Vous êtes sur la page 1sur 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

BRINE SHRIMPS LETHALITY TEST (BSLT)

OLEH :

SUCI ANGRIANI (1301096 )


KELOMPOK 6
TANGGAL PRAKTIKUM
29 MEI 2015

DOSEN :

Dra Sylfia Hasti Mfarm,Apt


ASISTEN :
ISWAN PERMADI
RESTU ADITYA

PROGRAM STUDI SI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
PEKANBARU
2015

BRINE SHRIMPS LETHALITY TEST (BSLT)

I. TUJUAN
1. Memahami dan terampil melakukan uji toksisitas akut dengan metode BSLT
(Brine Shrimps Lethality Test).
2. Terampil dalam menentukan nilai LC 50 larva Artemia salina Leach dengan
metode BSLT (Brine Shrimps Lethality Test).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara tradisional beberapa tumbuhan telah digunakan untk mengobati penyakit
kanker maupun penyakit infeksi. Beberapa dari tumbuhan tersebut mempunyai potensi
untuk dikembangkan menjadi sediaan fitofarmaka dan sebagai sumber senyawa
antikanker, antioksidan, antibakteri dan antifungal yang baru. Pencarian sumber obat
dari alam sangat memungkinkan di Indonesia yang kaya akan berbagai sumber flora dan
fauna. Pemakaian bahan yang bersumber dari ala mini jelas akan memiliki resiko
toksisitas yang lebih ringan serta tingkat keamanan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan obat sintesis yang berasal dari bahan kimia murni.
Kanker adalah suatu penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan tidak normal dari
sel-sel jaringan tubuh, sel-sel yang tidak normal ini (sel kanker) dapat menyebar ke
bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Upaya membebaskan
masyarakat dari penderitaan kanker sangat perlu dilakukan, tetapi ditemui banyak
kendala karena biaya pengobatan penyakit kanker yang mahal, serta obat antikanker
memiliki efek samping yang besar.
Efek samping timbul karena belum adanya obat kanker yang bekerja spesifik.
Obat antikanker yang ada sekarang ini selain bekerja pada sel kanker, juga bekerja pada
sel-sel yang memiliki petumbuhan yang cepat seperti sel-sel kelamin, rambut dan
sebagainya. Oleh sebab itu usaha untuk menemukan obat antikanker terutama yang
bekerja spesifik terus dilakukan terutama yang berasal dari bahan alam (Anonim,2006).
Salah satu uji pendahuluan yang dapat dilakukan adalah dengan metoda Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT) dengan menggunakan larva udang laut Artemia salina Leach.
Metoda ini merupakan penapisan awal dalam upaya pencarian senyawa antikanker
karena hasil dari uji toksisitasnya memiliki korelasi positif dengan aktivitas sitotoksik
antikanker.

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode untuk
menguji bahan-bahan yang bersifat sitotoksik. Metode ini menggunakan larva Artemia
salina Leach sebagai hewan coba. Uji toksisitas dengan metode BSLT ini merupakan uji
toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat
setelah pemberian dosis uji.
Prosedurnya dengan menentukan nilai LC 50 dari aktivitas komponen aktif
tanaman terhadap larva Artemia salina Leach. Suatu ekstrak dikatakan aktif sebagai
antikanker berdasarkan metode BST jika harga LC < 1000 g/ ml. Penelitian Carballo
dkk menunjukkan adanya hubungan yang konsisten antara sitotoksisitas dan letalitas
Brine shrimp pada ekstrak tanaman. Metode BSLT dapat dipercaya untuk menguji
aktivitas toksikologi dari bahan-bahan alami.
Metode ini dapat dilakukan dengan cepat, murah, mudah dan cukup
reproduksibel sehingga dapat digunakan sebagai bioassay Guided Isolation yaitu isolasi
komponen kimia berdasarkan aktifitas yang ditunjukkan oleh bioessay tersebut. Dengan
mengetahui aktifitas dari suatu kelompok komponen kimia (fraksi), dapat dilakukan
isolasi senyawa sehingga diperoleh senyawa tunggal aktif.
Toksisitas adalah efek berbahaya dari suatu bahan obat pada organ target. Uji
toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan zat yang akan di uji. Adapun
sumber zat toksik dapat berasal dari bahan alam maupun sintesis .
Toksisitas diukur dengan mengamati kematian pada hewan coba. Kematian
hewan coba dianggap sebagai respon dengan menggunakan kematian sebagai jawaban
toksik adalah titik awal untuk mempelajari toksisitas.
Median Lethal Dosis (LD50) adalah dosis dari sample yang diuji yang
mematikan 50% dari hewan coba, sedangkan Median Lethal Concentration LC 50 adalah
konsentrasi sample yang diuji yang dapat mematikan 50% dari hewan coba. Angka
kematian dari hewan percobaan dihitung sebagai Median Lethal Dosis (LD 50) atau
median Letal Concentration (LC50). Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian
ketoksikan dengan perlakuan terhadap hewan coba secara inhalasi atau dengan media
air.
Artemia salina Leach merupakan komponen dari invertebrata dari fauna pada
ekosistem perairan laut. Udang renik ini mempunyai peranan yang penting dalam aliran
energi dan rantai makanan. Spesies invertebrata ini umumnya digunakan sebagai

