Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
FARMAKOLOGI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
COSMALINDA
DERO PRIMA
DINDA FARRAH DIBA
DINI ASYIFA
DWI RAHMAWATI SHAFARINA
JAKA JULIAN KUSUMA
LIA JUNITA
REDHO RIZKI PRATAMA
SALAMAH
TRI WAHYUNINGSIH
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2012/2013
OBAT ANTIHISTAMIN
Histamin berinteraksi dengan reseptor spesifik pada berbagai jaringan
target. Reseptor histamin ditemukan pada sel basofil, sel mast, neutrofil, limfosit,
makrofag,
sl
epitel
dan
endotel.
Sewaktu
diketahui
bahwa
histamin
mempengaruhi banyak proses faalan dan patologik, maka dicarikan obat yang
dapat mengantagonis efek histamin. Sejak pertemuan antihistamin pada awal
tahun 1940, antihistamin sangat terkenal diantara pasien dan dokter. Antara tahun
1940-1972, beratus-ratus antihistamin ditemukan dan sebagian digunakan dalam
terapi, tetapi efeknya tidak banyak berbeda. Antihistamin digolongkan menjadi
anti histamin penghambat reseptor H1(AH1), penghambat reseptor H2 (AH2),
penghambat H3 (AH3).
Para ahli dermatologi sering menggunakan antihistamin untuk mengobati
kelainan kronik maupun rekuren. Dengan demikian dermatologist harus teliti
dengan pemakaian antihistmin dan efek samping potensial pada kelompokkelompok antihistamin yang berbeda untuk keperluan klinis sehingga dapat
menggunakan antihistamin dengan baik.
A. REAKSI ALERGI
Alergi, istilah ini juga disebut hipersensitivitas. Reaksi hipersensitivitas ini
meliputi sejumlah peristiwa auto-imun dan alergi serta merupakan kepekaan
berbeda terhadap suatu antigen eksogen atas dasar proses imunologi. Pada
hakekatnya reaksi imun tersebut, walaupun bersifat merusak, bersifat
melindungi organisme terhadap zat-zat asing yang menyerang tubuh.
Gejala reaksi alergi tergantung pada lokasi di mana reaksi alrgen-antibodi
berlangsung, misalnya di hidung (rhinitis allergica), di kulit (eksim, urticaria =
biduran, kaligata), mukosa mata (conjunctivitis) atau di bronchi (serangan asma).
B. ANTIHISTAMIN
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek
histamin
terhadap
tubuh
denngan
jalan
memblok
reseptor-histamin
dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna, kandung kemih dan rahim.
Begitu pula melawan efek histamin di kapiler dan ujung saraf (gatal, flare
reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistaminika tidak dapat menghindarkan
timbulnya reaksi alergi. Atihistamin H1 merupakan salah satu obat terbanyak dan
terluas digunakan di seluruh dunia. Fakta ini membuat perkembangan sekecil
apapun yang berkenaan dengan obat ini menjadi suatu hal yang sangat penting.
Semisal perubahan dalam penggolongan antihistamin H1. Dulu antihistamin H1
dikenal sebagai antagonis reseptor histamin H1. Namun baru-baru ini seiring
perkembangan ilmu farmakologi molekular, antihistamin H1 lebih digolongkan
sebagai inverse agonist ketimbang antagonis reseptor histamin H1.
Suatu obat disebut sebagai inverse agonist bila terikat dengan sisi reseptor
yang sama dengan agonis, namun memberikan efek berlawanan. Jadi, obat ini
memiliki aktivitas intrinsik (efikasi negatif) tanpa bertindak sebagai suatu ligan.
Sedangkan suatu antagonis bekerja dengan bertindak sebagai ligan ynag mengikat
reseptor atau menghentikan kaskade pada sisi yang ditempati agonis. Beda dengan
inverse agonist, suatu antagonis sama sekali tidak berefek atau tidak mempunyai
aktivitas intrinsik.
Berdasarkan kerjanya terhadap SSP antihistaminika klasik dibagi menjadi
2, yaitu :
a. Obat generasi ke-1 : prometazin, okomemazin, tripelennamin, (klor)
feniramin,
difenhidramin,
klemastin
(Tavegil),
siproheptadin
antihistamin
H1 generasi
pertama
mempunyai
aktivitas
antihistamin H1 menjadi lebih pendek pada anak dan lebih panjang pada orang
tua, pasien disfungsi hati, dan pasien yang menerima ketokonazol, eritromosin,
atau menghambat microsomal oxygenase lainnya.
Penggunaan Klinis
Indikasi
Antihistamin H1 berguna untuk pengobatan simptomatik berbagai
penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. Antihistamin
generasi pertama digunakan untuk mengatasi hipersitifitas, reaksi tipe I yang
mencakup rhinitis alergi musiman atau tahunan, rhinitis vasomotor, alergi
konjunktivitas, dan urtikaria. Agen ini juga bisa digunakan sebagai terapi
anafilaksis adjuvan.
