Vous êtes sur la page 1sur 21

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Asma Bronchial adalah penyakti jalan nafas obstruktif intermitten,
reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun
hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society)
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronchial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.
b. Intrinsic (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara
dingin atau bias juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik.
3. Etiologi
Adanya beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronchial.
a. Faktor predisposisi
- Genetik
b. Faktor presipitasi
- Allergen
- Perubahan cuaca
- Stress
- Lingkungan kerja
- Olah raga / aktivitas jasmani yang berat
4. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronchiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronchoiulus terhadap benda-benda asing di udara.

Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah Ig E abnormal dalam jumlah besar dan
antibody ini menyebabkan reaksi alergi reaksi dengan antigen
spesifikasnya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel
mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan bronkhiolus dan bronchus kecil. Bila seseorang menghirup
allergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, allergen
bereaksi dengan antibody yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengerluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamine, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema
local pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang
kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhioulus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkioulus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi
berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari
paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
5. Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak
bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke
depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronchial ini adalah sesak nafas, mengi
(wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa
nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu di jumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul
makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis gangguan kesadaran,
hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal. Serangan
asma seringkali terjadi pada malam hari.

6. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
Kristal eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputu, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang
terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig
E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga interconstalis,
serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus
akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate
pada paru.
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat


dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru yaitu :
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantun, yakni terdapat
RBB (Right Bundle Branch Block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenegik. Peningkatan FEV1 atau
FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak
adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi
juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.
8. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pnuemotoraks
5. Empisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas
9. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2. Mengenal dan menghindari factor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma.
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan

pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau


perawat yang merawatnya.
Pengobatan pada asma bronchial terbagi 2, yaitu :
1. Pengobatan non farmakologik :
Memberikan penyuluhan
Menghindari factor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi
dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik / andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
b. Santin (teofilin)
Nama Obat :
- Aminofilin (American supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan
obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

TABULASI DATA
1. Klien mengeluh sesak nafas.
2. Klien mengeluh batuk berlendir
3. Klien mengeluh sulit bernafas jika batuk
4. Klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena sesak dan batuk
5. Klien mengatakan belum pernah mandi sejak 3 hari yang lalu
6. Klien mengatakan malas makan
7. Klien mengeluh nyeri pada dada saat batuk
8. Klien mengatakan alergi terhadap cuaca
9. Klien mengatakan alergi terhadap makanan yang berminyak
10. Terdengar penumpukan secret pada jalan nafas saat klien batuk
11. Tanpa adanya secret pada hidung
12. Kulit Nampak kotor
13. Kulit teraba lembab dan lepek
14. Klien Nampak lemah
15. Klien Nampak sesak
16. Ekspresi wajah meringis jika batuk
17. Bibir Nampak pucat
18. Kuku Nampak kebiruan
19. Kuku Nampak kotor
20. Pernapasan 36 x /menit
21. Kungjugtiva Nampak pucat
22. Terdengar suara nafas tambahan seperti wheezing dan rales

KLASIFIKASI DATA
DATA SUBYEKTIF
1. Klien mengeluh sesak nafas.
2. Klien mengeluh batuk berlendir
3. Klien mengeluh sulit bernafas
jika batuk
4. Klien mengatakan sering

DATA OBJEKTIF
1. Terdengar penumpukan secret
pada jalan nafas saat klien batuk
2. Tanpa adanya secret pada hidung
3. Kulit Nampak kotor
4. Kulit teraba lembab dan lepek

terbangun saat tidur karena

5. Klien Nampak lemah

sesak dan batuk

6. Klien Nampak sesak

5. Klien mengatakan belum pernah


mandi sejak 3 hari yang lalu

7. Ekspresi wajah meringis jika batuk


8. Bibir Nampak pucat

6. Klien mengatakan malas makan

9. Kuku Nampak kebiruan

7. Klien mengeluh nyeri pada dada

10.

Kuku Nampak kotor

11.

Pernapasan 36 x /menit

saat batuk

8. Klien mengatakan alergi terhadap 12.


cuaca
9. Klien mengatakan alergi terhadap
makanan yang berminyak

13.

Kungjugtiva Nampak pucat


Terdengar suara nafas

tambahan seperti wheezing dan


rales

ANALISA DATA
No
DATA
.
1. DS:
- Klien mengeluh sesak nafas
- Klien mengeluh sulit
bernafas jika batuk
- Klien mengeluh batuk
berlendir
- Klien mengeluh nyeri pada
dada saat batuk
- Klien mengatakan alergi
terhadap cuaca dan
makanan yang berminyak
DO:
- Pernafasan 36 x /menit
- Terdengar suara nafas
wheezing
- Nampak adanya secret pada
hidung
- Terdengar suara
penumpukan secret pada
jalan nafas saat klien batuk
2. DS:
- Klien mengeluh sesak nafas
- Klien mengeluh nyeri pada
dada saat batuk

ETIOLOGI

MASALAH

Adanya zat allergen


masuk k ejalan nafas

Bersihkan
jalan nafas
tidak efektif

Antibody Ig E
Menempel di sel mastoid
Saluran pernafasan
Reaksi antigen antibody
Melepaskan mediator
kimia (histamine,
bradikinin, prostaglandin)
Hipersekresi mucus
Bersihkan jalan nafas
tidak efektif
Adanya zat allergen
masuk ke jalan napas
Menempel di sel mastoid
saluran pernafasan
Reaksi antigen-antibody

DO:
- Pernafasan 36 x /menit
- Terdengar bunyi nafas
tambahan seperti whwzing
- Ekspresi wajah meringis jika
batuk
- Klien Nampak sesak
- Tampak adanya secret pada
hidung

Melepaskan mediator
kimia (histamine,
brandikinin,
prostaglandin)
Mempengaruhi otot polos
dan kelenjar jalan nafas
Pembengkakan
membrane mukosa
Broncho kontriksi
Pertukaran O2 dan CO2

Pola nafas
tidak efektif

terganggu
3.

DS:
- Klien mengeluh sesak nafas
- Klien mengeluh batuk
berlendir
DO:
- Bibir Nampak kebiruan

Pola napas tidak efektif


Adanya zat allergen
masuk ke jalan nafas

Gangguan
pertukaran
gas

Konstraksi otot yang


mengelilingi bronchi
Penyempitan saluran
nafas
Volume residu meningkat

- Klien Nampak sesak


- Kuku Nampak pucat

CO2 dalam darah


meningkat

- Pernafasan 36 x /menit
Gangguan pertukaran gas
Hipersekresi mucus
Malas makan
Intake kurang
Gangguan pemenuhan
nutrisi
4.

DS:
- Klien mengatakan malas
makan

Pola nafas tidak efektif


Merangsang
kortikoserebral dan perifer

Gangguan
pemenuhan
nutrisi

- Klein mengeluh batuk


berlendir

Umpan balik pada RAS


RAS aktif

DO:
- Klien Nampak lemah
- Terdengar suara

Klien terjaga
Gangguan istirahat tidur

penumpukan secret pada


5.

jalan nafas saat klien batuk


DS:
- Klien mengatakan sering

Gangguan
pemenuhan
istirahat

terbangun saat tidur karena

tidur

sesak dan batuk


DO:
- Kunjungtiva Nampak pucat

B. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut :
a. Riwayat kesehatan yang lalu :
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat / factor
linkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
b. Aktivitas
Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas.
Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
Tidur dalam posisi duduk tinggi.
c. Pernafasan
Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan.
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat
tidur.
Menggunakan obat bantu pernafasan, misalnya: menimggikan
bahu, melebarkan hidung.
Adanya bunyi nafas mengi.
Adanya batuk berulang.
d. Sirkulasi
Adanya peningkatan tekanan darah.
Adanya peningkatan frekuensi jantung.
Warna kulit atau membrane mukosa normal/abu-abu/sianosis.
Kemerahan atau berkeringat.
e. Integritas ego
Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah
f. Asupan Nutrisi
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
Penurunan berat badan karena anoreksia.
g. Hubungan Sosial

Keterbatasan mobilitas fisik.


Susah bicara atau bicara terbata-bata
Adanya ketergantungan pada orang lain.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
hipersekresi mukus
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan
napas
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang
kurang
5. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan
sesak

C. Intervensi
I. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi secret.
TUJUAN: Bersihkan jalan nafas efektif dengan criteria :
- Klien tidak sesak
- Batuk hilang
- Tidak terdengar suara nafas tambahan
INTERVENSI
1. Kaji frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi.
2. Dengarkan bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan.
3. Beri posisi semifowler.
4. Anjurkan pada klien untuk menghindari factor pencetus.
5. Anjurkan klien agar minum air hangat.
6. Penatalaksanaan tentang pemberian O2
7. Penatalaksanaan obat bronchodilator
- Amixillin 1 gr/IV/8 jam
- Salbutamo 1 3 x 1
- Dexa 1 Amp/IV/8 jam
R/: 1.
Mengetahui apakah frekuensi memanjang dibanding
inspirasi.
2. Data dasar bagi perawat untuk mengetahui bunyi nafas
klien sehingga kita bisa manifestasikannya adanya bunyi
nafas tambahan.
3. Posisi semifowler mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi bumi.
4. Faktor pencetus tipe reaksi alergi dapat mentriger episode
akut.
5. Air hangat dapat memobilitas pengeluaran secret.
6. Sebagai upaya dalam mengantisipasi terjadinya serangan
asma mendadak.
7. Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local,
menurunkan spame jalan nafas, mengi dan produksi
mokusa.
II. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan.
TUJUAN : Pola nafas efektif dengan criteria:
- Klien sesak
- Pernafasan normal 18 x /menit
- Klien mengeluh nyeri dada pada saat batuk
INTERVENSI
1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan.
2. Observasi frekuensi batuk dan adanya secret.
3. obervasi karakteristik secret.
4. Tinggikan kepala dan Bantu mengubah posisi.
5. Dorong Bantu klien dalam nafas dalam dan latihan batuk.

R/: 1. Dapat mengetahui frekuensi pernafasan, kedalaman


pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas.
2. Mengetahui apakah batuk kering atau berlendir.
3. Mengetahui apakah sputum berdarah yang diakibatkan
oleh kerusakan jaringan.
4. Memungkinkan
ekspansi
paru
dan
memudahkan
pernafasan.
5. dapat meningkatkan produksi sputum yang mengganggu
ventilasi sehingga pola nafas efektif.
III. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
TUJUAN : Gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria :
- Sesak nafas hilang
- Warna bibir merah mudah
- Kuku tidak pucat
- Pernafasan 18 x /menit
INTERVENSI
1. Kaji tanda-tanda vital.
2. Observasi adanya sianosis dan warna keabu-abuan pada
jaringan perifer seperti: daun telinga, bibir, lidah dan kuku.
3. Tinggikan kepala tempat tidur sesui kebutuhan / toleransi
klien.
4. Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan
jalan nafas seperti: mengajarkan klien batuk efektif.
R/: 1. Data dasar untuk mengetahui apakah klien mengalami
takikardia, takipnea.
2. Adanya perubahan warna pada jaringan menunjukkan
hipoksemia sistemik.
3. Meningkatkan ekspansi dada maksimal, membuat mudah
bernafas sehingga meningkatkan kenyamanan fisiologis /
psikologi.
4. Jalan nafas lengket / kolaps menurunkan jumlah alveoli
yang berfungsi secara negatif mempengaruhi pertukaran
gas.
IV. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
TUJUAN : Nutrisi terpenuhi dengan criteria :
- Napsu makan bertambah.
- Klien tidak lemah.

INTERVENSI
1. Kaji pola nutrisi klien.
2. Timbang berat badan setiap hari.
3. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.
4. Sajikan makanan yang hangat.
5. penatalaksanaan pemberian cairan parental
6. penatalaksanaan pemberian obat raboransia (Vitamin)
R/: 1. Mengetahui sejuah mana tingkat status nutrisi klien
sehingga memudahkan dalam intervensi selanjutnya.
2. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun
tujuan berat badan dan evaluasi keadekuatan rencana
nutrisi.
3. Sering
makan
mempertahankan
netralisasi
HCI,
melarutkan isi lambung pada kerja menimal asam mukosa
lambung yang akan mencegah distensi gaster yang
berlebih.
4. Makanan yang di sajikan dalam keadaan hangat dapat
merangsang klien untuk makan.
5. Salah satu pengganti makanan dan minuman melalui oral,
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
6. Salah satu sumber dalam pemantauan status nutrisi klien
sekaligus penambah selara makan.
V. Gangguan pola tidur b/d sesak.
TUJUAN : Pola tidur normal dengan criteria :
- Klien tidak sesak.
- Klien tidak mudah terjaga saat tidur.
- Klien tidak mudah batuk.
INTERVENSI
1. Kaji pola tidur klien.
2. Anjurkan klien untuk tidur tepat waktu
3. Anjurkan klien untuk membaca Koran / Nonton TV sebelum
tidur.
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
5. Anjurkan klien untuk menghindari makanan / minuman yang
mengandung kafein sebelum tidur.
R/: 1. Mengetahui jam tidur klien dan sebagai data untuk menilai
sejauh mana gangguan yang dialami klien.
2. Tidur tepat waktu dapat membantu klien memenuhi
kebutuhan istirahat tidur dalam 24 jam.
3. Membaca / nonton TV akan melelahkan mata sehingga
klien bisa tidur.
4. Posisi yang nyaman dapat membantu klien beristirahat
dengan nyaman.

5. Kafein dapat menghambat rasa ngantuk.

D. Implementasi
I. Tgl. 09/02/2009
Jam 12:00
IMPELEMENTASI / HASIL
1. Mendengarkan dan mencatat adanya bunyi nafas tambahan.
Hasil : bunyi nafas tambahan wheezing dan rales.
2. Menkaji frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspansi.
Hasil : bronchvesikuler
3. Memberikan posisi semi fowler.
Hasil : sesak berkurang
4. Menganjurkan pada klien untuk menghidari factor pencetus.
5. Menganjurkan klien agar minum air hangat
6. Penatalaksanaan pemberian obat oral.
- Amoxillin 500 mg 3 x 1
- Salbutamol 3 x 1
II. Tgl. 09/02/2009
Jam 12:10
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernafasan.
Hasil : pernafasan cepat
2. Mengobservasi frekuensi batuk dan adanya secret.
Hasil : dalam waktu 10 menit klien batuk sebanyak 3 kali
3. Mengobservasi karakter secret.
Hasil : batuk Berlendir
4. Meninggikan kepala klien dan membantunya mengubah posisi.
Hasil : sesak berkurang
5. Membantu klien dalam melakukan latihan batuk efektif.
Hasil : sputum dapat keluar saat di batukkan
III. Tgl. 09/02/2009
Jam 12:15
1. Mengkaji tanda-tanda vital
Hasil : P : 36 x /menit
N : 96 x /menit
S : 37oC
TD : 120 / 70 mmHg
2. Mengobservasi adanya sianosis dan warna keabu-abuan pada
jaringan perifer seperti daun telinga, bibir, lidah, dan kuku
Hasil : Nampak sianosis pada kuku
3. Meninggikan kepala tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi
klien.
Hasil : Ekspansi dada meningkat
4. Mengajarkan klien latihan batuk efektif.
Hasil : klien mengerti dan mau melakukan

IV. Tgl. 09/02/2009


Jam 12:20
1. Mengkaji pola nutrisi klien
Hasil : sebelum sakit asupan makan klien baik
2. Menimbang barat badan klien setiap hari.
Hasil : berat badan klien belum bertambah
3. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering.
4. Menyajikan makanan yang hangat dan bervariasi.
5. Penatalaksanaan pemberian cairan parenteral.
6. Penatalaksanaan pemberian obat raboransia.
V. Tgl. 09/02/2009
Jam 12:25
1. Mengkaji pola tidur klien
Hasil : klien sering terjaga saat tidur malam karena sesak dan
batuk.
2. Menganjurkan klien untuk tidur tepat waktu.
Hasil : klien mau melakukan
3. Menganjurkan klien untuk membaca Koran sebelum tidur.
4. Mengatur posisi tangan nyaman bagi klien.
5. Menganjurkan kepada keluarga untuk menciptakan lingkungan
yang tenan.
6. Menganjurkan klien untuk menghindari makanan dan minuman
yang mengandung kafein.
Hasil : klien tidak minum kopi
7. Penatalaksanaan pemberian obat sedatif

E. Evaluasi
I. Tgl. 09/02/2009
Jam 13:00
S : - Klien mengatakan masih sesak
- Klien mengeluh berlendir
O : - Masih terdengar akumulasi secret saat batuk
- Klien mengeluh nyeri pada dada saat batuk
- Pernafasan 36 x /menit
A : Bersihkan jalan nafas belum efektif
P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dilanjutkan
Jam 13:05
S : - Klien mengatakan masih sesak
- Klien masih mengeluh batuk berlendir
O: - Masih terdengar akumulasi secret saat batuk
- Ekspresi wajah masih meringis jika batuk
- Klien Nampak sesak
A: - Pola nafas belum efektif
P: Intervensi 1, 2, 3, 4, 5 dilanjutkan
Jam 13:10
S : - Klien masih mengeluh sesak
- Klien masih mengeluh nyeri pada dada saat batuk
O: - Ekspresi wajah masih meringis jika batuk
- Kuku Nampak kebiru-biruan
- warna bibir Nampak kebiru-biruan
- Klien Nampak lemah
- Tanda-tanda vital :

S : 37o C
N : 96 x /menit
P : 36 x/menit
TD : 120 / 70 mmHg
A : Gangguan pertukaran gas belum teratasi
P : Intervensi 1, 2, 3, 4, di lanjutkan
S : - Klien mengatakan sesak sudah mulai berkurang
- Klien mengeluh batuk berlendir
O: - Masih terdengar akumulasi secret saat batuk.
- Klien nyeri pada dada saat batuk mulai berkurang
- Pernafasan 27 x/menit
A: - Bersihkan jalan nafas mulai teratasi
P: - Intevensi 1, ,2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dilanjutkan
II. Tgl, 09/02/2009
Jam 13: 05
S : - KLien mengatakan sesak sudah mulai berkurang
- klien masih mengeluh batuk berlendir
O: - Masih terdengar akumulasi secret saat bauk
- Ekspresi wajah masih meringis jika batuk
A: - Nafas mulai teratasi
P: Intervensi 1, 2,3,4,5, dilanjutkan
III. Tgl. 09/02/2009
Jam 13:10
S : - Klien mengatakan sesak sudah mulai berkurang
- Klien mengatakan nyeri pada dada saat batuk sudah mulai
berkurang
O: - Ekpresi wajah tidak lagi meringis jika batuk
- tidak Nampak kebiru-biruan pada kuku dan bibir
- klien Nampak lemah
- Tanda-tanda Vital :
S : 37oC
N : 96 x /menit
P : 27 x /menit
TD: 120 /mmHg
A: Gangguan pertukaran gas mulai teratasi
P: Intervensi 1,2,3,4, dilanjutka

IV. Tgl. 09/02/2009


Jam 13:15
S : - Klien masih mengeluh malas makan
- Klien mengeluh batuk berlendir
O: - Klien Nampak lemah
- Terdengar suara penumpukan secret pada jalan nafas
A: Gangguan pemenuhan nutrisi belum terpenuhi
P:
Intervensi 1,2,3,4,5,6 di lanjutkan
V. Tgl. 09/02/2009
Jam 13:20
S : - Klien mengatakan tidurnya hanya 5 jam
O: - Kunjungtiva Nampak pucat
A: Instirahat belum terpenuhi
P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7 dilanjutkan

Visit

katamiqhnur.com
yaaa....

Vous aimerez peut-être aussi