Vous êtes sur la page 1sur 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah menentukan jumlah/ kadar zat padat dalam air
sampel, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut.
1.2 Metode Percobaan
Pada percobaan kali ini, metode yang digunakan adalah metode gravimetri yaitu
analisis berdasarkan penimbangan berat.
1.3 Prinsip Percobaan
Penentuan padatan dilakukan dengan cara penyaringan, pemanasan dan
penimbangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam
dan molekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat,
kwarts. Perbedaan pokok antara kedua zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter
partikel-partikel tersebut (Alaerts, 1984).
Perbedaan antara kedua kelompok zat yang ada dalam air alam cukup jelas
dalam praktek namun kadang-kadang batasan itu tidak dapat dipastikan secara
definitif. Dalam kenyataan sesuatu molekul organis polimer tetap bersifat zat yang
terlarut, walaupun panjangnya lebih dari 10 m, sedangkan beberapa jenis zat
padat koloid mempunyai sifat dapat bereaksi seperti sifat zat-zat yang terlarut.
(Alaerts, 1984)
Analisa zat padat dalam air digunakan untuk menentukan komponenkomponen air secara lengkap, proses perencanaan, serta pengawasan terhadap
proses pengolahan air minum maupun air buangan. Karena bervariasinya materi
organik dan anorganik dalam analisa zat padat, tes yang dilakukan secara empiris
tergantung pada karakteristik materi tersebut. (Juanda, 2012)
Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1 m)
yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri
atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh
kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Masuknya padatan
tersuspensi ke dalam perairan dapat menimbulkan kekeruhan air. Hal ini
menyebabkan menurunnya laju fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas
primer perairan menurun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya
keseluruhan rantai makanan (Anonim, 2011).
Padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan
melalui dua cara. Pertama, menghalangi dan mengurangi penetrasi cahaya ke
dalam badan air, sehingga menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan
tumbuhan air lainnya. Kondisi ini akan mengurangi pasokan oksigen terlarut alam
badan air. Kedua, secara langsung TDS yang tinggi dapat mengganggu biota
perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang. Menurut Fardiaz (1992),
padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air, sehingga

mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis dan kekeruhan air juga


semakin meningkat. Ditambahkan oleh Nybakken (1992), peningkatan kandungan
padatan tersuspensi dalam air dapat mengakibatkan penurunan kedalaman eufotik,
sehingga kedalaman perairan produktif menjadi turun. (Anonim, 2011)
Beberapa jenis filter yang digunakan dalam penentuan zat padat dalam air
adalah (Alaerts, 1984):
1. Filter kertas biasa
Terbuat dari bahan kertas biasa dengan ukuran diameter pori 10 m. Filter
ini menahan semua zat padat tersuspensi dan sebagian kecil zat koloidal yang
dapat diabaikan (karena lobang pori akan tertutup selama filtrasi sehingga
partikel-partikel kecil juga tertahan sedikit). Filter ini menyerap kelembaban udara
yang mengakibatkan bertambahnya berat sampai 5 % dari beratnya sendiri. Oleh
karena itu, filter kertas ini harus ditentukan beratnya dalam keadaan kering
sebelum filtrasi. Kertas filter biasa ini tidak cocok untuk analisa zat padat
tersuspensi organis/inorganis. Ini dikarenakan setelah dikeringkan pada suhu 550
C terdapat sisa pembakaran filter yang tidak diketahui beratnya.
2. Filter kertas khusus
Terbuat dari bahan kertas khusus yang lenyap waktu pembakaran pada suhu
550 C. Filter ini digunakan untuk analisa zat padat tersuspensi dan cocok untuk
analisa zat padat tersuspensi organis/inorganis karena tidak ada sisa pembakaran
filter.
3. Filter glass-fiber
Terbuat dari serabut kaca yang halus dan bersifat inorganis sehingga tidak
ikut terbakar pada suhu 550 C. Filter ini tidak menyerap kelembaban udara
sehingga tidak perlu dikeringkan dahulu sebelum analisa zat tersuspensi, analisa
zat tersuspensi organis dan inorganis. Filter glass-fiber ini banyak kelebihannya
dari filter kertas, namun harganya mahal.
4. Filter membran
Terbuat dari semacam bahan plastik seperti selulosa asetat dan mempunyai
lubang-lubang pori dengan ukuran tertentu dan sama besarnya. Ukuran lubang
pori adalah 0,20 m atau 0,45 m tergantung dari spesifikasinya. Filter membran
ini digunakan untuk menyaring/menahan zat koloidal yang terkandung dalam

larutan yang lolos dari filter kertas. Diameter filter membran (2 sampai 5 cm)
lebih kecil dari filter kertas, namun harganya jauh lebih tinggi. Filter membran ini
tidak memberi sisa pembakaran.
Ada dua macam metode yang digunakan untuk mengukur kualitas suatu
larutan. Untuk mengukur TDS dan TSS, metode analisa yang digunakan adalah
(Darwis, 2012):
1. Gravimetri
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil
reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling
tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Kesederhanaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan
dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain.
Analisis gravimetri sangat penting dalam bidang kimia analisis, meskipun telah
didengar bahwa teknik gravimetrik telah digantikan oleh metode instrumen.
Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat. Analit
secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dengan solvennya.
Persyaratan yang harus dipenuhi agar gravimetri dapat berhasil ialah terdiri dari
proses pemisahan yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang tidak
mengendap secara analit tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus
mempunyai susunan tertentu dan harus murni atau mendekati murni.
2. Elektrikal Konduktiviti
Konduktivitas listrik air secara langsung berhubungan dengan konsentrasi
padatan terlarut yang terionisasi dalam air. Ion dari konsentrasi padatan terlarut
dalam air menciptakan kemampuan pada air untuk menghasilkan arus listrik yang
dapat diukur menggunakan konduktivity meter. Elektrikal konduktiviti ini
adalah mengukur konduktivitas listrik bahan-bahan yang terkandung dalam air.
Semakin banyak bahan (mineral logam maupun nonlogam) dalam air, maka hasil
pengukuran akan semakin besar pula. Sebaliknya, bila sangat sedikit bahan yang
terkandung dalam air maka hasilnya mendekati nol, atau yang kita sebut dengan
air murni (pure water).
Konduktiviti meter adalah alat yang digunakan untuk menentukan daya
hantar suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam

air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan selain itu konduktiviti
meter memiliki kegunaan yang lain yaitu mengukur daya hantar listrik yang
diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam sebuah larutan. Menurut literatur
faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah perubahan suhu dan
konsentrasi. Dimana jika semakin besar suhunya maka daya hantar pun juga akan
semakin besar dan apabila semakin kecil suhu yang digunakan maka sangat kecil
pula daya hantar yang dihasilkan dan begitu dengan sebaliknya antara konsentrasi
dan daya hantar. Oleh sebab itu pengaruh suhu dan konsentrasi dapat
mempengaruhi daya hantar.

TS
TSS
FSS

TDS
VSS

FDS

VDS

Gambar 2.2 Skema Analisis Zat Padat


Sumber: Alaerts, 1978 (dalam Nurhuda, 2011)

Keterangan (Alaerts, 1984):


1. TS (Total Solids) adalah zat padat total/residu total setelah sampel limbah
cair dikeringkan pada suhu 105oC yang bertujuan untuk mengetahui
parameter mutu air.
2. TSS (Total Suspended Solids) adalah zat padat tersuspensi dimana sampel
disaring dengan kertas filter, filter yang mengandung zat tersuspensi
dikeringkan pada suhu 105oC selama 2 jam.
3. FSS (Fixed Suspended Solids) merupakan residu yang tertinggal setelah
TSS dibakar pada suhu 500 50oC.
4. VSS (Volatil Suspended Solids) merupakan zat padat yang hilang sewaktu
TSS dibakar pada suhu 500 50oC.
5. TDS (Total Dissolved Solids) adalah zat padat terlarut/residu terlarut dimana
sampel disaring dengan kertas filter, cairan yang lolos dikeringkan pada
suhu 105oC hingga garam akan mengendap lebih dulu.
6. FDS (Fixed Dissolved Solids) adalah residu yang tertinggal setelah TDS
dibakar pada suhu 500 50oC.
7. VDS (Volatil Dissolved Solids) adalah zat padat yang hilang sewaktu TDS
dibakar pada suhu 500 50oC.

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisis zat padat antara lain:
1. Kertas saring, untuk menyaring blanko dan sampel;
2. Cawan penguap 4 buah, sebagai wadah untuk filtrat sampel dan blanko;
3. Desikator, untuk menstabilkan suhu cawan setelah dipanaskan;
4. Furnace, untuk proses pembakaran cawan dengan suhu 550oC;
5. Oven, untuk memanaskan cawan;
6. Gelas ukur 50 ml, untuk mengukur sampel yang akan digunakan;
7. Neraca analitik, untuk menimbang massa cawan dan kertas saring;
8. Tangkrus, untuk memindahkan cawan dari oven;
9. Pinset, untuk meletakkan kertas saring pada corong;
10. Hot plate, untuk menguapkan filtrat;
11. Corong, untuk membantu proses penyaringan;
12. Beakerglass, sebagai wadah tempat penyaringan sebelum dipindahkan
kedalam cawan penguap;
13. Statip, sebagai penyangga corong.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum analisis zat padat antara lain:
1. Aquadest;
2. Sampel.
3.3 Cara Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum analisis zat padat terdiri atas:
1. Persiapan
a. Empat buah cawan penguap dan dua buah kertas saring bebas abu disiapkan;

b. Cawan-cawan yang telah bersih beserta kertas saring dipanaskan pada suhu
105oC selama satu jam di dalam oven;
c. Cawan dan kertas saring yang telah dipanaskan selanjutnya dimasukkan ke
dalam desikator, lalu ditimbang hingga konstan.
2. Pengukuran Zat Padat Terlarut
a. 10 ml sampel air disaring dengan kertas saring bebas abu;
b. Filtrate diuapkan pada cawan diatas hot plate sampai kering;
c. Cawan dimasukkan ke oven dengan suhu 105oC selama satu jam;
d. Cawan yang telah dipanaskan selanjutnya didinginkan di dalam desikator
selama 10 menit, kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca
analitik;
e. Cawan yang berisi TDS dimasukkan ke dalam furnace 550oC selama satu
jam, kemudian suhu diturunkan ke 105oC, sampai suhu stabil;
f. Cawan didinginkan di dalam desikator selama 10 menit, kemudian
ditimbang lagi dengan menggunakan neraca analitik;
g. Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan ke dalam cawan dan
dipanaskan di dalam oven dengan suhu 105oC selama satu jam;
h. Cawan tersebut didinginkan di dalam desikator selama satu jam, kemudian
ditimbang;
i. Cawan tersebut dipanaskan pada suhu 550oC selama satu jam, kemudian
suhu diturunkan ke 105oC, sampai suhu stabil;
j. Dinginkan di dalam desikator selama 10 menit, kemudian ditimbang;
k. Perlakuan yang sama dilakukan terhadap blanko.
3.4 Rumus
Blanko
TSS

= (g - b) x 1000/ ml blanko x 1000

FSS

= (h - b) x 1000/ml blanko x 1000

VSS

= TSS FSS

TDS

= (k - d) x 1000/ ml blanko x 1000

FDS

= (l d) x 1000/ ml blanko x 1000

VDS

= TDS FDS

TS

= TSS + TDS

Sampel
TSS

= (e a) x 1000/ ml sampel x 1000

FSS

= (f a) x 1000/ml sampel x 1000

VSS

= TSS - FSS

TDS

= (i c) x 1000/ ml sampel x 1000

FDS

= (j c) x 1000/ ml sampel x 1000

VDS

= TDS FDS

TS

= TSS + TDS

Keterangan Rumus:
a = massa cawan + kertas saring sampel
b = massa cawan + kertas saring blanko
c = massa cawan sampel
d = massa cawan blanko
e = a dipanaskan 105C
f = e dipanaskan 550C

g = b dipanaskan 105C
h = g dipanaskan 550C
i = c dipanaskan 105C
j = i dipanaskan 550C
k = d dipanaskan 105C
l = k dipanaskan 550C

DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Sri Sumestri. 1984. Metode Penelitian air. Surabaya: Usaha
Nasional
Anonim. 2011. Ekosistem Perairan Danau. http://www.damandiri.or.id/file/
marganofipbbab2.pdf. Tanggal akses: 4 Juni 2013
Darwis, Hijrah. 2012. Laporan Praktikum TSS TDS. http://hijrah-darwis.
blogspot.com/2012/02/laporan-tss-tds.html. Tanggal akses: 4 Juni 2013
Juanda, M. 2012. Parameter Fisika-Kimia-Biologi Penentu Kualitas Air.
http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimiabiologi-penentu-kualitas-air-2/. Tanggal akses: 4 Juni 2013
Nurhuda, Wilda Utami. 2011. Laboratorium Air: Analisis Logam. http://
laboratoriumlingkunganbywildatl32.blogspot.com/2011/09/laboratoriumair.html. Tanggal akses: 4 Juni 2013
Putra, Febry Yursa. 2010. Analisis Zat Padat (TDS, TSS, FDS, VDS, VSS, FSS).
http://el-andalucy.blogspot.com/2010/12/analis-zat-padat-tdstssfdsvdsvss
fss.html. Tanggal akses: 4 Juni 2013

Vous aimerez peut-être aussi