Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri Salmonella sp merupakan mikrobia pathogen penyebab sakit perut yangdapat
menyebabkan kematian, yang disebut sebagai Salmonellosis. Habitat alamiSalmonella sp adalah
di usus manusia dan hewan, sedangkan air dan makanan merupakanmedia perantara penyebaran
Salmonella sp (Cliver and Doyle, 1990). Salmonella sp dapatmenginfeksi manusia jika
mencemari makanan dan kemudian dikonsumsi oleh manusia.Karena itu masalah keamanan
pangan (food safety) menjadi sangat penting artinya bagiseluruh masyarakat
Salmonella typhi (S. typhi), Salmonella paratyphi A (S. Paratyphi A), Salmonella paratyphi B (S.
paratyphi B) dan Salmonella paratyphi C (S. paratyphi C) merupakan penyebab infeksi utama
pada manusia, biasanya cenderung meningkat pada masyarakat dengan standar kebersihan
rendah terutama pada daerah tropik.
Infeksi oleh Salmonella sp. hampir selalu melalui jalan oral, yaitu melalui makanan dan
minuman yang telah terkontamiasi, masuk ke mulut, melewati saluran pencernaan, melalui
dinding usus halus, masuk ke sistem limpa, beredar melalui aliran darah, menyerang liver,
kantung empedu, limpa, ginjal, dan sum-sum tulang, kemudian bakteri berkembang biak dan
melakukan penyerangan ke berbagai organ.
Infeksi S. typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B dan S.paratyphi C dapat muncul sebagai
gastroenteritis, typhus abdominalis, dan septikemia. Demam tifoid dan paratifoid merupakan
penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh S. typhi, sedangkan demam paratifoid
disebabkan oleh spesies Salmonella enteriditis yaitu Salmonella enteriditis bioserotipe paratyphi
A atau S. paratyphi A, Salmonella enteriditis bioserotipe paratyphi B atau S. paratyphi B,
Salmonella enteriditis bioserotipe paratyphi C atau S. paratyphi C.
Demam Tifoid atau typhus abdominalis, typhoid fever atau enteric fever yang merupakan
penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteristik demam, sakit kepala dan
ketidakenakan abdomen, gejala ini berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai dengan
gejala gejala sakit perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit.
1

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat penurunan sel darah putih, dan terjadi peningkatan titer
Widal. Titer widal dikatakan meningkat bila titernya lebih dari 1/160 atau didapatkan kenaikan
titer 2 kali lipat dari titer sebelumnya dalam waktu 1 minggu. Widal merupakan salah satu
metode pemeriksaan yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit
demam tipoid, akan tetapi pemeriksaan widal tersebut memiliki sensitifitas dan spesifitas yang
lemah, untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosa penyakit demam tipoid yaitu dengan melakukan kultur bakteri dari
penderita demam tipoid pada sampel feses, urin, dan darah.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.

Bagaimana morfologi mikroorganisme kelompok Salmonella paratyphi?


Bagaimana epidemiologi dari salmonella paratyphi ?
Bagaimana stuktur antigen dari salmonella paratyphi ?
Bagaimana Patagonesis (Jalur Masuknya Bakteri ke Dalam Tubuh) dari salmonella

5.
6.
7.
8.

patyphi ?
Bagaimana gejala klinis dari salmonella paratyphi ?
Bagaimana Diagnose lab dari salmonella paratyphi ?
Bagaimana pengobatan dari salmonella paratyphi ?
Bagaimana pencegahan dari salmonella paratyphi ?

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui karakteristik mikroorganisme kelompok Salmonella paratyphi


Untuk mengetahui epidemiologi dari salmonella paratyphi
Untuk mengetahui stuktur antigen dari salmonella paratyphi
Untuk mengetahui Patagonesis (Jalur Masuknya Bakteri ke Dalam Tubuh) dari

5.
6.
7.
8.

salmonella patyphi ?
Untuk mengetahui gejala klinis dari salmonella paratyphi
Untuk mengetahui Diagnose lab dari salmonella paratyphi
Untuk mengetahui pengobatan dari salmonella paratyphi
Untuk mengetahui pencegahan dari salmonella paratyphi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 karakteristik mikroorganisme kelompok Salmonella paratyphi


Sejumlah 2000 tipe Salmonella telah dibedakan secara serologis dan diberi nama khusus.
Misalnya, Salmonella typhi (penyebab demam tipus) dan Salmonella paratyphi. Salmonella
typhimurium, S. agona, S. panama adalah hanya sebagian kecil dari berbagai jenis
mikroorganisme penyebab keracunan bahan pangan tipe gastroenteritis yang sudah dikenal.
Gejala-gejala demam tipus akan Nampak setelah 7 sampai 14 hari infeksi dan umumnya ditandai
oleh perasaan kurang enak dan sakit kepala. Jenis mikroorganisme penyebab tipus ini hanya
terdapat pada manusia dan tidak dijumpai pada hewan lain. Klasifikasi Salmonella sp. sangat
kompleks, biasanya diklasifikasikan menurut dasar reaksi biokimia dan serotype yang
diidentifikasi menurut struktur antigen O, H dan Vi yang spesifik. Menurut reaksi biokimianya,
klasifikasi dari salmonella paratyphi :
KLASIFIKASI
Superkingdom

: Bacteria

Kingdom

: Bacteria

Phylum

: Proteobacteria

Class

: Gammaproteobacteria

Order

: Enterobacteriales

Family

: Enterobacteriaceae

Genus

: Salmonella

Species

: Salmonella Parayhpi

Salmonella sp. dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu Gastroenteritis (S.
typhimurium), Septicemia (S. Choleraesius), Enteric Fevers (i.e. S. typhi Typhoid Fever.
Berdasarkan serotipenya diklasifikasikan menjadi empat serotype yaitu S. paratyphy A (Serotipe
group A), S. parathyphi B (Serotipe group B), S. parathyphi group C, dan S. typhi dari Serotipe
group D. Perbedaan karakteristik dari masing-masing spesies Salmonella sp. berdasarkan sifat3

safat biokimianya dapat dilihata pada tabel 1 sebagai berikutTabel 1. Perbedaan Karakteristik
Salmonella
No

Sifat Biokimia

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Indol
MR
Vp
Citrat
Motilitas
Urease

7.

TSIA

8.
9.
10.

Glukosa
Laktosa
Sukrosa

Salmonella

Salmonella

Salmonella

Salmonella

typhi
+
+
K/A G (-),

paratyphi A
+
+
K/A G (+),

paratyphi B
+
+
+
K/A G (+),

paratyphi C
+
+
K/A G (+),

H2S (+)
A, G (-)
-

H2S (-)
A, G (+)
-

H2S (+)
A, G (+)
-

H2S (+)
A, G (+)
-

2.2 Morfologi
Bakteri batang gram negative
Tidak membentuk spora.
Fakultatif anaerob.
Ukurannya: 2-3 x 0,4-0,6 mikrometer, panjangnya bervariasi.
Sebagian besar motil: memiliki peritrichous flagella.

Tidak dapat memfermentasi laktosa atau sukrosa (hanya 1% yang dapatmemfermentasi


laktosa).
Membentuk asam dan gas dari glukosa dan mannosa.
Memproduksi H2S
Mereduksi nitrat.
Tidak memproduksi cytochrome oxydase.
Survive freezing in water for long period.
Resisten terhadap bahan kimia tertentu (brilliant green, sodiumtetrathionate, sodium
deoxycholate) di mana bahan kimia tersebut dapatmenghambat enteric bacteria lain
bahan kimia ini seringkali digunakandalam media isolasi salmonella dari feses

2.3 Epidemiologi
Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya penyebaran demam tifoid di negara sedang
berkembang adalah kepadatan penduduk, sumber air minum, produksi makanan, strain resisten
antibiotik, kesulitan menentukan identifikasi dan penatalaksanaan karier, keterlambatan membuat
diagnosis pasti, patogenesis dan virulensi yang belum diketahui sepenuhnya, serta belum adanya
vaksin, efektif aman dan murah.
Bakteri S. Paratypi dapat bertahan hidup di lingkungan kering dan beku, peka terhadap proses
klorinasi dan pasteurisasi pada suhu 630 C. Organisme ini mampu bertahan beberapa minggu di
5

es, debu, sampah kering, dan pakaian, mampu bertahan di tempat sampah selama satu minggu
dan dapat berkembang biak dalam susu, daging atau produknya tanpa merubah warna atau
bentuknya. merupakan satu-satunya sumber penularan alami melalui kontak langsung maupun
tidak langsung dengan seorang penderita tifoid atau karier kronis. Transmisi kuman terutama
dengan cara menelan makanan atau air yang tercemar tinja manusia. Transmisi secara kongenital
dapat terjadi dari seorang ibu yang mengalami bakteriemia kepada bayi dalam kandungan, atau
tertular pada saat dilahirkan oleh seorang ibu merupakan karier tifoid dengan rute fekal oral.

2.4 Struktur Antigen


Salmonella Paratyphi Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.
Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding
sel dan dinamakan endotoksin

2.5 Patagonesis (Jalur Masuknya Bakteri ke Dalam Tubuh)


Infeksi didapat dengan cara menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi dan dapat pula
dengan kontak langsung jari tangan yang terkontaminasi tinja, urin, sekret saluran nafas, atau
dengan pus penderita yang terinfeksi. Agar dapat menimbulkan gejala klinis, diperlukan S.
paratyphi dalam dosis 106 - 109 . Pada fase awal demam tifoid biasa ditemukan adanya gejala
saluran nafas atas. Ada kemungkinan sebagian kuman ini masuk ke dalam peredaran darah
melalui jaringan limfoid di faring. Pada tahap awal ini penderita juga sering mengeluh nyeri
telan. Lidah tampak kotor tertutup selaput berwarna putih sampai berwarna putih sampai
kecoklatan yang merupakan akibat sel epitel mati oleh bakteri S. paratyphi. Bila terjadi infeksi
dari nasofaring melalui saluran tuba eustachi ke telingah tengah dan hal ini dapat terjadi otitis
media.
Di lambung, organisme menemui suasana asam dengan pH dengan rendah dalam kuman
dimusnahkan. Pengosongan lambung yang bersifat lambat merupakan pelindung fisiologis.
Setelah melalui barier asam lambung mikroorganiusme sampai ke usus halus dan menemui dua
mekanisme pertahanan tubuh, yaitu motilitas dan flora normal usus. Penurunan motilitas usus
karena obat-obatan atau faktor anatomis meningkatkan derajat beratnya penyakit dan timbulnya
komplikasi, serta memperpanjang keadaan karier konvalesens.
6

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa apabila kuman yang masuk sebanyak 103 atau kurang,
belum dapat menimbulkan gejala pada penderita, tetapi jika jumlahnya lebih dari 105 atau lebih
menimbulkan gejala pada 27% sukarelawan. Semakin tinggi jumlah kuman yang masuk,
semakin besar kemungkinan seseorang terkena deman typhoid, apalagi apabila kuman tersebut
termasuk

jenis

yang

menghasilkan

gen

polisakarida

kapsul

atau

Vi.

Selanjutnya kuman akan menembus dinding usus halus, masuk ke kelenjar mesentrika, lalu ke
duktus thoracicus dan masuk ke dalam peredaran darah, dan menimbulkan bakteriemi I.
Kuman-kuman ini kemudian akan ditangkap oleh sel-sel RES dari limpa hati dan organ-organ
lainnya. Setelah beberapa lama, kuman-kuman tersebut kembali masuk ke peredaran darah, dan
menimbulkan bakteriemi II dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk melalui kantung empedu
dan aliran empedu, masuk ke lumen usus lalu menembus hingga ke plaque peyeri.

2.6 Gejala klinis


Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-rata 10 14 hari. Gejala
klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan
khusus sampai dengan berat sehingga harus dirawat. Variasi gejala ini disebabkan faktor galur
Salmonella, status nutrisi, imunologi dan lama sakit di rumahnya.
Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada awal penyakit. Pada era pemakaian
antibiotik belum seperti saat ini, penampilan demam pada kasus demam tifoid mempunyai istilah
khusus yaitu step ladder temperature chart yang ditandai dengan demam timbul insidius,
kemudian naik secara bertahap tiap harinya dan mencapai titik tertinggi pada akhir minggu
pertama, setelah itu demam akan bertahan tinggi dan pada minggu ke-4 demam turun perlahan
secara lisis, kecuali apabila terjadi fokus infeksi seperti kolesistitis, abses jaringan lunak maka
demam akan menetap. Banyak orang tua pasien demam tifoid melaporkan bahwa demam lebih
tinggi saat sore dan malam hari dibandingkan denga pagi harinya. Pada saat demam sudah tinggi,
pada kasus demam tifoid dapat disertai gejala sistem saraf pusat; seperti kesadaran berkabut atau
delirium atau obtundasi, atau penurunan kesadaran mulai apati sampai koma.
Gejala sistemik lain yang menyertai timbulnya demam adalah nyeri kepala, malaise, anoreksia,
nausea, mialgia, nyeri perut, dan radang tenggorokan. Pada kasus yang berpenampilan klinis
berat, pada saat demam tinggi akan nampak toksik/sakit berat. Bahkan dapat juga ijumpai
7

penderita demam tifoid yang datang dengan syok hipovolemik sebagai akibat kurang masukan
cairan dan makanan. Gejala gastrointestinal pada kasus demam tifoid sangat bervariasi. Pasien
dapat mengeluh obstipasi, obstipasi kemudian disusul episode diare, pada sebagian pasien lidah
tampak kotor dengan putih di tengah sedang tepi dan ujungnya kemerahan. Banyak dijumpai
gejala meteorismus, Rose spot suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan
ukuran sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas danm2-4 punggung pada
orang tua kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak Indonesia. Bronkhitis banyak
dijumpai pada demam tifoid sehingga buku ajar lama bahkan menganggap sebagai bagian dari
penyakit demam tifoid. Bradikardi relatif jarang dijumpai pada anak.

2.7 Diagnosa lab


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan gastrointestinal dan
mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran, maka seorang klinisi dapat dapat
membuat diagnosis tersangka demam typhoid. Diagnosis pasti ditegakkan melalui isolasi S.
typhi dari darah, atau dapat pula dari feces atau urine. Pada dua minggu pertama sakit,
kemungkinan mengisolasi S. typhi dari dalam darah pasien lebih besar dari pada minggu
berikutnya. Biakan yang dilakukan pada urin dan feses, kemungkinan keberhasilan lebih kecil.
Biakan spesimen yang berasal dari aspirasi sumsum tulang mempunyai sensitivitas tertinggi,
hasil positif didapat pada 90% kasus. Akan tetapi prcsedur ini sangat invasif, sehingga tidak
dipakai dalam praktek sehari-hari. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan biakan spesimen
empedu yang diambil dari duodenum dan memberikan hasil yang cukup baik.
Uji serologi Widal suatu metode serologik yang memeriksa antibodi aglutinasi terhadap antigen
somatik (O), flagela (H) banyak dipakai untuk membuat diagnosis demam tifoid. Di Indonesia
pengambilan angka titer O aglutinin > 1/40 dengan memakai uji Widal slide aglutination
(prosedur pemeriksaan membutuhkan waktu 45 menit) menuniukkan nilai ramal positif 96%.
Artinya apabila hasil tes positif, 96% kasus benar sakit demam tifoid, akan tetapi apabila negatif
tidak menyingkirkan. Banyak pendapat apabila titer O aglutinin sekaii periksa > 1/200 atau pada
titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali maka diagnosis demam tit'oid dapat ditegakkan. Aglutinin
H banyak dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Vi aglutinin
dipakai pada deteksi pembawa kuman S. typhi (karier). Banyak peneliti mengemukakan bahwa
uji serologik Widal kurang dapat dipercaya sebab dapat timbul positif palsu pada daerah
8

endemis, dan sebaliknya dapat timbul negatif palsu pada kasus demam tifoid yang terbukti.
biakan darah positif Akhir-akhir ini banyak dimunculkan beberapa jenis pemeriksaan untuk
mendeteksi antibodi S.typhi dalam serum, antigen terhadap S. typhi dalam darah, serum dan urin
bahkan DNA S. typhi dalam darah dan faeces. Walaupun laporan-laporan pendahuluan
menunjukkan hasil yang baik namun sampai sekarang tidak salah satupun dipakai secara luas.
Sampai sekarang belum disepakati adanya pemeriksaan yang dapat menggantikan uji serologi
Widal. Diagnosis BandingPada stadium dini demam tifoid beberapa penyakit kadang-kadang
secara klinis dapat merupakan diagnosis banding yaitu influenza, gastroenteritis, bronkitis dan
bronkopneumonia. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme intraselular seperti
tuberkulosis, infeksi Jamur sistemik, bruselosis, tularemia, shigelosis dan malaria juga perlu
dipikirkan. Pada demam typhoid yang berat, sepsis, leukemia, limfoma, dan penyakit hodgkin
dapat sebagai diagnosis banding.

2.8 Pengobatan
Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah baring, isolasi yang
memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian antibiotik. Sedangkan untuk
kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi
disamping observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan seksama.
Kloramfenikol masih merupakn pilihan pertama pada pengobatan penderita demam tifoid. Dosis
yang diberikan adalah 100 mg/kg Berat Badan/hari dibagi dalam 4 kali pemberian selama 10
sampai 14 hari sedang pada kasus dengan malnutrisi atau penyakit, pengobatan dapat
diperpanjang sampai 21 hari. Salah satu kelemahan kloramfenikol adalah tingginya angka relaps
dan karier. Namun pada anak hal hal tersebut jarang dilaporkan.
Ampisilin memberikan respons perbaikan klinis kurang apabila dibandingkan dengan
kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah 100-200 mg/kg Berat Badan/hari dibagi 4 kali
pemberian secara oral atau suntikan intravena. Amoksilin dengan dosis 100 mg/kg Berat
Badan/hari dibagi 4 kali pemberian memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol
walaupun penurunan demam lebih lama. Kombinasi trimetophin sulfametoksazol memberikan
hasil yang kurang baik dibanding kloramfenikol. Di beberapa negara sudah dilaporkan kasus
demam tifoid yang resisten terhadap kloramfenikol. Seftriakson dan sefoperazon dapat
9

memberikan angka kesembuhan 90% dan relaps 0-4%. Akhir-akhir ini cefixime oral 15-20
mg/kgBB/hari pertama 10 kali dapat diberikan sebagai alternatif, terutama apabila jumlah
leukosit < atau dijumpai resistensim2000/ terhadap S.typhi.
Pada demam tifoid kasus berat seperti delirium, koma atau syok, deksametason dosis tinggi 1 3
mg/kg Berat Badan/hari disamping antibiotik yang memadai dapat menurunkan angka kematian.
Demam tifoid edngan tifoid denga npenyulit perdarahan usus kadang-kadang memerlukan
tranfusi darah. Sedangkan apabila diduga terjadi perforasi, adanya cairan pada peritoneum dan
udara bebas pada foto abdomen dapat membantu menegakan diagnosis. Laparotomi segera harus
dilakukan pada perfusi usus didertai penambahan antibiotik metronidazol dapat memperbaiki
prognosis.m Tiga persen penderita demam typhoid akan menjadi karier, kejadiannya meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur. Terjadinya penderita dengan karier biasanya disebabkan oloh
infeksi kandung empedu yang kronis akibat batu empedu dan penderita mengeluarkan kumannya
melalui kotoran ( kandung empedu dan saluran empedu

sebagai sumber infeksi),

sehingga kolesistektomi dapal dipertimbangkan pada > 8 % karier, bahkan tanpa pemberian
antibiotika.
Merupakan

golongnn

quinolon,

telah

berhasil

baik

pada

penderita

dewasa.

