Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia terutama jumlah lansia semakin lama semakin meningkat,
berdasarkan data yang diperoleh dari departemen kesehatan tahun 2010 Jumlah populasi pria
diatas usia 65 di Indonesia menempati urutan ke-4 dengan 6,1% dari jumlah umur lebih dari 65
tahun di negara-negara asia tenggara. Tentunya hal tersebut akan menimbulkan persoalanpersoalan baru, tidak saja di bidang sosial-ekonomi, tetapi juga di bidang kesehatan. Salah satu
masalah kesehatan yang sering dijumpai pada pria diatas 60 tahun adalah Benigna Prostatic
Hyperplasia atau BPH, keadaan ini di alami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun, dan kurang
lebih 80% pria yang berusia 80 tahun (Nursalam dan Fransisca, 2009).
Benign Prostatic Hyperplasia atau BPH adalah masalah umum pada sistem
perkemihanpada pria dewasa yang ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah sel-sel epitel
dan jaringan stroma di dalam kelenjar prostat. Menurut kejadiannya pembesaran prostat
disebabkan oleh dua faktor penting yaitu ketidakseimbangan hormon estrogen dan androgen,
serta faktor umur atau proses penuaan sehingga obstruksi saluran kemih dapat terjadi. Adanya
obstruksi ini akan menyebabkan, respon nyeri pada saat buang air kecil dan dapat menyebabkan
komplikasi yang lebih parah seperti gagal ginjal akibat terjadi aliran balik ke ginjal selain itu
dapat juga menyebabkan peritonitis atau radang perut akibat terjadinya infeksi pada kandung
kemih (Andre, Terrence & Eugene, 2011).
Untuk mengatasi obstruksi yang terjadi, dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari
tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling
berat yaitu operasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis dalam 10 besar kasus
selama 1 tahun terakhir, dari bulan Januari 2013 hingga bulan Maret 2014 di ruang Instalasi
Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi, kasus urologi menempati urutan nomer 4 dengan jumlah
pasien 227.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Benign Prostatic Hyperplasia atau
BPH meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Benigna Prostatic Hyperplasia atau BPH adalah masalah umum pada sistem perkemihan
pada pria dewasa yang ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah sel-sel epitel dan jaringan
stroma di dalam kelenjar prostat (Andre, Terrence & Eugene, 2011).
Hyperplasia prostatis benigna (benigh protatic hyperplasia) adalah pembesaran prostat
yang mengenai uretra,menyebabkan gejala urinaria.
2.2 Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasi prostat,
tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dehidrostestosteron (DHT) dan proses aging proses (Aging Proses /
penenuaan ). Beberapa hipotesa yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat
adalah :
1.
2.
3.
4.

adanya perubahan kesimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut.
Peranan dari Growth Faktor sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
Meningkatkan lama hidup sel sel prostat karena berkurangnya sel sel yang mati.
Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.

2.3 Manifestasi klinis


Peningkatan frekuensi berkemih, pancaran lemah, dorongan ingin berkemih,urin menetes
atau dribling, abdomen tegang, mengejan saat berkemih, aliran urine tidak lancar, rasa seperti
kandung kemih tidak kosong dengan baik, dan retensi urine akut. (Neil & Pierc 2007).

2.4 Penatalaksanaan Medis


2

A. Medikamentosa :
a. Ubah asupan cairan oral, kurangi konsumsi kafein
b. Alpha

blocker

(suatu

adrenergic

receptor

antagonists,

fenoksibenzamin)
c. katerisasi.
B. Pembedahan :
a. Transurethral resection of the prostate atau TUR-P.
b. Prostatectomy
c. Retropubic prostatektomy
2.5 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan mikroskopis urin dan kultur.
2. Tes faal ginjal
3. Pemeriksaa gula darah
4. Evaluasi urodinamik urin
5. Pemeriksaan radiologis.

2.6 Gejala BPH


1 gejala pada saluran kemih bagian bawah
a. ingin miksi tapi tidak jadi (Hesistansi).
b. Aliran kemih menjadi lemah, tidak lancar, volume sedikit.
c. Sering miksi di malam hari (nocturia)
d. Masih ada tetesan air kemih setelah miksi (terminal dribbling).
e. Frekuensi miksi bertambah (polakisuria).
f. Adanya perasaan kandung kemih belum kosong semua pada waktu miksi.
g. Perasaan ingin miksi, yang tidak bisa ditahan (urgensi).

misalnya

h. Kadang kadang miksi tidak dapat ditahan sama sekali (urgen inkontinensia).
i. Perasaan nyeri pada saat kencing (disuria).
j. Retensi urine.

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas


1. Nyeri pinggang
2. benjolan dipinggang (yang merupakan tanda dari Hydroneprhosis)
3. demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.
3 Gejala diluar saluran kemih.
1. hernia inguinalis dan hemoroid akibat sering mengejan pada saat meningkatkan tekanan
intra abdomen.
2. buli -buli yang terisi penuh dan teraba massa kistik di daerah supra simphisis akibat
retensi urine.
3. konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung,
4. lotus kanan dan kiri simetris dan tidak di dapatkan nodul.

ASUHAN KEPERAWATAN
5

Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal 10 Maret 2014 diperoleh data sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

nama: Tn.S,
umur: 63 tahun,
agama:Islam,
alamat: Banjarsari, Surakarata,
pendidikan: SMA,
pekerjaan: buruh,
nomor rekam medis: 01238980,
Tgl MRS3 Maret 2014 dengan diagnosa BPH.
Penanggung jawab klien: nama: Ny.S,
umur: 58 tahun, agama: Islam,
alamat:Banjarsari Surakarta,
hubungan dengan klien: istri.

Riwayat Penyakit Sekarang


1. Keluhan utama.
a. Saat MRS
Susah buang air kecil,terasa panas saat buang air kecil,dan nyeri pada daerah
suprapubic.
b. Saat Pengkajian
Perasaan berkemih tidak tuntas, berkemih mendadak, sering , dan nokturia.
2. Riwayat Penyakit Sekarang.
klien datang ke RSUD Dr Moewardi pada tanggal 3 Maret jam 09.00 WIB dengan
keluhan sulit saat buang air kecil, nyeri, urin menetes terus dan sensasi kandung kemih
penuh. klien adalah pasien rujukan dari RS Ngipang.
Riwayat Penyakit Dahulu
a.
b.
c.
d.

Pernah dirawat
: (-)
Riwayat penyakit kronik atau menular
Riwayat alergi : (-)
Riwayat operasi (-)

: (-)

Riwayat Penyakit Keluarga (-)


Pemeriksaan Fisik
1. TTV
a.
b.
c.
d.

Suhu
Nadi
Tekanan Darah
Pernafasan

: 37,5 (36,5 37,5)


: 80 (60 - 80)
: 130/ 90 (120/80)
: 18 x/menit (16 20 x/menit)
6

e. Berat Badan
: 60 kg
f. Tinggi Badan
: 65 cm
2. Keadaan Umum : Pasien tampak menahan kencing
3. Sistem Perkemihan
a. Kebersihan
: (+)
b. Keluhan kencing
: dysuria,dribbling, inkontinensia overflow,dan nokturia.
c. Produksi urin
:
d. Kandung kemih
: membesar dan nyeri tekan
Pengkajian Psikososial
a.
b.
c.
d.

Persepsi pasien thd penyakitnya


Ekspresi pasien thd penyakitnya
Reaksi saat interaksi
Gangguan konsep diri

: cobaan
: gelisah dan cemas
: kooperatif
: (-)

Analisa Data
Analis data dilakukan pada tanggal 10 Maret 2014
N
o
1

Data
Ds:

Etiologi

Masalah Keperawatan

Ukuran Prostat

Retensi urin

Pasien mengatakan
sering berkemih, dan

Penyempitan Lumen Posterior

mendadak serta
adanya perasaan
berkemih yang tidak
tuntas.
Do :

Obstruksi
Frekuensi Berkemih

Retensi Urin

o Suhu : 37,5 (36,5


7

37,5)
o Nadi : 80 (60 - 80)
o Tekanan Darah:
130/ 90 (120/80)
o Pernafasan : 18
x/menit (16 20
x/menit)
o peningkatan
frekuensi
berkemih,
o urin menetes atau
dribling,
o abdomen tegang,
o mengejan saat
berkemih,
o aliran urine tidak
2

lancar
DS :

Obstruksi Saluran Kemih

Nyeri Akut

Pasien mengatakan
nyeri pada saat BAK
DO :
-Pasien tampak

Produksi Urine

Vesika urinaria tak mampu


menampung

meringis kesakitan.
Skala nyeri : 5

Distensia Kandung Kemih

-Suhu : 37,5 (36,5


37,5)

Nyeri akut

-Nadi : 80 (60 - 80)


-Tekanan Darah: 130/
90 (120/80)
-Pernafasan :
18x/menit (16 20
x/menit)
DS :

Rencana Operasi
8

Ansietas

Pasien mengatakan
takut pada

<< Pengetahuan

penyakitnya.
DO :
-Pasein tampak resah

<< Informasi

dan gelisah
Ansietas

-Pasien tampak
gugup
-wajah pasien tampak
tegang
-peningkatan keringat
-tremor
-dilatasi pupil

Intervensi
N

Tujuan

Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

o
D
x
1

klien dapat

klien mengatakan

Mengajarkan blader

membantu

buang air

dapat buang air kecil

training pada klien

merangsang keinginan

kecil tanpa

secara mandiri
Memasang kateter bila

untuk buang air kecil


membantu

ada indikasi
Bagi cairan dalam sehari

mengeluarkan urin
Menjaga asupan

tanpa menyebabkan

adekuat

mengunaka
n alat bantu

kandung kemih over


Melaporkan

distensi
Lakukan maneuver crede

penurunan spasme
kandung kemih
9

Mempunyai

Memberikan obat sesuai

membantu

keseimbangan asupan

program terapi

memperlancar

dan haluaran 24 jam

sirkulasi dan
Kaji status nyeri pasien

merangsang syaraf.
mengetahui tingkat
nyeri yang dirasakan

Ajarkan teknik relaksasi

klien
teknik relaksasi

nyeri klien

klien tampak rileks

berkurang

dan klien melaporkan

membantu

status nyeri

mengurangi nyeri

berkurang

pada klien
Ajarkan teknik

Mampu meredakan

nonfarmakologis

nyeri

misalnya terapi music,


kompres dingin atau
hangat dan masase
Kendalikan faktor

Memenuhi rasa

lingkungan
Bantu klien

nyaman
identifikasi

mengidentifikasai

kenyamanan masa

tindakan kenyamanan

lalu membantu

yang efektif dimasa lalu

menentukan metode
mengurangi rasa sakit

bantu klien fokus pada


aktifitas, bukan pada
Memperlihatkan
teknik relaksasi
secara individual

nyeri,.
kolaborasi pemberian
analgetik
Kaji pengetahuan klien

mengetahui sejauh
mana tingkat

yang efektif untuk

pengetahuan klien

mencapai
10

kenyamanan.
3

tentang penyakit

Pasien

kecemasan klien

Gunakan pendekatan

pendekatan yang

mampu

berkurang,wajah

yang menenangkan

menenangkan dapat

mengontrol

tampak rileks, klien

cemas

tau tentang prosedur

membuat perasaan
klien lebih tenang.
Menurunkan ansietas

Terapi okupasi

tindakan.

dan memperluas
Memilki TTV dalam

Damping pasien

batas normal

fokus
Meningkatkan
keamanan dan
mengurangi rasa takut

Implementasi
No
Dx
1

Tanggal

Implementasi

Evaluasi

14 Maret

Mengajarkan blader training pada

S: pasien dapat menahan BAK

2014 jam

klien
Memasang kateter bila ada indikasi

O: frekuensi pasien BAK

Bagi cairan dalam sehari tanpa

berkurang

13.00 WIB

menyebabkan kandung kemih over

15 Maret

distensi
Lakukan maneuver crede
Memberikan obat sesuai program

A: retensi urin teratasi


P: mempertahankan intervensi

terapi
Kaji status nyeri pasien

S : Pasien mengatakan skala nyeri

Ajarkan teknik relaksasi dan teknik

berkuran
O : wajah pasien tampak rileks

2014 jam
07.00 WIB

nonfarmakologis misalnya terapi


music, kompres dingin atau hangat
dan masase
Kendalikan faktor lingkungan
Bantu klien mengidentifikasai
tindakan kenyamanan yang efektif
11

A : Nyeri teratasi
P : Mempertahankan intervensi

dimasa lalu
bantu klien fokus pada aktifitas,

15 Maret

bukan pada nyeri,.


kolaborasi pemberian analgetik
Kaji pengetahuan klien

2014 jam

S : Pasien berpartisipasi dalam


tindakan keperawatan

16.00 WIB
Gunakan pendekatan yang

O : wajah pasien tenang dan rileks

menenangkan
Terapi okupasi
Damping pasien

A : ansietas teratasi
P : Mempertahankan intervensi

Saran
1. Pasien
Pasien diharapkan selalu mematuhi anjuran dari petugas kesehatan agar menghindari
ataupun mengurangi kemungkinan masalah yang dapat merugikan klien.
2. Keluarga
Disarankan keluarga untuk menemani klien di ruang induksi/ pre operasi untuk
membantu mengurangi kecemasan klien.
3. Perawat
Perawat sebaiknya melakukan pengkajian yang lebih teliti kepada klien untuk membantu
pembentukan diagnosa yang lebih akurat serta melibatkan keluarga klien dalam
pemenuhan kebutuhan klien.
4. Instansi Rumah Sakit
Peningkatan pelayanan dan kondisi kerja yang lebih nyaman untuk kelancaran prosen
kesehatan baik bagi pihak pasien itu sendiri maupun petugas yang bekerja di rumah sakit.
5. Instansi Pendidikan
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai referensi dalam menunjang
pembelajaran serta meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih baik.

12

DAFTAR PUSTAKA
Andre, Terrence & Eugene. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Edisi 3.Jakarta : Karisma Publishing
Group.
Arthur & Keith. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. Edisi 1.Jakarta : Erlangga.
Carpenito & Linda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.
De jong & Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3.jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Kurniawan, W & Utomo. T. 2011. Comparison of serum sodium, serum potassium, and blood
hemoglobin changes after Transurethral resection of the prostate between irrigation with normal
saline and sterile water.Indonesian Journal of Urology, Vol 18. No 2. July 2011 : 55-59
Herdman & Heather.2012. Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC.
Neil & Pierce. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3.Jakarta : Erlangga. 14

13

Vous aimerez peut-être aussi