Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
lebih
dari
4000
bahan
kimia,
diantaranya
telah
c.
Polusi Udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian
akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan
menyatakan
dengan
bahwa
daerah
penyakit
pedesaan.
ini
lebih
Bukti
sering
statistik
juga
ditemukan
pada
nikel,
polisiklik
hidrokarbon,
dan
vinil
klorida
dapat
Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko
terkena kanker paru (Amin, 2006).
f.
Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko
lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik
molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen
gen
penekan
tumor
memiliki
arti
penting
dalam
timbul
dan
D. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase
ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.
Faktor predisposisi inhalasi zat karsinogen dari merokok, bahaya industri
dan polusi udara dapat menyebabkan perubahan epitel termasuk
metaplasi. Sehingga sel-sel ganal dan berdiferensiasi mengakibatkan
perubahan epitel silia dan mukosa / ulserasi bronkus, yang akibatnya dapat
menyebabkan peningkatan produksi sekret dan penurunan kemampuan
batuk efektif sehingga muncullah diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas. Perubahan epitel silia dan mukosa juga dapat menjadi kanker lumen
bronkus pada bagian distal dan prognosinal maka terjadi sumbatan parsial
atau total sehingga menimbulkan bunyi wheezing unilateral bronklektsis /
atelektasis dan didapat diagnosis ketidakefektifan pola nafas gangguan
pertukaran gas.
Dengan adanya penyebab tersebut maka ditemukan keluhan iskemik,
mual, intake nutrisi tidak adekuat, malaise, kelemahan dan keletihan
tersebut muncul diagnosis perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari
Peningkatan pruduksi
scet & penurunan
batuk efektif
Ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
Whezzing unilateral
bronkiektasis/aktelektas
is
Ketidak efektifan
pola nafas gangguan
pertukaran gas
Perubahan
pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Gangguan pemenuhan
ADL kecemasan,
ketidaktahuan /
Kelihan
sistemik, mual,
intake nutrisi
tdk ade kuat,
malaise,
kelemahan &
keletihan fisik,
kecemasan,
ketidak tahuan
akan prognosis
Metastase ke pleura,
kesirkulasi arterial,
kestruktur media
sternum dapat
menimbulkan suara
sesak
Nyeri pleuritik,
kerusakan
komunikasi verbal,
tindakan invasive
kemoterapi,
E. Manifestasi Klinik
1. Gejala awal :
3)
F.
Radiologi.
Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru.
Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe), Dilakukan untuk
mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA, Dapat dilakukan untuk
mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit, Dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3.
Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam
- macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
4.
Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan
pleura
b. MRI
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka
harapan hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d. Supotif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan
Keperawatan, 2000)
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk
mengankat
semua
jaringan
yang
sakit
sementara
yang
terlokalisir.
Merupakan
pengangkatan
dari
7. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris)
8. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
9. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Diagnose
Bersihan jalan nafas
Intervensi
1. Catat perubahan
Rasional
1. Penggunaan otot
interkostal/
dengan kehilangan
bernafas.
abdominal dan
2. Observasi
penurunan ekspensi
dinding dada dan
adanya.
3. Catat karakteristik
pelebaran nasal
menunjukkan
2. peningkatan upaya
bernafas.
3. Ekspansi dad
batuk (misalnya,
sama sehubungan
efektif), juga
dengan akumulasi
produksi dan
cairan,
4. karakteristik sputum.
5. Pertahankan posisi
tubuh/ kepala tepat
dapat berubah
tergantung pada
kebutuhan.
penyebab/ etiologi
6. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator, contoh
aminofilin, albuterol
dll. Awasi untuk
7. efek samping
merugikan dari obat,
contoh takikardi,
hipertensi, tremor,
insomnia.
gagal pernafasan.
Sputum bila ada
mungkin banyak,
kental, berdarah,
adan/ atau puulen.
6. Memudahkan
memelihara jalan
nafas atas paten bila
jalan nafas pasein
dipengaruhi.
7. Obat diberikan untuk
menghilangkan
spasme bronkus,
menurunkan
viskositas sekret,
memperbaiki
ventilasi, dan
memudahkan
pembuangan sekret.
Memerlukan
perubahan dosis/
pilihan obat.
Gangguan pertukaran
1. Kaji status
1. Dispnea merupakan
gas) b/d
pernafasan dengan
mekanisme
ketidakseimbangan
sering, catat
kompensasi adanya
perfusi ventilasi,
peningkatan
perubahan membran
kapiler-alveoli, (CO2
pernafasan atau
perubahan pola
nafas.
abnormal, cianosis,
irritability, pernafasan
kembang kempis)
adanya bunyi
bukti peningkatan
tambahan dan
adanya bunyi
jaringan sebagai
tambahan, misalnya
akibat peningkatan
whezzing, mengi.
permeabilitas
3. Kaji adanmya
sianosis
4. Kolaborasi
pemberian oksigen
jalan nafas
lembab sesuai
sehubungan dengan
indikasi
5. Awasi atau
gambarkan seri GDA.
tumor.
3. Penurunan
oksigenasi bermakna
terjadi sebelum
sianosis. Sianosis
sentral dari organ
hangat contoh, lidah,
bibir dan daun telinga
adalah paling
indikatif.
4. Memaksimalkan
sediaan oksigen
untuk pertukaran.
5. Menunjukkan
ventilasi atau
oksigenasi.
Digunakan sebagai
dasar evaluasi
keefktifan terapi atau
indikator kebutuhan
perubahan terapi.
1. bantu dalam
1. memanfaatkan
mengidentifikasi
sumbaer koping
ada secara
yang ada
konstruktif sangat
2. ajarkan tehnik
relaksasi
3. pertahankan
bermanfaat dlm
mengatasi stress
2. mengurangi
hubungan saling
percaya antara
kecemasan
menyebabkan
memperlancar proses
timbulnya rasa
terapeutik
cemas
5. bantu klien
mengenali dan
masalah yg di hadapi
mengetahui rasa
klien dan
cemasnya
membangun
kepercayaan dalam
mengurangi
kecemasan
5. rasa cemas
merupakan efek
emosi sehingga
apabila sdh
teridentifikasi dengan
baik maka perasaan
yg mengganggu
dapat di ketahui
DAFTAR PUSTAKA