Karena pengaruhnya lerhadap perkeimbangan Tulang rawan, sehingga tidak dianjurkani untuk
anakyang lebih muda dari 18 tahun.Disfungsi kandung empedu Obat dan dosis sama dengan
untuk kandung empedu normal + Kolesistektomi + Amoksisilin untuk 30 hari kemudian.
Kasus demam tifoid yang mengalami relaps diberi pengobatan sebagai kasus demam tifoid
serangan pertama.

2.9 Pencegahan
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.Paratyiphi, maka setiap
individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi.
Salmonella paratyphi di dalam air akan mati apabila dipanasi seting 57C untuk beberapa menit
atau dengan proses iodinasi/kloronisasi Untuk rnakanan, pemanasan sampai suhu 57C beberapa
menit dan secara merata juga dapat mematikan kuman Salmonella paratyphi. Penurunan
endemisitas suatu negara/daerah tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan
pengaturan pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap higiene pribadi.
Imunisasi

aktif

dapat

membantu

menekan

angka

kejadian

demam

tifoid.
10

vaksin demam tifoid Saat sekarang dikenal (tiga macam vaksin untuk penyakit demam tifoid,
yaitu yang berisi kuman yang dimatikan, kuman hidup dan komponen Vi dari Salmonella typhi.
Vaksin yang berisi kuman S. paratyphi A, S. paratyphi B yang dimatikan (TAB vaccine) telah
puluhan tahun digunakan dengan cara pemberian suntikan subkutan namun vaksin ini hanya
memberikan daya kekebalan yang terbatas, disamping efek samping lokal pada tempat suntikan
yang cukup sering. Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi hidup yang dilemahkan (Ty-21a)
diberikan per oral tiga kali dengan interval pemberian selang sehari, memberi daya perlindungan
6 tahun. Vaksin Ty-21a diberikan pada anak berumur di atas 2 tahun. Pada penelitian di lapangan
didapat hasil efikasi proteksi yang berbanding terbalik dengan derajat transmisi penyakit.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

11

Salmonella paratyphi adalah bagian dari family Enterobacteriaceae, termasuk dalam motil Gramnegative, berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob dan terdapat identifikasi serologis antigens
somatic dan flagellar. Salmonella paratyphi terjadi secara sporadis dengan penjangkitan
yang terbatas dan hanya terjadi pada manusia. Bakteri ini menular melalui kontak langsung
maupun tak langsung dengan tinja atau melalui urin pada pasien penderita namun hal
tersebut jarang ditemukan. Media penularan Salmonella paratyphi dapat juga melalui makanan
dan minuman yang telah tercemar oleh bakteri tersebut Terutama susu, produk susu maupun
perikanan,

bisa

juga

tercemar

melalui

tangan

kotor

ataupun lalat

yang

mungkin menyebabkan kontaminasi. Salmonella paratyphi adalah penyebab demam enteric.


Salmonella paratyphi juga memiliki jangkauan inang yang luas dan beberapa diantaranya
menyebabkan penyakit atau peradangan usus dan penyakit sistemik (menyebabkan demam
Paratyphoid) serta Enterocolitis (Dahulu Gastroenteritis).
3.2 Saran
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.Paratyiphi, maka setiap individu
harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Bacteria Genomes SALMONELLA PARATYPHI, http://www.ebi.ac.uk,di
akses tanggal 18 Maret 2008
Johnson,Arthur G.,dkk, 1994, Mikrobiologi dan Imunologi, 68-70, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta
Jawetz E.,dkk, 1995, Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan edisi 16, 299-303,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
12

Maskey, Ashish P., Salmonella enteric Serovar Paratyphi A dan S. enterica


Serovar Typhi Menyebabkan Gejala Yang Tak Bisa Dikenali di
Kathmandu, Nepal, http://journal.shouxi.net, di akses tanggal 18 Maret
2008

13

Vous aimerez peut-être aussi