
2F
3A
3B
3C
3D
3E
3F
4A
4B
4C
4D
4E
4F
5A
5B
5C
5D
5E
5F
6A
6B
6C
6D
6E
6F

Ukuran
50
60
60
60
60
60
60
50
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
50
60
60
60
60
60
60
50

60
50
60
60
60
60
50
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
50
60
60
60
60
50
60

I
900000
625000
1080000
1080000
1080000
1080000
625000
900000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
900000
625000
1080000
1080000
1080000
1080000
625000
900000

E
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000

L
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250

K
162432
112800
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
112800
162432
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
162432
112800
194918.4
194918.4
194918.4
194918.4
112800
162432
7338317
X=
=
Y=

X
0
60
800
1600
2400
3200
3940
4000
0
800
1600
2400
3200
4000
0
800
1600
2400
3200
4000
0
800
1600
2400
3200
4000
0
800
1600
2400
3200
4000
0
60
800
1600
2400
3200
3940
4000

KX
0
6768000
155934720
311869440
467804160
623738880
444432000
649728000
0
155934720
311869440
467804160
623738880
779673600
0
155934720
311869440
467804160
623738880
779673600
0
155934720
311869440
467804160
623738880
779673600
0
155934720
311869440
467804160
623738880
779673600
0
6768000
155934720
311869440
467804160
623738880
444432000
649728000
14676633600

2000.000 cm
20.000 m
15.000 m

Perhitungan Pusat Kekakuan


Lantai 2
Uraian
1A
1B
1C
1D
1E
1F
2A
2B
2C
2D
2E
2F
3A
3B
3C
3D
3E
3F
4A
4B
4C
4D
4E
4F
5A
5B
5C
5D
5E
5F
6A
6B
6C
6D
6E
6F

Ukuran
50
60
60
60
60
60
60
50
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60

60
50
60
60
60
60
50
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60

I
900000
625000
1080000
1080000
1080000
1080000
625000
900000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000

E
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000

L
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500

K
20304
14100
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
14100
20304
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8

X
0
60
800
1600
2400
3200
3940
4000
0
800
1600
2400
3200
4000
0
800
1600
2400

KX
0
846000
19491840
38983680
58475520
77967360
55554000
81216000
0
19491840
38983680
58475520
77967360
97459200
0
19491840
38983680
58475520

60
60
60
60
60

60
60
60
60
60

1080000
1080000
1080000
1080000
1080000

235000
235000
235000
235000
235000

500
500
500
500
500

24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8

4000
0
800
1600
2400

97459200
0
19491840
38983680
58475520

60
60
60
60
60
60
60
50
60
60
60
60
60
60
50

60
60
60
60
60
60
60
60
50
60
60
60
60
50
60

1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
900000
625000
1080000
1080000
1080000
1080000
625000
900000

235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000

500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500

24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
20304
14100
24364.8
24364.8
24364.8
24364.8
14100
20304
868560

4000
0
800
1600
2400
3200
4000
0
60
800
1600
2400
3200
3940
4000

97459200
0
19491840
38983680
58475520
77967360
97459200
0
846000
19491840
38983680
58475520
77967360
55554000
81216000
1678644480

X=
=
Y=

1932.675 cm
19.327 m
15.000 m

Lantai 3 ke atas
Uraian
Ukuran
1A
50
60
1B
60
1C
60
1D
60
1E
60
1F
60
50
2A
60
2B
60
2C
60
2D
60
2E
60
2F
60
3A
60
3B
60
3C
60
3D
60
3E
3F
60
4A
60
4B
60
4C
60
4D
60
4E
4F
60
5A
60
5B
60
5C
60
5D
60
5E
60
5F
60
6A
50
60
6B
60
6C
60
6D
60
6E
60
6F
60
50

60
50
60
60
60
60
50
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60

I
900000
625000
1080000
1080000
1080000
1080000
625000
900000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000

E
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000

L
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400

K
39656.25
27539.06
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
27539.06
39656.25
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5

X
0
60
800
1600
2400
3200
3940
4000
0
800
1600
2400
3200
4000
0
800
1600
2400

KX
0
1652343.75
38070000
76140000
114210000
152280000
108503906.3
158625000
0
38070000
76140000
114210000
152280000
190350000
0
38070000
76140000
114210000

60
60
60
60
60

1080000
1080000
1080000
1080000
1080000

235000
235000
235000
235000
235000

400
400
400
400
400

47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5

4000
0
800
1600
2400

190350000
0
38070000
76140000
114210000

60
60
60
60
60
60
60
60
50
60
60
60
60
50
60

1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
1080000
900000
625000
1080000
1080000
1080000
1080000
625000
900000

235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000
235000

400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400

47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
39656.25
27539.06
47587.5
47587.5
47587.5
47587.5
27539.06
39656.25
1696406

4000
0
800
1600
2400
3200
4000
0
60
800
1600
2400
3200
3940
4000

X=
=
Y=

190350000
0
38070000
76140000
114210000
152280000
190350000
0
1652343.75
38070000
76140000
114210000
152280000
108503906.3
158625000
3278602500

1932.675 cm
19.327 m
15.000 m

Untuk gempa arah y


Pusat
Massa

Pusat
Kekakuan

e teoritik

e tambahan

e pusat massa
baru

Xbaru

Xv

Xr

ex

dex = 1,5.ex+0,05b

exb = ex + dex

Xr+exb

20.000

20.000

0.000

2.000

2.000

22.000

15

17.260

19.327

-2.066

-1.100

-3.166

16.161

15

16.821

19.327

-2.506

-1.759

-4.264

15.062

15

16.821

19.327

-2.506

-1.759

-4.264

15.062

15

15.636

19.327

-3.690

-3.536

-7.226

12.101

15

Pusat
Massa

Pusat
Kekakuan

e teoritik

e tambahan

e pusat massa
baru

Ybaru

Yv

Yr

ey

dey = 1,5.ey+0,05b

eyb = ey + dey

Yr + eyb

15.000

15.000

0.000

1.500

1.500

16.500

20.000

15.000

15.000

0.000

1.500

1.500

16.500

17.260

15.000

15.000

0.000

1.500

1.500

16.500

16.821

15.000

15.000

0.000

1.500

1.500

16.500

16.821

15.000

15.000

0.000

1.500

1.500

16.500

15.636

Lantai

Untuk gempa arah x


Lantai

Massa lantai dan Momen inersia massa


Lantai

Luas

Massa (kg)

Momen inersia

Ket

M = Bv.V
1

1200.000

345600.0

72000000.0

984.000

283392.0

59040000.0

965.000

277920.0

57900000.0

965.000

277920.0

57900000.0

880.000

253440.0

52800000.0

1
M (b 2 h 2 )
12

Lampiran C

TABEL PERHITUNGAN EVALUASI KEKUATAN PLAT LANTAI 1

(GROUND)

Sebelum diberi balok anak


Type

Ly

Lx

Koefisien Momen
Tumpuan
Lapangan

ly/lx

Momen
qU

Tumpuan

Mx

Lapangan

My

Mx

Ket

My

4.7

3.7

1.28

78.4

71

40.4

25.4

1117

1198.87 1085.71

617.79

388.41

Perkuatan

6.37

3.7

1.73

81.3

53.35

52.6

17.35

1117

1243.22

815.81

804.34

265.31

Perkuatan

4.7

3.7

1.28

72.4

55

40.2

20.2

1117

1107.12

841.05

614.73

308.89

Perkuatan

6.37

3.7

1.73

79.95

54

51.6

15

1117

1222.57

825.75

789.05

229.38

Perkuatan

Setelah diberi balok anak


Type

Ly

Lx

Koefisien Momen
Tumpuan
Lapangan

ly/lx

Momen
qU

Tumpuan

Lapangan

Mx

My

Mx

My

Ket

A'

3.7

2.5

1.48

92.8

74.8

51

21.8

1117

647.86

522.20

356.04

152.19

OK

B'

3.7

3.35

1.11

65.5

54.55

32.95

22.8

1117

821.08

683.81

413.05

285.81

OK

C'

3.7

2.5

1.48

77.6

54.6

18.6

20.2

1117

541.75

381.18

129.85

141.02

OK

D'

3.7

3.35

1.11

57.6

52.65

29.95

23.35

1117

722.05

660.00

375.44

292.70

OK

Lampiran C
MODEL PLAT LANTAI 1 (GROUND)

TABEL PERHITUNGAN EVALUASI KEKUATAN PLAT LANTAI

Type

Ly

Lx

ly/lx

Koefisien Momen
Tumpuan
Lapangan
x

(2)
Momen

qU

Tumpuan

Lapangan

Mx

My

Mx

My

Ket

4.7

3.7

1.271

77.68

70.775 39.91

25.58

907

964.54

878.80

495.49

317.62

OK

6.37

3.7

1.722

81.22

53.39

52.44

17.39

907

1008.49

662.93

651.14

215.93

OK

4.7

3.7

1.271

72.13

55

39.84

20.29

907

895.63

682.93

494.69

251.94

OK

6.37

3.7

1.722

79.83

54

51.44

15

907

991.24

670.51

638.72

186.25

OK

6.37

1.7

3.748

83

49

65

16

907

217.56

128.44

170.38

41.94

OK

6.37

1.7

3.748

112

112

113

20

907

293.58

293.58

296.20

52.42

OK

6.37

1.7

3.748

83

49

65

16

907

217.56

128.44

170.38

41.94

OK

3.7

0.7

5.286

83

49

65

16

907

36.89

21.78

28.89

7.11

OK

F
H

MODEL PLAT LANTAI 2

TABEL PERHITUNGAN EVALUASI KEKUATAN PLAT LANTAI


Type

Ly

Lx

ly/lx

Koefisien Momen
Tumpuan
Lapangan
x

( 3-4)
Momen

qU

Tumpuan

Lapangan

Ket

Mx

My

Mx

My

4.7

3.7

1.271

77.68

70.775 39.91

25.58

907

964.54

878.80

495.49

317.62

OK

6.37

3.7

1.722

81.22

53.39

52.44

17.39

907

1008.49

662.93

651.14

215.93

OK

4.7

3.7

1.271

72.13

55

39.84

20.29

907

895.63

682.93

494.69

251.94

OK

6.37

3.7

1.722

79.83

54

51.44

15

907

991.24

670.51

638.72

186.25

OK

6.37

1.7

3.748

83

49

65

16

907

217.56

128.44

170.38

41.94

OK

3.7

0.7

5.286

83

49

65

16

907

36.89

21.78

28.89

7.11

OK

H
D

MODEL PLAT LANTAI 3-4

TABEL PERHITUNGAN EVALUASI KEKUATAN PLAT LANTAI

Koefisien Momen
Tumpuan
Lapangan

(ATAP)

Momen

Type

Ly

Lx

ly/lx

Mx

My

Mx

My

4.7

3.7

1.271

77.68

70.775 39.91

25.58

636.4

676.77

616.61

347.66

222.86

OK

6.37

3.7

1.722

81.22

53.39

52.44

17.39

636.4

707.61

465.15

456.87

151.51

OK

4.7

3.7

1.271

72.13

55

39.84

20.29

636.4

628.42

479.18

347.10

176.77

OK

6.37

3.7

1.722

79.83

54

51.44

15

636.4

695.50

470.47

448.16

130.68

OK

4.7

3.7

1.271

77.42

77.42

42.49

19.29

636.4

674.51

674.51

370.14

168.06

OK

4.7

3.7

1.271

101.2

101.2

43.45

24.29

636.4

881.64

881.64

378.55

211.62

OK

qU

Tumpuan

MODEL PLAT ATAP

Ket

Lapangan

Perhitungan Momen Kapasitas Plat


Data :
b=
h=
d' =
d=

1000
120
25
95

mm
mm
mm
mm

fc =
fy =

35 Mpa
240 MPa

Tulangan
As =

D 8 - 100
502.40

a=

4.05 mm

Mn = As.fy(d-a/2)
= 11210374 Nmm
= 1121.04 kgm
Mu = 1008.934 kgm

Perhitungan Momen Kapasitas Plat


Data :
b=

1000 mm

h=

120 mm

d' =

25 mm

d=

95 mm

fc =

55 Mpa

fy =

240 MPa

Mutu Beton aktual

Tulangan D 8 - 100
As = 502.40
a=

2.58 mm

Mn = As.fy(d-a/2)
= 11329371.25 Nmm
=

1132.94

Mu = 1019.6

kgm
kgm

TABEL PERHITUNGAN EVALUASI KEKUATAN PLAT LANTAI

Sebelum diberi balok anak


Type

Ly

Lx

ly/lx

Koefisien Momen
Tumpuan
Lapangan
x

Momen
qU

Tumpuan

Lapangan

Mx

My

Mx

My

Ket

4.7

3.7

1.28

78.4

71

40.4

25.4

1008

1081.88

979.77

557.50

350.51

Perkuatan

6.37

3.7

1.73

81.3

53.35

52.6

17.35

1008

1121.90

736.20

725.85

239.42

Perkuatan

4.7

3.7

1.28

72.4

55

40.2

20.2

1008

999.09

758.97

554.74

278.75

OK

6.37

3.7

1.73

79.95

54

51.6

15

1008

1103.27

745.17

712.06

206.99

Perkuatan

Mx = Mu cap pada nilai fc =

55

Mpa

Lampiran D

Perhitungan Evaluasi Momen Kapasitas Balok


Lantai 1

Lantai 2

Lokasi

Type

M kap

M ult

Ket

No

Kombinasi

Lokasi

Type

M kap

M ult

Ket

No

Kombinasi

B2a

42692.74

24419

OK

B4

B2a

42692.74

27924

OK

B4

B2

74663.9232

30901

OK

B35

B2c

68492.16

36728

OK

B35

B2b

136952.105

44236

OK

B34

B2c

68492.16

37910

OK

B34

B2

74663.9232

34503

OK

B75

B2c

68492.16

40567

OK

B75

B2

74663.9232

33123

OK

B107

B2c

68492.16

43215

OK

B107

B2

74663.9232

38334

OK

B148

B2c

68492.16

40014

OK

B148

B2a

42692.7403

27691

OK

B181

B2a

42692.74

31908

OK

B181

B1a

30911.8105

18779

OK

B82

B1a

30911.81

21405

OK

B82

AB

B3

22331.5359

16011

OK

B115

AB

B3

22331.54

13906

OK

B115

B1

36724.65

22967

OK

B86

B1

36724.65

23394

OK

B86

B1

36724.65

21734

OK

B90

B1

36724.65

21872

OK

B90

B1

36724.65

21154

OK

B94

B1

36724.65

19084

OK

B94

B1

36724.65

16227

OK

B26

B5

24816.65

16724

OK

B26

B1a

30911.8105

16501

OK

B73

B1a

30911.81

15522

OK

B73

Lampiran D

Lantai 3

Lantai 4

Lokasi

Type

M kap

M ult

Ket

No

Kombinasi

Lokasi

Type

M kap

M ult

Ket

No

Kombinasi

B2a

42692.7403

25479

OK

B4

B2a

42692.74

22018

OK

B4

B2c

68492.1613

34113

OK

B35

B2c

68492.16

30359

OK

B35

B2c

68492.1613

33654

OK

B34

B2c

68492.16

29114

OK

B34

B2c

68492.1613

36499

OK

B75

B2c

68492.16

31788

OK

B75

B2c

68492.1613

39146

OK

B107

B2c

68492.16

36540

OK

B107

B2c

68492.1613

35574

OK

B148

B2c

68492.16

30100

OK

B148

B2a

42692.7403

28673

OK

B181

B2a

42692.74

24300

OK

B181

B1a

30911.8105

17704

OK

B82

B1a

30911.81

13602

OK

B82

AB

B3

22331.5359

13887

OK

B115

AB

B3

22331.54

13884

OK

B115

B1

36724.65

20068

OK

B86

B1

36724.65

16358

OK

B86

B1

36724.65

18857

OK

B90

B1

36724.65

15495

OK

B90

B1

36724.65

16426

OK

B94

B1

36724.65

13440

OK

B94

B5

24816.6464

12921

OK

B26

B5

24816.65

9236

OK

B26

B1a

30911.8105

14288

OK

B73

B1a

30911.81

12232

OK

B73

Lampiran D

Lantai 5
Lokasi

Type

M kap

M ult

Ket

No

Kombinasi

B2a

42692.7403

11866

OK

B4

B2c

68492.1613

22294

OK

B35

B2c

68492.1613

21731

OK

B34

B2c

68492.1613

24940

OK

B75

B2c

68492.1613

25099

OK

B106

B2c

68492.1613

22933

OK

B149

B2a

42692.7403

12848

OK

B181

B1a

30911.8105

8272

OK

B82

AB

B3

22331.5359

10382

OK

B115

B1

36724.65

10623

OK

B86

B1

36724.65

10200

OK

B90

B1

36724.65

7024

OK

B94

B5

24816.6464

4333

OK

B26

B1a

30911.8105

4848

OK

B73

Lampiran D

PERHITUNGAN MOMEN KAPASITAS BALOK

fc =

35

Mpa

fy =

390

Mpa

Type

Dimensi

Mu kap

kg.m

B1

300

700

36724.65

B1a

300

700

30911.81

B2

300

800

74663.92

B2a

300

800

42692.74

B2b

400

900

136952.10

B2c

300

800

68492.16

B3

300

600

22331.54

B4

300

800

42454.02

B6

200

600

14774.83

B8

300

700

30675.50

Lampiran D

Perhitungan Evaluasi Kapasitas Geser Balok


Lantai 1

Lantai 2

Lokasi

Type

V Kap

V Ult

Ket

No

Kombinasi

Lokasi

Type

V Kap

V Ult

Ket

No

Kombinasi

B2a

32324.75

14892

OK

B4

B2a

32324.75

15713

OK

B4

B2

40383.1435

21410

OK

B35

B2c

40383.14

20251

OK

B35

B2b

63603.378

25268

OK

B34

B2c

40383.14

21156

OK

B34

B2

40383.1435

24013

OK

B75

B2c

40383.14

22557

OK

B75

B2

40383.1435

22236

OK

B107

B2c

40383.14

22417

OK

B107

B2

40383.1435

21893

OK

B148

B2c

40383.14

21681

OK

B148

B2a

32324.7505

15852

OK

B181

B2a

32324.75

16885

OK

B181

B1a

28029.1026

10273

OK

B82

B1a

28029.1

10670

OK

B82

AB

B3

23797.8894

12149

OK

B115

AB

B3

23797.89

10804

OK

B115

B1

28029.1026

14700

OK

B86

B1

28029.1

13626

OK

B86

B1

28029.1026

14294

OK

B90

B1

28029.1

13124

OK

B90

B1

28029.1026

14714

OK

B94

B1

28029.1

11611

OK

B94

B1

28029.1026

12723

OK

B26

B1

28029.1

11820

OK

B26

B1a

28029.1026

12158

OK

B73

B1a

28029.1

10196

OK

B73

Lampiran D

Lantai 3

Lantai 4

Lokasi

Type

V Kap

V Ult

Ket

No

Kombinasi

Lokasi

Type

V Kap

V Ult

Ket

No

Kombinasi

B2a

32324.7505

15079

OK

B4

B2a

32324.75

14166

OK

B4

B2c

40383.1435

19514

OK

B35

B2c

40383.14

18508

OK

B35

B2c

40383.1435

19864

OK

B34

B2c

40383.14

18507

OK

B34

B2c

40383.1435

21362

OK

B75

B2c

40383.14

19971

OK

B75

B2c

40383.1435

23299

OK

B107

B2c

40383.14

20611

OK

B107

B2c

40383.1435

20376

OK

B148

B2c

40383.14

18867

OK

B148

B2a

32324.7505

16021

OK

B181

B2a

32324.75

14849

OK

B181

B1a

28029.1026

9453

OK

B82

B1a

28029.1

8105

OK

B82

B3

23797.8894

10816

OK

B115

B3

23797.89

10824

OK

B115

B1

28029.1026

12533

OK

B86

B1

28029.1

11315

OK

B86

B1

28029.1026

12133

OK

B90

B1

28029.1

11028

OK

B90

B1

28029.1026

10736

OK

B94

B1

28029.1

9745

OK

B94

B1

28029.1026

10053

OK

B26

B1

28029.1

8263

OK

B26

B1a

28029.1026

9330

OK

B73

B1a

28029.1

8681

OK

B73

Lampiran D

Lantai 5
Lokasi

Type

V Kap

V Ult

Ket

No

Kombinasi

B2a

32324.7505

7641

OK

B4

B2c

40383.1435

14425

OK

B35

B2c

40383.1435

14931

OK

B34

B2c

40383.1435

16284

OK

B75

B2c

40383.1435

14369

OK

B106

B2c

40383.1435

15139

OK

B149

B2a

32324.7505

7949

OK

B181

B1a

28029.1026

5786

OK

B82

B3

23797.8894

8232

OK

B115

B1

28029.1026

8318

OK

B86

B1

28029.1026

8181

OK

B90

B1

28029.1026

5369

OK

B94

B1

28029.1026

5373

OK

B26

B1a

28029.1026

2936

OK

B73

Lampiran D

PERHITUNGAN MOMEN KAPASITAS BALOK

fc =

35

Mpa

fy =

390

Mpa

Dimensi

Type

Vu cap (kg)

q Vn

B1

300

700

28029.1

B1a

300

700

28029.1

B2

300

800

40383.1

B2a

300

800

32324.8

B2b

400

900

63603.4

B2c

300

800

40383.1

B3

300

600

23797.9

B4

300

800

61033.3

B6

200

600

24592.9

B8

300

700

35083.0

PERHITUNGAN MOMEN KAPASITAS BALOK


fc =

35

Mpa

0.0393

fy =

390

Mpa

0.0295

Type

Dimensi

Tulangan
Lentur

As

Mu kap

terpasang

kg.m

r min =

0.0036

r<r max

d'

B2

300

800

49.5

750.50

11

19

3117.24

74663.92

0.01385

OK

B2c

300

800

49.5

750.50

10

19

2833.85

68492.16

0.01259

OK

B2a

300

800

47.5

752.50

19

1700.31

42692.74

0.00753

OK

B2b

400

900

51.5

848.50

18

19

5100.93

136952.10

0.01503

OK

B1

300

700

47.5

652.50

19

1700.31

36724.65

0.00869

OK

B1a

300

700

47.5

652.50

19

1416.93

30911.81

0.00724

OK

B3

300

600

46

554.00

16

1205.76

22331.54

0.00725

OK

B4

300

800

51.5

748.50

19

1700.31

42454.02

0.00757

OK

B5

300

700

51.5

648.50

19

1133.54

24816.65

0.00583

OK

B6

200

600

50

550.00

16

803.84

14774.83

0.00731

OK

B7

300

600

46

554.00

16

1004.80

18764.47

0.00605

OK

B8

300

700

48

652.00

16

1406.72

30675.50

0.00719

OK

min
14774.83

PERHITUNGAN KAPASITAS GESER BALOK


fc =

35

Mpa

fy =

240

Mpa

Type

Dimensi

Av

Vc (N)

Vs (N)

Vn (N)

Vu cap
(N)

Vu cap
(kg)

Vc+Vs

q Vn

q Vn

B2

300

800

157.00 222000.9 282788.4 504789.3 403831.4 40383.1

B2c

300

800

157.00 222000.9 282788.4 504789.3 403831.4 40383.1

B2a

300

800

100.48 222592.5 181466.9 404059.4 323247.5 32324.8

B2b

400

900

226.08 334652.9 460389.3 795042.2 636033.8 63603.4

B1

300

700

100.48 193012.1 157351.7 350363.8 280291.0 28029.1

B1a

300

700

100.48 193012.1 157351.7 350363.8 280291.0 28029.1

B3

300

600

100.48 163875.4 133598.2 297473.6 237978.9 23797.9

B4

300

800

226.08 221409.3 541506.8 762916.1 610332.9 61033.3

B5

300

700

226.08 191828.9 469161.2 660990.1 528792.1 52879.2

B6

200

600

226.08 108461.5 198950.4 307411.9 245929.5 24592.9

B7

300

600

100.48 163875.4

B8

300

700

157.00 192864.2 245673.6 438537.8 350830.2 35083.0

1/6.fc^0,5.bd Av.fy.d/s

89065.5 252940.9 202352.7 20235.3

min
20235.27

Lampiran E
ETABS v9.0.0

File:TJP FINAL

P U S H O V E R

Units:Kgf-m

February 1, 2009 7:34

PAGE 1

Base Force

A-B

CP-C

C-D

D-E

C U R V E

Pushover Case PUSH2


Step

Displacement

B-IO IO-LS LS-CP

>E TOTAL

-1.271E-05

0.0000

2498

2500

0.0148

167653.1094

2413

87

2500

0.0308

294683.2813

2348

152

2500

0.0469

374200.0313

2281

219

2500

0.0641

436689.9063

2227

261

12

2500

0.0798

483633.8438

2187

276

37

2500

0.0976

531585.6875

2141

297

62

2500

0.1151

574627.1250

2103

309

82

2500

0.1311

610309.3125

2080

311

94

15

2500

0.1499

649607.6250

2054

308

109

29

2500

10

0.1661

681484.3750

2019

325

110

46

2500

11

0.1821

710731.6875

1988

338

114

60

2500

12

0.1988

738456.6875

1965

336

127

72

2500

13

0.2182

767341.1250

1944

333

137

86

2500

14

0.2358

791845.0625

1922

334

143

100

2500

15

0.2481

807700.7500

1920

336

143

100

2500

Lampiran E
Step

Displacement

Base Force

A-B

B-IO IO-LS

LS-CP

CP-C

C-D

D-E

>E TOTAL

16

0.2482

801877.0625

1920

335

144

100

2500

17

0.2485

802934.4375

1897

348

135

116

2500

18

0.2616

819706.6875

1897

348

135

115

2500

19

0.2616

803670.3750

1895

349

134

117

2500

20

0.2628

809471.0625

1895

349

134

116

2500

21

0.2633

810962.4375

1893

349

136

115

2500

22

0.2633

802443.1875

1892

350

136

115

2500

23

0.2636

804330.8125

1892

349

137

114

2500

24

0.2650

808915.5000

1873

343

148

127

2500

25

0.2806

827442.8750

1873

343

148

127

2500

26

0.2806

827442.8750

1871

345

148

127

2500

27

0.2806

822530.0625

1871

344

149

127

2500

28

0.2809

823706.4375

1870

344

150

127

2500

29

0.2812

824575.5625

1870

344

150

126

2500

30

0.2815

825056.2500

1868

346

150

126

2500

31

0.2816

820381.2500

1867

347

150

126

2500

32

0.2819

821765.9375

1857

354

149

127

2500

33

0.2878

829150.0625

1855

353

152

126

12

2500

34

0.2878

817799.1875

1854

354

150

125

16

2500

35

0.2878

801311.6875

1851

357

148

127

16

2500

36

0.2899

811067.1250

1849

357

148

129

16

2500

37

0.2925

816781.1875

1846

360

148

129

16

2500

38

0.2098

138467.6719

2500

2500

Lampiran E

ETABS v9.0.0

File:TJP FINAL

P U S H O V E R

Units:Kgf-m

February 1, 2009 7:35

C A P A C I T Y / D E M A N D

PAGE 1

C O M P A R I S O N

Pushover Case PUSH2


Step

Teff

eff

Sd(C)

Sa(C)

Sd(D)

Sa(D)

ALPHA

PF*

Lampiran E
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
20
21
23
24
25
28
29
30
32
33
36
37

1.780
1.780
1.919
2.092
2.262
2.398
2.530
2.641
2.731
2.825
2.898
2.965
3.032
3.108
3.173
3.218
3.229
3.274
3.300
3.300
3.314
3.313
3.363
3.372
3.372
3.373
3.381
3.399
3.447
3.449

0.050
0.000
0.050 9.337E-03
0.083
0.020
0.119
0.030
0.146
0.041
0.161
0.051
0.171
0.063
0.177
0.074
0.180
0.085
0.182
0.097
0.184
0.108
0.185
0.118
0.187
0.128
0.189
0.141
0.192
0.152
0.193
0.159
0.197
0.160
0.198
0.168
0.207
0.168
0.206
0.168
0.211
0.168
0.209
0.169
0.210
0.179
0.213
0.179
0.212
0.179
0.212
0.179
0.215
0.179
0.215
0.183
0.226
0.183
0.225
0.185

0.000
0.012
0.021
0.027
0.032
0.036
0.040
0.043
0.046
0.049
0.052
0.054
0.056
0.059
0.061
0.062
0.062
0.063
0.062
0.062
0.062
0.062
0.064
0.063
0.063
0.063
0.063
0.064
0.062
0.063

0.146
0.146
0.137
0.134
0.136
0.139
0.144
0.149
0.153
0.157
0.161
0.164
0.167
0.170
0.173
0.175
0.174
0.177
0.175
0.175
0.174
0.175
0.178
0.177
0.177
0.177
0.177
0.178
0.177
0.177

0.185
0.185
0.150
0.124
0.107
0.098
0.091
0.086
0.082
0.079
0.077
0.075
0.073
0.071
0.069
0.068
0.067
0.066
0.065
0.065
0.064
0.064
0.063
0.063
0.063
0.063
0.062
0.062
0.060
0.060

1.000
0.810
0.792
0.782
0.777
0.774
0.770
0.767
0.763
0.761
0.758
0.756
0.753
0.751
0.748
0.747
0.747
0.745
0.746
0.746
0.747
0.747
0.746
0.746
0.746
0.746
0.746
0.746
0.748
0.749

1.000
1.582
1.581
1.573
1.564
1.559
1.551
1.546
1.545
1.545
1.545
1.546
1.549
1.552
1.555
1.556
1.558
1.559
1.563
1.563
1.565
1.566
1.571
1.572
1.572
1.572
1.573
1.575
1.580
1.582

Vous aimerez peut-être aussi