Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit yang berhubungan dengan saraf sangat banyak terjadi jaman sekarang ini, seperti
stroke. Stroke sudah di kenal dari sejak lama, penyakit ini terjadi bisa bisa akibatkan
karena hipertensi sehingga menyebabkan tubuh menjadi lumpuh baik sebagian maupun
semuanya.
Namun sekarang stroke tidak hanya menyerang anggota badan namun sudah menyerang
otak yaitu stroke hemoragik, stroke hemoragik menyerang otak sehingga terjadi
perdarahan di otak.
Sehingga topik ini sangat bagus dan menarik untuk dipelajari agar kita bisa mengetahui
apa bahaya dari stroke hemoragik tersebut, sehingga kita bisa mewaspadai terhadap tanda
dan gejala dari penyakit tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan penyebab dari stroke hemoragik?
2. Apa tanda dan gejala dari stroke hemoragik?
3. Bagaimana pemeriksaan fisik dan diagnostik stroke hemoragik?
4. Bagaimana penatalaksanaan stroke hemoragik?
5. Bagaimana asuhan keperawatan stroke hemoragik?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dan penyebab stroke hemoragik.
2. Mengetahui tandan dan gejala dari stroke hemoragik.
3. Mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnostic stroke hemoragik.
BAB II
2
PEMBAHASAN
1) Utama : hipertensi
2) Tumor, pemakaian anti koagulasi
3) Penyakit darah : leukemia
4) Penyakit pembukuh darah : vaskuler malformation
b. Subarachnoid hemoragik
1) Aneurisma
2) AVM(Arterio Venous Malformation)
4. PATOFISIOLOGI
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri penetrans yang
merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju
3
parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis dapat
terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya hipertensi kronik, sehingga sepanjang
arteri penetrans terjadi aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan
darah yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat
terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas
kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intrakranial.
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga jaringan yang
ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak,
sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini
dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus willis. Bekuan darah yang semula
lunak akhirnya akan larut dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat
membengkak dan mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah
akan mencair, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan
nekrotik akan diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan
disekitar rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang
mengalami proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya
aneurisma. Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan
perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur, dan sering terdapat lebih dari
satu aneurisma.Gangguan neurologis tergantung letak dan beratnya perdarahan.
5. PATHWAY
Hipertensi,pemakaian
antikoagulasi,leukimia
Aneurisme,AVM (Arteri
Venous Malvormation
Subarchnoid hemoragik
Terganggunya system di
otak (hipotalamus)
Suhu tubuh
meningkat
Mual,muntah
Kejang
Kesadaran
menurun
Sakit kepala,vertigo
Anoreksia
HIPERTERMI
STROKE
HEMORAGIK
Pecahnya air
penetrans
Perdarahan intrakranial
Terjadinya anuerisme
kecil-kecil
Mendorong
struktur otak
Merembes bahkan
masuk ke ventrikel
atau ruang
intrakranial
Subarakhnoid
NYERI
AKUT
Kelemahan
Kebingungan
KURANG
PENGETAHUAN
KERUSAKAN
MOBILITAS FISIK
Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses
inflamasi.
b. Pemeriksaan radiology :
1) Angiografi cerebral : membantu menentukan penyebab srtoke secara spesifik,
seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.
2) CT Scan : Menunjukkan adanya edema hematoma, iskemia dan adanya infark.
3) MRI : menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragic, mal formasi
arteriovena (MAV) .
4) Ultrasonografi Dopler : mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem
arteri karotis, arteriosklerotik).
5) EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik .
6) Sinar-X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombisis serebral, klasifikasi partial dinding aneurisma pada perdarahan
subarachnoid.
10. PENATALAKSANAAN
a. Singkirkan kemungkinan koagulapati: pastikan hasil masa protrombin dan masa
tromboplastin parsial adalah normal. Jika masa protrombin memanjang, berikan
plasma beku segar(FFP) 4-8 unit intravena setiap 4 jam dan vitamin K 15 mg
intravena bolus, kemudian 3 kali sehari 15 mg subkutan sampai masa protrombin
normal. Koreksi antikoagulasi heparin dengan protamin sulfat 10-50 mg lambat bolus
(1 mg mengoreksi 100 unit heparin).
b. Kendalikan hipertensi: berlawanan dengan infark serebri akut, pendekatan
pengendalian tekanan darah yang lebih agresif dilakukan pada pasien dengan
pendarahan intraserebral akut, karena tekanan yang tinggi dap[at menyebabkan
perburukan edema perihematoma dan meningkatkan kemungkinan perdarahan tulang.
Tekanan systole lebih dari 180 mmHg lalu diturunkan sampai 150-180 mmHg dengan
labetalol (20 mg intravena dalam 2 menit; ulangi 40-80 mg intravena dalam interval
10 menit sampai tekanan yang diinginkan, kemudian infus 2 mg/ menit (120 ml/ jam)
dan dititrasi atau penghambat AC (misalnya katopril 12, 5 -25 mg, 2-3 kali sehari)
atau antagonis kalsium (misalnya nifedipin oral 4 kali 10 mg)).
c. Pertimbangkan konsultansi bedah saraf bila: perdarahan serebrum diameter lebih dari
3 cm atau volume lebih dari 50 ml. Untuk dekompresi atau pemasangan pintasan
vertikulo-peritoneal bila ada hidrosepalus obstruktif akut atau kliping neurisma.
d. Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aniorisme atau malpormasi
arteriovenosa. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien usia muda (kurang dari 50
tahun) yang non-hipertensif bila tersedia fasilitas.
e. Berikan menitol 20 % (1 kg/ kg BB, intravena dalam 20-30 menit) untuk pasien
dengan koma dalam atau tanda-tanda tekanan intrakrarnial yang meninggi atau
ancaman herniasi. Steroid tidak terbukti efektif pada pendarahan intraserebral. Steroid
hanya dipakai pada kondisi ancaman herniasi transtentorial. Hiperventilasi dapat
dilakukan untuk membantu menurunkan tekanan intracranial.
f. Pertimbangkan fenitoin ( 10-20 mg/ kg BB intravena, kecepatan maksimal 50 mg/
menit; atau per oral) pada pasien dengan perdarahan luas dan derajat kesadaran
menurun. Umumnya, antikonvulsan hanya diberikan bila ada aktivitas kejang. Namun,
terapi prefilaksis beralasan jika kondisi pasien cukup kritis dam membutuhkan
intubasi, terapi tekanan intrakranial meningkat atau pembedahan.
g. Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk mencegah vasospasme bila
secara klinis, fungsi lumbal atau CT scan menunjukkan perdarahan subaraknoid akut
primer.
h. Perdarahan intraserebral
1) Obati penyebabnya
2) Turunkan tekanan intra kranial yang meninggi
3) Berikan neuoprotektor
4) Tindakan bedah, dengan pertimbangan usia dan sekala koma Glasgow (>4),
hanyadilakukan pada pasien dengan;
i.
Predaran serebelum dengan diameter >3 cm (kraniotomi dekompresi)
ii.
Hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau sebelum(VP
iii.
sshunting)
Perdarahan robar di atas 60 cc dengan tanda-tanda peninggian tekanan
2) Gliserol
50%
oral,
0,25-1g/kg
setiap
4-6
jam
atau
gliserol
10
1. PENGKAJIAN
a. Data Biografi
Identitas, umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat trauma kepala, gangguan materis dan sensori, keluhan nyeri.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat trauma kepala, infeksi, gangguan kadiovaskuler, gangguan pernafasan,
gangguan tiroid, penggunaan obat-obatan.
d. Riwayat Keluarga
Genogram, hipertensi, srtoke atau epilepsi.
e. Riwayat Psikososial
Lingkungan rumah, pekerjaan, perasaan putus asa, tidak mampu pengekspresikan
perasaan.
f. Aktivitas sehari-hari dan istirahat
Keterbatasan dan kelemahan, paralisis, mudah lemah, hemiplegia, perubahan tenus otot,
gangguan istirahat.
g. Pemeriksaan Fisik
TTV
Fungsi sorebral
Perubahan tingkat kesadaran (Pengukuran GCS)
10
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan melaporkan nyeri
secara verbal.
b. Perfusi jaringan tidak efektif
kesadaran menurun.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam memasukkan dan mengabsorbsi makanan karena biologi ditandai
dengan berat badan menurun
d. Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma ditandai dengan peningkatan
suhu tubuh di atas rentang normal, kulit diraba hangat.
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
ketidakmampuan bergerak dengan tujuan dalam lingkungan fisik; kerusakan
koordinasi; keterbatasan rentang gerak; penurunan kekuatan kontrol otot.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan informasi tentang
penyakit,ditandai dengan kebingungan.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
DX
1
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama x
diharapkan nyeri pasien
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Pasien mengatakan
nyerinya berkurang
dengan skala nyeri
ringan 1-3.
b. Pasien tidak nampak
meringis lagi.
INTERVENSI
a. Kaji kwalitas,
daerah, skala dan
waktu nyeri pasien.
b. Berikan posisi
nyaman pada
pasien.
c. Ajarkan teknik
relaksasi nyeri.
d. Kolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik.
RASIONAL
a. Mengetahui keseriusan
nyeri pasien.
b. Mengurangi rasa nyeri
dan membuat pasien
nyaman.
c. Mengurangi rasa nyeri
dan membuat pasien
nyaman.
d. Analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri.
a. Variasi mungkin
keperawatan selama
adanya hipertensi
atau hipotensi,
11
bandingkan tekanan
vasomotor otak.
kesadaran.
b. Perubahan terutama
adanya bradikardia
dapat terjadi sebagai
akibat adanya
c. Delegatif dalam
pemberian
antikoagulasi
seperti natrium
warfarin
kerusakan otak.
c. Dapat digunakan
untuk meningkatkan
atau memperbaiki
aliran darah serebral
dan selanjutnya
dapat mencegah
pembekuan saat
embolus atau
thrombus
merupakan factor
masalahnya.
penurunan atau
peningkatan berat
badan.
b. Dapat meningkatkan
masukan serta
mencegah distensi
tapi sering.
d. Berikan HE tentang
gaster.
c. Menghindari mual dan
pentingnya nutrisi
tubuh.
muntah.
d. HE meningkatkan
pengetahuan tentang
nutrisi.
12
a. Observasi TTV
keperawatan selama .x
pasien terutama
mempermudah
suhu.
intervensi berikutnya.
b. Berikan kompres
hangat.
c. Anjurkan minum
yang banyak 2-3
b. Mengurangi panas
dengan pemindahan
panas secara kondusif.
c. Minum dapat mnurunkan
suhu tubuh klien.
liter/ hari.
d. Anjurkan memakai
d. Mempermudah
menyerap keringat.
e. Menurunkan panas.
pemberian obat
antipiretik
5
a. Kaji kemampuan
a. Mengidentifikasi
keperawatan selama x
secara fungsional
atau luasnya
informasi mengenai
pemulihan.
melakukan
pergerakan dengan
normal.
b. Kekuatan otot 5.
teratur.klasifikasi
melalui skala 0-4.
b. Ubah posisi minimal
setiap 2 jam
b. Menurunkan resiko
terjadinya trauma atau
iskemia jaringan.
(terlentang atau
miring), dan
sebagiannya dan
jikan
memungkinkan bisa
lebih sering jika
diletakkan dalam
c. Meminimalkan atrofi
otot, meningkatkan
sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur.
d. Diperlukan untuk
menghilangkan
latihan rentang
spastisitas pada
ekstremitas yang
terganggu.
ekstrimitas saat
masuk.
d. Berikan obat
relaksan otot
antispasmodic
sesuai
indikasiseperti
baklofen, dantrolen.
e. Konsultasikan
dengan ahli
fisioterapi secara
aktif, latihan
resistif, dan
ambulasi pasien.
6
bertanya-tanya
tentang
penyakitnya.
14
a. Mengetahui
penyakit apa yang
dideitanya.
b. Menambah
pegetahuan klien.
c. Agar pasien tidak
merasa cemas
dengan penyakitnya
4. EVALUASI
DIAGNOSA
EVALUASI
hilang
atau
berkurang.
pasien
jaringan
kembali
efektif.
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan Tidak
terjadi
kerusakan
mobilitas fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
15
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Nanda. 2006. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
http://abidinblog.blogspot.com/2010/03/penyebab-gejala-stroke-hemoragik.html
http://abidinblog.blogspot.com/2010/03/penyebab-gejala-stroke-hemoragik.html
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Suatu penyakit yang disebabkan karena pembuluh darah arteri yang menyuplai darah ke otak
pecah tepat di tengah tengah otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah arteri yang
menyuplai darah ke otak pecah tepat di dalam otak. Biasanya terjadi saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi pada saat istirahat (perdarahan intraserebral, pecahnya
aneunisme dan tumor otak yang mengalami pendarahan).
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah jaringan
otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama
16
aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih
buruk dari waktu ke waktu.
B. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penyusun, umumnya
bagi ssemua pembaca. Apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon
maaf dan mohon kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan makalah ini.
17