Vous êtes sur la page 1sur 17

TUGAS SISTEM RESPIRASI

TUBERKULOSIS PARU

DISUSUN OLEH :
1) I Komang Sudiartha
2) I Nengah Joni Artawan
3) Rizmi Lathifah Khaerunnisa
4) Surianto
5) Wayan Putu Ariyani

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI S1
MATARAM

2013/2014

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit pada system respirasi snagtlah banyak jenisnya, dan salah satunya adalah
tuberkulosis paru atau sering disebut TB paru. Dan penyakit paru ini merupakan penyebab
kematian kedua setelah penyakit jantung. Tuberkulosa paru (TBC) adalah suatu penyakit
infeksi kronik, akut atau subakut yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkolulosis yang
bersifat tahan asam, aerob dan merupakan hasil gram positif, yang ada umumnya menyerang
struktur alveolar par-paru. Tuberculosis paru (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu
mikrobakterium tuberculosis. Bakteri tuberculosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4 x
0,2-0,5 m, bentuknya seragam, tidak berspora, dan tidak bersimpai. Pada makalah ini akan
di bahas mengenai konsep dasar penyakit serta konsep dasar asuhan keperawatan pada TB
paru.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1

Bagaimana konsep dasar penyakitt pada penyakit TB paru?

1.3 Tujuan

1.3.1

Mengetahui konsep dasar penyakitt pada penyakit TB paru.

BAB II
ISI

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 PENGERTIAN
Tuberkulosa paru (TBC) adalah suatu penyakit infeksi kronik, akut atau subakut yang
disebabkan oleh mikrobakterium tuberkolulosis yang bersifat tahan asam, aerob dan merupakan
hasil gram positif, yang ada umumnya menyerang struktur alveolar par-paru.
2.1.2

EPIDEMOLOGI

Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1992, penyakit paru di Indonesia
merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar setelah penyakit jantung. Sebagian besar
penderita TB paru berasal dari kelompok masyarakat usia produktif dan berpengasilan rendah.
Adanya wabah HIV/AIDS di seluruh dunia juga turut mempengaruhi jumlah penderita TB paru
termasuk Asia Tenggara. Selain itu, peningkatan jumlah penderita TB juga dipengaruhi oleh
industrialisasi, kemudian transportasi, serta perubahan ekosistem. Dari hasil survei yang
dilakukan oleh WHO didapatkan fakta bahwa kematian wanita akibat TB lebih besar daripada
kematian akibat kehamilan dan persalinan (Zain, 2001).
2.1.3

ETIOLOGI

Tuberculosis paru (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu mikrobakterium


tuberculosis. Bakteri tuberculosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4 x 0,2-0,5 m,
bentuknya seragam, tidak berspora, dan tidak bersimpai. Pada biakan, terlihat bentuknya
bervariasi mulai dari bentuk kokoid sampai berupa filamen. Beberapa strain tertentu berbeda
dalam pertumbuhannya, yaitu berbentuk batang dan tersusun seperti tali yang disebut cord
formation (Budiarti, 2001).
Dinding selnya mengandung lipid samapai hampir 60 % dari berat seluruhnya, sehingga
sangat sukar diwarnai dan perlu cara khusus agar terjadi penetrasi zat warna. Kandungan lipid
yang tinggi pada dinding sel menyebabkan bakteri ini sangat tahan terhadap asam, basa, dan
kerja antibiotic bakterisidal.
2.1.4

PATOFISIOLOGI

Penularan TBC dapat terjadi karena kuman dibentukkan atau dibersinkan secara droplet
infection, yaitu udara yang dihirup ketika bernapas. Akibat terkena sinar matahari yang panas,
droplet menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara di bantu dengan pergerakan angin akan
membuat bakteri tuberculosis yang terkandung dalam droplet terbang ke udara. Apabila bakteri
tersebut terhirup oleh orang sehat, maka orang tersebut berpotensi terkena bakteri tuberculosis.
Penularan baketri lewat udara tersebut dengan istilah air-borne infection. Bakteri yang terhisap
melewatai pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi
dimana terjadi

implantasi bakteri, bakteri akan mengandakan diri (multipleying).

Tempat

implantasi kuman TBC yang paling sering adalah permukaan alveoli dari perenkim paru pada
bagian bawah lobus atas atau bagian atas lobus bawah. Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe
regional, yang bersam focus primer disebut sebagi kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu,
inang yang baru terkena infeksi kan menjadi sensitive terhadap protein yang dibuat bakteri
tuberkolosis dan bereaksi positif terhadap ters tuberculin atau tes Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapt menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai
jalan, yaitu:
1. Percabangan Bronkus
Penyebaran infeksi lewat percabangan bronkus dapat dapat mengenai area paru atau melalui
sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring), maupun ke saluran percernaan.
2. System Saluran Limfe
Penyebaran lewat saluran limfe menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya
secara tak langsung mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan
menimbulkan tuberkolosis milier.
3. Aliran Darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapt membawa atau mengangkut material
yang mengandung bakteri tuberkolosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui
aliran darah, yaitu tulang, kelenjar adrenal, otak dan meningen.
4. Reaktivasi Infeksi Primer (Infeksi Pasca-Primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan
bakteri tuberculosis tak dapat berkembang baik lebih lanjut danmenjadi dorman atau idur. Ketika
suatu kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang melemahkan daya
tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberculosis yang dorman dapat aktif kembali. Inilah yang

disebut reaktivasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahuntahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca-primer juga dapat diakibtakan oleh
bakteri tuberculosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri dorman yang aktif
kembali. Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama berada di daerah
apeks paru.
2.1.5

KOMPLIKASI KLINIS

Ada kalanya pada paru-paru terdapat kaverne sehingga eksudat juga terbawa melalui
kelenjar limfe maupun aliran darh yang mengakibtakan peradangan pada organ lainnya, antara
lain peritonitis tuberkulosa, perikarditis tuberkulosa, meningitis dan limfa denitis tuberkulosa.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah atelektasis, hepoptisis dan pnemothorax.
2.1.6

TANDA DAN GEJALA

Utama :
Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
Tambahan :
Dahak bercampur darah
Batuk darah
Sesak napas
Badan lemas
Nafsu makan menurun
Berat badan menurun
Malaise
Berkeringat di malam hari
Meriang lebih dari 1 bulan
2.1.7

PENATALAKSANAAN MEDIS

Zein (2001) membagi penatalaksanaan tuberculosis paru menjadi tiga bagian, yaitu
pencegahan dan penemuan penderita (active case finding)
Pencegahan Tuberkulosis Paru
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemerikasaan etrhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita tuberculosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberculin, klinis dan
radiologis. Bila tes tuberculin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diualng pada 6
dan 12 bualn mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti
terjadi konversi hasil tes tuberculin dan diberikan kemoprofilaksis.

2.

Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok-kelompok populasi

tertentu misalnya:
Karyawan rumah sakit/Puskesmas/Balai pengobatan
Penghuni rumah tahanan
Siswa-siswi pesantren
3. Vaksinasi BCG
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12 bulan dengan
tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi
kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusui pada ibu dengan BTA positif,
sedangkan kemoprofilaksis sekunder diberikan pada kelompok berikut:
Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberculin positif karena resiko timbulnya
TB milier dan meningitis TB
Anak dan remaja dibawah 20 tahun dengan hasil tes tuberculin positif yang bergaul
erat dengan penderita TB yang menular
Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberculin dari negative menjadi positif
Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obta imunosupresif jangka panjang
Penderita diabetes militus
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberculosis kepada
masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di tingkat ruamh sakit oleh petugas pemerintah
maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru IndonesiaPPTI).
Pengobatan Tuberkulosis Paru
Tujuan pengobtan poada penderita TB paru selain megobati, juga untuk mencegah kematian,
kekambuhan, resistensi terhadap OAT, serta memutuskan mta rantai penularan. Untuk
penatalaksanaan pengobatan tuberculosis paru, berikut ini adalah beberapa hal yang penting
untuk diketahui :
Jenis Obat anti-Tuberkulosis (OAT)
I.

Isoniazid (INH)
Bersifat bakterisid dan dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari

pengobatan
Efektif pada metabolic aktif (kuman dalam keadaan berkembang)
Dosis 5 mg/kg BB
II.
Rimpamfisin ( R )
Sifat : bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman (persisten) yang tidak dapat
dibunuh INH
Dosis : 10 mg/ kg BB
III.
Pirazmamide ( Z )

IV.

V.

