Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
NYERI OROFASIAL
LOBUS FRONTALIS
(Respon emosional)
sifat)
LOBUS SENSORIK
(Lokasi dan sifat-
TALAMUS
Saraf kranial
(II, III, V, VII, IX)
LOBUS TEMPORALIS
(memori)
HIPOTALAMUS
(Respon otonom)
proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi. Hal ini terjadi ketika
nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh, distimulasi oleh berbagai stimulus
seperti faktor biologis, mekanis, listrik thermal, radiasi dan lain-lain. Serabut saraf
tertentu bereaksi atas stimulus tertentu, sebagaimana disebutkan dalam klasifikasi.
Klasifikasi serabut saraf dapat dilihat dalam Tabel 1. Dapat dilihat bahwa informasi
nosiseptif dapat diteruskan oleh serabut A-delta dan serabut C, tetapi kedua jenis
serabut tersebut juga menyampaikan informasi dari termoreseptor, mekanoreseptor
ambang
rendah,
dan
masing-masing
serabut
otonom
preganglionik
dan
postganglionik.9,10
Diameter
(m)
12-21
Penghantaran
(m/detik)
70-120
A-
6-12
35-70
A-
2-8
12-48
A-
1-6
2.5-35
1-3
2.5-15
0.4-1.2
0.7-1.5
Reseptor Afferen
Efektor Eferen
-akson motoneuron
ke otot rangka
-akson motoneuron
ke otot spindle
Ambang rendah
Mekanoreseptor
Termoreseptor
Nosiseptor
Preganglionik
Serabut-serabut
otonom
Postganglionik
Serabut-serabut
otonom
Ambang rendah
Mekanoreseptor
Termoreseptor
Nosiseptor
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu serabut
saraf A-Delta) sedangkan slow pain ( nyeri lambat) biasanya dicetuskan oleh serabut
saraf C.Serabut saraf A-Delta mempunyai karakteristik menghantarkan nyeri dengan
cepat serta bermielinasi dan serabut saraf C yang tidak bermielinasi, berukuran sangat
kecil dan bersifat lambat dalam menghantarkan nyeri.Serabut A mengirim sensasi
yang tajam, terlokalisasi, dan jelas dalam melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi
intensitas nyeri. Serabut C menyampaikan impuls yang tidak terlokalisasi (bersifat
difusi) visceral dan terus menerus.9
Tabel 2. Perbedaan serabut saraf A-delta dan C9
Serabut A-delta
Serabut C
Bermielinasi
Tidak Bermielinasi
Diameter 0.4-12.2mikrometer
Sebagai contoh mekanisme kerja serabut A-delta dan serabut C dalam suatu
trauma adalah ketika sesorang menginjak paku, sesaat setelah kejadian orang tersebut
dalam waktu kurang 1 detik akan merasakan nyeri yang terlokalisasi dan tajam, yang
merupakan transmisi dari serabut A. Dalam beberapa detik selanjutnya nyeri
menyebar sampai seluruh kaki terasa sakit karena persarafan serabut C. 9
kognitif, serta integritas dari sistem saraf otonom. Slow pain yang terjadi akan
membangkitkan marah, cemas, tekanan darah meningkat, keluar keringat dingin dan
jantung berdebar-debar (Gambar 3).9
Sistem limbik
Fast Pain
Slow pain
- Timbul respon emosi
- Respon otonom: TD meningkat, keringat dingin
Gambar 3. Proses terjadinya nyeri9
Impuls kemudian di transmisikan melalui dorsal horn (akar belakang) dan substansia
gelatinosa ke thalamus dan terakhir pada area korteks.Nyeri kemudian dapat di
intreprestasikan dan muncul respon terhadap nyeri. 9
2. Teori Pattern
Teori ini dikemukan pada awal tahun 1900. Teori ini mengemukakan bahwa
terdapat dua serabut nyeri utama yaitu serabut yang menghantarkan nyeri secara cepat
dan serabut yang menghantarkan nyeri secara lambat (serabut A-delta dan serabut C).
Stimulasi dari serabut saraf membentuk sebuah pattern/pola. Teori ini mengenalkan
juga konsep central summation dimana impuls perifer dari kedua saraf disatukan di
spinal cord dan dari sana hasil penyatuan impuls diteruskan ke otak untuk
diinterpretasikan. Sebagaimana halnya dengan teori spesifik, teori ini juga tidak
memperhatikan perbedaan persepsi dan faktor psikologis dari masing-masing
individu.9
3. Teori Pengontrolan Nyeri (Gate Control)
Teori gate control dikemukakan oleh Melzack dan Wall (1965) didasarkan
pada kejadian fisiologis mekanisme pada medula spinalis. Teori ini merupakan teori
yang mempunyai peran
berdasarkan prinsip siapa yang lebih mendominasi, serabut taktil A-Beta ataukah
serabut nyeri yang berdiameter kecil.Apabila impuls yang dibawa serabut nyeri yang
berdiameter kecil melebihi impuls yang dibawa oleh serabut taktil A-Beta maka
gerbang akan terbuka sehingga perjalanan impuls nyeri tidak terhalangi sehingga
impuls akan sampai ke otak, sebaliknya apabila impuls yang dibawa oleh serabut
taktil lebih mendominasi gerbang akan menutup sehingga impuls nyeri akan
terhalangialasan inilah yang mendasari mengapa dengan melakukan masase dapat
mengurangi durasi dan intensitas nyeri.
Okeson
(1995),
nyeri
daerah
orofasial
termasuk
sistem
yang mempunyai
sensitivitas tinggi terhadap nyeri antara lain: tendon, fasial dalam, ligament,
pembuluh darah, tulang periosteum dan nervus.Otot skeleton hanya sensitif terhadap
iskemi dan peregangan.Tulangdan kartilago biasanya sensitif terhadap tekanan
yangekstrim atau stimulasi kimia. Nyeri somatik dalam dapat dibagi mejadi nyeri
muskuloskeletal dan nyeri visera.4,9
2. Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang diakibatkan ketidaknormalan komponenkomponen dalam sistem saraf sendiri. Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang
didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf. Berbagai
penyebab lesi sistem saraf seperti trauma, kompresi, keracunan toksin, gangguan
metabolik dan sebagainya. Akibat lesi khususnya pada serabut saraf aferen (SSA),
fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh
keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya berubah, sehingga menimbulkan
gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan
molekuler sehingga aktivitas SSA menjadi abnormal (mekanisme perifer) yang
selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral (mekanisme sentral). 3,4
Nyeri neuropatik merupakan simtomatik dari abnormalitas struktur pada
sistem saraf perifer atau pusat nyeri neuropatik, dapat dibagi menjadi dua kategori
besar yaitu antara lain:
a. Nyeri episodik
Nyeri episodik merupakan nyeri yang mempunyai waktu remisi lengkap
diantara episode penyakit dan dipacu oleh suatu rangsang. Nyeri episodik terbagi atas
nyeri neurovaskuler dan nyeri neuralgia.4 Kondisi episodik adalah neuralgia
paroksismal ditandai dengan tiba-tiba, nyeri seperti shock yang berlangsung hanya
beberapa detik sampai menit. Nyeri episodik diberi nama sesuai dengan saraf yang
terkena, seperti neuralgia trigeminal, neuralgia glossopharyngeal, nervus intermedius
neuralgia, dan neuralgia laring superior.2
b. Nyeri neuropatik kontiniu
Nyeri neuropatik kontiniu merupakan nyeri neuropatik yang tidak mempunyai
periode remisi dan dibagi menjadi nyeri neuritis, nyeri deferensiasi dan nyeri
simpatetikal.4 Gangguan nyeri neuropatik kontiniu dapat memiliki komponen perifer
dan sentral. Gangguan nyeri neuropatik perifer adalah hasil dari perubahan yang telah
terjadi di neuron perifer seperti neuritis, neuralgia postherpetic, dan nyeri deferensiasi
yang terjadi sekunder terhadap trauma (yaitu pasca operasi neuroma). Nyeri ini
seperti rasa terbakar dan pasien melaporkan sensasi abnormal (parastesi) sering yang
diperburuk oleh gerakan atau sentuhan.2
3. Nyeri Psikologis
Struktur orofasial yang mendasari klasifikasi nyeri orofasial adalah struktur
kutaneus dan mukogingival, struktur mukosa, struktur gigi-geligi, struktur
muskuloskeletal, struktur visera, dan struktur neural. Sumbu II mendeskripsikan
kondisi psikologis yang dapat menghasilkan atau mempengaruhi pengalaman rasa
nyeri. Kelainan mental yang termasuk dalam sumbu II adalah kelainan ansietas,
kelainan mood, kelainan somatoform, dan kondisi lainnya seperti faktor psikologis
yang dipengaruhi oleh kondisi medis. Nyeri ini biasanya timbul karena pengaruh
psikologis, mental, emosional atau faktor perilaku. Sakit kepala, back pain, atau nyeri
perut adalah contoh yang paling umum. Nyeri ini dianggap sebagai suatu yang tidak
nyata, padahal semua nyeri yang dinyatakan pasien adalah nyata. 4,9
menurut
WHO
secara
farmakologis
meliputi
Analgesik
non-opiat
(analgetik non-narkotik) atau sering disebut juga Nonsteroid AntiInflammatory Drugs (NSAIDs) seperti aspirin, asetominofen, dan
ibuprofen selain memiliki efek antinyeri juga memiliki efek antiinflamasi
merupakan opiat
mengganggu pasien untuk konsentrasi. Beberapa pasien lebih relaks apabila dengan
menutup mata.9,15
2.5.2.5 Distraksi
Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal lain di
luar nyeri, dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan pasien
terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Salah satu kerugian
tindakan ini yang perlu dipikirkan adalah apabila stimulasi distraksi berakhir maka
nyeri yang dirasakan biasanya semakin bertambah berat, oleh karena itu alasan
tersebut penggunaaan teknik distraksi lebih efektif digunakan ketika hendak
membebaskan nyeri sebentar saja seperti saat onset dari pemberian obat analgesik
atau pada saat perawat baru menyiapkan obat analgesik. Cara bagaimana distraksi
dapat mengurangi nyeri dapat dijelaskan dengan teori gate control. Pada spinal cord,
sel-sel reseptor yang menerima stimuli nyeri periferal dihambat oleh stimuli dari
serabut-serabut saraf yang lain.9,16
Distraksi ini meliputi:
a. Distraksi visual misalnya: menonton tv dan melihat pemandangan
b. Distraksi auditory misalnya: mendengarkan suara /musik yang disukai.
2.5.2.6 Akupungtur
Akupungtur merupakan terapi pengobatan kuno cina,dimana akupungtur
menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh meningkatkan aliran energi (disebut:chi)
disepanjang jalur yang disebut meridian. Titik-titik akupungtur dapat distimulasi
dengan memasukkan dan mencabut jarum, menggunakan panas, tekanan/pijat, laser
atau stimulasi elektrik atau kombinasi dari berbagai macam cara tersebut.9
2.5.2.7 Biofeedback
Merupakan metode elektronik yang mengukur respon fisiologis, seperti
gelombang
pada
otak,
kontraksi
otot,
atau
temperatur
kulit
kemudian
dari
ilmu
pengobatan
kuno
Cina
dengan
3. Symphatectomy
Saraf simpatis mempunyai peran penting didalam memproduksi dan
mentransmisi sensasi nyeri.Symphatectomy termasuk didalamnya adalah
merusak dengan melakukan injeksi atau insisi pada ganglia dalam saraf
simpatis biasanya dilakukan pada daerah lumbar atau pada bagian dorsal
servik di dasar leher.
4. Rhizotomy
Rhizotomy
merupakan
tindakan
pembedahan
dengan
melakukan