Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB I

PENDAHULUAN
Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon dan
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk
mempertahankan pengembangannya. Paru-paru sebenarnya mengapung dalam rongga
toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi
gerakan paru-paru di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal rongga pleura berisi
sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan(2).
Hematothoraks atau hemothoraks adalah akumulasi darah pada rongga
intrapleura. Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah sistemik maupun
pembuluh darah paru, dan pada trauma yang tersering perdarahan berasal dari arteri
interkostalis dan arteri mammaria interna. Hemothoraks adalah adanya darah pada
rongga pleura. Perdarahan mungkin berasal dari dinding dada, parenkim paru,
jantung, atau pembuluh darah besar(5).
Penyebab hemothoraks yang paling banyak adalah trauma tajam (tusukan benda
tajam). Kelompok usia terbanyak yang menderita hemothoraks adalah pada rentang
umur 20-40 tahun karena usia tersebut termasuk usia produktif yang selalu dekat
dengan trauma. Laki-laki biasanya lebih sering daripada wanita dengan perbandingan
4:1.
Sesuai perkembangan di bidang pulmonologi telah banyak dikerjakan pendekatan
baru berupa tindakan torakotomi, ternyata memberikan banyak keuntungan pada
pasien-pasien yang mengalami hemothoraks di bagian anterior dan posterior, oleh
karena kemungkinan melukai pembuluh darah besar, struktur hilus dan jantung yang
potensial menjadi tamponade jantung. Torakotomi harus dilakukan oleh ahli bedah,
atau dokter yang sudah berpengalaman dan sudah mendapat latihan.
Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka (referat) ini adalah untuk mengetahui
definisi dari hematothoraks, serta cara menegakkan diagnosa hematothoraks secara
tepat sesuai jenis dan luasnya hematothoraks, karena hal tersebut akan berpengaruh
pada penanganannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Thorax
Thorax adalah bagian atas batang tubuh yang terletak antara leher dan abdomen.
Cavitas thoracis yang dibatasi oleh dinding thorax, berisi thymus, jantung, paru-paru,
bagian distal trachea dan bagian besar oesophagus(2).

Dinding Thorax
Dinding thorax terdiri dari kulit, fascia, otot, saraf, dan tulang.
Kerangka Dinding Tulang
Kerangka dinding thorax membentuk sangkar dada osteokartilaginosa yang
melindungi jantung, paru-paru, dan beberapa organ abdomen (misalnya hepar).
kerangka thoraks terdiri dari
-

Vertebra thoracica (12) dan discus intervertebralis


Costa (12 pasang) dan cartilago costalis
Sternum
Sifat khusus vertebra thoracica mencakup :

Fovea costalis pada corpus vertebra untuk bersendi dengan caput costae
Fovea costalis pada processus transversus untk bersendi dengan tuberculum

costae, kecuali pada dua atau tiga costae terkaudal


Processus spinosus yang panjang

Gambar 1. Lapisan thoraks


Costa
Costa adalah tulang pipih yang sempit dan lengkung membatasi bagian
terbesar sangkar dada.

Ketujuh (kadang-kadang delapan) costae pertama disebut costa sejati


(vertebrosternal) karena menghubungakn vertebra dengan sternum melalui
cartilago costalisnya.

Costa VIII sampai costa X adalah costa tak sejati (vertebrokondral) karena
cartilafo masing-masing costa melekat kepada cartilago costalis tepat di

atasnya.
Costa XI dan XII adalah costa bebas atau costa melayang karena ujung
cartilago costalis masing-masing costa berakhir dalam susunan otot abdomen
dorsal.
Cartilago costalis memperpanjang costa ke arah ventral dan turut menambah

kelenturan dinding thorax. Cartilago costalis VII sampai cartilago costalis X terarah
ke kranial dan bersatu untuk membentuk angulus infrasternalis dan arcus costarum
pada kedua sisi. Costa berikut carilago costalisnya terpisah satu sama lain oleh
spatium intercostalis yang berisi musculus intercostalis, arteria intercostalis, vena
intercostalis, dan nervus intercostalis.

Gambar 2. Fraktur costae

Anatomi Permukaan Dinding Thoraks


Kedua clavicula terletak subkutan pada pertemuan thorax dan leher. Kedua
tulang itu teraba dengan mudah, terutama pada tempat persendian dengan manubrium
sterni.
Sternum juga terletak subkutan dan teraba seluruh panjangnya. Incisura
jugularis pada manubrium mudah teraba antara ujung medial kedua clavicula yang
menonjol. Angulus sterni Ludovici pada symphisis, manubriosternalis dapat diraba
dan seringkali dapat diamati karena symphisis manubriosternalis antara manubrium
sterni dan corpus sterni bergerak pada pernapasan. Angulus sterni yang merupakan
patokan penting, terletak setinggi pasangan cartilago costalis II. Untuk menghitung
costae dan spatia intercostalis, ikutilah angulus sterni dengan jari tangan ke arah
lateral sampai pada cartilago costalis II, lalu hitunglah costae dan spatia intercostalis
sambil menggeserkan jari ke arah laterokaudal. Spatium intercostale I terletak kaudal
dari costa I, demikian pula spatia intercostalis yang lain terletak kaudal terhadap costa
dengan nomor urut yang sama. Processus xyphoideus terdapat dalam lekuk yang
dangkal, tempat bertau arcus costalis dexter dengan arcus costalis sinister untuk
membentuk angulus infrasternalis. Angulus infrasternalis dimanfaatkan pada
resusitasi kardiopulmoner untuk menempatkan tangan secara tepat pada corpus sterni.
Kedua struktur ini terentang dari synchondrosis xiphosternalis ke arah sternokaudal.
Bagian kranial arcus costae dibentuk oleh cartilago costalis VII, dan bagian kaudal
oleh cartilago costalis VII sampai cartilago costalis X.

Gambar 3. Topografi Paru-Paru


Pleura dan Paru-Paru
Pleura
Paru-paru masing-masing diliputi oleh sebuah kantong pleura yang terdiri dari
dua selaput serosa yang disebut pleura, yakni : pleura parietalis melapisi dinding
thoraks, dan pleura visceralis meliputi paru-paru, termasuk permukaannya dalam
fisura.
Cavitas pleuralis adalah ruang potensial antara kedua lembar pleura dan berisi
selapis kapiler cairan pleura serosa yang melumas permukaan pleura menggeser
secara lancar satu terhadap yang lain pada pernapasan.
Pleura parietalis melekat pada dinding thorax, mediastinum dan diaphragma.
Pleura parietalis mencakup bagian-bagian berikut :

Pleura kostal menutupi permukaan dalam dinding thoraks (sternum, cartilago


costalis, costa, musculus intercostalis, dan sisi vertebra thoracica)
7

Pleura mediastinal menutupi mediastinum


Pleura diafragmatik menutupi permukaan torakal diafragma
Pleura servikal (cupula pleurae) menjulang sekitar 3 cm ke dalam leher, dan
puncaknya membentuk kubah seperti mangkuk di atas apex pulmonis.
Pleura parietalis beralih menjadi pleura visceralis dengan membentuk sudut

tajam menurut garis yang disebut garis refleksi pleural. Ini terjadi pada peralihan
pleura kostal menjadi pleura mediastinal di sebelah ventral dan dorsal, dan pada
peralihan pleura kostal menjadi pleura difragmatik di sebelah kaudal. Pada radix
pulmonis terjadi peralihan pula antara lembar pleura visceralis dan pleura parietalis;
sebuah duplikatur pleura parietalis yang dikenal sebagai ligamentum pulmonale
tergantung ke arah kaudal di daerah ini.

Gambar 4. Pleura dan Paru-paru

Paru-Paru
Paru-paru normal bersifat ringan, lunak, dan menyerupai spons. Paru-paru
juga kenyal dan dapat mengisut sampai sekitar sepertiga besarnya, jika cavitas
thoracis dibuka. Paru-paru kanan dan kiri terpisah oleh jantung dan pembuluh darah
besar dalam mediastinum medius. Paru-paru berhubungan dengan jantung dan
trachea melalui struktur dalam radix pulmonis. Radix pulmonis adalah daerah
peralihan pelura visceralis ke pleura parietalis yang menguhubungkan fascies
mediastinalis paru-paru dengan jantung dan trachea. Hilum pulmonis berisi brinchus
principalis, pembuluh pulmonal, pembuluh bronkial, pembuluh limfe dan saraf yang
menuju ke paru-paru atau sebaliknya.
Fissura horizontalis dan fissura obliqua pada pleura visceralis membagi paruparu menjadi lobus-lobus. Masing-masing paru-paru memiliki puncak (apex), tiga
permukaan (fascies costalis, fascies mediastinalis, dan fascies diaphragmatica), dan
tiga tepi (margo superior, margo inferior, dan margo anterior). Apex pulmonis ialah
ujung kranial yang tumpul dan tertutup oleh pleura servikal. Apex pulmonis dan
pleura servikal menonjol ke kranial (2-3 cm) melalui apertura thoracis superior ke
dalam pangkal leher. Karenanya, bagian-bagian ini dapat mengalami cedera karena
luka pada leher, sehingga terjadi pneumothorax(2).

Fisiologi Thorax
Rongga thorax dapat dibandingkan dengan suatu pompa tiup hisap yang memakai
pegas, artinya bahwa gerakan inspirasi atau tarik napas yang bekerja aktif karena
kontraksi otot intercostalis menyebabkan rongga thorax mengembang,sedangkan
tekanan negatif yang meningkat dalam rongga thorax menyebabkan mengalirnya
udara melalui saluran napas atas ke dalam paru. Sebaliknya, mekanisme ekspirasi
atau keluar napas, bekerja pasif karena elastisitas/daya lentur jaringan paru ditambah

relaksasi otot intercostals, menekan rongga thorax hingga mengecilkan volumenya,


mengakibatkan udara keluar melalui jalan napas.
Adapun fungsi dari pernapasan adalah:
1.

Ventilasi: memasukkan/mengeluarkan udara melalui jalan napas ke

2.

dalam/dari paru dengan cara inspirasi dan ekspirasi tadi.


Distribusi: menyebarkan/mengalirkan udara tersebut merata ke seluruh

3.

sistem jalan napas sampai alveoli.


Difusi: oksigen dan CO2 bertukar melalui membran semipermeabel pada

4.

dinding alveoli (pertukaran gas).


Perfusi: Darah arterial di kapiler-kapiler meratakan pembagian muatan
oksigennya dan darah venous cukup tersedia untuk digantikan isinya dengan
muatan oksigen yang cukup untuk menghidupi jaringan tubuh.Setiap
kegagalan atau hambatan dari rantai mekanisme tersebut akan menimbulkan
gangguan pada fungsi pernapasan, berarti berakibat kurangnya oksigenasi
jaringan tubuh. Hal ini misalnya terdapat pada suatu trauma pada thorax.
Selain itu maka kelainan-kelainan dari dinding thorax menyebabkan
terganggunya

mekanisme

inspirasi/ekspirasi, kelainan-kelainan dalam

rongga thorax, terutama kelainan jaringan paru, selain menyebabkan


berkurangnya elastisitas paru, juga dapat menimbulkan gangguan pada salah
satu/semua fungsi-fungsi pernapasan tersebut.

HEMATOTHORAKS
A. Definisi
Penimbunan darah di dalam kavitas pleural disebut hemotoraks; bila
disertai dengan pneumotorasks disebut hemopneumothoraks. Penyebab
hemotoraks mencakup trauma, efusi keganasan, pneumotoraks spontan,
dimana terjadi perlekatan dan jaringan paru robek serta tindakan bedah toraks
atau jantung.
Pada pasien hemothoraks steril, darah bisa diabsorpsi dengan terapi
konservatif. Tetapi pada hemotoraks terinfeksi atau disertai dengan udara,

10

maka kesempatan reabsorpsi berkurang dan diperlukan tindakan bedah.


Setelah tindakan bedah pada toraks, maka udara dan darah biasanya masuk ke
kavum pleura sehingga chest tube dipasang semasa operasi. Komplikasi yang
kadang-kadang mengikuti hemotoraks adalah fibrotoraks, yang merupakan
hasil defibrinasi darah intrapleura dan distribusi fibrin di atas permukaan
pleura, menyebabkan penyakit paru restriktif yang kemudian memerlukan
intervensi bedah.
Pada orang dewasa secara teoritis hematothoraks dibagi dalam 3 golongan,
yaitu:
a. Hematothoraks ringan
Jumlah darah kurang dari 400 cc
Tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto thoraks
Perkusi pekak sampai iga IX
b. Hematothoraks sedang
Jumlah darah 500 cc sampai 2000 cc
15% - 35% tertutup bayangan pada foto thoraks
Perkusi pekak sampai iga VI
c. Hematothoraks berat
Jumlah darah lebih dari 2000 cc
35% tertutup bayangan pada foto thoraks
Perkusi pekak sampai iga IV
B. Etiologi
Penyebab utama hematothoraks adalah trauma, seperti luka penetrasi pada
paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada. Trauma tumpul pada
dada juga dapat menyebabkan hematothoraks karena laserasi pembuluh darah
internal.

1.
2.
3.

Menurut Magerman (2010) penyebab hematothoraks antara lain


Penetrasi pada dada
Trauma tumpul pada dada
Laserasi jaringan paru

11

4.
5.

Laserasi otot dan pembuluh darah intercostal


Laserasi arteri mammaria interna
Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari

pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh
trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga
dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti
spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi. Hemotoraks akut yang cukup
banyak sehingga terlihat pada foto toraks, sebaiknya diterapi dengan selang dada
kaliber besar. Selang dada tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura,
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat
dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah atau
cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan
terjadinya ruptur diafragma traumatik. Walaupun banyak faktor yang berperan
dalam memutuskan perlunya indikasi operasi pada penderita hemotoraks, status
fisiologi dan volume darah yang kelura dari selang dada merupakan faktor
utama. Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang
dada sebanyak 1.500 ml, atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap jam
untuk 2 sampai 4 jam, atau jika membutuhkan transfusi darah terus menerus,
eksplorasi bedah herus dipertimbangkan.
Traumatik

Trauma tumpul

Trauma tembus (termasuk iatrogenik)

Nontraumatik / spontan

Neoplasma

Komplikasi antikoagulan

Emboli paru dengan infark

12

Robekan adesi pleura yang berhubungan dengan pneumotoraks


spontan.

DLL

C. Patofisiologi
Trauma tumpul /
penetrasi pada dada

Nyeri akut

Volume
darah

Perdarahan

Akumulasi darah
pada rongga pleura

Syok
hipovolemik
Defisit volume
cairan

Kolaps paru parsial


atau total
Penurunan
curah jantung

Hipotensi

Pergeseran mediastinum
pada sisi yang tidak terkena

Penekanan oleh jantung, pembuluh


darah besar, dan trakea pada paru
normal
Penurunan ekspansi
paru

Ventilasi
Oksigenasi

Hipoksia

D. Diagnosis

13

Ketidakefektivan
pola napas

Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di


dinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri.
Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala
yang pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan
berat, agitasi, sianosis, takipnea berat, takikardia dan peningkatan awal tekanan
darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung.
Respon tubuh degan adanya hemothoraks dimanifestasikan dalam 2 area
mayor:
a. Respon hemodinamik
Respon hemodinamik sangat tergantung pada jumlah perdarahan yang
terjadi. Tanda-tanda shock seperti takikardi, takipnea, dan nadi yang lemah
b.

dapat muncul pada pasien yang kehilangan 30% atau lebih volume darah
Respon respiratori
Akumulasi darah pada pleura dapat menggangu pergerakan napas. Pada
kasus trauma, dapat terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi, khususnya
jika terdapat injuri pada dinding dada. Akumulasi darah dalam jumlah yang
besar dapat menimbulkan dispnea.

PEMERIKSAAN FISIK :

Inspeksi

: ketinggalan gerak

Perkusi

: redup di bagian basal karena darah mencapai tempat yang paling

rendah

Auskultasi : vesikuler

Sumber lain menyebutkan tanda pemariksaan yang bisa ditemukan adalah :

Tachypnea

Pada perkusi redup

14

Jika kehilangan darah sistemik substansial akan terjadi hipotensi dan


takikardia.

Gangguan pernafasan dan tanda awal syok hemoragi.

Selain dari pemeriksaan fisik hemotoraks dapat ditegakkan dengan rontgen toraks
akan didapatkan gambaran sudut costophrenicus menghilang, bahkan pada
hemotoraks masif akan didapatkan gambaran pulmo hilang.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Rontgen Thorax
Menunjukkan akumulasi cairan pada area pleura
Dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
b. GDA
Tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik
pernapasan, dan kemampuan mengkompensasi
PaCO2 mungkin normal atau menurun
Saturasi oksigen biasanya menurun
c. Torasentesis
Menunjukkan darah/cairan serosanguinosa (hemothoraks)
d. Full blood count
Hb menurun
Hematokrit menurun
DERAJAT PERDARAHAN
a) Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)
Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.
Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan

frekuensi pernapasan.
Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk
kehilangan darah sekitar 10%.

15

b) Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)


Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit),
takipnea, penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin, perlambatan

pengisian kapiler, dan anxietas ringan.


Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin,
yang menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan

selanjutnya meningkatkan tekanan darah diastolik.


c) Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)
Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan
darah sistolik, oliguria, dan perubahan status mental yang signifikan,

seperti kebingungan atau agitasi.


Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40%
adalah jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan

penurunan tekanan darah sistolik.


Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi
keputusan untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon

awal terhadap cairan.


d) Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik,
tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur),
berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar, penurunan status mental

(kehilangan kesadaran), dan kulit dingin dan pucat.


Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan secara cepat.

E. Diagnosis banding
KONDISI

PENILAIAN

16

Deviasi Tracheal
Distensi vena leher
Tension pneumothorax

Hipersonor
Bising nafas (-)
Deviasi Tracheal
Vena leher kolaps

Massive hemothorax

Perkusi : dullness
Bising nafas (-)
Distensi vena leher
Bunyi jantung jauh dan lemah

Cardiac tamponade
EKG abnormal
F.

G.

Komplikasi
Kegagalan pernapasan
Kematian
Fibrosis atau parut dari membran pleura
Syok
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan hematothoraks adalah untuk menstabilkan
pasien, menghentikan pendarahan, dan menghilangkan darah dan udara dalam

17

rongga pleura. Pada prinsipnya, penatalaksanaan hematothoraks adalah


sebagai berikut :

Primary Survey
Airway
Assessment :
perhatikan patensi airway
dengar suara napas
perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding
dada
Management :
inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift

dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas


Observasi dan Pemberian O2
Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura
telah menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura
tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat
apabila diberikan tambahan O2(10). Observasi dilakukan dalam
beberapa hari dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama
selama 2 hari . Tindakan ini terutama ditujukan untuk

pneumotoraks tertutup dan terbuka(3).


re-posisi kepala, pasang collar-neck
lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral /
nasal)

Breathing
Assesment
Periksa frekwensi napas
Perhatikan gerakan respirasi
Palpasi toraks
Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management:
Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
Lakukan tindakan bedah emergency

untuk

atasi

tension

pneumothoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest


Circulation
Assesment
18

Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi


Periksa tekanan darah
Pemeriksaan pulse oxymetri
Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
Torakotomi emergency bila diperlukan
Operasi Eksplorasi vaskular emergency

Tindakan Bedah Emergency


1. Krikotiroidotomi
2. Trakheostomi
3. Tube Torakostomi
4. Torakotomi
5. Eksplorasi vascular
Penanganan pada hemothoraks adalah:
1. Resusitasi cairan
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang
dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan
infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian
pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga
pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk
autotranfusi. Bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube
(WSD)
2. Pemasangan chest tube
Pemasangan chest tube (WSD) ukuran besar agar darah pada toraks
dapat cepat keluar sehingga tidak membeku di dalam pleura. Hemotoraks
akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi
dengan chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah
dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam
rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah
selanjutnya.

19

WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi WSD
sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negatif intrapleural. Macam
WSD antara lain:
WSD aktif
continous suction, gelembung berasal dari udara sistem
WSD pasif
gelembung udara berasal dari cavum toraks pasien
3. Thoracotomy
Tindakan ini dilakukan bila dalam keadaan:
a. Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan besar
penderita tersebut membutuhkan torakotomi segera.
b. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml,
tetapi perdarahan tetap berlangsung terus.
c. Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200cc / jam
dalam waktu 2 4 jam.
d. Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu atau
luka di daerah posterior, medial dari scapula harus dipertimbangkan
kemungkinan diperlukannya torakotomi karena kemungkinan melukai
pembuluh darah besar, struktur hilus atau jantung yang potensial menjadi
tamponade jantung
Tranfusi darah diperlukan selama ada indikasi untuk torakotomi. Selama
penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan
chest tube dan kehilangan darah selanjutnya harus ditambahkan ke dalam
cairan pengganti yang akan diberikan. Warna darah (arteri / vena) bukan
merupakan indikator yang baik untuk di pakai sebagai dasar dilakukannya
torakotomi
Torakotomi sayatan dapat dilakukan di samping, di bawah lengan
(aksilaris torakotomi); di bagian depan, melalui dada (rata-rata sternotomy);
miring dari belakang ke samping (posterolateral torakotomi); atau di bawah
payudara (anterolateral torakotomi) . Dalam beberapa kasus, dokter dapat
membuat sayatan antara tulang rusuk (interkostal disebut pendekatan) untuk

20

meminimalkan memotong tulang, saraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar dari
hanya di bawah 12.7 cm hingga 25 cm

BAB III
KESIMPULAN
Hematothoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh
darah, sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang menimbulkan
gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat proses respirasi. Oleh
karena itu, pada pasien sering mengeluhkan adanya sesak napas dan nyeri dada.
Hematothoraks dibagi tiga yaitu, hematothoraks ringan, sedang, berat.
Dalam menentukan diagnosis hematothoraks ditemukan dari penampakan
klinis yang sesuai dengan besarnya perdarahan atau jumlah darah yang terakumulasi.
Perhatikan adanya tanda dan gejala instabilitas hemodinamik dan depresi pernapasan.
Selain itu, kita dapat melihat dari pemeriksaan rontgen thorax dimana terlihat
bayangan difus radio-opak pada seluruh lapangan paru dan bayangan air-fluid level
hanya pada hematopneumotoraks. Tetapi, pemeriksaan rontgen ini dilakukan dengan
syarat pasien harus dalam keadaan stabil.
Pada prinsipnya, penanganan hematothoraks adalah evakuasi darah dan
mencegah pengembangan paru secepatnya serta penanganan hemodinamik segera
untuk menghindari kegagalan sirkulasi.
Untuk

hematothoraks

yang

berat

dapat

dilakukan

tindakan

pembedahan.Sedangkan untuk proses medikasi disesuaikan dengan penyakit yang

21

mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu diperhatikan agar hematothoraks tidak


terjadi lagi.

DAFTAR PUSTAKA
1) IKABI, ATLS, American College of Surgeon, edisi ke 6, tahun 1997.
2) Moore KL. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Penerbit Hipokrates ; 2002.
3) Magerman, Y. 2010. Pneumothorax/Hemothorax. Lecturer notes Cape
Peninsula University of Technology Faculty of Health & Wellness Science.
Paper 25. http://dk.cput.ac.za/hw_lnotes/25.
4) Sub Bagian Bedah Thoraks Bagian Ilmu Bedah FK-USU / RS HAM / RS
Pirngadi

Medan.

Hemothoraks

2000.

antara

Pengamatan
WSD

dan

Hasil
Continous

Penanganan
Suction

Evakuasi
Drainage.

http://www.scribd.com/doc/56222226/HEMOTHORAKS.
5) Mancini.2011.Hemothoraks. http://emedicine.medscape.com/article/2047916overview.
6) Syamsu Hidayat,R Dan Wim De Jong, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta,tahun 2004.

22

Vous aimerez peut-être aussi