Sifat : bakterisid dan dapat membunuh kuman dalam suasana asam


Dosis : 25 mg/kg BB
Etambutol ( E )
Sifat : bakterisid
Dosis : 15mg/kg BB
Streptomycin ( S )
Sifat : bakterisid
Dosis : 15 mg/kg BB

Panduan OAT:
Katagori WHO:
Katagori I
Katagori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan
meningitis, TB milier, perikarditis, pleuritis massif, spondiolitis dengan gangguan neorologis dan
penderita dengan sputum negative tetapi kelainan parunya luas. Pemberian obat :
2HRZE/4H3R3
2HRZE/4HR
2HRZE/6HE
Katagori II
Katagori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif. Pemberian obat:
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
2HRZES/HRZE/5HRE
Katagori III
Katagori III adalah kasus dengan sputum negative tetapi kelainan parunya tidak luas dan
kasus TB di laur paru.
2HRZ/4H3R3
2HRZ/4HR
2HRZ/6HE
Yang digunakan di Indonesia:
Katagori I : 2HRZE/4 H3R3
Katagori II : 2 HRZES/ HRZE/5 (HR)3 E3
OAT sisipan : HRZE
OAT anak : 2HRZ/4HR

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


ANAMNESIS
Keluhan Utama
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak
kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.
Pada sejumlah klien dengan gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadangkadang asimptomatik.
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim
kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Keluhan respiratoris, meliputi:
a. Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat nonproduktif/produktif atau sputum
bercampur darah.
b. Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alasan untuk meminta
pertolongan kesehatan. Hal ini disebabkan rasa takut klien pada darah yang keluar dari jalan
napas. Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood
streak, berupa garis atau bercak-bercak darah.
c. Sesak napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pnemothoraks, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini timbul apabila system
persarafan di pleura terkena TB.

2. Keluhan sistemis, meliputi:


a. Demam :
Keluhan yang sering di jumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam
influenza, hilang timbul, dan semakin lama sekain panjang serangannya, sedangkan masa bebas
serangan sepakin pendek
b. Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan
malaise. Tibulnya keluhan biasanya gradual muncul dalam beberapa minggu samapi bulan.

Riwayat Penyakit Saat ini


Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan paling sering dikeluhkan, mulamula nonproduktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah terjadimerusakan
jaringan. Batuk akn timbul apabila proses penyait telah melibatkan bronkus, dimana terjadi iritasi
bronkus selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan terjadi produktif yang
bergguna untuk membuang produk ekskresi peradangan dengan sputum yang bersifat mukoid
atau porulen. Tanyakan selama keluhan batuk apakah adanya keluhan lain sperti demam,
keringat malam, atau menggigil mirip dengan influenza karena keluhan demam dan batuk
merupakan gejala awal dari TB paru. Apabila klien mengeluhkan mengalami sesak napas yang
sebabkan TB paru, biasanya akan ditemukan gejala bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena adanya hal-hal yang menyertainya seperti efusi pleura, pnemothoraks, anemia dan lainlain.
Riwayat penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari orang lain,
pemebesaran getah bening dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti diabetes militus.
Tanyakan obat-obatan yang digunakan klien pada masa yang lalu masih relevan, obatobat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi di massa lalu.
Adanya alergi obat juga harus ditanyakan serta reasi alergi yang timbul. Sering kali klien
mengacaukan suatu alergi denagn efek samping obat. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh
penurunan berat badan dalam 6 bualn terakhir. Penurunan BB pada klien dengan TB paru
berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang
sering disebabkan karena meminum OAT.
Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini
pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan didalam
rumah.
2.2.2

PENGKAJIAN PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk
memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pada

kondisi klinis klien dengan TB paru sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan
keluhan yang dialaminya.
Perawat juga harus mengkaji tempat tinggal klien. Hali ini penting karena pemukiman
yang padat dan kumuh akan mempermudah penyebaran bakteri tuberkulosis. TB paru merupakan
penyakit yang pada umumnya menyerang masyarakat miskin karena tidak sanggup
meningkatkan daya tahan tubuh nonspesifik dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Klien TB
paru kebanyakan berpendidikan rendah karennya mereka sering kali tidak menyadari bahwa
penyembuhan penyakit dan kesehatan merupakan yang penting.
2.2.3

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik pada klien TB paru meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari
observasi dan keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (blood), B3
(brain), B4 (bladder), B5 (bowel), B6 (bone) serta pemeriksaan yang focus pada B2 dan
pemeriksaan menyeluruh system pernapasan.
Keadaan Umum dan Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selitis pandang dengan
menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Seorang perawat harus mengetahui konsep anatomi
fisiologi umu sehingga dengan dengan cepat dapat menilai keadaan umum , kesadaran, dan
pengukuran GCS bila kesadaran klien menurun.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh secra signifikan, frekuensi napas meningkat apabial disertai sasak napas, denyut nadi
meningkat dan tekanan darah.
B1 (breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan pemeriksaan fokus yang terdiri dari
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan
Sekilas pandang klien dengan TB paru baisanya tampak kurus sehingga terlihat adanya
penurunan proporsi diameter bentuk dada antero-posterior dibandingkan proporsi lateral. Apabila
ada penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura yang massif, maka terlihat adanya
ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran intercostals space (ICS) pada sisi yang sakit. TB paru

yang disertai atelaksis paru membuat bentuk dada menjadi tidak simetris, yang membuat
penderitanya mengalami penyempitan intercosta space (ICS) pada sisi yang sakit.
Pada klien dengan TB paru minimal dan tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernapasan tidak
mengalami perubahan. Meskipun demikian, jika terdapat kompilkasi yang melibatkan kerusakan
luas pada parenkim paru biasanya klien akan terlihat mengalamio sesak napas, peningkatan
frekuensi napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Batuk dan sputum
Saat melakukan pengkajian batuk pada klien dengan TB paru, biasanya didapatkan batuk
produktif yang disertai adanya yang disertai adanya peningkatan produksi secret dan sekresi
sputum yang purulen. Periksa jumlah produksi sputum, terutama apabial TB paru disertai adanya
bronkhiektasis yang membuat klien mengalami peningkatan produksi sputum.
Palpasi
Palpasi trachea
Adanay pergesaran trachea menandakan adanya gangguan penyakit pada lobus atas paru. Pada
TB paru yang disertai adanya efusi pleura massif dan pneumothoraks akan mendorong posisi
trachea kea rah berlawanan kesisi sakit.
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan
TB paru tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan daa saat pernapasan biasanya
normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya dietmukan pada klien TB paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
Getaran suara (fremitus vocal)
Getaran yang terasa ketika perawat meletakkan tangannya di dada klien saat klien berbicara
adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon
bronchial untuk membuat dinding dada dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan.
Kapasitas merasakan bunyi dada disebut taktil fremitus. Adanya penurunan taktil fremitus pada
klien dengan TB paru biasanya ditemukan pada klien yang disertai komplikasi efusi pleura
massif, sehingga hantaran suara menurun karena transmisi getaran suara harus melewati cairan
yang berkumolasi di rongga pleura.
Perkusi
Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan bunyi resonan
atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti
efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesaui banyaknya
akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks, maka didapatkan bunyi
hiperresonan terutama jika pneumothoraks ventil yang mendorong posisi paru kesisi yang sehat.

Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada posisi yang sakit.
Penting bagi perawat memeriksa untuk mendokumentasikan hasil askultasi didaerah mana
didapatkan adanya ronhki. Bunyi yang terdengar melaui stetoskop ketiak klien berbicara disebut
dengan resonan vocal. Klien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura dan
pneumothoraks akan didapatkan penurunan resonan vocal pada sisi yang sakit.
B2 (blood)
Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:
Inspeksi
: inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik
Palpasi
: denyut nadi perifer melemah
Perkusi
: batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi pleura
masif mendorong ke sisi sehat.
Auskultasi : tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak
didapatkan.
B3 (brain)
Kesadaran biasanya compos mentes, ditemukan adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi
jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien tampak dengan wajah meringis, merintih
meregang dan mengeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan adanya
konjungtiva anemis pada TB paru dengan hemoptoe massif dan kronis, dan sclera ikterik pada
TB paru dengan gangguan fungsi hati.
B4 (bladder)
Pengukuran volume akut urine berhubungan denga intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu
memonitor adanay oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Klien
diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi sebagai meminum OAT terutama
Rimfampisin.
B5 (bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
B6 (bone)
Aktivitas sehari-hari berkuarang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala yang muncul antara
lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap dan jadwal olahraga menjadi tidak
teratur.
3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Pada pemeriksaan rotgen thoraks sering ditemukan adanay suatu lesi sebelum ditemukan adanay
gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru. Bila
pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak adanya gambaran khusus mengenai TB
paru awal kecuali lokasi di bawah lobus bawah biasanya berada di luar hilus. Karakteristik
kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis apaque yang ukurannya bervariasi dengan
batas lesi yang tidak jelas.
b. Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang
ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotic iriguler, pita parenkimal, klasifikasi
nodul, dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskuler, bronkokhiektasis, dan
emfisema perisikatriksial.
c. Radiologi TB Paru Milier
TB paru milier terbagi menjadi dua tipe: yaitu TB paru milier akut dan TB milier subakut
(kronis). Penyebaran milier terjadi setelah infeksi primer. TB milier akut diikuti oleh invasi
pembuluh darah secara massif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang berat dab
sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT. Pada bayi dan anak-anak, penyakit
ini dapat disebabkan oleh penyebaran dari TB primer dan mengakibatkan manifestasi klinis yang
berat. Pada orang dewasa, khususnya orang tua, angka kejadian penyakit ini sangat tinggi dan
sangat sulit sekali diidentifikasi. Pada klien lain, nodul-nodul tersebut dapat berupa garis tebal
yang tidak begitu tajam dengan daerah-daerah yang kabur disekitarnya.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit tuberlkolosis diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi
melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan
yang lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sipat biokimia pada berbagai media,
perbedaan kepekaan terhadap OAT dan kemoterapiutik, perbedaan kepekaan terhadap binatang
percobaan dan percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium. Bahan
pemeriksaan untuk isolasi Mycobacterium tuberculosis berupa:
1. Sputum klien. Sebaiknya sputum diambil pada pagi hari dan yang pertama keluar. Jika sulit
didapatkan maka sputum dikumpulkan selam 24 jam.
2. Urine. Urine yang diambil adalh urine pertama di pagi hari atau urine yang dikumpulkan
selama 12-24 jam. Jika klien menggunakan kateter maka urine yang tertampung di dalam urine
bag dapat diambil.

3.

Cairan kumbah lambug. Umumnya bahan pemeriksaan ini digunakan jika anak-anak atau

klien tidak dapat dikeluarkan sputum. Bahan pemeriksaan diambil pagi hari sebelum sarapan.
4. Bahan-bahan lain. Misalnya pus, cairan serebrospinal (sumsum tulang blakang), cairan
pleura, jaringan tubuh, feses dan swab tenggorok.
Bahan pemeriksaan dapat diteliti secara mikroskopis dengan membuat sediaan dan mewarnai
dengan pewarnaan tahan asam serta diperiksa dengan lensa rendam minyak. Hasil pemeriksaan
mikroskopik dilaporkan sebagi berikut.

Bila setelah pemeriksaan teliti selama 10 menit tidak ditemukan bakteri tahan asam, maka

diberikan label (penanda) : Bakteri tahan asam negative atau BTA (-).
Bila ditemukan bakteri tahan asam 1-3 bintang pada seluruh sediaan, maka jumlah yang
ditemukan harus disebut, dan sebaiknya dibuat sediaan ulangan.
Bial ditemukan bakteri-bakteri tahan asam maka harus diberi label : Bakteri tahan asam
positif atau BTA (+).
Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang sensitive adalah
pemeriksaan laju endap darh (LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan
immunoglobulin terutama IgG dan IgA.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Tuberkulosa paru (TBC) adalah suatu penyakit infeksi kronik, akut atau subakut yang
disebabkan oleh mikrobakterium tuberkolulosis yang bersifat tahan asam, aerob dan merupakan

hasil gram positif, yang ada umumnya menyerang struktur alveolar paru-paru.
Tuberculosis paru (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu mikrobakterium tuberculosis.
Bakteri tuberculosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4 x 0,2-0,5 m, bentuknya seragam,
tidak berspora, dan tidak bersimpai
3.2 Saran
Kita sebagai perawat hendaknya tahu tentang konsep dasar dari gejala-gejala pada penyakit
TB paru karena penyakit ini sangat dapat menyababkan kematian serta dapat merumuskan suatu
rencana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien yang mengalamipenyakit TB paru, dan
berikan HE pada pasien agar mengetahui tanda dan gejala serta penyebab dari TB paru.

DAFTAR PUSTAKA

Prince, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC


Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Vous aimerez peut-être aussi