Efek samping
Pada dosis, terapi, semua antihistamin H1 menimbulkan efek samping
walaupun jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan
diteruskan. Terdapat variasi yang besar dalam toleransi obat antar individu,
kadang-kadang efek ini sangat menganggu sehingga terapi perlu dihentikan.
Efek samping antihistamin H1 Generasi pertama:
1. Alergi
2. Kardiovaskular
1. Alergi
dermatitis
2. SSP
3. Respiratori
4. Gastrointestinal
Efek sedasi
2.
Gangguan psikomotor
3.
Gangguan kognitif
4.
Efek kardiotoksisitas
Kontraindiksi
Antihistamin generasi pertama
1. Hipersensitif terhadap antihistamin khusus atau terkait secara structural
2. Bayi baru lahir atau premature
3. Ibu menyusui
4. Narrow-angle glaucoma
5. Stenosing peptic ulcer
6. Hipertropi prostat simptomatik
7. Bladder neck obstruction
8. Penyumbatan pylorodudenal
9. Gejala saluran napas atas (termasuk asma)
10. Pasien tua
11. Pasien yang menggunakan monoamine oxidase inhibitor (MAOI)
tidak
menghambat
raseptor
Indikasi :
Simetidin dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Antihistamin
H2 sama efektif dengan pengobatan itensif dengan antasid untuk penyembuhan
awal tukak lambung dan duodenum. Antihistamin H2 juga bermanfaat untuk
hipersekresi asam lambung pada sindrom Zollinger-Ellison.
Penggunaan antihistamin H2 dalam bidang dermatologi seringkali
digunakan ranitidin atau simetidin untuk pengobatan gejala dari mastocytosis
sistematik, sperti urtikaria dan pruritus. Pada beberapa pasien pengobatan
digunakan dosis tinggi.
Efek samping
Insiden efek samping kedua obat ini rendah dan umumnya berhubungan
dengan pemhambatan terhadap reseptor H2, beberapa efek samping lain tidak
berhubungan dengan penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain :
1. Nyeri kepala
2. Pusing
3. Malaise
4. Mialgia
5. Mual
6. Diare
7. Konstipasi
8. Ruam kulit
9. Pruritus
10. Kehilangan libido
11. Impoten
Kontraindikasi
1. Kehamilan
2. Ibu menyusui
Penggunaan
Selain bersifat antihistamin, obat-obat ini juga memiliki berbagai khasiat
lain, yakni daya antikolinergis, antiemetis dan daya menekan SSP (sedatif),
sedangkan beberapa diantaranya memiliki efek antiserotonin dan lokal anastetis
(lemah).
Berdasarkan
efek
ini
antihistaminika
digunakan
secara
sistemis
Efek Samping
Kebanyakan antihistamin tidak menyebabkan efek samping yang serius bila
diberikan dalam dosis terapeutis. Yang sering terjadi adalah :
1. efek sedatif-hipnotis (rasa kantuk) akibat depresi SSP dan daya
antikolinergisnya.
Efek
ini
paling
nyata
pada
prometazin
dan
Zat zat ini mempunyai daya kerja antikolinergis dan sedative yang agak
kuat.
1a. Difenhidramin : Benadryl
Digunakan sebagai obat tambahan terapi pada penyakit Parkinson dan sebagai
obat anti gatal pada urticaria akibat alergi (caladryl).
Dosis : oral 4 dd 25-50 mg, i.v. 10-50 mg.
- Orfenadrin (2-metildifenhidramin, Disipal)
Memiliki daya antikolinergis dan sedative yang ringan, sehingga lebih di sukai
sebagai obat tambahan pada pengobatan parkinson dan terhadap gejala
ekstrapiramidal pada terapi dengan antipsikotika.
Dosis : oral 3 dd 50 mg
- Dimenhidrinat ( Dramamine )
Senyawa klorteofilinat dari difenhidramin yang khusus digunakan terhadap
mabuk jalan dan muntah karena kehamilan.
Dosis : oral 4 dd 50-100 mg, i.v. 50 mg
- Klorfenoksamin ( systral)
Derivate klor dan metil yang adakalanya digunakan sebagai obat tambahan
pada terapi penyakit Parkinson.
Dosis : oral 2-3 dd 20-40 mg ( klorida ) ; dalamkrem 1.5 %
1b. Klemastin : tavegyl
Efek antihistaminnya sangat kuat; mulai bekerjanya cepat (dalam beberapa
menit) dan bertahan lebih dari 10 jam. Mekanisme kerjanya adalah
mengurangi permeabilitas kapiler dan efektif terhadap pruritus allergica
(gatal-gatal).
2. DerivatEtilendiamin (X=N )
Obat obat kelompok ini pada umumnya memiliki daya kerja sedative yang
lebih ringan.
2a. Antazolin : antistin
Efek antihistaminnya tidak begitu kuat tetapi tidak merangsang selaput lendir,
sehingga cocok digunakan pada pengobatan gejala-gejala alergi pada mata dan
hidung sebagai sediaan kombinasi dengan nafazolin.
Dosis : oral 2-4 dd 50-100 mg ( sulfat )
Tripelennamin ( tripel)
Hanya digunakan sebagai krem 2 % pada gatal gatal akibat alergi terhadap
sinar matahari, sengatan serangga, dll.
Mepirin ( piranisamin)
Klemizol
Derivat klor dengan daya kerja 10 kali lebih kuat dan dengan derajat toksisitas
yang sama. Efek sampingnya sedative ringan dan seringkali digunakan
sebagai obat batuk.
Deksklorfeniramin ( polaramin)
Bentuk dekstronya yang dua kali lebih kuatdari pada bentuk-dl (resemis)-nya.
Triprolidin
Derivate dengan sisi pirolidin, yang daya kerjanya agak kuat.mulai kerjanya
pesat dan bertahan lama sampai 24 jam.
Dosis : oral 1 dd 10 mg (klorida) padamalamhariberhubungefeksedatifnya.
4. Derivat Piperazin
Obat dari kelompok ini tidak memiliki inti etilamin tetapi intipiperazin dan
pada umunya bersifat long-acting ( lebih dari 10 jam ).
4a. Siklizin :marzine
Mulai kerjanya cepat dan bertahan 4-6 jam. Terutama digunakan sebagai obat
antimetik dan mencegah mabuk jalan.
Dosis : mabuk jalan 1 jam sebelum berangkat 50 mg, bila perlu 3 kali sehari,
pada mual dan muntah 3-4 dd 50 mg, anak-anak 6-13 tahun 3 dd 25 mg.
Homoklorsiklizin (homoclomin)
Flunarizin (sibelium)
Cetirizine
5a. Prometazin
Antihistamin tertua, digunakan pada reaksi alergi terhadap tumbuhan dan
akibat gigitan serangga, juga sebagai anti emetikum untuk mencegah mual dan
mabuk jalan. Di gunakan pada vertigo dan sebagai sedativum pada batuk dan
sukar tidur, terutama untuk anak-anak.
Efek sampingnya bersifat umum, tetapi kadang kala dapat terjadi
hipotensi, fotosenibilisasi, hypothermia ( suhubadanrendah ) dan efek terhadap
darah ( leukemia, granulocytosis ).
Dosis : oral 3 dd 25-50 mg dansebaiknya di mulaipadamalamhari; i.m 50 mg.
Oksamemazin ( doxergan)
Derivate deoksi ( pada atom s ) dengan daya kerja dan penggunaan sama
seperti prometazin, a.l. dalam obat batuk ( toplexii)
Dosis : oral 2-3 dd 10 mg.
5b. Isotipendil :andantal
Derivate azofenotiazin ini bekerjanya lebih singkat dari prometazin dengan
efek sedative yang lebih ringan.
Dosis : oral 3-4 dd 4-8 mg; i.m./i.v 10 mg.
6. Derivat Trisiklis Lainnya
Sejumlah antihistaminika memiliki rumus dasar yang terdiri atas suatu cincin
tujuh yang terikat pada dua cincin-ebam di kanan dan kiri, zat-zat ini memiliki
daya kerja anti serotonin kuat dan menstimulasi nafsu makan
6a. Siproheptamin
Berdasarkan efek stimulasinya terhadap pertumbuhan jaringan normal, dahulu
obat ini banyak digunakan untuk pasien yang kurus dan nafsu makan buruk
Efek samping : rasa ngantuk biasanya lewat sesudah seminggu , Dosis oral : 3
dd 4 mg ( klorida)
6b. Pizotifen
Berhasiat antihistamin dan antiseroton, zat ini juga digunakan pada terapi
interval migran. Dosis oral : semula 1 dd 0,5 mg (maleat) , berangsung angsur
dinaikkan sampai 3 dd 0,5 mg
*Ketitifen : derivat- ketolong-acting tanpa efek antiserotonin, menstabilasinya
terhadap mastcell
*Loratadin : Derivat-Klor yang sebagian zat generasi kedua tidak berefek
sedatif maupun antikolinergis pada dosis biasa, Dosisnya 1 dd 10 mg
6c. Azelastin
Obat generasi kedua yang berdaya
Interaksi : Pada dosis diatas 10mg sehari dan penggunaan serentak dengan
heritromisin,
ketokonazol
adakalanya
menghambat
metabolisme
yang
suatu
senyawa
kuinolin
dengan
khasiat
sama
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan Hoan & Rahardja Kirana. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.