Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama
: Ny. D
Usia
: 53 Tahun
Status
: Menikah
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
: Tanggeung
Tgl. Masuk RS
: 22 Agustus 2015
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri pada perut kanan bawah sejak 6 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang dengan keluhan nyeri pada perut kanan bagian bawah sejak 6 hari yang lalu.
Nyeri seperti melilit dan dirasakan secara terus menerus. Nyeri dirasakan saat tiduran
maupun berdiri. Awalnya terasa nyeri ulu hati pada siang hari namun menyebar ke seluruh
bagian perut, nyeri terutama dirasakan di perut kanan bagian bawah sore harinya. Os juga
merasa demam, mual dan selalu memuntahkan apapun yang dimakan. Sejak saat itu, os
mengeluh nafsu makannya berkurang dan merasa lemas. Os juga mengaku berat badannya
menurun. Os mengalami keluar darah dari anus terutama setelah BAB, terasa keluar
benjolan yang bisa dimasukkan kembali sejak 2 tahun lalu. Sekarang os merasa mual,
merasa pusing, demam (-), sesak (-), mual (-), muntah (-), BAK t.a.k.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, riwayat operasi
sebelumnya (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-), gastritis (+), hemorroid (+).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Dikeluarga tidak ada yang sakit seperti ini, riwayat keganasan tidak ada.
Riwayat Pengobatan :
Pasien mengaku belum pernah berobat.
Riwayat Psikososial :
Pasien mengaku tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol. Pasien mengaku punya
kebiasaan malas makan dan sering telat makan. Pasien tidak suka makan sayur dan jarang
minum air putih.
Riwayat Menstruasi :
Pasien sudah menopause sejak 2-3 tahun lalu dan tidak mengalami keputihan.
Riwayat Kontrasepsi :
Pasien dulunya memakai kontrasepsi pil KB namun karena dirasa tidak cocok, pasien
memakai kontrasepsi suntik 3 bulan. Sekarang pasien tidak memakai kontrasepsi.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan Darah : 140/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Napas
: 40 x/menit
Suhu
: 37,4o C
Status Generalisata
Kepala
Mata
Hidung
: Tidak tampak adanya deformitas, tidak tampak adanya secret, tidak tampak
adanya perdarahan/epistaksis.
Leher
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
: tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal fremitus sama
simetris dekstra sinistra.
Perkusi
Auskultasi
Jantung
BJ I dan II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas atas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Ekstremitas bawah : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Status Lokalis
a/r right lower quadrant abdomen
Inspeksi
abdomen datar, tidak cembung, asites (-), luka bekas jahitan (-)
Auskultasi
Bing usus (+) 8 kali/menit
Perkusi
Timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi
Supel, nyeri tekan right lower quadran (+), massa (-), rovsing sign (+), psoas sign (+), obturator
sign (+), dunphy sign (+), nyeri tekan pada pinggang (-), nyeri ketok CVA (+).
Pemeriksaan
Hasil
Nilai
Satuan
Rujukan
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin
12.0
12-16
g/L
Hematokrit
35.3
37-47
Eritrosit
4.47
4,2-5.4
10 /L
Leukosit
Differential
12.7
4.8-10.8
10 /L
LYM
%
Trombosit
7.7
26-36
243
%
150-450
10 /L
MCV
MXD %
7.0
79.0
0-11
80-94
%
/L
MCH%
NEU
84.4
29.1
40-70
27-31
%
Pg
LYM #
MCHC
MXD #
0.98
0.89
1,00-1,43
36.8
0-1,2
10 /L
33-37
10 /L
NEU
#
RDW-SD
10.74
1,8-7,6
39.8
10 /L
37-54
fL
Absolut
PDW
11.5
9-14
fL
MPV
10.8
8-12
fL
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah
GDP
Fungsi hati
AST(SGOT)
ALT(SGPT)
Fungsi ginjal
Ureum
Kreatinin
Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)
Calcium ion
IMUNOSEROLOGI
Hepatitis marker
HbsAg
73
70-110
Mg%
24
25
15-37
12-78
U/L
U/L
93.1
1.6
10-50
0.5-1.0
Mg%
Mg%
136.9
3.11
1.15
135-148
3,50-5,30
1,15-1,29
mEq/L
mEq/L
Mmol/L
Reaktif
Non reaktif
Index
Kimia Urin
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Jrnih
Jernih
Berat jenis
1.015
1.013 1.030
pH
6.0
4.6 8
Nitrit
Negative
Negative
mg/dL
Protein urin
75/2+
Negative
mg/dL
Glukosa
(Reduksi)
Normal
Negatif
UE
Keton
50/3+
Negative
Negative
Urobilinogen
Normal
Normal
Normal
Bilirubin
Negatif
Negatif
Negative
Eritrosit
25/2+
Negatif
Negative
Leukosit
Negatif
Negative
Negative
Lekosit
01
14
/LPB
Eritrosit
13
01
/LPB
Epitel
01
Negative
Kristal
Negative
Negative
Silinder
Negative
Negative
Mikroskopis
Menyokong infiltrat apendik pecah dengan perforasi ditandai di daerah McBurney adanya
koleksi cairan dengan apendik yang tak tervisualisasi
Ginjal bilateral : normal (besar, bentuk, posisi, parenkim, echocomplek, tidak tampak batu,
sistem pelvocalices, ureter proksimal)
RESUME
Os datang dengan keluhan nyeri pada perut kanan bagian bawah sejak 6 hari yang lalu. Nyeri
seperti melilit dan dirasakan secara terus menerus. Awalnya terasa nyeri ulu hati pada siang hari
namun menyebar ke seluruh bagian perut, nyeri terutama dirasakan di perut kanan bagian bawah
sore harinya. Demam (+), mual muntah (+) nafsu makan berkurang (+) merasa lemas (+). Os
juga mengaku berat badannya menurun. Os mengalami keluar darah dari anus terutama setelah
BAB, terasa keluar benjolan yang bisa dimasukkan kembali sejak 2 tahun lalu. BAK t.a.k.
Pemeriksaan fisik
Tanda vital
Tekanan Darah : 140/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Napas
: 40 x/menit
Suhu
: 37,4o C
Status Lokalis
a/r right lower quadrant abdomen
Inspeksi
abdomen datar, tidak cembung, asites (-), luka bekas jahitan (-)
Auskultasi
Bing usus (+) 8 kali/menit
Perkusi
Timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi
Supel, nyeri tekan right lower quadran (+), massa (-), rovsing sign (+), psoas sign (+), obturator
sign (+), dunphy sign (+), nyeri tekan pada pinggang (-), nyeri ketok CVA (+).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Appendiks berasal dari mid gut, bersama dengan ileum dan kolon ascenden. Appendiks
pertama kali muncul pada minggu ke-8 kehamilan sebagai outpouching dari sekum dan
secara bertahap berputar ke lokasi yang lebih medial menuju katup ileocecal mengikuti
perputaran sekum, dan menjadi tetap di kuadran kanan bawah.1
Appendiks menerima pasokan darah arteri cabang apendikular arteri ileokolika dari arteri
mesenterika superior. Arteri ini berasal dari posterior ileum terminal, memasuki
mesoapendiks dekat dengan dasar apendiks. Cabang arteri kecil berjalan pada arteri cecal.
Drainase limfatik apendiks mengalir ke kelenjar getah bening yang terletak di sepanjang
arteri ileokolika. Persarafan apendiks berasal dari saraf simpatik pleksus mesenterika (T10L1), parasimpatis aferen dibawa melalui saraf vagus. Struktur appendiks mirip dengan usus
mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna/propria (otot
longitudinal dan sirkuler), dan serosa. Pemeriksaan histologi appendiks menunjukkan
adanya folikel limfoid pada lapisan submukosa.1,2,4
Appendiks pada dewasa memiliki panjang 2-22 cm dengan rata-rata 9 cm, diameter luar
antara 3-8 mm dan diameter lumen 1-3 mm. Ujung appendiks memiliki berbagai lokasi.
Secara umum lokasinya berada di retrocecal kavum peritoneum (65%). Lokasi lain berada di
pelvis (30%), retroperitoneal (2%) dan bisa juga ditemukan di preileal atau postileal.1
B. FISIOLOGI APPENDIKS
Selama bertahun-tahun, appendiks dipandang sebagai organ sisa dengan fungsi yang tidak
diketahui. Sekarang telah diakui bahwa appendiks merupakan organ imunologi yang secara
Anaerobic
Gram - negative bacilli
Bacteroides fragilis
Other Bacteroides species
Fusobacterium species
Gram - positive cocci
Peptostreptococcus species
Gram - positive bacilli
Clostridium species
Appendiks obstruksi
Obstruksi appendiks merupakan kejadian awal yang paling sering pada appendisitis.
Hiperplasia dari folikel limfoid submukosa sekitar 60% penyebab obstruksi (paling
sering pada remaja). Pada orang dewasa yang lebih tua dan anak-anak, fecalith adalah
penyebab paling sering (35%).
Tekanan intraluminal
Meningkatnya tekanan intraluminal akibat obstruksi lumen appendiks menyebabkan
sekresi mukosa meningkat, pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dinding appendiks
menipis karena terjadi distensi dan terjadi obstruksi limfatik dan vena.
Nekrosis dan Perforasi
Nekrosis dan perforasi terjadi ketika aliran arteri terganggu.
Obstruksi
Distensi appendiks
Tekanan intraluminal
Obstruksi limfatik
Kongesti vena
Edema
Mucosal ulcers
Bakterial diapedesis
3,4
G.Invasi
MANIFESTASI
APPENDISITIS
bakterial
Inflamasi KLINIS
serosa yang
melekat pada
peritoneumThrombosis
parietal
vena
Symptoms
- Nyeri abdomen diffus di epigastrium bawah atau regio umbilicalis kemudian
terlokalisasi di kuadranGangren
kanan bawah (RLQ) Compromise of arterial b.s.
Perforasi
- Mual muntah
- Anoreksia
- Konstipasi
Bakteri
lolos atau diare Peritonitis
Signs
- Direct rebound tenderness (Mc.Burneys point)
- Rovsings sign
Nyeri di kuadran kanan bawah ketika tekanan palpatory diberikan pada kuadran kiri
-
internal pasif dari paha kanan tertekuk dengan posisi pasien terlentang.
Dunphy sign
Dunphy sign positif jika nyeri abdomen bertambah ketika pasien batuk.
scan.
Skor <2 : Kecil kemungkinan pasien ini menderita apendisitis. Pasien ini tidak perlu
untuk di evaluasi lebih lanjut dan pasien dapat dipulangkan dengan catatan tetap
dilakukan follow up pada pasien ini.
H. DIAGNOSIS APPENDISITIS
Diagnosis apendisitis ditegakkan dengan evaluasi klinis, meskipun tes laboratorium dan
prosedur pencitraan dapat membantu.1,3
- Manifestasi Klinis
Apendisitis biasanya dimulai dengan progresif, ketidaknyamanan midabdominal
persisten yang disebabkan oleh obstruksi dan distensi appendiks merangsang saraf aferen
visceral otonom (tingkat T8-T10). Kadang terjadi anorexia dan demam ringan
(<38,5C). Distensi appendiks menyebabkan kongesti vena yang dapat menyebabkan
rangsangan gerak peristaltik usus, menyebabkan sensasi kram yang segera diikuti
dengan mual dan muntah. Gejala termasuk anoreksia (90%), mual dan muntah (70%),
dan diare (10%). Setelah peradangan meluas secara transmural ke peritoneum parietal,
serat-serat nyeri somatik dirangsang dan rasa sakit terlokalisasi di RLQ. Iritasi peritoneal
dikaitkan dengan nyeri pada gerakan, demam ringan, dan takikardi. Timbulnya gejala
biasanya kurang dari 24 jam untuk apendisitis akut.
Bila appendiks retrocecal atau di belakang ileum, maka dapat dipisahkan dari
peritoneum perut anterior dan tanda-tanda lokalisasi perut bisa tidak ada. Iritasi struktur
berdekatan dapat menyebabkan diare, frekuensi kencing, pyuria, atau hematuria
mikroskopis tergantung pada lokasi. Bila appendisitis terletak di panggul, mungkin
mensimulasikan gastroenteritis akut, dengan rasa sakit menyebar, mual, muntah, dan
diare. Diagnosis mungkin dicurigai jika pemeriksaan rektal digital menghasilkan rasa
-
sakit.
Pemeriksaan Fisik
Assessing the patient's abdomen. Pemeriksaan dimulai dengan memeriksa perut pasien
di daerah lain dari tenderness yang dicurigai. Lokasi appendisitis adalah variabel.
Namun, biasanya ditemukan di tingkat vertebral S1, lateral linea tepat pada titik
McBurney (dua pertiga jarak dari umbilikus ke spina iliaka anterosuperior). Rovsing
sign mengindikasikan iritasi peritoneal. Tenderness kuadran-kanan-bawah langsung
dinilai. Tingkat ketahanan otot untuk palpasi sama dengan beratnya proses inflamasi.
Hyperesthesia cutaneous sering ada di atas regio tenderness maksimal. Iliopsoas
menyiratkan tanda appendisitis retrocecal. Sebuah appendisitis panggul dapat
menghasilkan tanda obturatorius positif.
Rectal Examination dilakukan untuk mengevaluasi keberadaan tenderness lokal atau
massa peradangan di daerah pararectal. Hal ini paling berguna untuk presentasi atipikal
sugestif dari appendisitis panggul atau retrocecal.
Pada wanita, pemeriksaan panggul dilakukan untuk menilai tenderness gerak rahim dan
rasa sakit atau massa pada adnexal. Massa teraba di RLQ menunjukkan abses
periappendiceal atau phlegmon.
Gastrointestinal Disease
Gastroenteritis ditandai dengan mual dan emesis sebelum timbulnya sakit perut,
bersama dengan malaise umum, demam tinggi, diare, sakit perut dan nyeri. Meskipun
diare adalah salah satu tanda-tanda kardinal radang lambung, dapat terjadi pada pasien
dengan usus buntu. Selain itu, jumlah WBC seringkali normal pada pasien dengan
gastroenteritis.
Mesenterika Limfadenitis biasanya terjadi pada pasien lebih muda dari 20 tahun dan
nyeri RLQ, sakit perut tapi tanpa tenderness rebound atau kekakuan otot. Nodal histologi
dan biakan yang diperoleh pada operasi dapat mengidentifikasi etiologi, terutama
Yersinia dan Shigella spesies dan Mycobacterium tuberculosis. Mesenterika limfadenitis
diketahui terkait dengan infeksi saluran pernapasan atas.
Meckel Diverticulitis hadir dengan gejala dan tanda-tanda tidak bisa dibedakan dari
appendisitis, tapi khas terjadi pada bayi.
Ulkus Peptikum, Diverticulitis, dan Kolesistitis dapat menyajikan gambar klinis yang
mirip dengan appendisistis.
Typhlitis, ditandai dengan peradangan pada dinding sekum atau ileum terminal, dikelola
nonoperatively. Hal ini paling sering terlihat pada pasien imunosupresi menjalani
kemoterapi untuk leukemia dan pada pasien HIV-positif. Sebelum operasi sulit untuk
perut
dan
panggul.
USG
transvaginal
dapat
digunakan
untuk
Kehamilan ektopik. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien wanita usia
subur dengan keluhan perut. Kista ovarium terbaik terdeteksi oleh USG transvaginal atau
transabdominal.
Torsi ovarium. Peradangan mengelilingi ovarium iskemik sering dapat teraba pada
pemeriksaan panggul bimanual. Pasien-pasien ini dapat mengalami demam, leukositosis,
dan nyeri RLQ konsisten dengan appendisitis. Sebuah viskus twisted, bagaimanapun,
berbeda karena memproduksi tiba-tiba, rasa sakit akut dengan emesis sering dan
berlanjut simultan. torsi ovarium dapat dibuktikan dengan Doppler USG.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG2,3,5
- Evaluasi Laboratorium
Complete blood cell count. Jumlah leukosit yang lebih dari 10.000 sel / uL, dengan
dominasi sel polymorphonuclear (> 75%), membawa sensitivitas 77% dan spesifisitas
63% untuk appendisitis. Jumlah leukosit dan proporsi bentuk mature meningkat jika ada
perforasi appendiks. Pada orang dewasa yang lebih tua, jumlah leukosit dan diferensial
lebih sering normal daripada pada orang dewasa muda. Wanita hamil biasanya memiliki
jumlah WBC yang tinggi dapat mencapai 15.000 hingga 20.000 selama proses
kehamilan.
Complete Blood Count (CBC)
Leukocytosis (10.000-18.000/mm3) dengan polymorphonuclear (PMN) predominan
Jika white blood count (WBC) > 18.000/mm 3 pikirkan adanya perforasi dengan atau
tanpa abses
Serum elektrolit, nitrogen urea darah, dan kreatinin serum diperoleh untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki kelainan elektrolit yang disebabkan oleh dehidrasi
sekunder untuk muntah atau asupan oral yang buruk.
Urinalysis. Urinalysis abnormal pada 25% sampai 40% dari pasien appendisitis. Pyuria,
albuminuria, dan hematuria sering terjadi. Jumlah bakteri yang banyak dapat dipikirkan
ISK sebagai penyebab sakit perut. Urine menunjukkan lebih dari 20 leukosit per bidang
daya tinggi atau lebih dari 30 sel darah merah per bidang daya tinggi menunjukkan ISK.
Hematuria yang signifikan harus dipikirkan pertimbangan urolithiasis.
WBCs atau RBCs mungkin ditemukan jika adanya iritasi VU atau ureter karena
inflamasi appendiks
Bakteriuria
Evaluasi Radiologi. Diagnosis appendisitis biasanya dapat dibuat tanpa evaluasi
radiologis pada kasus yang kompleks.
sepertiga perempuan terbukti memiliki patologi ginekologi primer. appendiks ini juga
bisa dihapus melalui pendekatan laparoskopi. Oleh karena itu, beberapa ahli bedah
menganjurkan pendekatan laparoskopi awal pada semua wanita berovulasi yang diduga
appendisitis.
K. PENATALAKSANAAN1,3,4
- Preoperative
Isotonik pengganti cairan intravena harus dimulai untuk mencapai output kemih cepat
dan untuk memperbaiki kelainan elektrolit. Suction nasogastrik sangat membantu,
terutama pada pasien dengan peritonitis. Suhu yang tinggi ditatalaksana dengan
acetaminophen dan selimut pendingin. Anestesi tidak boleh diinduksi pada pasien
-
Pada
memiliki tingkat komplikasi yang lebih tinggi dan lebih lama tinggal di rumah sakit.
Incidental Appendectomy
Insidental appendektomi adalah pengangkatan appendiks normal pada laparotomi untuk
kondisi lain. appendiks harus mudah diakses melalui sayatan perut ini, dan pasien harus
secara klinis cukup stabil untuk mentolerir waktu tambahan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan prosedur. Karena sebagian besar kasus appendisitis terjadi awal
kehidupan, manfaat appendektomi insidental berkurang secara substansial sekali orang
yang lebih tua dari 30 tahun. penyakit Crohn yang melibatkan sekum itu, radiasi
pengobatan hingga ke kekebalan, sekum, dan cangkok vaskular atau bioprostheses lain
dengan panduan CT-atau USG perkutan. Jika abses tidak bisa diakses atau resisten
terhadap drainase perkutan, drainase operasi diindikasikan. Terapi antibiotik dapat
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Townsend, Courtney M. 2007. Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed. Saunders, An Imprint
of Elsevier.
2. Debas, Haile T. 2003. Gastrointestinal Surgery : Pathofisiology and Management. New York
: Springer. Hal : 311-318
3. Brunicardi, F. Charles. 2010. Schwartzs Principles of Surgery, ninth edition. The McGrawHill Companies, Inc. United States of America.
4. Stead, G. Latha. 2003. Firts Aid for the Surgery Clerkship. McGraw-Hill Companies, Inc.
United States of America.
5. Klingensmith, Mary E dkk. 2008. Washington Manual of Surgery, 5th Edition. Lippincott
Williams & Wilkins.