Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
BATASAN
2. 1 Definisi
Anaphylaxis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ana yang artinya jauh dari dan
phylaxis yang artinya perlindungan. Anafilaksis berarti menghilangkan perlindungan.
Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ
terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi
imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah
tersensitisasi. (4)(5)
Syok anafilaktik (= shock anafilactic ) adalah reaksi anafilaksis yang disertai
hipotensi yang nyata dan kolaps sirkulasi darah dengan atau tanpa penurunan
kesadaran. Syok anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi tipe yang fatal dan
menunjukkan derajat kegawatan . Reaksi ini dapat terjadi dalam beberapa detik menit, sebagai akibat reaksi antigen antibodi, pada orang-orang yang sensitif setelah
pemberian obat-obat secara parentral, pemberian serum / vaksin atau setelah
digigit serangga. Reaksi ini diperankan oleh IgE antibodi yang menyebabkan
pelepasan mediator kimia dari sel mast dan sel basofil yang beredar dalam sirkulasi
berupa histamin, SRS-A, serotonin dll. (4)(5)(6)
Reaksi anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa
melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya
diterapi sebagai anafilaksis. (4)(5)
2. 2 Epidemiologi
Angka kejadian pasti reaksi anafilaksis tidaklah diketahui secara persis, namun
beberapa studi epidemilogik melaporkan di Ontario, Canada angka kejadian berkisar
4 kasus / 10 juta penduduk, sementara laporan terakhir dari munich terdapat
peningkatan sekitar 9,79 kasus / 100.000 penduduk. (6)
Di Indonesia, Anafilaksis memang jarang dijumpai, tetapi paling tidak
dilaporkan lebih dari 500 kematian terjadi setiap tahunnya karena antibiotik beta
laktam, khususnya penisillin. Penisillin menyebabkan reaksi yang fatal pada 0,002%
pemakaian. Selanjutnya penyebab reaksi anafilaktoid yang tersering adalah
pemakaian media kontras untuk pemeriksaan radiologis. Media kontras menyebabkan
reaksi yang mengancam nyawa pada 0,1 % dan rekasi yang fatal terjadi antara
1:10.000 dan 1:50.000 prosedur intervena. Kasus kematian berkurang setelah
dipakainya media kontras yang hiopoosmolar. (1)
Kematian karena uji kulit dan imunoterapi juga pernah dilaporkan. Enam
kasus kematian karena uji kulit dan 24 kasus imunoterapi terjadi selama tahun 1959
sampai tahun 1984. Penelitian lain melaporkan 17 kematian karena imunoterapi
selama periode 1985 sampai 1989. (1)
2. 3 Etiologi
Syok anafilaksis paling sering disebabkan oleh pemberian obat secara
suntikan, tetapi dapat pula disebabkan oleh obat yang diberikan secara oral atau oleh
makanan. Obat obat yang sering menyebabkan reaksi anafilaktik adalah golongan
antibiotik penisilin, ampisilin, sefalosporin, neomisin, tetrasiklin, kloramfenikol,
sulfanamid, kanamisin, serum antitetanus, serum antidifteri, dan antidiabetes. Alergi
terhadap gigitan serangga, kuman kuman, insulin, CTH. Zat radiodiagnostik, enzim
enzim, bahan darah, obat bius (prokainm,lidokain), vitamin, heparin, makan telur,
susu, coklat, kacang, ikan laut, mangga, kentang, dll. (2)
Mekanisme dan obat pencetus anafilaksis (1)
1. Anafilaksis (melalui IgE)
Antibiotik ( penisilin,sefalosporin)
Ekstrak alergen ( bisa tawon,polen)
Obat ( glukokortikoid, thiopental, suksinilkolin )
Enzim ( kemopapain, tripsin )
Serum heterolog ( antitoksin tetanus, globulin antilimfosit )
Protein manusia ( insulin, vasopresin, serum )
2. Anafilaktoid ( tidak melalui IgE)
Zat pengelepas histamin secara langsung :
Obat ( opiat, vankomisin, kurare )
Cairan hipertonik ( media radikontras, manitol )
Obat lain ( dekstran,fluoresens )
Aktivasi komlemen
Protein manusia ( imunoglobulin, dan produk lainnya)
Bahan dialisis
Modulasi metabolisme asam arakidonat
3
Asam asetilsalsilat
Antiinflamasi nonsteroid
2. 4 Manifestasi Klinis
Tabel 1. Gejala dan tanda anafilaksis berdasarkan organ sasaran (1)
Sistem
Umum
Prodormal
Pernafasan
Hidung
Laring
Lidah
Bronkus
Kardiovaskular
Gastro intestinal
kadang
kadang
disertai
darah,
Kulit
Mata
Susunan saraf pusat
eksremitas
Gatal, lakrimasi
Gelisah, kejang
1.
Reaksi lokal : biasanya hanya urtikaria dan edema setempat, tidak fatal (2)
2.
b.
c.
BAB III
PATOFISIOLOGI
Oleh
Coomb
dan
Gell
(1963),
anafilaksis
dikelompokkan
dalam
hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi tipe segera (Immediate type reaction). (4)(5)
Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin,
bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang disebut dengan istilah
preformed mediators. Histamin adalah dianggap sebagai mediator utama syok
anafilaksis. Banyak tanda dan gejala anafilaksis yang disebabkan pengikatan histamin
pada reseptor tersebut; mengikat reseptor H 1 menyebabkan pruritis, rhinorrhea,
takikardia, dan bronkospasme. Di sisi lain, baik H1 dan H2 reseptor berpartisipasi
dalam memproduksi sakit kepala dan hipotensi. Ikatan antigen-antibodi merangsang
degradasi asam arakidonat dari membran sel yang akan menghasilkan Leukotrien
(LT) dan Prostaglandin D2 (PG2) yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi
yang disebut newly formed mediators. PGD 2 menyebabkan bronkospasme dan
dilatasi pembuluh darah. (4)(5)(7)
Fase Efektor
Adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ
organ tertentu.
Histamin
memberikan
BAB IV
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
4.1 Diagnosis
Pada pasien dengan reaksi anafilaksis biasanya dijumpai keluhan 2 organ atau
lebih setelah terpapar dengan alergen tertentu. Untuk membantu menegakkan
diagnosis maka American Academy of Allergy, Asthma and Immunology telah
membuat suatu kriteria.(1)
Kriteria pertama adalah onset akut dari suatu penyakit (beberapa menit hingga
beberapajam) dengan terlibatnya kulit, jaringan mukosa atau kedua-duanya (misalnya
bintik-bintik kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus, kemerahan, pembengkakan
bibir, lidah, uvula), dan salah satu dari respiratory compromise (misalnya sesak nafas,
bronkospasme, stridor, wheezing , penurunan PEF, hipoksemia) dan penurunan tekanan
darah atau gejala yang berkaitan dengan disfungsi organ sasaran (misalnya hipotonia,
sinkop, inkontinensia). (1)
Kriteria kedua, dua atau lebih gejala berikut yang terjadi secara mendadak
setelah terpapar alergen yang spesifik pada pasien tersebut (beberapa menit hingga
beberapa jam), yaitu keterlibatan jaringan mukosa kulit (misalnya bintik-bintik
kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus, kemerahan, pembengkakan bibir-lidahuvula); Respiratory compromise (misalnya sesak nafas, bronkospasme, stridor,
wheezing, penurunan PEF, hipoksemia); penurunan tekanan darah atau gejala yang
berkaitan (misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia); dan gejala gastrointestinal yang
persisten (misalnya nyeri abdominal, kram, muntah). (1)
Kriteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah terpapar pada
alergen yang diketahui beberapa menit hingga beberapa jam (syok anafilaktik). Pada
bayi dan anak-anak, tekanan darah sistolik yang rendah (spesifik umur) atau
penurunan darah sistolik lebih dari 30%. Sementara pada orang dewasa, tekanan
darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan darah sistolik lebih dari 30% dari
tekanan darah awal. (1)
Gb. 2. Algoritme diagnosis anafilaksis(1)
tenggorokan tertutup.
Suara Hoarse
Stridor, tingginya suara inspirasi karena saluran nafas atas yang
mengalami obstruksi.
Breathing Problems :
-
Circulation problem :
-
10
Mungkin urtikaria yang muncul dimana saja pada tubuh, berwarna pucar,
11
BAB V
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab penderita
berada pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik tidaklah sulit,
asal tersedia obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta
dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu
yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. (3)
Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat
kimia, baik peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah:(3)
1.
Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi
dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha
memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.(3)
12
2.
Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap bebas,
tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar,
posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang
menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik
mandibula ke depan, dan buka mulut.(3)
B.
C.
Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar. (3)
2.
3.
4.
Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk
koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai
tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan
meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat.
13
Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan
perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya
peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila
memberikan
Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik
dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau
terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah
harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan
transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus
tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.(3)
6.
pemberian obat, tetapi ternyata tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Ada beberapa hal
yang dapat kita lakukan, antara lain: (3)
1. Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat dan tepat.
2. Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma dan orang yang mempunyai
riwayat alergi terhadap banyak obat, mempunyai risiko lebih tinggi terhadap
kemungkinan terjadinya syok anafilaktik.
3. Penting menyadari bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita dapat
mentoleransi pemberian obat-obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita
tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit negatif dan
mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi sebesar 1
14
2.
Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan
yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak). (3)
3.
Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada kontra
indikasi. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau
muntah. (3)
4.
melakukan
resusitasi
cairan
untuk
mengembalikan
volume
intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti
plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler. (3)
5.
Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan
berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian
volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 34 kali
volume perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid
memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah
diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan
ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap. (3)
6.
7.
8.
Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat
pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk (Multiple Organ
16
BAB VII
KESIMPULAN
Syok anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi tipe yang fatal dan
menunjukkan derajat kegawatan dan perlu penanganan yang segera. Syok anafilaktik
sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan intravena seperti antibiotik atau
media kontras. Sengatan serangga seperti lebah juga dapat menyebabkan syok pada
orang yang rentan.
Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi
terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang
bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi,
pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
17
menurunkan ventilasi.
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal
gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas
dan efisiensi kerja kita pada saat-saat atau menit-menit pertama penderita mengalami
syok.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rengganis I. Rejatan Anafilaktik. Dalam : Sudoyo A ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 4. Jilid I. 2007. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, hal: 190-193
2. Mansjoer A, Wardhani WI, Setowulan W. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed.
Jilid 1. 2000. Jakarta : Media Aesculapus. hal : 622 -1623
3. Penatalaksanaan syok anafilaktik in http://nursingbegin.com/penatalaksanaansyok-anafilaktik/ Diakses pada tanggal 12 Mei,2015
4. Syok anafilaktik in http://anastesikedokteran.blogspot.com/2010/06/syokanafilaktik.htm Diakses pada tanggal 12 Mei,2015
18
19