organisme sentinel sejati berdasarkan pada penyebaran, fasilitas sampling, dan luasnya
karakteristik ekologi dan sensifitasnya terhadap bahan kimia.
Pengujian Lethalitas telah digunakan dengan sukses untuk isolasi biomonitor
dari cytotoxic,antimalaria, insektisida, dan antifeedent campuran dari ektrak tumbuhan.
Hasil dari skrening dari air, hydroalcoholic dan ekstrak alkohol dari beberapa tumbuhan
obat penting yang digunakan dalam pengobatan tradisional untuk lethalitas merujuk
pada larva Artemia salina yang diperkenalkan.
Suatu konsentrasi mematikan (Lethal Concentration) adalah analisa secara
statistik yang menggunakan uji Whole Effluent Toxicity (WET) untuk menaksir
lethalitas sampel effluen. Test akut digunakan di Wisconsin untuk menaksir kondisi
"akhir dari pipa" (yaitu, effluent yang tidak
dilemahkan, sebagai adanya dibebaskan pada lingkungan). Konsentrasi effluen dimana
50% dari organisme mati selama test (LC50) digunakan sebagai pemenuhan titik akhir
(endpoint) untuk Test Whole Effluent Toxicity (WET) akut.
Dalam rangka mengkalkulasi LC50, salah satu dari konsentrasi test harus
menyebabkan > 50% kematian. LC50, yang lebih rendah berarti semakin beracun
effluent tersebut. Sebagai contoh, LC50 > 100% berarti kekuatan penuh effluent
tersebut tidak membunuh lebih dari separuh organisme. LC50 sama dengan 50% berarti
separuh effluent mempunyai kekuatan membunuh 50% dari organisme tersebut.
Uji toksisitas dimaksudkan untuk memaparkan adanya efek toksik dan atau
menilai batas keamanan dalam kaitannya dengan penggunaan suatu senyawa.
Pengukuran toksisitas dapat ditentukan secara kuantitatif yang menyatakan tingkat
keamanan dan tingkat berbahaya zat tersebut.
Penggunaan Artemia salina Leach dalam penelitian
Suatu metode uji hayati yang tepat dan murah untuk skrining dalam menentukan
toksisitas suatu ekstrak tanaman aktif dengan menggunakan hewan uji Artemia salina
Leach. Artemia sebelumnya telah digunakan dalam bermacammacam uji hayati seperti
uji

pestisida,

polutan,

mikotoksin,

anestetik,

komponen

seperti

morfin,

kekarsinogenikan dan toksikan dalam air laut.


Uji dengan organisme ini sesuai untuk aktifitas farmakologi dalam ekstrak
tanaman yang bersifat toksik. Penelitian menggunakan Artemia salina memiliki
beberapa keuntungan antara lain cepat, mudah, murah dan sederhana. Penelitian dengan

larva Artemia salina Leach telah digunakan oleh Pusat Kanker Purdue, Universitas
Purdue di Lafayette untuk senyawa aktif tanaman secara umum dan tidak spesifik untuk
zat anti kanker. Namun demikian hubungan yang signifikan dari sampel yang bersifat
toksik terhadap larva Artemia salina Leach ternyata juga mempunyai aktifitas sitotoksik.
Berdasarkan hal tersebut maka larva Artemia salina Leach dapat digunakan untuk uji
toksisitas.
III. ALAT DAN BAHAN

Alat
- Hairdry
- Vial
- Pipet Tetes
Bahan
- Ekstrak X
- Metanol
- Larva Udang Artemia salina Leach
- Air Laut
- DMSO (Dimetil Sulfoksida)

IV. PROSEDUR KERJA


1. Ambil

0,5

ml

dari

larutan

induk

(ekstrak

X)

yang

telah

dibuat

sebelumnya,masukkan dalam vial.


2. Kemudian cukupkan dengan methanol ad 5 ml,biarkan methanol menguap
dengan menggunakan hairdry agar cepat.
3. Setelah methanol meguap tambahkan 50 ug DMSO (Dimetil sulfoksida),lalu
tambahkan air laut beberapa tetes.
4. Kemudian masukkan larva udang Artemia salina dalam vial sebanyak 10 ekor,ad
5 ml k dengan air laut .
5. Amati jumlah kematian larva udang selama
V. HASIL
a. Data Pengamatan
Ke

Konsentra

Konsentrasi

Jumlah

Jumlah

Rata-rata

Nilai

si Larutan

larutan

larva

larva

Kematian

kematian

probit

Induk
10.000

sampel
1000 g/ml

10

mati
9

90 %

83,3 %

5,854

g/ml
2

10.000

1000 g/ml

10

100 g/ml

10

100 g/ml

10

8
8
9
9
8
5
4
4
4
4
3
1
1
2
1
1
0

g/ml
3

1000
g/ml

1000
g/ml

100 g/ml

10 g/ml

10

100 g/ml

10 g/ml

10

b. PERHITUNGAN
x = Log Konsentrasi
y = Nilai Probit

Persamaan regresi:

y = 1,325x + 2,138
5 = 1,325 + 2,138
1,325 x = 5 2,138
x=

2,862
1,325

= 2,16

80 %
80 %
90%
90 %
80 %
50 %
40 %
40 %
40 %
40 %
30 %
1%
10 %
20 %
10 %
10 %
0%

86,67 %

6,175

43,33%

4,824

36,66%

4,668

13,3%

3,874

6,67 %

3,524

LC50

LC50 = an log 2,16


LC50 = 144,54g/ml

c. Kurva
7
6

f(x) = 1.33x + 2.14

5
4
3

Linear ()

2
1
0
0.5

1.5

2.5

3.5

VI. PEMBAHASAN

BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) merupakan salah satu metode skrining
bahan yang berpotensi sebagai tanaman berkhasiat. Metode penelitian ini menggunakan
larva udang (Artemia salina Leach.) sebagai bioindikator. Larva udang ini merupakan
organisme sederhana dari biota laut yang sangat kecil dan mempunyai kepekaan yang
cukup tinggi terhadap toksik. Telurnya memiliki daya tahan hidup selama beberapa
tahun dalam keadaan kering.
Telur udang dalam air laut akan menetas menjadi larva (nauplii) dalam waktu 24
28 Jam. Bila bahan yang diuji memberikan efek toksik terhadap larva udang, maka hal
ini merupakan indikasi awal dari efek farmakologi yang terkandung dalam bahan
tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa A. salina memiliki korelasi positif

terhadap ekstrak yang bersifat bioaktif. Metoda ini juga banyak digunakan dalam
berbagai analisis biosistim seperti analisis terhadap residu pestisida, toksin, polusi,
senyawa turunan morfin, dan karsinogenik dari phorbol ester.
Pada percobaan kali ini digunakan metode BSLT untuk uji toksisitas bahan
tanaman baru atau ekstrak X yang berkhasiat sebagai antikanker. Awalnya sebanyak 0,5
ml diambil dari larutan induk yang telah tersedia,dimana konsentrasi tiap kelompok
berbeda-beda mulai dari 100,10 dan 1 ug/ml. Setelah diambil 0,5 ml,dimasukkan dalam
vial kemudian ditambahkan methanol sampai tanda batas 5 ml pada vial dan biarkan
menguap dengan menggunakan hairdry agar lebih cepat. Pembuatan larutan uji
menggunakan pelarut organik metanol karena pelarut ini dapat melarutkan hampir
semua senyawa dan mudah menguap dan dibiarkan sampai menguap sempurna agar
tidak mengganggu pada pengujian toksisitas yang dilakukan.
Kemudian tambahkan dimetil sulfoksida (DMSO) dan beberapa tetes air laut.
Pemberian DMSO bertujuan untuk dapat membantu kelarutan senyawa uji dalam air
laut sehingga senyawa dapat terdistribusi secara merata. Banyaknya DMSO yang
ditambahkan adalah 50 l, karena jika lebih dari 50 l akan dapat menyebabkan
kematian pada larva udang, sifatnya yang tidak terlalu toksik ini menjadi alasan
dipilihnya DMSO untuk membantu kelarutan senyawa dalam air laut.
Lalu masukkan 10 ekor larva udang artemia salina tambahkan air laut sampai
tanda batas 5 ml pada vial. Setelah itu pengamatan dilakukan selama 24 jam untuk
melihat jumlah larva udang yang mati. Kemudian dihitung LC50 dengan
membandingkan nilai probit dengan log c sampel yang diperoleh.
Penelitian dengan larva Artemia salina Leach telah digunakan oleh Pusat Kanker
Purdue, Universitas Purdue di Lafayette untuk senyawa aktif tanaman secara umum dan
tidak spesifik untuk zat anti kanker. Namun demikian hubungan yang signifikan dari
sampel yang bersifat toksik terhadap larva Artemia salina Leach ternyata juga
mempunyai aktifitas sitotoksik. Berdasarkan hal tersebut maka larva Artemia salina
Leach dapat digunakan untuk uji toksisitas.
Berdasarkan hal tersebut maka larva Artemia salina Leach dapat digunakan
untuk uji toksisitas. Pada hasil yang diperoleh terlihat bahwa LC50 lebih kecil dari
1000 ug/ml. LC50 dari ekstrak X sebesar 144,54 ug/ml . Pada metoda BSLT, sampel uji
dikatakan aktif jika LC50 kecil dari 1000 ug/ml. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak

X yang telah diuji dengan menggunakan metode BSLT memiliki efek atau berkhasiat
sebagai obat antikanker. LC50 = 144,54 g/ml.

VII. KESIMPULAN

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode untuk

menguji bahan-bahan yang bersifat sitotoksik untul obat antikanker.


Prinsip dari BSLT yaitu dengan menentukan nilai LC 50 dari aktivitas

komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia salina leach.


Suatu ekstrak dikatakan aktif sebagai antikanker berdasarkan metode BSLT jika

harga LC 50 < 1000 g/ ml.


Semakin kecil harga LC50 semakin toksik suatu senyawa,ini menandakan

ekstrak tersebut dapat dikembang untuk pengobatan antikanker.


Ekstrak X yang telah diuji toksisitasnya dengan menggunakan metode BSLT
memiliki potensi toksisitas akut terhadap larva Artemia salina atau efek positif
digunakan sebagai obat antikanker dengan nilai LC50 sebesar 144,54 ug/ml.

DAFTAR PUSTAKA

Parwati, T. dan P. Simanjuntak, 1998. Daya toksik beberapa tumbuhan obat tradisional
Indonesia asal Nusa Tenggara Barat. Journal Biologi Indonesia. Vol 11(3) : 118-125.
Anderson, J.E and Mc. Laughlin, J.L., 1991. A Blind Comparison of Simple Bench
Top Bioassay and Human Tumour Cell Cytotoxicities as Antitumour Prescreens,
Phytochemical Analysis, Vol.2.
Asakawa, Y., 1984. Phytochemistry of Hepaticeae: Isolation of Biologically Active
Aromatic Compound and Terpenoids, Rev. Latinomer. Quim, Japan, hal.109-114
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta.

Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi edisi IV, Badan Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi