Vous êtes sur la page 1sur 7

Abortus komplit

Seluruh buah kehamilan telah keluar dari rongga rahim melalui kanalis servikalis
secara lengkap.

Etiologi :
a. Faktor Zigot :
Kelainan kromosom
Ovum patologis misalnya Blighted Ovum (telur kosong)
Kelainan sperma
b. Faktor ibu :
Penyakit kronis
Infeksi
Kelainan hormonal
Kelainan alat reproduksi
Gangguan nutrisi
Obat-obatan
Inkompatibilitas rhesus
Trauma fisik/mental.

Patofisiologi :
Abortus biasanya dimulai dengan perdarahan pada desidua basalis yang
menyebabkan nekrosis jaringan sekitarnya. Zigot dapat terlepas sebagian atau
seluruhnya dan menjadi benda asing bagi uterus sehingga merangsang terjadinya
kontraksi rahim dan menyebabkan ekspulsi buah kehamilan. Pada telur kosong,
tidak terdapatnya janin di dalam kantong kehamilan.

Diagnosis, pemeriksaan penunjang, dan Penatalaksanaan:


Abortus iminens :

Anamnesis :
- perdarahan, biasa keluar sedikit dari jalan lahir. Orang awam menyebut dengan
flek
- nyeri perut tidak ada atau ringan
Pemeriksaan dalam : Fluksus sedikit
Ostium uteri eksternum tertutup
Pemeriksaan penunjang :
USG, dapat memberikan hasil sbb :
a. Jika janin baik, ditemukan tanda kehidupan janin, pulsasi jantung jelas.
b. Meragukan : kantong kehamilan masih utuh, pulsasi jantung janin belum jelas..
c. Jika janin tidak baik : janin mati, pulsasi tidak ditemukan.
Terapi :
a. Bila kehamilan masih utuh :
Rawat jalan
- Jika dapat lakukan tirah baring total
Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berlebihan atau hubungan seksual.
Bila perdarahan berhenti dilanjutkan jadwal pemeriksaan kehamilan
selanjutnya.
Bila perdarahan terus berlangsung, nilai ulang kondisi janin (USG) 1 minggu
kemudian.
b. Bila hasil USG meragukan, ulangi pemeriksaan USG 1-2 mg kemudian.
c. Bila hasil USG tidak baik : evakuasi tergantung umur kehamilan

Abortus insipiens :
Klinis :
Anamnesis : Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi rahim.
Pemeriksaan dalam :

- Ostium uteri eksternum terbuka


- Buah kehamilan masih dalam rahim.
- Ketuban utuh, dapat menonjol.
Terapi :
- Evakuasi (kuretase)
- Uterotonika pasca evakuasi
- Pemberian antibiotika selama 3-7 hari
- Evaluasi keadaan ibu post evakuasi

Abortus komplit:
Seluruh buah kehamilan telah keluar.
Klinis :
Anamnesis : Perdarahan dari jalan lahir sedikit, pernah keluar buah kehamilan.
Pemeriksaan dalam : Ostium biasanya tertutup, bila ostium terbuka teraba rongga
uterus kosong.
Terapi :
-Antibiotika selama 3-7 hari
-Uterotonika

Abortus tertunda:
Tertahannya hasil konsepsi/ janin yang telah mati dalam rahim selama 8 mg atau
lebih.
Klinis :
Anamnesis : Perdarahan bisa ada atau tidak.
Pemeriksaan :
- Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan
- Bunyi jantung janin tidak ada

Pemeriksaan penunjang :
- USG : terdapat tanda janin mati
- Laboratorium :
HB, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu protombin.
Terapi :
- Evakuasi. Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup, sehingga
perlu tindakan dilatasi (biasa digunakan kayu laminaria). Tindakan kuretase
hendaknya dilakukan dengan hati-hati karena pada keadaan ini biasanya plasenta
bisa melekat sangat erat sehingga prosedur kuretase lebih sulit dan dapat berisiko
tidak bersih/perdarahan pasca kuretase.
- Uterotonika pasca evakuasi
- Antibiotika selama 3-7 hari.

wordpress.com/2012/11/18/abortus/

Penanganan abortus komplit :


1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
Pemantauan Pasca Abortus
__________________________
Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh
kehamilan.
Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan
yang tidak diinginkan :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode


kontrasepsi yang paling sesuai.
Metode kontrasepsi pasca abortus :
1. Kondom
- Waktu aplikasinya segera.
- Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien.
- Dapat mencegah penyakit menular seksual.
2. Pil kontrasepsi
- Waktu aplikasinya segera.
- Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur.
3. Suntikan
- Waktu aplikasinya segera.
- Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi.
4. Implan
- Waktu aplikasinya segera.
- Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi
jangka panjang.
5. Alat kontrasepsi dalam rahim
- Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali.
- Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai
adanya infeksi.
6. Tubektomi
- Waktu aplikasinya segera.
- Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas.
- Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika
hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki.

- Sediakan metode alternatif (seperti kondom).


Beberapa wanita mungkin membutuhkan :
1. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml atau jika
dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.
2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit
intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
4. Penapisan kanker serviks.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/32052

Abortus komplit

a. Apabila kondisi klien baik, cukup diberi tablet ermogetrin 3x1 tablet/hari untuk 3
hari

b. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600
mg/hari selama 2 minggu di sertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi
(susu, sayuran segar,ikan, daging,telur) untuk anemia berat berikan transfusi darah

c. Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotika atau
apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik profilaksis
KOMPLIKASI OBORTUS

1. Perdarahan ( hemorrahge)

2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun

3. Infeksi dan tetanus

4. Payah ginjal akut

5. Syok pada abortus disebabkan oleh :

a. Perdarahan yang banyak disebut syok hemorraghe

b. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik ( Rustam
mochtar,1998)

DAFTAR PUSTAKA

Anik, M. Dkk. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta :

Trans info Media

Cunningham, dkk. (1989). Obsetrik. Jakarta : EGC

Prawirohardjo. S ( 2002). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.
Jakarta : Bina Pustaka

Vous aimerez peut-être aussi