Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
3/TL/PP/2015
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Disusun Oleh :
INEZ CARISSA ABYATI
21080111130072
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek yang
berjudul Pemantauan Kualitas Udara di BOB PT Bumi Siak Pusako Pertamina
Hulu, Riau. Selama penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan bimbingan,
arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini izinkan
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kemudahan dan kelancaran
dalam proses penyusunan laporan kerja praktek ini.
2. Rasulullah SAW atas segala panutan yang luar biasa.
3. Dr. Ir. Syafrudin, CES, MT selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan Universitas Diponegoro.
4. Pertiwi Andarani, ST, Meng selaku koordinator Kerja Praktek.
5. Dr. Haryono Setio Huboyo, ST. MT. selaku dosen pembimbing kerja
praktek.
6. Orang tua dan keluaga atas doa, dukungan, dan semangatnya.
7. Harry Winata dan Errol Prihatino, selaku pembimbing lapangan Kerja
Praktek
8. Segenap pimpinan, staf, dan karyawan Departemen HSE BOB PT. Bumi
Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau yang telah banyak membantu selama
pelaksanaan Kerja Praktek.
9. Khairunnisa Novery partner Kerja Praktek dan teman-teman seperjuangan
Kerja Praktek di BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau.
10. Teman-teman angkatan 2011 dan kakak tingkat atas semua bantuan dan
kerjasamanya.
Dalam laporan ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Penulis mengharapkan masukan dari berbagai pihak berupa saran dan
kritik yang membangun dalam usaha perbaikan di masa mendatang.
Semarang,
Mei 2015
Inez Carissa
iv
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... I-1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... I-1
1.2. Dasar Paksanaan Kerja Praktek ............................................................. I-2
1.3. Tujuan Kerja Praktek ............................................................................. I-2
1.4. Ruang Lingkup Kerja Praktek ................................................................ I-2
1.5. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek .....................................I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... II-1
2.1. Definisi Pencemaran Udara.................................................................. II-1
2.2. Jenis Pencemaran Udara ...................................................................... II-1
2.2.1. Partikulat .................................................................................. II-2
2.2.2. Sulfur Oksida ........................................................................... II-3
2.2.3. Nitrogen Oksida ....................................................................... II-4
2.2.4. Karbon Monoksida ................................................................... II-5
2.2.5. Ozon dan Oksigen Fotokimia .................................................. II-5
2.2.6. Amonia ..................................................................................... II-6
2.2.7. Hidrogen Sulfida ...................................................................... II-6
2.3. Kegiatan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi ...................................... II-7
2.4. Emisi Industri Minyak dan Gas Bumi .................................................. II-8
2.5. Faktor Pengaruh Penyebaran Polusi Udara .......................................... II-8
2.5.1. Proses Penyebaran .................................................................... II-9
2.5.2. Proses Pengenceran .................................................................. II-9
2.5.3. Proses Perubahan ..................................................................... II-9
Sejarah BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu ......... IV-1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
4.1.5
4.1.6
vi
4.1.7
4.1.8
4.1.9
4.2.2
5.2
5.2.2
5.2.3
5.3
5.4
5.4.2
BAB VI PENUTUP
6.1
6.2
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gmabar 3.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari Unit Suar Bakar .... II-22
Tabel 2.3
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari Unit Suar Bakar ...... V-7
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 5.10
Tabel 5.11
Tabel 5.12
Tabel 5.13
Tabel 5.14
ix
Lampiran A
Form Kerja Praktik 1
Form Kerja Praktik 2
Form Kerja Praktik 3
Surat Tugas Kerja Praktik
Surat Tugas Perpanjangan Kerja Praktik
Surat Izin Kerja Prakik
Absensi Kerja Praktik
Daftar Hadir Seminar
Lembar Asistensi
Sertifikat Kerja Praktik
Lampiran B
Data Hasil Pemantauan Kualitas Udar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kita sebagai manusia harus berusaha untuk selalu dinamis dalam
berbagai bidang. Terkait dalam aspek pemenuhan kebutuhan hidup, sektor industri
sebagai salah satu sarana penunjang semakin berkembang di berbagai kawasan.
Pemanfaatan minyak bumi sebagai sumber daya energi saat ini masih menjadi
peranan utama dari pemanfaatan minyak bumi, seperti di Indonesia.
Perkembangan teknologi dan industri yang terjadi di Indonesia dan di dunia
tidak terlepas dari peranan minyak bumi sebagai sumber daya energi. Akan tetapi,
proses produksi maupun proses pengolahan minyak bumi dapat menimbulkan
potensi pencemaran lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung
apabila tidak dikelola dengan manajemen yang baik dan benar. Limbah padat,
cair, dan gas timbul saat proses produksi berlangsung. Untuk gas sendiri, dari
hasil pengeboran sumur produksi, yang keluar dari sumur tidak hanya berisi
minyak bumi, namun mengandung fluida berupa air, minyak, dan gas. Gas yang
berasal dari sumur produksi dan proses produksi harus dikelola dan dipantau
nilainyaterkait mengenai dampaknya terhadap lingkungan.
BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau merupakan perusahaan
yang bergerak di industri minyak bumi yang telah menerapkan pengelolaan dan
pemantauan kualitas udara di wilayah operasi dan produksinya. Pengelolaan dan
pemantauan kualitas udara dilakukan guna mengetahui apakah terjadinya
penurunan kualitas udara di wilayah produksi akibat adanya kegiatan eksplorasi
dan produksi minyak bumi serta menentukan pengendaliannya. Dari kegiatan
produksi yang dilakukan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau
terdapat gas yang kemudian dibakar di flare stack sebagai bentuk pengelolaan
kuallitas udara udara. Oleh karena itu dilakukan studi mengenai pemantauan
kualitas udara di BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau.
I-1
I-2
1.2
Pendidikan
Penelitian
Pengabdian Masyarakat
1.3
Riau adalah :
1. Untuk mengetahui dan mempelajari sumber emisi pencemaran udara dan
kualitas udara ambien di BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu,
Zamrud Area, Riau.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari sistem Pengelolaan dan Pemantauan
Kualitas Udara BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Zamrud
Area, Riau berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
3. Untuk dapat menganalisa hasil pengelolaan dan pemantauan kualitas udara
di BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Zamrud Area, Riau.
1.4
khusus yaitu mengenai pengelolaan dan pemantauan kualitas udara di BOB PT.
Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Zamrud Area, Riau meliputi :
1. Identifikasi sumber emisi udara dan kualitas udara ambien di BOB PT.
Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Zamrud Area, Riau.
2. Identifikasi pengelolaan dan pemantauan kualitas udara di BOB PT. Bumi
Siak Pusako Pertamina Hulu, Zamrud Area, Riau.
I-3
1.5
tempatkan
di
Departemen
HSE
(Health
Safety
Environment)
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2.
2.2.1. Partikulat
Menururt Cooper and Alley (1994 : 45) bahwa partikulat di hasilkan oleh
dua fundamental proses, yang pertama material handling processes seperti
pemecahan atau menggillingan bijih seperti batu atau proses pengeringan material
II-1
II-2
dalam jumlah besar dapat menghasilkan debu yang halus. Proses yang selanjutnya
adalah proses pembakaran dapat mengeluarkan partikel kecil dari abu yang tidak
terbakar atau pembakaran arang yang tidak sempurna. Partikel di hasilkan dari
pembakaran bahan bakar fosil dan industry pemprosesan mineral
II-3
2.
3.
II-4
menciptakan kabut asam serta berkaratnya material. Pada manusia dan hewan
dampaknya tak jauh berbeda hanya saja hewan lebih sedikit sensitif, konsentrasi
di atas 1 ppm ternyadinya bronchoconstriction di atas 10 ppm mulai
memperlihatkan iritasi mata, hidung dan tenggorokan. SO2 juga menstimulasi
proses yang menyebabkan ingus dan mencirikan bronchitis yang sudah kronis.
Menurut Soedomo (2001:143), dampak yang ditimbulkan dapat dicegah
dan dikendalikan dengan menggunakan beberapa metoda alternatif :
1. Penurun tinggan emisi sulfur pada sumbernya
2. Penghindaran reseptor dari daerah yang tercemar
3. Peralatan penyisihan gas dengan adsorpal, adsorbs, atau konventer analitik
2.2.3.Nitrogen Oksida (NOx)
Menurut
Soedomo
(2001:146),
bahwa
aktifitas
aktifitas
yang
II-5
Soedomo
(2001:149),
terdapat
mitigasi
dampak
Karbon
II-6
secara akut maupun khronik, ini merupakan manifestasi pertama yang timbul.
Cacat pada daun yang sensitive dapat terjadi setelah waktu paparan 4 jam
terhadap ozon total pada konsentrasi 100 mikrogram per meter kubik.. Untuk
pencegahan dampak semua strategi dan pengendalian yang dilakukan untuk unsur
NOx merupakan metode motogasi untuk fotooksidan.
2.2.6.NH3 (Amonia)
Menurut Dwipayanti (2001: 3), gas amoniak merupakan salah satu gas
pencemar udara yang dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh
mikroorganisme seperti dalam proses pembuatan kompos, dalam industri
peternakan, dan pengolahan sampah kota. Amoniak juga dapat berasal dari
sumber antrophonik (akibat aktivitas manusia) seperti industri pupuk urea,
industri asam nitrat dan dari kilang minyak. Amoniak terdapat dalam atmosfer
bahkan dalam kondisi tidak tercemar.
Berbagai sumber, antara lain mikroorganisme, perombakkan limbah
binatang, pengolahan limbah, industri amoniak, dan dari sistem pendingin dengan
bahan amoniak. Konsentrasi yang tinggi dari amoniak dalam atmosfer secara
umum menunjukkan adanya pelepasan dari gas tersebut. Amoniak dihilangkan
dari atmosfer dengan affinitasnya terhadap air dan aksinya sebagai basa. Ini
merupakan sebuah kunci dalam pembentukkan dan netralisasi dari nitrat dan
aerosol sulfat dalam atmosfer yang tercemar .
2.2.7.Hidrogen Sulfida ( H2S )
Menurut Soemrat (2004) disitasi oleh Sianipar (2009) , bahwa Hydrogen
Sulfide ( H2S ) yang terkenal berbau telur busuk, sangat beracun, dan mudah
terbakar. Karena H2S lebih berat dari udara maka H2S sering terkumpul di udara
dalam bentuk lapisan bagian bawah dan sering didapat di sumur-sumur tebuka,
saluran air buangan, pembusukan sampah organik, dan biasanya ditemukan
bersama-sama gas beracun laiinya seperti metana dan karbonmonoksida.
Diproduksi dalam jumlah besar dalam proses alami dan kegiatan industri,
terutama pada proses penambangan sulfur.Hidrogen sulfida dilepaskan dari
sumbernya terutama sebagai gas dan menyebar di udara pada lapisan bawah dekat
II-7
dengan manusia. Gas ini dapat bertahan di udara rata-rata 18 jam - 3 hari. Selama
waktu itu hidrogen sulfida dapat berubah menjadu sulfur dioksida (SO2).
2.3
mempertinggi mutu, dan mempertinggi nilai tambah minyak bumi dan/atau gas
bumi, tetapi tidak termasuk pengolahan lapangan (Pasal 1 Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2009).
Pasal 1 Peraturan Menteri Lingkunga Hidup No. 13 Tahun 2009
menyebutkan beberapa bagian dalam industri minyak dan gas
diantaranya
sebagai berikut :
1. Kegiatan eksplorasi dan produksi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh
informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh
perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di wilayah kerja yang ditentukan
serta menghasilkan minyak dan gas bumi dari wilayah kerja yang ditentukan,
yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana
pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian
minyak dan gas bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.
2. Kegiatan pengangkutan minyak dan gas adalah kegiatan pemindahan minyak
bumi, gas bumi, dan/atau hasil olahannya dari wilayah kerja atau dari tempat
penampungan dan pengolahan, termasuk pengangkutan gas bumi melalui pipa
transmisi dan distribusi.
3. Kegiatan penyimpanan minyak dan gas adalah kegiatan penerimaan,
pengumpulan, penampungan, dan pengeluaran minyak bumi dan/atau gas
bumi.
4. Kegiatan niaga minyak dan gas adalah kegiatan pembelian, penjualan, ekspor,
impor minyak bumi dan/atau hasil olahannya, termasuk niaga gas bumi
melalui pipa.
Dalam hal ini, BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu sebagai
perusahaan nasional yang bergerak di bidang ekplorasi dan produksi minyak
bumi. Adapun proses produksi minyak bumi di BOB PT. Bumi Siak Pusako
berawal dari sumur produksi yang kemudian di proses di Gathering Station untuk
II-8
selanjutnya air produksi dilakukan pengolahan di Water Cleaning Plant agar air
terproduksi memiliki kuaitas air yang dapat diinjeksikan ke dalam sumur injeksi.
2.4
Emisi kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf a bersumber dari:
a. Proses pembakaran yang meliputi emisi dari mesin pembakaran dalam,
turbin gas, ketel uap, pembangkit uap, pemanas proses, pengolahan panas,
dan suar bakar.
b. Proses produksi yang meliputi emisi dari unit perawatan, unit penangkapan
sulfur, unit oksidasi thermal sulfur, dan unit pelepasan dehidrasi glicol.
c. Fugitive yang meliputi emisi akibat kebocoran katup, flensa (flange),
pompa, kompresor, alat pelepas tekanan, drain/blowdown, kebocoran dari
peralatan proses produksi dan komponen-komponennya, emisi dari tangki
timbun dan instalasi pengolahan air limbah, serta uji kepala selubung
(casing headtest).
2.5
44), bahwa di atmosfer, berbagai polutan udara akan melalui berbagai proses.
Baik percampuran antara polutan yang satu dengan yang lain yang pada akhirnya
akan meningkatkan komposisi polutan itu sendiri, bahkan memunculkan jenis
polutan baru. Namun alam mempunyai prosesnya sendiri yang secara alamiah
dapat mengurangi maupun memindahkan konsentrasi berbagai partikulat tersebut
II-9
II-10
1.
Sirkulasi Angin
Angin merupakan udara yang bergerak sebagai akibat perbedaan tekanan
antara daerah yang satu dan lainnya. Perbedaan pemanasan udara menyebabkan
naiknya gradien tekanan horisontal, sehingga terjadi gerakan udara horisontal di
atmosfer. Oleh karena itu, perbedaan temperatur antara atmosfer di kutub dan di
ekuator (khatulistiwa), serta antara atmosfer di atas benua dengan di atas lautan
menyebabkan gerakan udara dalam skala yang sangat besar. Angin lokal terjadi
akibat perbedaan temperatur setempat.
Pergerakan angin sangat dipengaruhi oleh temperature atmosfer, tekanan
pada permukaan tanah, dan gerak rotasi bumi. Angin bergerak dari tekanan tinggi
ke rendah, tetapi dengan adanya gaya coriolis maka angin akan bergerak tidak
sesuai dengan yang seharusnya.
2.
Temperatur
Perubahan temperatur pada setiap ketinggian mempunyai pengaruh yang
besar pada pergerakan zat pencemar udara di atmosfer. Perubahan temperatur ini
disebut lapse rate. Turbulensi yang terjadi tergantung pada temperatur. Di
atmosfer sendiri diharapkan akan terjadi penurunan temperatur dan tekanan sesuai
dengan pertambahan tinggi. Udara ambien dan adiabatic lapse rates
mempengaruhi terbentuknya stabilitas atmosfer. Dalam keadaan dimana
temperatur sekumpulan udara lebih tinggi dari sekitarnya, maka kerapatan dari
udara yang bergerak naik dengan kecepatan rendah lebih kecil daripada kerapatan
udara lingkungannya dan udara berhembus secara kontinu. Pada saat udara
bergerak turun akan terbentuk aliran udara vertikal dan turbulensi terbentuk.
Keadaan atmosfer dalam kondisi di atas dikatakan tidak stabil (unstable).
3.
Kelembaban Udara
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Konsentrasi dapat
II-11
gas apapun terutama udara ke keseimbangan tekanan penguapan air, di mana gas
dinyatakan jenuh pada temperatur tersebut, dinyatakan dalam persentase
perbandingan antara massa air saat ini per volume gas dan massa per volume dari
gas jenuh.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan atmosfer secara vertikal
adalah kepadatan atau densitas udara. Kelembaban relatif dalam atmosfer
merupakan unsur yang sangat penting untuk cuaca dan uap air dalam udara.
Tinggi rendahnya kelembaban udara dapat menentukan besar kecilnya kandungan
bahan pencemar baik di ruang tertutup dan ruang terbuka akibat adanya pelarut
bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran. Sedangkan
kelembaban udara juga dipengaruhi oleh bangunan gedung dan pohon
penghijauan di pinggir jalan dan sinar matahari.
2.6
II-12
b.
Pengendalian gas
c.
2. Pengendalian lingkungan
Suatu teknologi pengendalian pencemaran umumnya terkait dengan
peraturan tentang baku mutu pencemaran, sehingga pemilihan alternatif dari
bentuk teknologi pengendalian pencemaran tergantung pula dari ketat atau
tidaknya peraturan. Teknologi pengendalian pencemaran akan mengacu kepada
pembiayaan, sehingga hal tersebut akan terkait pula dengan keadaan ekonomi
suatu negara. Upaya penanggulangan pencemaran udara dari segi teknologi pada
prinsipnya mencakup dua masalah yaitu pengendalian pada sumbernya dan
pengendalian lingkungan.
II-13
suatu daerah akan sangat ditentukan secara langsung oleh intensitas sumber emisi
pencemarnya dan pola penyebarannya (dispersi, difusi dan pengenceran) di dalam
atmosfer. Konsentrasi pencemar udara akan berbeda dari satu tempat dengan
waktu yang berbeda atau dengan tempat lainnya. Di lain pihak, pencemaran udara
juga ditentukan oleh jenis pencemar yang diemisikan oleh sumbernya.
Pemantauan sumber emisi dilakukan terutama untuk mengetahui tingkat emisi dan
unsur pencemar spesifik, sedangkan pemantauan udara ambien dilakukan untuk
mengetahui tingkat pencemaran udara yang didasarkan atas pencemar indikatif
yang umum.
Pemantauan
kualitas
udara
juga
dapat
dikatakan
sebagai
proses
II-14
harus mempertimbangkan tempat, waktu dan jumlah emisinya. Tingkat emisi dari
berbagai sumber polutan udara juga harus dipertimbangkan.
Setiap pengukuran polusi udara melibatkan dua masalah, yang pertama
adalah untuk mendapatkan yang sesuai dan representative. Kedua adalah untuk
menentukan konsentrasi polutan dengan benar.
Hal ini juga membantu meminimalisir terjadinya pencemaran udara
dikarenakan udara tersebut diolah sedemikian rupa yang mana nantinya
diharapkan akan mengeluarkan udara bersih.
Pemantauan kualitas udara emisi oleh pihak industri harus dilakukan secara
terus menerus untuk parameter yang mempunyai fasilitas pengukuran secara
otomatis dan periode 6 bulan untuk peralatan manual dan dilaporkan kepada
Gubernur atau Pemerintah Daerah setempat dengan tembusan kepada Bapedal.
Jika terjadi kasus pencemaran atau dari hasil pemantauan rutin menunjukkan
kualitas udara mendekati atau melewati baku mutu, maka frekuensi pemantauan
menjadi lebih pendek yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah atau Bapedal
dalam upaya untuk penataan baku mutu.
2.7.1 Pemantauan Kualitas Udara Emisi
Menurut Soedomo (2001:129) maksud dan tujuan sampling pengukuran
kualitas sumber udara emisi adalah adalah:
1. Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya peraturan emisi pencemar udara
yang ada oleh suatu sumber stasioner tertentu.
2. Untuk mengukur tingkat emisi berdasarkan laju produksi industri yang ada
(keseimbangan proses dan emisi) sebagai data yang diperlukan oleh industri
sendiri dalam mengevaluasi jalannya proses industri.
3. Untuk mengevaluasi
keefektifan metoda
II-15
II-16
Sampling menerus (kontinu) pada interval waktu yang regular dan kecil.
2.
3.
Sampling sesaat atau tidak kontinu, hanya dilakukan pada saat-saat tertentu
saja.
Menurut Soedomo (2001 : 128), pada dasarnya sampling udara ambien
harus dilakukan dengan kekerapan dan jangka waktu yang didasarkan atas
pengaruh kesehatan yang mungkin timbul terhadap manusia yang terpapari, yang
memberikan gambaran paparan kronis, akut dan episodik. Sampling kontinu
merupakan metode yang paling ideal dalam suatu program pemantauan dan
pengawasan kualitas udara, khususnya di daerah perkotaan.
Menurut SNI 19-7119.6-2006 (2006 : 2) titik pemantauan kualitas udara
ambien ditetapkan dengan mempertimbangkan :
a.
b.
c.
II-17
b.
c.
d.
e.
II-18
2.8
atmosfer
b. Menekan sekecil mungkin kadar polutan (zat pencemar udara) di bawah
II-19
dalam flare
d. Mencegah kebisingan yang ditimbulkan dalam pembakaran gas di dalam
flare
Tipe-Tipe Flare berdasarkan Lokasi Pembakaran
1. Elevated Flare
Elevated flare, yaitu flare yang menjulang tinggi dari permukaan tanah.
Tipe ini umumnya dipakai pada hampir semua desain kilang, dimana gas
hidrokarbon dibakar pada cerobong flare pada ketinggian di atas permukaan
tanah, dengan kapasitas buangan gas yang besar dengan tetap memberikan
keamanan pada perusahaan, perorangan, dan lingkungan.
Tinggi cerobong flare biasanya 100-300 kaki (30-95 m) di atas tanah,
dimana dapat mengurangi efek dari radiasi panas. Sehingga flare dapat
diletakkan di dekat unit-unit proses. Hal ini dapat meminimalkan banyaknya
pipa pembuangan udara dan mengurangi kebutuhan lahan untuk kilang. Tinggi
dari flare juga menambah keuntungan bagi penyebaran bahan hasil
pembakaran menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan flare tipe ground
flare.
Ukuran dari elevated flare dapat menampung sampai 1.200.000 lbm/hr gas
buang dengan pembakaran tanpa asap pada hampir seluruh jangkauan operasi.
Tinggi dari flare dapat dihitung dengan rumus perhitungan. Pada dasarnya
perhitungan tersebut untuk mencegah radiasi yang cepat dari pekerja yang
terluka atau dari peralatan yang rusak. Tinggi minimum menentukan bagi
perlindungan radiasi, perhitungan radiasi harus dibuat untuk menjamin bahwa
konsentrasi kontaminan di atas tanah akan memenuhi standar baku mutu udara
ambien. Jika tidak terpenuhi, maka tinggi flare harus ditambah.
2.
gas dalam keadaan tertutup dan berada di permukaan tanah. Keuntungan dari
enclosed ground flares diantaranya dapat menyembunyikan flame (pijaran
api), emisi dapat dipantau (monitoring), dan kebisingan yang lebih rendah.
II-20
Namun karena flare jenis ini membutuhkan ruang tertutup, maka untuk
membakar gas dalam jumlah besar diperlukan modal awal yang besar juga.
Selain itu, diperlukan juga modal tambahan untuk memasang peralatan untuk
keperluan monitoring dan controlling. Besarnya modal yang dibutuhkan
menyebabkan flare jenis ini kurang diminati.
Desain dengan tipe ini dapat dipilih apabila :
a. Lokasi kilang di tempat terpencil
b. Tidak ada pola pembatasan mengenai asap dari flare
c. Memerlukan kapasitas pembuangan gas yang relatif kecil
Ada empat tipe dari enclosed ground flare (Jones, 1973), yaitu :
a. Venturi Horizontal
b. Injeksi dengan air
c. Multijet
d. Venturi Vertikal
3.
Burn Pit
Burn pit merupakan suatu area yang berbentuk lobang atau galian tanah
yang fungsinya untuk menampung hidrokarbon cair atau material lain yang
tidak diinginkan yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna. Perlu juga
diperhatikan bahwa desain atau pemeliharaan burn pit yang tidak baik dapat
mengancam kualitas air tanah.
2.9
maka hasil gas buang emisi selalu di kontrol agar tidak mencemari lingkungan,
utuk pengontrol hasil buangan oleh industri maka pemerintah mengeluarkan
regulasi regulasi yang berfungsi sebagai pengontrol dan jika tidak memenuhi
regulasi ini maka akan terkena sanksi yang memberikan efek jera bagi industri
tersebut. Baku mutu udara emisi sumber tidak bergerak biasanya di sesuaikan
dengan peraturan daerah setempat serta berdasarkan jenis usaha pada pabrik. Hasil
dari pemantauan ini akan diserahkan kepada gubernur daerah setempat dengan
tembusan dari Bapedal setempat. Jika terjadi kasus pencemaran atau hasil
pemantauan rutin menunjukkan kualitas udara melewati baku mutu , maka
II-21
b.
Lampiran 1 D digunakan sebagai acuan baku mutu untuk Suar Bakar (Flare)
Berikut daftar tabel baku mutu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No
1.
Kapasitas
Bahan
Bakar
Kadar
Parameter
Maksimum
Metode
(mg/Nm)
Nitrogen
Oksida (NOx)
1000
Karbon
Monoksida
(CO)
600
SNI
19-7117.5-
2005
SNI 19.7117.102005
II-22
No
Kapasitas
Bahan
Bakar
Gas
Kadar
Parameter
Maksimum
Metode
(mg/Nm)
Nitrogen
Oksida (NOx)
dinyatakan
400
SNI
19-7117.5-
2005
sebagai NO2
Karbon
Monoksida
500
(CO)
2.
>570 KWth
Minyak
Sulfur
Dioksida (SO2)
dinyatakan
800
1000
19-7117.5-
SNI 19-7117.10600
Total Partikulat 50
Dioksida (SO2)
7, 7E USEPA
(CO)
Sulfur
2005
SNI
Karbon
Gas
SNI 19-7117.12-
6, 6C USEPA
sebagai NO2
Monoksida
2005
SNI 19-7117.3.1-
Nitrogen
Oksida (NOx)
SNI 19.7117.10-
SNI 19-7117.122005
SNI 19-7117.3.1-
150
II-23
Tabel 2.2 Lampiran 1 D tentang Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari
Unit Suar Bakar
Kadar
No Parameter Maksimum
Metode
(%)
1
Opasitas
SNI 19.7117.11-
40
2005
2.9.2.
batas baku mutu kualitas udara ambien adalah Peraturan Pemerintah No. 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara seperti pada tabel 2.4
berikut
Tabel 2.3. Baku Mutu Udara Ambien Nasional
Parameter
SO2
Waktu
Sampling
1 Jam
900 g / Nm3
24 Jam
365 g / Nm3
1 Thn
60 g / Nm3
1 Jam
CO
24 Jam
Metode
Baku Mutu
30.000
Peralatan
Analisis
Pararosanalin
/ NDIR
Spektrofotometer
Nm3
10.000
NDIR Analyzer
Nm3
1 Thn
NO2
HC
Karbon)
(Hidro
1 Jam
400 g / Nm3
24 Jam
150 g / Nm3
1 Thn
100 g / Nm3
3 Jam
160 g / Nm3
Saltzman
Spektrofoto-meter
Flamed
Gas
Ionization
Chromatografi
II-24
Parameter
Waktu
Metode
Baku Mutu
Sampling
Analisis
Peralatan
PM10
24 Jam
150 g / Nm3
Gravimetric
Hi Vol
PM2,5(Partike
24 Jam
65 g / Nm3
Gravimetric
Hi Vol
l < 2.5 mm )
1 Thn
15 g / Nm3
Gravimetric
Hi Vol
24 Jam
2 g / Nm3
Gravimetric
1 Thn
1 g / Nm3
Pb
Hi Vol AAS
Ekstraktif
Pengabuan
10Ton/km2/Bul
an (Industri )
Dustfall
30 hari
10Ton/km2/Bul Gravimetric
Cannister
an (Pemukiman
)
Total
Fluorides (as F
)
24 Jam
3 g / Nm3
90 hari
0,5 g / Nm3
Electrode
24 Jam
230 g / Nm3
Gravimetric
Hi Vol
1 Thn
90 g / Nm3
Gravimetric
Hi Vol
Spesific
Ion
Impinger
Countinous
Analyzer
TSP
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999
atau
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Survey lapangan
proses produksi
Interview karyawan
mengakibatkan
yang
sumber emisi
Mengetahui sumber-
Langkah
menjadi
produksi
yang menghasilkan
emisi
Melakukan
pencatatan
hasil
Mengetahui dan
mempelajari sistem
pengelolaan dan
Diagram
alir
proses produksi
Peraturan
Pengambilan data di
Dept. HSE
Interview karyawan
pemantauan kualitas
terkait
pemantauan
pengendalian
kualitas udara
pemantau
Pelaksanaan
udara
dapat dilakukan
perbandingan hasil
pengukuran dan
pemantauan
III-1
Pengambilan
hasil
dan
kualitas
data
pengukuran
III-2
tahun
kualitas udara
dan
Waktu
pelaksanaan
laboratorium
pengukuran dan
eksternal
pemantauan
Langkah
pemantauan
Membaca
laporan
kualitas udara
Metode
laboratorium
pengukuran dan
eksternal
pemantauan
kualitas udara
3.
Melakukan analisa
Hasil
Pengambilan
data
terhadap hasil
pengukuran
hasil
pengukuran
pemantauan kualitas
dan
dan
pemantauan
pemantauan
kualitas udara
laboratorium
Detail
eksternal
Pusako dengan
proses
perbandingan kualitas
produksi untuk
hasil
pengukuran
penghasil emisi
dari
laboratorium
Diagram
eksternal
unit
alir
Membaca
laporan
proses
penghasil emisi
III-3
direncanakan selama 30 hari kerja yaitu dimulai pada 2 February 2015 3 Maret
2015.
Secara umum, pelaksanaan kerja praktek dapat dibagi menjadi ke dalam
tiga tahapan yaitu, Tahapan Persiapan, Tahapan Pelaksanaan dan Tahapan
Penyusunan Laporan.
3.2.1
persetujuan pelaksanaan Kerja Praktek pada tempat atau obyek yang dipilih, yaitu
BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau. Pada tahap ini dilakukan
perkenalan mengenai perusahaan oleh department yang menerima Kerja Praktek,
yaitu Departemen HSE. Selanjutnya dilakukan studi literatur yang berkaitan
dengan sistem pengelolaan dan pemantauan kualitas udara BOB PT. Bumi Siak
Pusako Pertamina Hulu.
3.2.2
serta pemantauan kualitas udara di BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu,
Riau. Setelah pengamatan dilakukan pengumpulan data-data yang berkaitan
dengan analisa sistem pengelolaan dan pemantauan kualitas udara, meliputi :
1. Survey ke Gathering Station, Water Cleaning Plant, dan Water Injection
Plant.
2. Interview dengan pekerja atau karyawan yang berkaitan dengan proses
produksi serta pengelolaan dan pemantauan kualitas udara.
3. Pencatatan laporan harian dan pengumpulan data-data penunjang (data
sekunder) berupan dokumen maupun referensi untuk penyusunan laporan
termasuk mengenai manajemen perusahaan.
Data-data yang dikumpulkan diantaranya adalah :
1. Komponen sistem dan unit produksi.
2. Dokumen terkait pengelolaan dan pemantauan kualitas udara.
3. Diagram alir proses produksi.
4. Laporan hasil pengukuran dan pemantauan kualitas udara oleh
laboratorium eksternal
III-4
3.2.3
diperoleh selama pelaksanaan kerja praktek di BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau. Dalam tahapan ini penyusunan laporan dilakukan analisa
dan pembahasan terhadap hasil pengamatan sistem pengelolaan dan pemantauan
kualitas udara oleh mahasiswa pelaksana kerja praktek dengan dibawah supervisi
dosen pembimbing serta pembimbing lapangan saat di lokasi pelaksanaan kerja
praktek. Kemudian membuat kesimpulan dan memberikan saran apabila
diperlukan.
3.3
Data
Sumber Data
Pengamatan, observasi,
1.
2.
Pengamatan, observasi,
III-5
Data
Sumber Data
organisasi
PT.
Bumi
Siak
Dept. HSE
laporan penelitian
5.
hasil
pemantauan
Dept. HSE
dan
Dept. HSE
Hulu, Riau.
3.4
kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif melalui uraian kalimat,
penjelasan, serta perbandingan dengan baku mutu berdasarkan pada peraturan,
teori dan literatur.
III-6
Tahap
Persiapan Kerja
Praktek
Mulai
Proses Administrasi
Tahap
Pelaksanaan Kerja
Praktek
Pengumpulan Data
Data Sekunder :
Data sumber pencemaran
udara
2. Data sistem pengelolaan
kualitas udara
3. Data hasil pemantauan dan
pengukuran kualitas udara
Data Primer :
1. Interview
2. Pengamatan
langsung
3. Dokumentasi
Pribadi
1.
Studi
Literatur
Analisa dan Pembahasan
Tahap
Penyusunan Laporan
Selesai
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1
Profil Perusahaan
4.1.1
bersama antara perusahaan Pertamina milik negara serta PT. Bumi Siak Pusako
sebagai perusahaan pemerintah daerah. Perusahaan ini mengeksplorasi dan
memproduksi beberapa sumur minyak di derah Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Sumur minyak ini pada awalnya ditemukan dan dikelola oleh investor
perusahaan asing PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI). Setelah kontrak mereka
habis pada tahun 2002, Badan operasi bersama PT. Bumi Siak Pusako dengan
Pertamina Hulu mengambil alih untuk mengelola sumur minyak yang ada hingga
saat ini. Hasil produksi minyak tiap-tiap sumur yang dikelola oleh perusahaan ini
sepenuhnya disalurkan menuju Pertamina Dumai untuk diproses pengilangan
lebih lanjut dan sebagian diekspor ke luar negeri.
BOB CPP (Coastal Plain Pekanbaru) memiliki luas area 9.996 km2 dan
tersebar di 8 distrik, namun lebih 80% berada di Kabupaten Siak. CPP Block
mempunyai total sumur minyak 621 buah yang terdiri dari 417 sumur produksi, 92
sumur injeksi, dan 112 sumur untuk kepentingan lain yang tersebar di 25 lapangan
yang administrasinya dibagi atas 2 FMT (Field Management Team) yaitu 1).
Zamrud FMT yang meliputi Zamrud Area dan West Area, 2). Pedada FMT yang
meliputi Pedada Area dan Pusaka Area. BOB ini senantiasa melaksanakan semua
pekerjaan operasional secara aman dan efisien sesuai standar prinsip-prinsip
pelestarian dan pengelolaan internasional.
4.1.2
JL. Prof. Dr. Satrio Kav. E 4/6 Menara Bank Danamon Lt 20, Kuningan Timur,
Setia Budi, Jakarta Selatan.Wilayah kerja operasional BOB PT. Bumi Siak
Pusako- Pertamina Hulu terletak di Zamrud, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak,
Provinsi Riau.
IV-1
IV-2
4.1.3
1.
Identitas Perusahaan
Nama Perusahaan
Pertamina Hulu
2.
3.
Alamat Perusahaan
Provinsi Riau
4.
Nomor Telepon
: 0764 321177
5.
Nomor Fax
: 0764 321188
6.
Status Permodalan
7.
Bidang Usaha
8.
Penanggung Jawab
9.
Jabatan
: General Manager
10. SK AMDAL
Visi, Misi, dan Kebijakan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina
Hulu
4.1.4.1 Visi BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau
Menjadi perusahaan minyak dan gas bumi terpandang di Indonesia,
dilandasi profesionalisme, kejujuran, tanggung jawab, dan saling menghargai.
4.1.4.2 Misi BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau
Menahan laju penurunan produksi, meningkatkan produksi melalui tahap
secondary recovery dan menemukan cadangan baru dari kegiatan eksplorasi untuk
menghasilkan nilai tambah bagi stake holder.
4.1.4.3 Kebijakan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau
IV-3
Kebijakan HSE
1. Memberikan prioritas utama terhadap aspek HSE baik dalam perencanaan,
pengembangan,
dan
setiap
kegiatan
operasi
perusahaan
secara
berkelanjutan.
2. Menerapkan aspek HSE dalam menyusun Perencanaan Bisnis (Business
Plan) untuk memastikan bahwa pengelolaan masalah HSE selalu menjadi
bagian yang integral dari kegiatan Operasi Perusahaan dengan menaati
seluruh ketentuan dan perundang-undangan serta standar industri yang
berlaku.
3. Menunjukkan
komitmen
manajemen
dan
kepemimpinan
serta
untuk
IV-4
Riau
Organisasi Badan Operasi Bersama adalah bersifat fungsional, dimana
perusahaan membentuk beberapa departemen sebagai fungsi yang berbeda dan
semuanya terpisah satu sama lainnya. Struktur organisasi ini dapat dilihat dari
gambar 4.1 Struktur Organisasi BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu.
IV-5
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina
Hulu
4.1.5.1. Health Safety and Environmental Department (HSE)
BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu menyadari bahwa dalam
melaksanakan kegiatan mencari dan mengembangkan sumber daya minyak dan
gas bumi berpotensi untuk menimbulkan dampak terhadap keselamatan, kesehatan
kerja dan lingkungan sekitarnya. Adalah kewajiban dan tanggung jawab BOB PT.
Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu dalam menjalankan usaha dan kegiatan
operasinya tersebut selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi
pekerja dan mitra kerjanya, melindungi lingkungan dari dampak yang ditimbulkan
serta memelihara hubungan yang harmonis dengan masyarakat tempatan. Untuk
memenuhi komitmen tersebut, BOB PT. Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu
menetapkan kebijakan sebagai berikut:
1. Memberikan prioritas utama terhadap aspek Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) baik dalam perencanaan,
pengembangan dan setiap kegiatan operasi perusahaan.
2. Mematuhi seluruh ketentuan dan peraturan perundang-undangan serta
Standar Industri yang berlaku di bidang K3LL.
IV-6
3. Menunjukan
komitmen
management
dan
kepemimpinan
serta
dan
menerapkan sistem
tanggap darurat
untuk
dan
masyarakat
tempatan
disekitar
wilayah
operasi
perusahaan.
Target utama kebijakan HSE BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina
Hulu adalah tidak ada kecelakaan (zero accident), tidak merusak lingkungan (no
oil spill & zero discharge), tidak ada kerusakan peralatan (no property/facility
damage).
Sementara itu, prinsip-prinsip pengelolaan lingkunga BOB PT. Bumi Siak
Pusako Pertamina Hulu adalah 3R (Reduce, Reuse, Recycle), minimalisasi
pembukaan lahan untuk sumur pemboran explorasi dan pengembangan, Zero
Water Discharge, Rehabilitasi lahan (reboisasi, regreening dll). Berikut adalah
struktur dari departemen HSE pada gambar 4.2
IV-7
Gambar 4.2 Struktur Departement HSE BOB PT. Bumi Siak Pusako
Pertamina Hulu
1. Occupational Health
Menjaga kesehatan dan kenyamanan pekerja selama berada di lingkungan
kerja hingga di luar lingkungan kerja nanti, yang sifatnya jangka panjang.
Menghindarkan pekerja dari penyakit yang sumbernya dapat berasal dari
lingkungan kerja.
2. Quality Inspection
Mengawasi kualitas dari peralatan di perusahaan, dan kualitas dari hasilhasil pengolahan yang berhubungan dengan lingkungan. Pest control juga
termasuk dalam divisi ini.
3. Environmental Protection
Berhubungan langsung dengan kegiatan produksi, menjaga agar tidak
terjadinya pelanggaran terhadap peraturan yang mengatur akan lingkungan
hidup selama kegiatan operasi produksi berlangsung. Membawahi
pengolahan limbah-limbah yang dihasilkan selama kegiatan operasi
produksi hingga dilaksanakan atau seperti yang tertera di baku mutu atau
peraturan yang berlaku.
4. Safety & Fire
Menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja dalam jangka pendek, seperti
SOP lapangan, kebijakan K3L, alat pelindung diri dsb. Divisi ini juga
menangani kejadian tanggap kebakaran.
IV-8
4.1.6
Wilayah Kerja BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau
Luas daerah operasi BOB tidak dapat dipastikan, hal ini disebabkan karena
IV-9
IV-10
4.1.7
Riau
Kegiatan operasi yang dilakukan oleh BOB PT. Bumi Siak Pusako
Pertamina Hulu di wilayah Zamrud dan Pedada FMT pada saat ini adalah operasi
produksi minyak dengan cara primary recovery dan secondary recovery.
1. Primary Recovery
Adalah eksploitasi minyak dengan cara hanya mengandalkan sumur
produksi yang memompa minyak dari dalam reservoir. Cara ini dilakukan
sejak awal ditemukannya lapangan minyak di wilayah Zamrud dan Pedada
Pusaka.
2. Secondary Recovery
Merupakan perolehan minyak lanjutan (EOR) Enhanched Oil Recovery.
Pada proses ini, perolehan minyak tidak hanya mengandalkan kepada
kemampuan sumur produksi saja, tetapi juga memanfaatkan tenaga
tambahan yang diberikan melalui injeksi air untuk menjaga ketersediaan
tekanan dalam reservoir. Cara ini dikenal juga sebagai injeksi air
(waterflood).
4.1.8 Bahan baku dan produk BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina
Hulu, Riau
BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu memiliki 2 Gathering station
(GS) utama, yaitu GS Pusaka dan GS Zamrud. GS Pusaka digunakan untuk
memproses fluida yang berasal dari well pedada dan GS Zamrud digunakan untuk
memproses fluida yang berasal dari well Zamrud. Crude oil yang dihasilkan di GS
Pusaka dan GS Zamrud memiliki perbedaan karakteristik.
4.1.9. Exploitasi Minyak Bumi di BOB PT BSP - Pertamina Hulu
Eksploitasi adalah suatu kegiatan mengambil minyak didalam perut bumi.
Kegiatan eksplotasi dapat dilakukan di darat maupun lepas pantai. Dalam
melaksanakan kegiatan ekploitasi minyak bumi biasanya dilakukan oleh engineer
yang terdiri dari beberapa tim atau yang sering disebut dengan Tim Manager
(TM). Tim manager dibagi menjadi beberapa bagaian, yaitu:
IV-11
IV-12
IV-13
Tabel 4.1 Kapasitas Produksi dan Injeksi Lapangan Minyak Zamrud FMT,
Pedada FMT, dan West Area
Kapasitas
No
Produksi
Hari
Zamrud FMT
6.500 BOPD
Pedada FMT
7.500 BOPD
West Area
1.000 BOPD
15.000 BOPD
100.000 BOPD
Pedada
14.000 BOPD
West Area
1.000 BOPD
Pusaka
40.000 BOPD
480.000 BFPD
Pedada
40.000 BFPD
West Area
Pusaka
140.000 BFPD
185.000 BWPD
120.000 BWPD
Luas Lapangan
Zamrud
2682 Ha
Pedada - Pusaka
6038,12 Ha
West Area
1275,88 Ha
9.996 km2
IV-14
IV-15
b. Wash Tank
Merupakan penampungan fluida cair (minyak dan air) yang
berasal dari Gas Boot. Wash Tank juga berfungsi sebagai tempat untuk
memisahkan cairan ke dalam bentuk minyak dan air. Pada Wash Tank
cairan yang terdiri dari minyak dan air dipisahkan dengan
menggunakan sistem retention time, gravity, serta bantuan chemical
(Demulsifier dan Reverse Demulsifier). Di dalam wash tank terjadi
pemisahan antara minyak dan air yang disebabkan adanya perbedaan
densitas antara minyak dan air. Waktu yang diperlukan untuk
pemisahan alamiah antara minyak dan air ini disebut retention time,
yang biasanya memerlukan waktu yang cukup lama sehingga perlu
ditambahkan bahan kimia agar proses pemisahannya berlangsung
dengan cepat.
Minyak yang keluar dari bagian samping atas wash tank sebagai
overflow yang selanjutnya akan dialirkan ke shipping tank. Air yang
keluar dari bagian bawah wash tank dialirkan ke skimming tank. Gas
yang masih terbawa di wash tank dialirkan ke flare stack . Di
Gathering Station Zamrud terdapat 2 wash tank, dengan kapasitas
masing-masing 20.000 BBL, diameter 70 ft, tinggi 30 ft.
IV-16
c. Shipping Tank
Merupakan tempat penampungan minyak yang berasal dari Wash
Tank yang sudah bebas dari gas dan air. Minyak didapat dari overflow
yang terjadi di wash tank. Minyak yang tersimpan di dalam Shipping
Tank memiliki kandungan air (water cut) tidak lebih dari 0.05%.
Minyak yang terkumpul akan dialirkan melalui unit shipping charge
pump menuju LACT unit untuk mengukur debit dan mengkonversi
satuan tersebut kedalam standar API. Pada lapangan Zamrud terdapat 2
shipping tank, dengan kapasitas masing masing 4.000 BBL, diameter
35 ft dan tinggi 24 ft.
IV-17
IV-18
f. Flare Stack adalah suatu unit sebagai tempat pembakaran gas yang
diproduksi. Fluida berupa gas yang berasal dari gas boot maupun unit
proses produksi lainnya dialirkan menuju flare stack untuk selanjutnya
dibakar. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan dan keamanan. Pada field Zamrud, flare stack yang ada
tidak selalu menunjukan nyala api. Hal ini disebabkan karena jumlah
gas yang berasal dari reservoir minyak sangat kecil, sehingga saat
pemantik dinyalakan api terkadang tidak menyala. Tinggi flare satck
yang terdapat pada lapangan Zamrud adalah 43ft.
IV-19
well). Untuk area Zamrud, air terproduksi ini akan dialirkan ke Water Injection
Plant untuk meningkatkan tekanan injeksi.
a. Skimming Tank
Merupakan tempat penampungan air dari Wash Tank yang
berdiameter 40 ft, tinggi 12 ft dan kapasitas 2500BBL. Minyak yang
masih terbawa di dalam skimming tank dialirkan menuju recycle tank,
sedangkan airnya di pompa ke filter dengan bantuan unit filter charge
pump. Sebelum air dari GS masuk ke skimming tank, air terlebih
dahulu di injeksikan dengan bahan bahan kimia berupa biocide, scale
inhibitor dan corrotion inhibitor, dengam maksud menjaga kualitas
pipa pipa dan unit unit pengolahan WCP agar tidak terjadi kerak
dan korosi.
IV-20
IV-21
IV-22
IV-23
k. Disposal Pump
Berfungsi untuk memompa air bersih yang dari Disposal Pit ke Well
Disposal Beruk Field.
l. Cooling Pond
Kolam ini merupakan yang disiapkan untuk keadaan keadaan darurat
dan tertentu saja. Jika terjadi overflood system, maka air terproduksi
yang berada dalam container pit terpaksa dibuang ke lingkungan, tapi
tentu saja melewati unit pengolahan terlebih dahulu, untuk itu di pakai
cooling pond berbentuk zig-zag, untuk menurunkan suhu air
terproduksi agar tidak berpengaruh bagi lingkungan, efisiensi
penurunan suhu melalui cooling pond ini berkisar antara 1 - 20C.
m. Water Injection Well (WIW)
Adalah sumur injeksi air yang produksi ke formasi untuk
mempertahankan tekanan di formasi dan mendorong minyak ke sumur
produksi.
4.1.12 Pencapaian BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau
Pencapaian yang sudah diperoleh oleh BOB PT.BSP Pertamina Hulu
adalah sebagai berikut :
a. Zero Water Discharge
b. Operasional di dalam Kawasan Suaka Margasatwa
4.1.13 Dampak Lingkungan Kegiatan BOB PT. Bumi Siak Pusako
Pertamina Hulu, Riau
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa setiap industi akan menghasilkan
limbah yang akan menimbulkan dampak bagi lingkungan, baik itu limbah
padat, cair, maupun gas. Setiap jenis limbah ini harus diolah dengan berbagai
metode agar sesuai dengan jenis dan sifatnya agar limbah yang dihasilkan
tersebut tidak mencemari dan merusak lingkungan sekitar. Berikut adalah
limbah yang dihasilkan oleh BOB PT. BSP Pertamina Hulu yang dihasilkan
dari proses produksi beserta cara penanganannya :
IV-24
hidrokarbon
selama
kegiatan
pengambilan
minyak dan gas bumi atau uap air bagi kegiatan panas bumi
termasuk didalamnya air formasi, air injeksi, dan bahan kimia
yang ditambahkan untuk pengeboran atau proses pemisahan
minyak atau air. Cara penanganannya adalah diinjeksikan
kembali ke formasi dan sebagian dikelola di skimming pit
sesuai dengan baku mutu sebelum dibuang ke lingkungan.
c. Penanganan Limbah Padat Organic (Domestik)
Limbah padat organic yang berasal dari kegiatan domestik dan
kegiatan lainnya diolah di incenerator
d. Limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan selama proses eksplorasi dan
produksi dikumpulkan (sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan) kemudian dikirim ke PPLI
e. Lumpur Bor Bekas Drilling
Lumpur bekas bor drilling ini sebagian digunakan kembali
untuk drilling dan sebagian lagi diolah di CMTF (Centralized
Mud Tratment Facilities)
f. Sludge dan Tanah yang Terkontaminasi Minyak
Pengolahan dilakukan di CLTS (Centralize Land Treatment
Site)
IV-25
4.2
4.2.1
Pertamina Hulu dilakukan oleh PT. Envi Reksa Tama kemudian hasil
pemantauan dianalisa di laboratorium eksternal secara rutin enam bulan sekali.
Pemantauan emisi dilakukan di setiap flare stack Gathering Station di tiga
field Zamrud Area, Pedada&Pusaka Area, dan West Area serta Generator
yang terdapat di wilayah Camp Zamrud. Pemantauan emisi yang dilakukan
BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu mengacu pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No 13. Tahun 2009 mengenai Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Kegiatan Usaha dan/atau Minyak dan Gas Bumi.
4.2.2
ambien telah dilakukan secara rutin setiap enam bulan sekali oleh BOB PT.
Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu oleh pihak laboratorium eksternal.
Pemantauan dilakukan di satu titik pemantauan yang berada di setiap
Gathering Station dan satu titik pemantauan yang berada di lingkungan
masyarakat sekitar.
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak
dan Gas Bumi, emisi yang dihasilkan dari pengolahan minyak bersumber dari
proses pembakaran, proses produksi dan fugitive. Di BOB PT. Bumi Siak Pusako
Pertamina Hulu sumber emisi tidak bergerak yang berasal dari proses
pembakaran bersumber dari flare stack yang terdapat di Gathering Station dan
generator yang terdapat di wilayah camp. Selain itu, terdapat juga sumber emisi
fugitive di mana menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun
2009 sumber emisi fugitive adalah emisi yang secara teknis tidak dapat melewati
cerobong, ventilasi, atau sistem pembuangan emisi yang setara. Dalam kegiatan
industri minyak dan gas bumi sumber emisi fugitive dapat berasal dari kebocoran
katup, pompa, kompresor, uji kepala selubung, dan lain-lain. Sejauh ini, BOB PT.
Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu belum melakukan pengendalian emisi
fugitive karena, banyak sekali titik-titik yangberpotensi menjadi sumber emisi,
sehingga untuk penerapan pengendalian ataupun pemantauan belum dapat
dilakukan.
Pembakaran suar bakar (flaring) adalah pembakaran secara kontinue
maupun yang tidak menerus dari gas-gas yang dihasilkan dari kegiatan operasi
minyak dan gas pada cerobong tetap (stationary stack). Gas hasil pemisahan
fluida yang terjadi di stasiun pengumpul akan langsung dibakar di flare stack
dikarenakan jumlah gas yang dihasilkan sedikit maka emisi yang dihasilkan
nilainya relatif kecil. Setelah dilakukan pembakaran, gas yang sudah dibakar juga
dilepaskan ke lingkungan melalui flare stack.
Sebelum dibakar di flare stack, terjadi pemisahan fluida fase cair dan gas di
gas boot. Gas boot merupakan kolom gas separator tempat awal masuknya fluida
dari sumur produksi. Di Gathering Station Zamrud Area terdapa 2 unit gas boot,
V-1
V-2
masing masing memiliki ukuran diameter 8 ft dan tinggi 70 ft. Gas boot terdiri
dari tabung yang dilengkapi dengan baffle horizontal untuk mempercepat
terjadinya pemisahan fluida dan gas. Selain itu terdapat deflector plat, plat ini
terdapat di depan nozzle (inlet gas boot), dimana fluida yang masuk akan
membentur plat ini, dan terjadi pemisahan antara gas & liquid
Gas yang telah terlepas masuk kedalam pipa melalui bagian atas tabung
menuju flare stack. Bila kandungan gas kecil, maka akan dikeluarkan begitu saja,
namun bila kandungannya besar akan di bakar. Fase cair yang ada akan mengalir
melalui pipa lain yang berada di bawah gas boot menuju wash tank.
Fluida fase cair dialirkan menuju wash tank untuk pengolahan lebih lanjut,
sedangkan untuk fluida wujud gas dari gas boot dialirkan langsung menuju flare
stack untuk kemudian dibakar. Untuk flare stack sendiri, di Gathering Station
Zamrud Area terdapat 1 buah unit flare stack dengan diameter 2ft dan tinggi 43ft.
Gambar 5.1 Gas Boot Gathering Station Zamrud BOB PT Bumi Siak Pusako
Pertamina Hulu
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
V-3
Gambar 5.2 Flare Stack Gathering Station Pusaka dan Zamrud BOB PT
Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
Gas hasil pemisahan fluida yang berasal dari Gas Boot dialirkan langsung
menuju ke flare stack melalui pipa gas. Gas yang masuk tersebut dialirkan
kemudian akan langsung dibakar di ujung flare stack. Pada pembakaran di flare
stack turbulensi dari pencampuran gas dengan udara dan uap diperlukan untuk
pembakaran tanpa asap dan peningkatan proses pembakaran.
Untuk flare stack sendiri, di Gathering Station Zamrud Area terdapat 1 buah
unit flare stack dengan diameter 2ft dan tinggi 43ft. Diakibatkan oleh kecilnya
jumlah gas yang dihasilkan dari sumur produksi, maka pembakaran tidak selalu
terjadi. Akan tetapi hal yang berbeda terjadi di Pedada dan Pusaka Area, dimana
flare stack yang terdapat di stasiun pengumpul Pedada dan Pusaka Area sepanjang
tahunnya terus menunjukkan nyala api. Hal ini dapat terjadi karena adanya
perbedaan karakteristik sumur minyak sehingga jumlah gas terproduksinya juga
berbeda.
V-4
Gambar 5.3 Flare Stack dan Gas Boot BOB PT Bumi Siak Pusako
Pertamina Hulu
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
Generator di BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu hanya
digunakan pada saat emergency. Oleh karena itu, hasil emisi yang berupa polutanpolutan tidak begitu besar nilai pengukurannya. Kapasitas dari generator sendiri
sebesar 1000 Watt dimana dengan kapasitas sebesar itu sudah dapat memenuhi
V-5
kebutuhan listrik bagi wilayah camp Zamrud. Selama ini, sumber energi bagi
wilayah Zamrud field berasal dari PLTG yang dibangun di wilayah Pusaka.
5.2.1
besarnya keluaran emisi ke udara ambien. Oleh karena itu, pengendalian kualitas
udara juga termasuk dalam sistem pengelolaan kulitas udara. BOB PT. Bumi Siak
Pusako Pertamina Hulu melakukan pengelolaan kualitas udara emisi dan
ambien.
5.2.1.1 Sistem Pengelolaan Emisi
Sistem pengelolaan emisi di BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina
Hulu dilakukan dengan melakukan pembakaran gas terproduksi menggunakan
unit pengendali berupa flare stack. Fluida yang berasal dari sumur produksi untuk
V-6
selanjutnya di pisahkan antara fase gas dan cairnya di Gathering Station memiliki
nilai gas yang kecil.
5.2.1.2 Sistem Pengelolaan Ambien
Pengelolaan kualitas udara ambien yang terdapat di wilayah BOB PT.
Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu dilakukan guna mencegah terjadinya
penurunan kualitas udara. Penyiraman jalan yang terdapat di field merupakan
salah satu upaya yang dilakukan agar partikulat debu yang ada tidak berterbangan.
Selain itu, kendaraan yang digunakan di wilayah kerja telah melalui uji emisi dan
service secara berkala untuk mencegah penurunan kualitas udara akibat emisi dari
kendaraan.
5.2.2
Parameter Pemantauann
V-7
Siak Pusako Pertamina Hulu pada setiap area berdasarkan pada Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak bagi usaha dan/atau kegiatan minyak dan gas bumi
lampiran 1A dan 1D parameter yang diukur adalah :
Tabel 5.1 Lampiran 1A tentang Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari
Mesin Pembakaran Dalam
No.
Kapasitas
Bahan
Bakar
Kadar
Parameter
Maksimum
(mg/Nm3)
Nitrogen
Oksida
(Nox) dinyatakan
Minyak
<
Monoksida (CO)
570
KWth
Nitrogen
Monoksida (CO)
Total Partikulat
Sulfur
Dioksida
(SO2)
>
400
Nitrogen
500
150
KWth
800
Oksida
SNI 19-7117.5-2005
Monoksida (CO)
Total Partikulat
Sulfur
(SO2)
SNI
19.7117.10-
2005
SNI
19-7117.12-
2005
19-7117.3.1-
SNI 19-7117.5-2005
1000
atau Method 7, 7E
USEPA
SNI
Karbon
Gas
19.7117.10-
2005
SNI
sebagai NO2
570
SNI
6C USEPA
(Nox) dinyatakan
2.
600
sebagai NO2
Karbon
Minyak
SNI 19-7117.5-2005
Oksida
(Nox) dinyatakan
Gas
1000
sebagai NO2
Karbon
1.
Metode
Dioksida
600
19-7117.10-
50
SNI
2005
SNI
150
19-7117.12-
19-7117.3.1-
V-8
No.
Kapasitas
Bahan
Bakar
Kadar
Parameter
Maksimum
Metode
(mg/Nm3)
Nitrogen
Oksida
(Nox) dinyatakan
SNI 19-7117.5-2005
400
sebagai NO2
Karbon
Monoksida (CO)
atau Method 7, 7E
USEPA
SNI
500
19-7117.10-
Tabel 5.2 Lampiran 1D tentang Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari
Unit Suar Bakar
Kadar
No Parameter Maksimum
Metode
(%)
1
Opasitas
40
SNI 19.7117.112005
V-9
Sulfur Dioksida
Karbon
Metode
Sudah Dipantau
Pararosanalin
NDIR
Belum
Dipantau
Monoksida
(CO)
Nitrogen
Dioksida
(NO2)
Saltzman
Oksidan (O3)
Chemiluminescent
Flamed Ionization
mm)
Gravimetric
mm)
Gravimetric
TSP (debu)
Gravimetric
Pb (Timah Hitam)
Gravimetric
10
Gravimetric
Specific
11
Ion
Electrode
5.3
5.3.1
V-10
Parameter
Metoda
SNI 19-7117.5-2005
SNI 19-7117.3-2005
SNI 19-7117.7-2005
Partikulat
SNI 19-7117.12-2005
Opasitas
SNI 19.7117.11,2005
Temperatur Emisi
Termometer Digital
Kecepatan Alir
Pitot Tube
Sumber :Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu 2014
5.3.2
5.4.1
Pusako Pertamina Hulu berdasarkan trend yang terjadi setiap semesternya sejak
semester I 2013 sampai dengan semester II 2014. Berikut adalah Penjelasan
berdasarkan parameter pencemaran yaitu :
Tabel 5.5 Hasil Pemantauan Opasitas BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu
Opasitas
Satuan
Jun-13
Nov-13
Mei-14
Nov-14
Nilai Pengukuran
5%
5%
0%
0%
Nilai Parameter
40%
40%
40%
40%
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
V-11
V-12
Tabel 5.6 Karakteristik Crude Oil di BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina
Hulu
Result
Determination
Unit
Method
1633/09
1634/09
GS ZAMRUD
GS PUSAKA
0.8349
0.8454
Density
0.8345
0.8450
API Gravity
37.98
35.87
Pour Point
42
33
Wax Content
%wt
21.19
12.98
%vol
ASTM D. 96
Congealing Point
137
137
ASTM D. 938
Paraffin Content
%wt
73.40
67.45
ASTM D. 6730
21.47
24.25
18.77
9.608
8.657
7.300
3.474
3.325
Metana
0.00
0.00
Etana
0.00
0.00
Propana
0.02
0.01
0.12
0.11
i-Butana
0.06
0.06
Pentana
0.49
0.60
i-Pentana
0.50
0.06
Specific Gravity at
60/60F
ASTM D. 1298
ASTM D. 97
IFP
Alkohol-
Eter
Viscosity Kinematic
100F
122F
140F
cSt
210F
ASTM D. 445
Light End
Butana
%wt
ASTM D. 2887
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
V-13
Tabel 5.7 Hasil Pemantauan Emisi Generator BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu
Kualitas Udara Emisi Generator Zamrud
Parameter
Satuan
3
Jun-13
Nov-13
Mei-14
Nov-14
Baku Mutu
89,2
109,19
109,19
154,46
1000
38,36
800
NO2
mg/Nm
SO2
mg/Nm3
59,43
71,27
71,27
mg/Nm3
2,01
3,02
3,02
Partikulat
mg/Nm3
48,12
63,9
63,9
122,89
350
Opasitas
10
10
10
30
TRS
sebagai
H2S
0,04
35
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
Pemantauan emisi secara manual oleh pihak laboratorium eksternal pada
Juni 2013, November 2013, Mei 2014, dan November 2014. Lingkup analisis dan
pembahasan laporan kerja praktek dibatasi pada generator Zamrud. Parameter
yang diukur antara lain Sulphur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida(NO2), TRS
sebagai H2S, Opasitas, Partikulat. Adapun baku mutu dari setiap parameter
tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2009
Lampiran 1A.
Konsentrasi seluruh parameter berada di bawah baku mutu yang telah
ditetapkan. Dimana untuk nilai NO2 yang telah diukur pada semester I 2013
sampai dengan semester II 2014 masih berada jauh di bawah baku mutu yakni
1000 mg/Nm3. Berlaku juga pada pengukuran SO2 dengan baku mutu sebesar 800
mg/Nm3 hasil pengukuran yang ada menunjukkan bahwa nilai SO2 masih
memenuhi baku mutu yang ada. Seluruh parameter yang telah diukur oleh
laboratorium eksternal telah memenuhi bakumutu. Akan tetapi, berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2009 lampiran A yang
menjadi acuan baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi usaha dan/atau
kegiatan minyak dan gas bumi di BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu,
pengukuran Karbon Monoksida (CO) belum dimasukkan pada laporan
V-14
Satuan
GS Zamrud
Jun-13
Nov-13 Mei-14
Nov-14
g/Nm3 5,35
2,5
1,92
0,66
Dusun Dayun
g/Nm3
5,33
2,47
1,93
0,66
Baku Mutu
/Nm3
150
150
150
400
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
*Baku mutu 150 pengukuran dilakukan 24 jam
*Baku mutu 400 pengukuran dilakukan 1 jam
Konsentrasi udara ambien dengan parameter NO2 berada jauh di bawah
baku mutu yang ditetapkan. Dalam hal ini, kegiatan usaha yang dilakukan BOB
PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu dianggap masih aman terhadap
lingkungan karena paparan NO2 yang dihasilkan nilainya masih memenuhi baku
mutu berdasarkan peraturan yang berlaku.
Pada semester I&II ditahun 2013 dan semester I ditahun 2014, pengukuran
dilakukan selama 24 jam. Akan tetapi, pada semester II tahun 2014 baku mutu
yang digunakan mengalami perubahan menggunakan pemantauan selama 1 jam.
Hal ini dilakukan karena data pemantauan yang diambil selama 1 jam dianggap
sudah mewakili dan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada semestersemester terakhir pemantauan.Nilai NO2 yang sangat kecil ini terjadi karena
sumber awal emisi memang nilainya tidak besar sehingga,hal tersersebut dapat
berkaitan dengan nilai kualitas udara ambien.
Tabel 5.9 Tabel Pengukuran Kualitas Udara Ambien Parameter SO2
Kualitas Udara Ambien Zamrud Area
Satuan
GS Zamrud
Jun-13
Nov-13 Mei-14
Nov-14
g/Nm3 3,7
1,26
0,63
0,63
Dusun Dayun
g/Nm3
8,29
5,39
0,63
0,87
Baku Mutu
g/Nm3
365
365
365
900
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
V-15
/Nm untuk parameter semester I 2013 sampai dengan semester I 2014 dengan
melakukan pengukuran kualitas udara selama 24 jam, kemudian pada semester II
2014 parameter Sulfur Dioksida (SO2) baku mutu yang digunakan adalah 900
g/Nm3di mana pengukuran kualitas udara dilakukan selama 1 jam. Perubahan
lamanya waktu pengukuran kualitas udara yang mulanya dilakukan selama 24
jam, kemudian diubah menjadi 1 jam terjadi karena data hasil pengukuran selama
1 jam dianggap telah mewakili dengan mempertimbangkan hasil pengukuran
beberapa semester sebelumnya di mana nilai pengukuran masih jauh di bawah
baku mutu.
Untuk pengukuran kualitas udara ambien dapat disimpulkan emisi SO2
yang dihasilkan tidak akan merusak lingkungan ataupun berefek terhadap
kesehatan, konsentrasi terukur jauh di bawah baku mutu ambien. Rendahnya
konsentrasi SO2 ini diduga karena sumber emisi yang berpengaruh pada kualitas
udara ambien juga sangat kecil, sehingga nilai SO2 yang terdapat di udara ambien
kemungkinan besar juga sedikit.
Tabel 5.10 Tabel Pengukuran Kualitas Udara Ambien Parameter CO
Kualitas Udara Ambien Zamrud Area
Satuan
GS Zamrud
Jun-13
Nov-13 Mei-14
Nov-14
g/Nm3 102
102
102
102
Dusun Dayun
g/Nm3
102
102
102
102
Baku Mutu
g/Nm3
10.000
10.000
10.000
10.000
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
Konsentrasi udara ambien parameter Carbon Monoksida (CO) selama
trend semester I dan II ditahun 2013 dan 2014 masih memenuhi baku mutu.Hasil
yang sudah sangat baik ini harus dipetahankan agar kualitas udara lingkungan
tetap terjaga.
Parameter CO pada kualitas udara ambien di Gathering Station Zamrud
dan Dusun Dayun kemungkinan berasal dari kontribusi asap kendaraan bermotor
yang melintas, juga sumber pencemar lain gas CO adalah apabila adanya
pembakaran lahan gambut. Dampak dari peningkatan kadar CO dalam darah akan
V-16
dapat mengikat kadar okigen dalam darah dapat mengurangi pasokan oksigen
keseluruh tubuh, yang dapat menyebabkan pusing bahkan pingsan.
Munculnya nilai Carbon Monoksida yang terlampau jauh dari baku mutu
dapat terjadi karena sumber CO yang tersebar di udara ambien hanya berasal dari
asap kendaraan bermotor yang tidak memiliki jumlah siginificant, terlebih
kendaraan yang digunakan oleh perusahaan sejauh ini selalu lulus tes uji emisi
dan di service secara berkala.
Tabel 5.11 Tabel Pengukuran Kualitas Udara Ambien Parameter Partikulat
Kualitas Udara Ambien Zamrud Area
Satuan
GS Zamrud
Jun-13
Nov-13 Mei-14
Nov-14
g/Nm3 84,65
74,37
44,28
85,15
Dusun Dayun
g/Nm3 129,19
93,91
84,85
113,91
Baku Mutu
g/Nm3 230
230
230
230
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) tertinggi dihasilkan pada
titik pantau untuk area Gathering Station Zamrud sebesar 85,15g /Nm3pada
semester II tahun 2014 dan di Dusun Dayun yaitu sebesar 129,19 g /Nm3 pada
semester I tahun 2013. Hasil pengukuran udara ambien tersebut menunjukkan
sebaran Total Suspended Particulate (TSP) masih berada di bawah baku mutu
udara ambien yang ditetapkan.
Tingginya total partikel debu di Gathering Station dimungkinkan berasal
dari mobilitasdi field, untuk lokasi Dusun Dayun bersumber dari debu lalu lintas
jalan dan lalu lintas kendaraan. Selain itu, untuk Dusun Dayun sendiri berada di
tengah-tengah antara BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu dengan
Pabrik Kelapa Sawit yang kemungkinan juga memiliki peran terhadap besarnya
nilai partikulat yang berada di wilaya Dusun Dayun tersebut. Sejauh ini
perusahaan telah melakukan pengendalian partikulat dengan adanya penyiraman
pada jalanan di wilayah field, terutama pada saat musim kemarau untuk mencegah
partikulat debu berterbangan.
V-17
Satuan
GS Zamrud
Jun-13
Nov-13 Mei-14
Nov-14
g/Nm3 3,81
0,35
0,35
0,35
Dusun Dayun
g/Nm3 8,25
0,35
0,35
0,35
Baku Mutu
g/Nm3 235
235
235
235
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
Konsentrasi Oksidan (Ox) di dalam area Gathering Station dan di wilayah
Dusun Dayun menunjukkan nilai yang jauh di bawa baku mutu yang ditetapkan.
Terjadi perubahan kualitas udara ambien berdasarkan parameter O3di mana pada
semester I tahun 2013 nilai yang terukur di Gathering Station dan Dusun Dayun
masing-masing 3,81 dan 8,25 sedangkan pada semester selanjutnya nilai yang
muncul jauh lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkata kualitas
udara ambien di wilayah kerja perusahaan.
Tabel 5.13 Tabel Pengukuran Kualitas Udara Ambien Parameter Hidrokarbon
Kualitas Udara Ambien Zamrud Area
Satuan
GS Zamrud
Jun-13
Nov-13 Mei-14
Nov-14
g/Nm3 -
10
10
Dusun Dayun
g/Nm3 -
10
10
Baku Mutu
g/Nm3 160
160
160
160
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
Hasil pemantauan kualitas udara ambien menunjukkan bahwa parameter
hidrokarbon di seluruh titik pemantauan masih berada jauh di bawah nilai ambang
batas, yakni 160g/Nm3 (baku mutu PP No. 41. Tahun 1999). Akan tetapi, pada
semester ganjil ditahun 2013 dan 2014 tidak dilakukan pengukuran hidrokarbon.
Tabel 5.14 Tabel Pengukuran Kualitas Udara Ambien Parameter Pb
Kualitas Udara Ambien Zamrud Area
Satuan
GS Zamrud
Jun-13
Nov-13 Mei-14
Nov-14
g/Nm3 -
0,1
Dusun Dayun
g/Nm3 -
0,1
Baku Mutu
g/Nm3 2
Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu
V-18
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diberikan dari hasil dan pembahasan mengenai
Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Udara di BOB PT. Bumi Siak Pusako
Pertamina Hulu, Riau adalah :
1. Sumber emisi tidak bergerak yang terdapat di BOB PT. Bumi Siak Pusako
berasal dari proses pembakaran pada flare stack dan generator.
2. Sistem pengelolaan kualitas udara yang terdapat di BOB PT. Bumi Siak
Pusako Pertamina Hulu berupa pengendalian pencemaran emisi
menggunakan flare satck.
Pemantauan kualitas udara dilakukan secara manual setiap enam bulan
sekali oleh PT. Envi Reksa Tama yang kemudian dianalisa di laboratorium
eksternal.
3. Berdasarkan hasil pemantauan, kualitas udara ambien yang terdapat di
BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu telah memenuhi baku mutu
mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara namun, masih ada yang beberapa
parameter yang belum dimasukkan ke dalam pemantauan. Selain itu,
kualitas emisi yang dihasilkan juga telah memenuhi baku mutu sesuai
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2009 Tentang
Baku Mutu Sumber Emisi Tidak Bergerak Kegiatan dan/atau Usaha
Minyak dan Gas Bumi.
6.2
Saran
1. Mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2009
Tentang Baku Mutu Sumber Emisi Tidak Bergerak Kegiatan dan/atau
Usaha Minyak dan Gas Bumi CO merupakan salah satu parameter yang
dipantau pada lampiran 1A, akan tetapi parameter ini belum dimasukkan
pada pengukuran kualitas udara emisi BOB PT. Bumi Siak Pusako
Pertamina Hulu, Riau. Oleh karena itu, sebaiknya pengukuran ke depan
VI-1
VI-2
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, C. David & Alley, F.C. 1986. Air Pollution Control A Design
Approach. Boston : PWS Engginering
Huboyo, Haryono S., M. Arief Budihardjo. 2008. Buku Ajar Pencemaran Udara.
Semarang
Kepka Bapedal No.205 Tahun 1996 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Tidak Bergerak
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2009 Baku
Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan
Gas Bumi
Nevers, Noel De. 1995. Air Pollution Control Enggineering 2nd Edition.
Singapore : McGraw Hill Company Inc.
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran Udara
BOB PT Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu. 2013. Laporan RKL dan RPL BOB
PT Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu Triwulan II 2013. Riau
BOB PT Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu. 2013. Laporan RKL dan RPL
BOB PT Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu Triwulan IV 2013. Riau
BOB PT Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu. 2014. Laporan RKL dan RPL BOB
PT Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu Triwulan II 2014. Riau
BOB PT Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu. 2014. Laporan RKL dan RPL BOB
PT Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu Triwulan IV 2014. Riau
SNI-19-7119.6-2005 Udara Ambien-Bagian 6 : Penentuan Lokasi Pengambilan
Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien