Vous êtes sur la page 1sur 13

Pemulihan segera pascaoperatif

Perawat yang ada di perawatan pascaanestesi(UPPA) menerima data status umum tentang pasien
dari tim bedah. Laporan tim bedah mencakup laporan tentang obat anestesi yang diberikan
sehingga perawat dapat mengantisipasi pada klien yang seharusnya sudah sadar.
Jenis Operasi
Bedah Klinis

Bedah Ekperimental
Bedah Eksplorasi

Bedah Plastik

Pembedahan Rekonstruktif

Bedah Ortopedik

Bedah Antiseptik

Bedah konservatif

Definisi
Pengetahuan pembedahan dengan
adanya kehadiran pasien dengan begitu
gejala yang didapat dan pengobatan
yang akan diberikan dapat diamati oleh
siswa.
Investgasi sistemik terhadap masalah
pembedahan.
Dilakukan untuk mendapatkan
diagnosis pasti atau untuk konfirmasi
diagnosis.
Pembedahan dimana dilakukan untuk
memperbaiki defek atau deformitas,
baik dengan jaringan setempat atau
dengan transfer jaringan dari bagian
tubuh lainnya.
merupakan pembedahan yang dilakukan
untuk melakukan koreksi terhadap
pembedahan yang telah dilakukan pada
deformitas atau malformasi seperti
contoh pembedahan terhadap langitlangit mulut yang terbelah, tendon yang
mengalami kontraksi, dan sebagainya
merupakan cabang dari pembedahan
dimana secara khusus memperhatikan
terhadap pencegahan dan restorasi dari
fungsi sistem skeletal, artikulasinya dan
strukturnya yang saling berhubungan.
merupakan pembedahan yang
berhubungan terhadap penggunaan agen
antiseptic untuk mengontrol
kontaminasi bacterial.
merupakan pembedahan dimana
dilakukan berbagai cara untuk
melakukan perbaikan terhadap bagian
tubuh yang diasumsikan tidak dapat
mengalami perbaikan, daripada

Bedah Radikal

Bedah Minor

Bedah Mayor

Bedah Emergency

Bedah Elektif

melakukan amputasi. Seperti contoh


dilakukan koreksi dan imobilisasi dari
fraktur pada kaki daripada melakukan
amputasi terhadap kaki.
merupakan pembedahan dimana akar
penyebab atau sumber dari penyakit
tersebut dibuang, seperti contoh
pembedahan radikal untuk neoplasma,
pembedahan radikal untuk hernia.
merupakan pembedahan dimana secara
relatif dilakukan secara simple, tidak
memiliki resiko terhadap nyawa pasien
dan tidak memerlukan bantuan asisten
untuk melakukannya seperti contoh
membuka abses superficial,
pembersihan luka, inokuasi, superfisial
neuroktomi dan tenotomi.
merupakan pembedahan dimana secara
relatif lebih sulit untuk dilakukan
daripada pembedahan minor,
membutuhkan waktu, melibatkan resiko
terhadap nyawa pasien, dan
memerlukan bantuan asisten seperti
contoh bedah caesar, mammektomi,
bedah torak, bedah otak.
merupakan pembedahan yang dilakukan
dalam keadaan sangat mendadak untuk
menghindari komplikasi lanjut dari
proses penyakit atau untuk
menyelamatkan jiwa pasien.
merupakan pembedahan dimana dapat
dilakukan penundaan tanpa
membahayakan nyawa pasien.

Tabel Jenis Anastesi


JENIS
TUJUAN
ANESTESI
General

Menghiloangkan
kesadaran dan
sensasi dengan
memblock kerja

CARA
PEMBERIAN
Inhalasi

JENIS OBAT

Nitro oxide

HAL YANG HARUS


DIPERHATIKAN
Monitor tanda tanda
vital, terutama tekanan
darah dan nadi, monitor
efek depresan CNS
untuk 24 jam setelah
pemberian anestesi

Monitor seluruh tanda


system saraf
Halothane (fluothane) tanda vital, monitor
suhu untuk
pusat
kemungkinan
munculnya gejala
hipotermia, jaga klien
supatya tetap hangat
selama recovery,
perhatikan fungsi hati
setelah operasi,
perhatikan pengeluaran
urine dengan seksama
Perhatikan tanda vital
terutama tekanan
enflurane
darah, nadi dan
pernapasan (tidak
digunakan untuk
persalinan)
Monitor tanda vital,
hindari peubahan psisi
isoflurane
yg terlalu cepat karena
bisa memicu hipotensi
Monitor reaksi alergi,
monitor fungsi
intravena
pentothal
pernapasan terutama
saat induksi, montor
tanda vital.
Gunakan dengan hati
hati dengan luka
innovar
kepala, monitor tanda
vital, atur airways.
Atur jalan udara,
gunakan diazepam bila
ketamine
muncul gejala delusi
atau halusinasi
Perhatikan area yang
Regional dan Mengurangi
Topical anestesi
Americaine, ethyl diberikan anestesi,
local
sensasi nyeri di
chloride, pontocaine, perhatikan gejala
anafilakss, perhatikan
daerah tubuh
cocaine,
kemungkinan alergi
yang dioperasi
klien terhadap obat.
(regional lebih
Perhatikan pula efek
luas daripada
samping dari obat yang
diberikan

local)

Infiltration
anstesia

Field block
anestesia

Perhatikan area yang


Marcaine, nesacaine, dianestesi, perhatikan
xilocaine, cocaine. cara pemberian karena
bila tidak sengaja
masuk intravena
mampu menganggu
system cardiovascular
Perhatikan intravena
Marcaine, nesacaine, sebelum melakukan
xilocaine, cocaine, penginjeksian

Perhatikan system
Peripheral nerve Marcaine, nesacaine, cardiovascular,
block anesthesia xilocaine, cocaine, perhatikan daerah
extremitas
Perhatikan komplikasi
Spinal anstesia Marcaine, nesacaine, saraf. Respiratory
paralysis, hypotension,
xilocaine,
kemungkinan
munculnya nyeri di
kepala
Kemungkinan muncul
epidural
Marcaine, nesacaine, hipotensi, perhatikan
pula respiratory
xilocaine
depression or paralysis.
Kemungkinan muncul
caudal
Marcaine, nesacaine, hipotensi, perhatikan
pula respiratory
xilocaine
depression or paralysis.
Perhatikan daerah
extremitas. Gunakan
Intravena
lidocaine
tourniquet untuk
regional block
mencegah aktifitas
anestesia
anestesi diluar daerah
yang diinginkan

2.1.1 Pernapasan
Obat anastesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernapasan, sehingga perawat perlu waspada
terhadap adanya pernapasan yang dangkal dan lambat serta batuk yang lemah. Apabila fungsi
pernapasan pasien sudah kembali normal, perawat meminta pasien untuk meludah guna
membersihkan jalan napas. Tindakan untuk mempertahankan kepatenan jalan napas , antara lain:

1. Perawat mengatur posisi klien pada salah satu sisi dngan wajah menghadap kebawah dan
leher agak ekstensi. Apabila pembedahan tidak memperbolehkan klien miring ke salah
satu sisi maka kepala tempat tidur agak ditinggikan dan leher klien agak ekstensi dengan
kepala miring ke salah satu sisi.
2. Perawat meminta klien untuk melakukan latihan batuk dan nafas dalam segera setelah
klien berespon hal ini akan mengurangi resiko kurangnya udara pada bagian paru.
3. Perawat memberikan oksigen sesuai permintaan dan memantau saturasi oksigen dengan
oksimeter nadi.

2.1.2 Sirkulasi
Masalah sirkulasi yang sering terjadi adalah perdarahan kehilangan darah terjadi secara eksternal
melalui drain atau insisi, atau secara internal pada luka bedah. Apabila perdarahan terjadi secara
eksternal perawat memperhatikan adanya peningkatan drainase yang mengandung darah pada
balutan atau melalui drain. Apabila balutan basah, darah mengalir ke samping klien dan
berkumpul di bawah sprei tempat tidur. Perawat yang waspada selalu memeriksa adanya drainase
dibawah tubuh klien. Apabila perdarahan terjadi secara internal, tempat pembedahan menjadi
bengkak dan kencang. Perawat harus mempertahankan infuse cairan dan memantau tanda-tanda
vital klien setiap 15 menitatau lebih sering sampai kondisi klien stabil oksigen tetap diberikan
dan kaki tempat tidur dapat ditinggikan.
2.1.3 Pengontrolan Suhu
Lingkungan ruang operasi dan ruang pemulihan sangat dingin. Perawat mengukur suhu tubuh
klien dan memberikan selimut hangat.
2.1.4 Fungsi Neurologis
Saat tiba di UPPA, klien mungkin dalam keadaan tidur atau bereaksi tehadap perintah verbal
dalam beberapa cara. Namun, obat-obatan, perubahan elektrolit dan metabolism, nyeri dn factor
emosional dapat mempengaruhi tingkat kesadaran. Apabila untuk membangunkan klien
diperlukan rangsang nyeri, perawat harus memberi tahu ahli anastesi. Bersamaan dengan
hilangnya efek anatesi, maka reflex, kekuatan otot, dan tingkat orientsi klien akan kembali
normal. Apabila klien baru menjalani pembedahan yang melibatkan system neurologis perawata
perlu melakukan pengkajian neurologis yang lebih menyeluruh.
2.1.5 Integritas Kulit dan Kondisi Luka
Setelah pembedahan, sebagian luka bedah ditutup dengan balutan untuk melindungi tempat luka
dan untuk mengumpulkan drainase. Perawat mengopservasi jumlah, warna, bau, dan konsistensi
drainase yang terdapat pada balutan. Perawat memperkirakan jumlah drainase dengan mencatat
jumlah kasa yang basah. Apabila drainase terlihat dari lapisan terlihat paling luar, maka cara lain

mengkaji drainase adalah melingkari sekeliling perimeter balutan bagian luar dan mencatat
waktunya. Dengan cara ini perawat lebih mudah mencatat bila ada peningkatan drainase.
2.1.6 Fungsi Genitourinaria
Untuk memeriksa adanya distensi kandung kemih, perawat mempalpasi abdomen bagian bawah
tepat diatas simfisis fubis. Klien perlu dibantu berkemih jika ia tidak apat berkemih dalam waktu
8 jam. Karena kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan nyeri dan seringh menyebabkan
kegelisahan selama pemulihan, cateter mungkin perlu dipasang. Apabila klien telah terpasang
cateter tetap, urin harus mengalir sedikitnya 2ml/kg/jam pada dewasa dan 1 ml/kg/jam pada
anak-anak. Perawat mengopservasi warna dan bau urine klien. Pembedahan yang melibatkan
bagian saluran perkemihan, normalnya akan menyebabkan urine mengandung darah paling tidak
selama 12-24 jam setelah pembedahan.

2.1.7 Fungsi Gastrointestinal


Anestesi memperlambat mortilitas gastrointestinal dan menyebabkan mual. Untuk
meminimalkan mual cegah klien melakukan gerakan yang tiba-tiba . Apabila klien terpasang
selang NG perawat menjaganya agar tetap patendengan melakukan irigasi secara teratur. Isi
lambung yang terakumulasi tidak bisa keluar dan dapat menimbulkan mual dan muntah.
Normalnya klien tidak boleh minum dalam ruang UPPA karena lambatnya pergerakan usus yang
berisiko menyebabkan mual dan ,muntah dan karena klien masih pusing akibat pengaruh
anestesi.
2.1.8 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Klien bedah berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, perawat mengkaji
status hidrasi dan memonitor fungsi jantung dan neurologi untuk melihat tanda-tanda perubahan
elektrolit. Tanggung jawab yang penting adalah mempertahankan kepatenan infus. Perawat
menginfeksi tempat pemasangan jarum infus untuk memastikan bahwa kateter infus berada pada
posisi yang tepat dalam vena sehingga cairan dapat mengalir dengan lancar.
2.1.9 Rasa Nyaman
Saat klien sadar dari anestesi umum maka rasa nyeri menjadi sangat terasa. Fungsi keperawatan
yang penting adalah mengkaji rasa tidak nyaman klien dan evaluasi terapi untuk menghilangkan
rasa nyeri. Analgesic narkotik umumnya diberikan segera setelah pembedahan untuk
menghilangkan nyeri dan memaksimalkan kemampuan klien melakukan latihan pernafasan.

2.2 Pemulihan pada Tempat Bedah Sehari

Bedah sehari atau bedah rawat jalan atau bedah di hari yang sama adalah ketika klien melalui
prosedur operasi bedah lalu kemudian pulang di hari yang sama. Saat ini, sekitar 65% dari
keseluruhan prosedur pembedahan dilakukan dengan bedah sehari atau rawat jalan. Sebagian
prosedur dan operasi bedah untuk bedah sehari adalah artroskopi lutut; kolesistektomi
laparoskopi; hemoroidektomi; perbaikan hernia; perbaikan urat otot; pengikatan rahim;
kolonoskopi; gastroskopi; operasi payudara; bedah laparoskopi; dilatasi dan kuretase;
miringotomi; pengurangan patah tulang tertutup; pemeriksaan dan perbaikan artroskopi;
kisektomi ovarium; tonsilektomi; operasi katarak; prosedur bedah mikro; prosedur bedah
kosmetik dan masih banyak lagi.
Berkaitan dengan keluasan dan pengkajian pascaoperatif pada klien bedah sehari bergantung
pada kondisi klien, jenis pembedahan, dan anastesinya. Padfa banyak kasus pengkajian
dilakukan sama seperti klien rawat inap. Namun untuk klien operasi minor tahap pemulihan
hanya butuh pengkajian minimal.
Bila klien mendapat anestesi umun atau regional atau sedate yang intensif melalui intravena
klien akan dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada ruang pemulihan tahap 1, klien yang
membutuhkan pemantauan ketat biasanya sering dikaji tanda-tanda vital, status pernapasan dan
sirkulasi, kesadaran, kondisi luka bedah dan tingkat nyeri. Waktu yang dibutuhkan pada tahap 1
pemulihan bergantung beberapa faktor. Waktu rata-rata yang dibutuhkan pemulihan pada tahap 1
adalah 1 jam. Setelah klien stabil dan tidak lagi butuh pemantauan ketat maka klien dipindahkan
pada ruang pemulihan tahap 2. Klien dengan bedah minor bisa langsung dipindahkan pada ruang
pemulihan tahap 2. Lingkungan pemulihan tahap 2 diciptakan untuk menin gkatkan kenyamanan
klien sampai klien pulang. Pemantauan tetap dilakukan namun tidak seintensif pada pemulihan
tahap 1. Pada pemulihan tahap 2, perawat melakukan penyuluhan pascaoperatif untuk klien dan
anggota keluarga.
Penyuluhan dan instruksi yang diberikan pada ruang pemulihan tahap 2 adalah sebagai berikut:
1. Obyektif:

1. klien dapat mengungkapkan sumber sumber yang dapat dihubungi untuk dimintai
bantuan.
2. klien dapat menjelaskan tanda dan gejala masalah masalah yang terjadi dalam fase
pascaoperatif.
3. klien dapat menyebutkan daftar nama dan dosis obat.
4. klien dapat menjelaskan pedoman yang berhubungan dengan tindakan pembedahan
tetrtentu.
1. Strategi Penyuluhan
2. berikan lembar instruksi disertai nomer telepon dokter, nomer telepon pusat bedah
dan tanggal serta waktu perjanjian pemeriksaan berikutnya.
3. jelaskan pada anggota keluarg tentang tanda dan gejala infeksi yang harus
diperhatikan.
4. jelaskan nama, dosis, jadwal, dan tujuan pemberian obat-obatan.
5. Jelaskan pada klien cara perawatan luka operasi dengan benar.
2.3

Penyembuhan Pascaoperasi

Penyembuhan pascaoperasi adalah proses mengembalikan klien kepada tingkat kesehatan


fungsionalnya sesegera mungkin pascaoperasi. Cepatnya pemulihan lanjutan ini bergantung pada
jenis atau luasnya pembedahan, faktor resiko, komplikasi pascaoperasi, dan rencana asuhan
keperawatan.
Klien bedah sehari pulang ke rumahnya setelah memenuhi beberapa criteria seperti :
1. Dapat berkemih (jika mungkin)
2. Bisa melakukan ambulasi
3. Sadar dan memiliki orientasi
4. Mual/muntah minimal
5. Tidak meminum obat-obat nyeri selama 1 jam
6. Nyeri pascaoperatif minimal
7. Tidak ada pendarahan atau drainase yang berlebihan

8. Menerima instruksi tertulis dan resep pascaoperatif


9. Mengungkapkan pemahaman tentang intruksi
10. Pulang dengan orang yang bisa bertanggung jawab
Sedangkan untuk klien bedah besar perlu tetap tinggal di UPPA sampai kondisinya stabil. Untuk
itu perawat mengevaluasi kesiapan klien dari UPPA berdasarkan kestabilan kesiapan klien dari
UPPA berdasarkan kestabilan tanda-tanda vitalnya jika dibandingkan dengan data preoperative.
Hal yang harus dipenuhi klien :
1. Control suhu tubuh baik
2. Fungsi ventilasi baik
3. Nyeri dan mual minimal
4. Drainase luar control
5. Nyeri dan mual minimal
6. Cairan dan elektrolit seimbang
Beberapa petugas UPPA menggunakan system penilaian obyektif, yang membantu member
gambaran saat klien sudah diperbolehkan keluar. Apabila setelah 2 sampai 3 jam kondisi klien
tetap buruk, waktu klien tinggal di UPPA akan diperpanjang atau dokter bedah akan
memindahkan klien ke ruang ICU.
2.4 Proses keperawatan di ruang perawatan pacaoperasi
2.4.1 Pengkajian
Perawat memeriksa kondisi klien yang meliputi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, kondisi
balutan dan drain, status infuse cairan, tingkat rasa nyaman, dan integritas kulit.
Perawat mengkaji klien secara rutin minimal setiap 15menit pada 1 jam pertama, setiap 30 menit
selama 1 sampai 2 jaam berikutnya, setiap 1 jam selama 4 jam berikutnya, dan selanjutnya setiap
4 jam. Seringnya pemeriksaan tergantung kondisi klien. Perawat yang tidak mengikuti jadwal
pengkajian tersebut diangap lalai.
Setelah seluruh pemeriksaan awal lengkap dan segala kebutuhan klien terpenuhi, keluarga
diizinkan mengujungi klien. Perawat dapat menjelaskan tujuan prosedur atau peralatan
pascaoperatif dan menjelaskan kondisi klien. Keluarga harus tahu bahwa klien akan mengantuk
dan tertidur pada sisa waktu hari itu akibat anestesi umum. Apabila klien mendapat anestesi

spinal, keluarga harus diingatkan bahwa klien akan diperiksa rutin dan ia akan kehilangan
sensasi dan pergerakan ekstreminalitasnya beberapa jam.
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
Perawat menentukan status masalah yang diidentifikasi dari diagnosa keperawatan preoperatif
dan mengelompokkan data baru yang relevan untuk mengidentifikasi diagnosa baru. Diaognosa
sebelumnya dapat berlanjut menjadi masalah pascaoperatif. Perawat juga dapat mengidentifikasi
factor risiko yang mengarah pada identifikasi diagnosa keperawatan baru antara lain: ketakutan
yang berhubungan dengan pengalaman bedah, kehilangan kontrol, hasil operasi yang tidak dapat
diprediksi, ketidakmampuan koping keluarga menghadapi kondisi klien yang membutuhkan
intervensi keperawatan, ansietas yang berhubungan dengan prosedur praoperasi dan prosedur
pascaoperasi, duka cita yang berhubungan dengan dampak operasi dan diagnose lain yang
bersifat spesifik bergantung jenis operasi yang dilakukan.

2.4.3

Perecanaan

Adanya data pengkajian terbaru dan analisa riwayat keperawatan preoperatif memungkinkan
perawat membuat rencana intervensi keperawatan yang spesifik. Instruksi pascaoperatif dari
dokter bedah juga dapat dijadikan pedoman. Beberapa jenis tujuan perawatan pascaoperatif
antara lain:
1. Menunjukkan kembalinya fungsi fisiologis normal
2. Tidak memperlihatkan adanya infeksi luka bedah
3. Dapat beristirahat dan merasa nyaman
4. Mempertahankan konsep diri
5. Kembali kepada status kesehatan fungsional dengan keterbatasan yang ada akibat
pembedahan
2.4.4 Implementasi
1. Mendapatkan kembali fungsi fisiologis normal
Luka bedah, pengaruh immobilisasi yang lama selama pembedahan berlangsung dan pada masa
penyembuhan serta pengaruh anestesi dan analgesic merupakan penyebab utama timbulnya
komplikasi pascaoperatif. Kegagalan klien berpartisipasi menambah risiko komplikasi. Perawat
harus memperhatikan hubungan antara seluruh sistem dengan terapi yang diberikan.
1. Mempertahankan fungsi pernafasan

Untuk mencegah komplikasi pernafasan ,perawat harus membersihkan paru-paru klien. Tindakan
berikut ini dapat meningkatkan ekspansi paru:
1. Perawat menganjurkan klien melakukan latihan pernafasan diafragma minimal setiap 2
jam sekali saat klien sudah sadar
2. Perawat menginstruksikan klien menggunakan spirometer stimulatif agar mendapat
inspirasi yang maksimal
3. Perawat menganjurkan klien melakukan ambulasi lebih awal.
4. Perawat membantu klien bepindah posisi miring setiap 1 sampai 2 jam saat bangun dan
duduk jika mungkin
5. Pertahankan kenyamanan klien.
6. Mencegah statis sirkulasi
Beberapa klien berisiko tinggi mengalami statis vena akibat sifat pembedahan yang dijalani.
Beberapa tindakan dapat meningkatkan aliran balik vena dan aliran sirkulasi darah normal :
1. Perawat menganjurkan klien untuk latihan kaki minimal setiap jam saat klien terjaga.
2. Perawat memasang stoking antiemboli elastis sesuai instruksi dokter
3. Perawat memasang stoking antiemboli pneumatic.
4. Perawat menganjurkan klien melakukan ambulasi lebih awal
5. Perawat menghindari posisi yang dapat mengganggu aliran darah ke bagian ekstremitas
klien.
6. