Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat penurunan sel darah putih, dan terjadi peningkatan titer
Widal. Titer widal dikatakan meningkat bila titernya lebih dari 1/160 atau didapatkan kenaikan
titer 2 kali lipat dari titer sebelumnya dalam waktu 1 minggu. Widal merupakan salah satu
metode pemeriksaan yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit
demam tipoid, akan tetapi pemeriksaan widal tersebut memiliki sensitifitas dan spesifitas yang
lemah, untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosa penyakit demam tipoid yaitu dengan melakukan kultur bakteri dari
penderita demam tipoid pada sampel feses, urin, dan darah.
5.
6.
7.
8.
patyphi ?
Bagaimana gejala klinis dari salmonella paratyphi ?
Bagaimana Diagnose lab dari salmonella paratyphi ?
Bagaimana pengobatan dari salmonella paratyphi ?
Bagaimana pencegahan dari salmonella paratyphi ?
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
salmonella patyphi ?
Untuk mengetahui gejala klinis dari salmonella paratyphi
Untuk mengetahui Diagnose lab dari salmonella paratyphi
Untuk mengetahui pengobatan dari salmonella paratyphi
Untuk mengetahui pencegahan dari salmonella paratyphi
BAB II
PEMBAHASAN
: Bacteria
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gammaproteobacteria
Order
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Salmonella
Species
: Salmonella Parayhpi
Salmonella sp. dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu Gastroenteritis (S.
typhimurium), Septicemia (S. Choleraesius), Enteric Fevers (i.e. S. typhi Typhoid Fever.
Berdasarkan serotipenya diklasifikasikan menjadi empat serotype yaitu S. paratyphy A (Serotipe
group A), S. parathyphi B (Serotipe group B), S. parathyphi group C, dan S. typhi dari Serotipe
group D. Perbedaan karakteristik dari masing-masing spesies Salmonella sp. berdasarkan sifat3
safat biokimianya dapat dilihata pada tabel 1 sebagai berikutTabel 1. Perbedaan Karakteristik
Salmonella
No
Sifat Biokimia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Indol
MR
Vp
Citrat
Motilitas
Urease
7.
TSIA
8.
9.
10.
Glukosa
Laktosa
Sukrosa
Salmonella
Salmonella
Salmonella
Salmonella
typhi
+
+
K/A G (-),
paratyphi A
+
+
K/A G (+),
paratyphi B
+
+
+
K/A G (+),
paratyphi C
+
+
K/A G (+),
H2S (+)
A, G (-)
-
H2S (-)
A, G (+)
-
H2S (+)
A, G (+)
-
H2S (+)
A, G (+)
-
2.2 Morfologi
Bakteri batang gram negative
Tidak membentuk spora.
Fakultatif anaerob.
Ukurannya: 2-3 x 0,4-0,6 mikrometer, panjangnya bervariasi.
Sebagian besar motil: memiliki peritrichous flagella.
2.3 Epidemiologi
Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya penyebaran demam tifoid di negara sedang
berkembang adalah kepadatan penduduk, sumber air minum, produksi makanan, strain resisten
antibiotik, kesulitan menentukan identifikasi dan penatalaksanaan karier, keterlambatan membuat
diagnosis pasti, patogenesis dan virulensi yang belum diketahui sepenuhnya, serta belum adanya
vaksin, efektif aman dan murah.
Bakteri S. Paratypi dapat bertahan hidup di lingkungan kering dan beku, peka terhadap proses
klorinasi dan pasteurisasi pada suhu 630 C. Organisme ini mampu bertahan beberapa minggu di
5
es, debu, sampah kering, dan pakaian, mampu bertahan di tempat sampah selama satu minggu
dan dapat berkembang biak dalam susu, daging atau produknya tanpa merubah warna atau
bentuknya. merupakan satu-satunya sumber penularan alami melalui kontak langsung maupun
tidak langsung dengan seorang penderita tifoid atau karier kronis. Transmisi kuman terutama
dengan cara menelan makanan atau air yang tercemar tinja manusia. Transmisi secara kongenital
dapat terjadi dari seorang ibu yang mengalami bakteriemia kepada bayi dalam kandungan, atau
tertular pada saat dilahirkan oleh seorang ibu merupakan karier tifoid dengan rute fekal oral.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa apabila kuman yang masuk sebanyak 103 atau kurang,
belum dapat menimbulkan gejala pada penderita, tetapi jika jumlahnya lebih dari 105 atau lebih
menimbulkan gejala pada 27% sukarelawan. Semakin tinggi jumlah kuman yang masuk,
semakin besar kemungkinan seseorang terkena deman typhoid, apalagi apabila kuman tersebut
termasuk
jenis
yang
menghasilkan
gen
polisakarida
kapsul
atau
Vi.
Selanjutnya kuman akan menembus dinding usus halus, masuk ke kelenjar mesentrika, lalu ke
duktus thoracicus dan masuk ke dalam peredaran darah, dan menimbulkan bakteriemi I.
Kuman-kuman ini kemudian akan ditangkap oleh sel-sel RES dari limpa hati dan organ-organ
lainnya. Setelah beberapa lama, kuman-kuman tersebut kembali masuk ke peredaran darah, dan
menimbulkan bakteriemi II dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk melalui kantung empedu
dan aliran empedu, masuk ke lumen usus lalu menembus hingga ke plaque peyeri.
penderita demam tifoid yang datang dengan syok hipovolemik sebagai akibat kurang masukan
cairan dan makanan. Gejala gastrointestinal pada kasus demam tifoid sangat bervariasi. Pasien
dapat mengeluh obstipasi, obstipasi kemudian disusul episode diare, pada sebagian pasien lidah
tampak kotor dengan putih di tengah sedang tepi dan ujungnya kemerahan. Banyak dijumpai
gejala meteorismus, Rose spot suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan
ukuran sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas danm2-4 punggung pada
orang tua kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak Indonesia. Bronkhitis banyak
dijumpai pada demam tifoid sehingga buku ajar lama bahkan menganggap sebagai bagian dari
penyakit demam tifoid. Bradikardi relatif jarang dijumpai pada anak.
endemis, dan sebaliknya dapat timbul negatif palsu pada kasus demam tifoid yang terbukti.
biakan darah positif Akhir-akhir ini banyak dimunculkan beberapa jenis pemeriksaan untuk
mendeteksi antibodi S.typhi dalam serum, antigen terhadap S. typhi dalam darah, serum dan urin
bahkan DNA S. typhi dalam darah dan faeces. Walaupun laporan-laporan pendahuluan
menunjukkan hasil yang baik namun sampai sekarang tidak salah satupun dipakai secara luas.
Sampai sekarang belum disepakati adanya pemeriksaan yang dapat menggantikan uji serologi
Widal. Diagnosis BandingPada stadium dini demam tifoid beberapa penyakit kadang-kadang
secara klinis dapat merupakan diagnosis banding yaitu influenza, gastroenteritis, bronkitis dan
bronkopneumonia. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme intraselular seperti
tuberkulosis, infeksi Jamur sistemik, bruselosis, tularemia, shigelosis dan malaria juga perlu
dipikirkan. Pada demam typhoid yang berat, sepsis, leukemia, limfoma, dan penyakit hodgkin
dapat sebagai diagnosis banding.
2.8 Pengobatan
Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah baring, isolasi yang
memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian antibiotik. Sedangkan untuk
kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi
disamping observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan seksama.
Kloramfenikol masih merupakn pilihan pertama pada pengobatan penderita demam tifoid. Dosis
yang diberikan adalah 100 mg/kg Berat Badan/hari dibagi dalam 4 kali pemberian selama 10
sampai 14 hari sedang pada kasus dengan malnutrisi atau penyakit, pengobatan dapat
diperpanjang sampai 21 hari. Salah satu kelemahan kloramfenikol adalah tingginya angka relaps
dan karier. Namun pada anak hal hal tersebut jarang dilaporkan.
Ampisilin memberikan respons perbaikan klinis kurang apabila dibandingkan dengan
kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah 100-200 mg/kg Berat Badan/hari dibagi 4 kali
pemberian secara oral atau suntikan intravena. Amoksilin dengan dosis 100 mg/kg Berat
Badan/hari dibagi 4 kali pemberian memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol
walaupun penurunan demam lebih lama. Kombinasi trimetophin sulfametoksazol memberikan
hasil yang kurang baik dibanding kloramfenikol. Di beberapa negara sudah dilaporkan kasus
demam tifoid yang resisten terhadap kloramfenikol. Seftriakson dan sefoperazon dapat
9
memberikan angka kesembuhan 90% dan relaps 0-4%. Akhir-akhir ini cefixime oral 15-20
mg/kgBB/hari pertama 10 kali dapat diberikan sebagai alternatif, terutama apabila jumlah
leukosit < atau dijumpai resistensim2000/ terhadap S.typhi.
Pada demam tifoid kasus berat seperti delirium, koma atau syok, deksametason dosis tinggi 1 3
mg/kg Berat Badan/hari disamping antibiotik yang memadai dapat menurunkan angka kematian.
Demam tifoid edngan tifoid denga npenyulit perdarahan usus kadang-kadang memerlukan
tranfusi darah. Sedangkan apabila diduga terjadi perforasi, adanya cairan pada peritoneum dan
udara bebas pada foto abdomen dapat membantu menegakan diagnosis. Laparotomi segera harus
dilakukan pada perfusi usus didertai penambahan antibiotik metronidazol dapat memperbaiki
prognosis.m Tiga persen penderita demam typhoid akan menjadi karier, kejadiannya meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur. Terjadinya penderita dengan karier biasanya disebabkan oloh
infeksi kandung empedu yang kronis akibat batu empedu dan penderita mengeluarkan kumannya
melalui kotoran ( kandung empedu dan saluran empedu
sehingga kolesistektomi dapal dipertimbangkan pada > 8 % karier, bahkan tanpa pemberian
antibiotika.
Merupakan
golongnn
quinolon,
telah
berhasil
baik
pada
penderita
dewasa.
Karena pengaruhnya lerhadap perkeimbangan Tulang rawan, sehingga tidak dianjurkani untuk
anakyang lebih muda dari 18 tahun.Disfungsi kandung empedu Obat dan dosis sama dengan
untuk kandung empedu normal + Kolesistektomi + Amoksisilin untuk 30 hari kemudian.
Kasus demam tifoid yang mengalami relaps diberi pengobatan sebagai kasus demam tifoid
serangan pertama.
2.9 Pencegahan
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.Paratyiphi, maka setiap
individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi.
Salmonella paratyphi di dalam air akan mati apabila dipanasi seting 57C untuk beberapa menit
atau dengan proses iodinasi/kloronisasi Untuk rnakanan, pemanasan sampai suhu 57C beberapa
menit dan secara merata juga dapat mematikan kuman Salmonella paratyphi. Penurunan
endemisitas suatu negara/daerah tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan
pengaturan pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap higiene pribadi.
Imunisasi
aktif
dapat
membantu
menekan
angka
kejadian
demam
tifoid.
10
vaksin demam tifoid Saat sekarang dikenal (tiga macam vaksin untuk penyakit demam tifoid,
yaitu yang berisi kuman yang dimatikan, kuman hidup dan komponen Vi dari Salmonella typhi.
Vaksin yang berisi kuman S. paratyphi A, S. paratyphi B yang dimatikan (TAB vaccine) telah
puluhan tahun digunakan dengan cara pemberian suntikan subkutan namun vaksin ini hanya
memberikan daya kekebalan yang terbatas, disamping efek samping lokal pada tempat suntikan
yang cukup sering. Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi hidup yang dilemahkan (Ty-21a)
diberikan per oral tiga kali dengan interval pemberian selang sehari, memberi daya perlindungan
6 tahun. Vaksin Ty-21a diberikan pada anak berumur di atas 2 tahun. Pada penelitian di lapangan
didapat hasil efikasi proteksi yang berbanding terbalik dengan derajat transmisi penyakit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
Salmonella paratyphi adalah bagian dari family Enterobacteriaceae, termasuk dalam motil Gramnegative, berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob dan terdapat identifikasi serologis antigens
somatic dan flagellar. Salmonella paratyphi terjadi secara sporadis dengan penjangkitan
yang terbatas dan hanya terjadi pada manusia. Bakteri ini menular melalui kontak langsung
maupun tak langsung dengan tinja atau melalui urin pada pasien penderita namun hal
tersebut jarang ditemukan. Media penularan Salmonella paratyphi dapat juga melalui makanan
dan minuman yang telah tercemar oleh bakteri tersebut Terutama susu, produk susu maupun
perikanan,
bisa
juga
tercemar
melalui
tangan
kotor
ataupun lalat
yang
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Bacteria Genomes SALMONELLA PARATYPHI, http://www.ebi.ac.uk,di
akses tanggal 18 Maret 2008
Johnson,Arthur G.,dkk, 1994, Mikrobiologi dan Imunologi, 68-70, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta
Jawetz E.,dkk, 1995, Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan edisi 16, 299-303,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
12
13