Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit yang berhubungan dengan saraf sangat banyak terjadi jaman sekarang ini, seperti
stroke. Stroke sudah di kenal dari sejak lama, penyakit ini terjadi bisa bisa akibatkan
karena hipertensi sehingga menyebabkan tubuh menjadi lumpuh baik sebagian maupun
semuanya.
Namun sekarang stroke tidak hanya menyerang anggota badan namun sudah menyerang
otak yaitu stroke hemoragik, stroke hemoragik menyerang otak sehingga terjadi
perdarahan di otak.
Sehingga topik ini sangat bagus dan menarik untuk dipelajari agar kita bisa mengetahui
apa bahaya dari stroke hemoragik tersebut, sehingga kita bisa mewaspadai terhadap tanda
dan gejala dari penyakit tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan penyebab dari stroke hemoragik?
2. Apa tanda dan gejala dari stroke hemoragik?
3. Bagaimana pemeriksaan fisik dan diagnostik stroke hemoragik?
4. Bagaimana penatalaksanaan stroke hemoragik?
5. Bagaimana asuhan keperawatan stroke hemoragik?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dan penyebab stroke hemoragik.
2. Mengetahui tandan dan gejala dari stroke hemoragik.
3. Mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnostic stroke hemoragik.

4. Mngetahui penatalaksanaan stroke hemoragik.


5. Mengetahui asuhan keperawatan stroke hemoragik.
D. METODE
Adapun metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah kepustakaan.
Yaitu dengan mencari data data yang menunjang materi yang berhubungan dengan
penyakit stroke hemoragik.

BAB II
2

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. PENGERTIAN
Suatu penyakit yang disebabkan karena pembuluh darah arteri yang menyuplai darah ke
otak pecah tepat di tengah tengah otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah
arteri yang menyuplai darah ke otak pecah tepat di dalam otak. Biasanya terjadi saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi pada saat istirahat (perdarahan
intraserebral, pecahnya aneunisme dan tumor otak yang mengalami pendarahan). Otak
sangat sensitif terhadap perdarahan, dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat.
Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak, sehinga menyebabkan
pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan
juga meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang tengkorak.
2. EPIDEMIOLOGI
Stroke dan peningkatan TIK dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik
laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Diperkirakan satu sampai tiga orang akan
mengalami stroke dan satu dari tujuh orang meninggal karena stroke. Insiden stroke timbul
bervariasi, tergantung tempat atau negara, waktu, serta penderitanya.
3. ETIOLOGI
a. Intracerebral hemoragik

1) Utama : hipertensi
2) Tumor, pemakaian anti koagulasi
3) Penyakit darah : leukemia
4) Penyakit pembukuh darah : vaskuler malformation
b. Subarachnoid hemoragik

1) Aneurisma
2) AVM(Arterio Venous Malformation)
4. PATOFISIOLOGI
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri penetrans yang
merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju
3

parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis dapat
terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya hipertensi kronik, sehingga sepanjang
arteri penetrans terjadi aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan
darah yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat
terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas
kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intrakranial.
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga jaringan yang
ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak,
sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini
dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus willis. Bekuan darah yang semula
lunak akhirnya akan larut dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat
membengkak dan mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah
akan mencair, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan
nekrotik akan diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan
disekitar rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang
mengalami proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya
aneurisma. Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan
perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur, dan sering terdapat lebih dari
satu aneurisma.Gangguan neurologis tergantung letak dan beratnya perdarahan.

5. PATHWAY
Hipertensi,pemakaian
antikoagulasi,leukimia

Aneurisme,AVM (Arteri
Venous Malvormation

Intra cerebral hemoragi

Subarchnoid hemoragik

Terganggunya system di
otak (hipotalamus)

Suhu tubuh
meningkat

Mual,muntah

Kejang

Kesadaran
menurun

Sakit kepala,vertigo

Anoreksia

HIPERTERMI

Nyeri disekitar kepala


KETIDAKSEIMBANG
AN NUTRISI
KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH

STROKE
HEMORAGIK

Peningkatan tekanan darah


terus menerus
Anuerisme pecah
Perdarahan
Otak

Pecahnya air
penetrans

Perdarahan intrakranial

Terjadinya anuerisme
kecil-kecil

Ruptur arteri cerebri


Ekstravasi darah ke otak

Mendorong
struktur otak
Merembes bahkan
masuk ke ventrikel
atau ruang
intrakranial

Subarakhnoid

Jaringan disekitar tergeser


dan tertekan

NYERI
AKUT

Kelemahan

Kebingungan
KURANG
PENGETAHUAN

KERUSAKAN
MOBILITAS FISIK

6. TANDA DAN GEJALA PERFUSI JARINGAN


Vasopasme pada
EFEKTIF
Gejala
stroke hemoragik TIDAK
bervariasi
tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah
arteri
di sekitar
jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering
selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan
menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
a. Intracerebral hemoragik
1) Sakit kepala
5

2) Timbul mendadak setelah melakukan aktivitas dan emosi


3) Muntah
4) Pusing
5) Kesadaran menurun
6) Kelainan neurologis
7) Kejang
b. Subarachnoid hemoragik
1) Sakit kepala
2) Muntah-muntah
3) Vertigo dan dizziness
4) Kejang-kejang
5) Kesadaran menurun
6) Hipertermi
7. KLASIFIKASI
Stroke hemoragik dikelompokkan menurut lokasi pembuluh darah :
a. Intracerebral hemoragik, pendarahan terjadi di dalam otak.
b. Subarachnoid hemoragik, pendarahan di daerah antara otak dan jaringan tipis yang
menutupi otak.
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Sistem pembuluh perifer. Lakukan auskultasi pada arteria karotis untuk mencari
adanya bising (bruit) dan atau tanda vital.
b. Jantung. Lakukan pemeriksaan jantung lengkap dimulai dengan auskultasi jantung
dan EKG 12-sadapan. Murmur dan disritmia merupakan hal yang harus dicari, karena
pasien dengan fibrilasi atrium, infark miokardium akut, atau penyakit katup jantung
dapat mengalami embolus obstruktif.
c. Retina. Bisa ada tidaknya pendarahan retina.
d. Ekstrimitas. Evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark sebagai tanda-tanda embolus
perifer.
e. Pemeriksaan neurologik
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan fungsi lumbal : menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada
trombosis, emboli cerebral, dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunukkan adanya hemoragic subarachnoid atau perdarahan intrakranial.
6

Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses
inflamasi.
b. Pemeriksaan radiology :
1) Angiografi cerebral : membantu menentukan penyebab srtoke secara spesifik,
seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.
2) CT Scan : Menunjukkan adanya edema hematoma, iskemia dan adanya infark.
3) MRI : menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragic, mal formasi
arteriovena (MAV) .
4) Ultrasonografi Dopler : mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem
arteri karotis, arteriosklerotik).
5) EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik .
6) Sinar-X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombisis serebral, klasifikasi partial dinding aneurisma pada perdarahan
subarachnoid.

10. PENATALAKSANAAN
a. Singkirkan kemungkinan koagulapati: pastikan hasil masa protrombin dan masa
tromboplastin parsial adalah normal. Jika masa protrombin memanjang, berikan
plasma beku segar(FFP) 4-8 unit intravena setiap 4 jam dan vitamin K 15 mg
intravena bolus, kemudian 3 kali sehari 15 mg subkutan sampai masa protrombin
normal. Koreksi antikoagulasi heparin dengan protamin sulfat 10-50 mg lambat bolus
(1 mg mengoreksi 100 unit heparin).
b. Kendalikan hipertensi: berlawanan dengan infark serebri akut, pendekatan
pengendalian tekanan darah yang lebih agresif dilakukan pada pasien dengan
pendarahan intraserebral akut, karena tekanan yang tinggi dap[at menyebabkan
perburukan edema perihematoma dan meningkatkan kemungkinan perdarahan tulang.
Tekanan systole lebih dari 180 mmHg lalu diturunkan sampai 150-180 mmHg dengan
labetalol (20 mg intravena dalam 2 menit; ulangi 40-80 mg intravena dalam interval
10 menit sampai tekanan yang diinginkan, kemudian infus 2 mg/ menit (120 ml/ jam)

dan dititrasi atau penghambat AC (misalnya katopril 12, 5 -25 mg, 2-3 kali sehari)
atau antagonis kalsium (misalnya nifedipin oral 4 kali 10 mg)).
c. Pertimbangkan konsultansi bedah saraf bila: perdarahan serebrum diameter lebih dari
3 cm atau volume lebih dari 50 ml. Untuk dekompresi atau pemasangan pintasan
vertikulo-peritoneal bila ada hidrosepalus obstruktif akut atau kliping neurisma.
d. Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aniorisme atau malpormasi
arteriovenosa. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien usia muda (kurang dari 50
tahun) yang non-hipertensif bila tersedia fasilitas.
e. Berikan menitol 20 % (1 kg/ kg BB, intravena dalam 20-30 menit) untuk pasien
dengan koma dalam atau tanda-tanda tekanan intrakrarnial yang meninggi atau
ancaman herniasi. Steroid tidak terbukti efektif pada pendarahan intraserebral. Steroid
hanya dipakai pada kondisi ancaman herniasi transtentorial. Hiperventilasi dapat
dilakukan untuk membantu menurunkan tekanan intracranial.
f. Pertimbangkan fenitoin ( 10-20 mg/ kg BB intravena, kecepatan maksimal 50 mg/
menit; atau per oral) pada pasien dengan perdarahan luas dan derajat kesadaran
menurun. Umumnya, antikonvulsan hanya diberikan bila ada aktivitas kejang. Namun,
terapi prefilaksis beralasan jika kondisi pasien cukup kritis dam membutuhkan
intubasi, terapi tekanan intrakranial meningkat atau pembedahan.
g. Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk mencegah vasospasme bila
secara klinis, fungsi lumbal atau CT scan menunjukkan perdarahan subaraknoid akut
primer.
h. Perdarahan intraserebral
1) Obati penyebabnya
2) Turunkan tekanan intra kranial yang meninggi
3) Berikan neuoprotektor
4) Tindakan bedah, dengan pertimbangan usia dan sekala koma Glasgow (>4),
hanyadilakukan pada pasien dengan;
i.
Predaran serebelum dengan diameter >3 cm (kraniotomi dekompresi)
ii.
Hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau sebelum(VP
iii.

sshunting)
Perdarahan robar di atas 60 cc dengan tanda-tanda peninggian tekanan

intracranial akut dan ancaman herniasi.


i. Tekanan intracranial yang meninnggi pada pasien stroke dapat diturunkan dengan
salah satu cara / gabungan berikut ini ;
1) Manitol bolus, 1 gram/kgbb setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam.Target
osmolaritas =300-320 mosmol perliter.
8

2) Gliserol

50%

oral,

0,25-1g/kg

setiap

4-6

jam

atau

gliserol

10

intravena,10ml/kgBB dalam 3-4 jam (untuk edema serebri ringan-sedang.


3) Furosemid 1mg/kgBB intravena.
4) Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai
pCO2=29-35mmhg.
5) Steroid tidak diberikan secara rutin dan masih controversial.
6) Tindakan kraniotomi dekompresif.
j. Perdarahan subaraknoid.
1) Nimodipin dapat diberikan untuk mencegah vasosvasme pada perdarahan
subaraknoid primer akut.
2) Tindakan oprasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid setadium 1 dan 2
akibat pecahnya aneurisma sakular Berry (clipping) dan adanya komplikasi
hidrosefalus obstruktif (VP shunting).
11. PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini buruk karena sifat penyakitnya yang sangat cepat dan mendadak
sehingga penderita dapat mengalami kelumpuhan fisik dan mental dan juga tidak mampu
bergerak, berbicara ataupun makan secara normal dengan kata lain hasil akhirnya tidak
sembuh total.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


9

1. PENGKAJIAN
a. Data Biografi
Identitas, umur, jenis kelamin, riwayat pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat trauma kepala, gangguan materis dan sensori, keluhan nyeri.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat trauma kepala, infeksi, gangguan kadiovaskuler, gangguan pernafasan,
gangguan tiroid, penggunaan obat-obatan.
d. Riwayat Keluarga
Genogram, hipertensi, srtoke atau epilepsi.
e. Riwayat Psikososial
Lingkungan rumah, pekerjaan, perasaan putus asa, tidak mampu pengekspresikan
perasaan.
f. Aktivitas sehari-hari dan istirahat
Keterbatasan dan kelemahan, paralisis, mudah lemah, hemiplegia, perubahan tenus otot,
gangguan istirahat.
g. Pemeriksaan Fisik
TTV
Fungsi sorebral
Perubahan tingkat kesadaran (Pengukuran GCS)

10

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan melaporkan nyeri
secara verbal.
b. Perfusi jaringan tidak efektif

berhubungan dengan hipovolemia ditandai dengan

kesadaran menurun.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam memasukkan dan mengabsorbsi makanan karena biologi ditandai
dengan berat badan menurun
d. Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma ditandai dengan peningkatan
suhu tubuh di atas rentang normal, kulit diraba hangat.
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
ketidakmampuan bergerak dengan tujuan dalam lingkungan fisik; kerusakan
koordinasi; keterbatasan rentang gerak; penurunan kekuatan kontrol otot.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan informasi tentang
penyakit,ditandai dengan kebingungan.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO
DX
1

TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama x
diharapkan nyeri pasien
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Pasien mengatakan
nyerinya berkurang
dengan skala nyeri
ringan 1-3.
b. Pasien tidak nampak
meringis lagi.

INTERVENSI
a. Kaji kwalitas,
daerah, skala dan
waktu nyeri pasien.
b. Berikan posisi
nyaman pada
pasien.
c. Ajarkan teknik
relaksasi nyeri.
d. Kolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik.

RASIONAL
a. Mengetahui keseriusan
nyeri pasien.
b. Mengurangi rasa nyeri
dan membuat pasien
nyaman.
c. Mengurangi rasa nyeri
dan membuat pasien
nyaman.
d. Analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri.

c. Pasien nampak nyaman.

Setelah dilakukan asuhan

a. Pantau TTV seperti

a. Variasi mungkin

keperawatan selama

adanya hipertensi

terjadi oleh karena

.x. diharapkan perfusi

atau hipotensi,

tekanan atau troma

11

jaringan kembali efektif

bandingkan tekanan

serebral pada daerah

dengan kriteria hasil:


a. Tidak terjadi penurunan

darah yang terbaca

vasomotor otak.

kesadaran.

pada kedua lengan.


b. Frekuensi dan irama
jantung; auskultasi
adanya mur-mur.

b. Perubahan terutama
adanya bradikardia
dapat terjadi sebagai
akibat adanya

c. Delegatif dalam
pemberian
antikoagulasi
seperti natrium
warfarin

kerusakan otak.
c. Dapat digunakan
untuk meningkatkan
atau memperbaiki
aliran darah serebral
dan selanjutnya
dapat mencegah
pembekuan saat
embolus atau
thrombus
merupakan factor
masalahnya.

Setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama
.x. diharapkan nutrisi
klien terpenuhi dengan
kriteria hasil:
a.Tidak terjadi penurunan
berat badan.
b. Tidak terjadi mual dan
muntah.
c.Nafsu makan pasien
bertambah.

a. Timbang berat badan a. Untuk mengetahui


klien.
b. Catat intake dan
output makanan
klien.

penurunan atau
peningkatan berat
badan.
b. Dapat meningkatkan
masukan serta

c. Beri makan sedikit

mencegah distensi

tapi sering.
d. Berikan HE tentang

gaster.
c. Menghindari mual dan

pentingnya nutrisi
tubuh.

muntah.
d. HE meningkatkan
pengetahuan tentang
nutrisi.

12

Setelah dilakukan asuhan

a. Observasi TTV

a. Mengetahui TTV dapat

keperawatan selama .x

pasien terutama

mempermudah

diharapkan suhu tubuh

suhu.

intervensi berikutnya.

pasien dalam batas normal


dengan kriteria hasil:
a. Suhu tubuh pasien
36,50C
b. Wajah pasien tidak
merah.
c. Kulit diraba tidak
hangat.

b. Berikan kompres
hangat.
c. Anjurkan minum
yang banyak 2-3

b. Mengurangi panas
dengan pemindahan
panas secara kondusif.
c. Minum dapat mnurunkan
suhu tubuh klien.

liter/ hari.
d. Anjurkan memakai

d. Mempermudah

pakaian yang tipis.


e. Delegatif dalam

menyerap keringat.
e. Menurunkan panas.

pemberian obat
antipiretik
5

Setelah dilakukan asuhan

a. Kaji kemampuan

a. Mengidentifikasi

keperawatan selama x

secara fungsional

kekuatan dan kelemahan

diharapkan tidak terjadi

atau luasnya

dan dapat memberikan

gangguan mobilitas fisik

kerusakan awal dan

informasi mengenai

dengan kriteria hasil:


a. Pasien mampu

dengan cara yang

pemulihan.

melakukan
pergerakan dengan
normal.
b. Kekuatan otot 5.

teratur.klasifikasi
melalui skala 0-4.
b. Ubah posisi minimal
setiap 2 jam

b. Menurunkan resiko
terjadinya trauma atau
iskemia jaringan.

(terlentang atau
miring), dan
sebagiannya dan
jikan
memungkinkan bisa
lebih sering jika
diletakkan dalam

c. Meminimalkan atrofi
otot, meningkatkan
sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur.

posisi bagian yang


terganggu.
c. Mulailah melakukan
13

d. Diperlukan untuk
menghilangkan

latihan rentang

spastisitas pada

gerak aktif dan

ekstremitas yang

pasif pada semua

terganggu.

ekstrimitas saat
masuk.
d. Berikan obat
relaksan otot
antispasmodic
sesuai
indikasiseperti
baklofen, dantrolen.
e. Konsultasikan

e. Program yang khusus


dapat dikembangkan
untuk menemukan
kebutuhan yang berarti
atau menjaga
kekurangan tersebut
dalam keseimbangan,
kordinasi dan kekuatan.

dengan ahli
fisioterapi secara
aktif, latihan
resistif, dan
ambulasi pasien.
6

Setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama
.x. jam diharapkan
pengetahuan pasien tentang
penyakitnya
bertambah,dengan kriteria
hasil:
a. Pasien mengerti
tentang penyakinya
b. Pasie tidak
kebingungan
c. Pasien tidak

a.Beri klien informasi


tentang
penyakitnya
b. Beri kesempatan
klien
untukbertanya
c. Beri informasi
tentang tindakan
medis dan
keperawatan yang
akan diberikan.

bertanya-tanya
tentang
penyakitnya.

14

a. Mengetahui
penyakit apa yang
dideitanya.
b. Menambah
pegetahuan klien.
c. Agar pasien tidak
merasa cemas
dengan penyakitnya

4. EVALUASI

DIAGNOSA

EVALUASI

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi Nyeri


ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal.
b. Perfusi jaringan tidak efektif

hilang

atau

berkurang.

berhubungan dengan Perfusi

hipovolemia ditandai dengan kesadaran menurun.

pasien

jaringan

kembali

efektif.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan Nutrisi klien terpenuhi.


tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam
memasukkan dan mengabsorbsi makanan karena
biologi ditandai dengan berat badan menurun
d. Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma Suhu tubuh klien normal.
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas
rentang normal, kulit diraba hangat.
e. Kerusakan

mobilitas

fisik

berhubungan

dengan Tidak

kelemahan ditandai dengan .

terjadi

kerusakan

mobilitas fisik.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang Pengetahuan klien bertambah.


paparan informasi tentang penyakit,ditandai dengan
kebingungan.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
15

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Nanda. 2006. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
http://abidinblog.blogspot.com/2010/03/penyebab-gejala-stroke-hemoragik.html
http://abidinblog.blogspot.com/2010/03/penyebab-gejala-stroke-hemoragik.html

BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Suatu penyakit yang disebabkan karena pembuluh darah arteri yang menyuplai darah ke otak
pecah tepat di tengah tengah otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah arteri yang
menyuplai darah ke otak pecah tepat di dalam otak. Biasanya terjadi saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi pada saat istirahat (perdarahan intraserebral, pecahnya
aneunisme dan tumor otak yang mengalami pendarahan).
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah jaringan
otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama
16

aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih
buruk dari waktu ke waktu.
B. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penyusun, umumnya
bagi ssemua pembaca. Apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon
maaf dan mohon kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan makalah ini.

17

Vous aimerez peut-être aussi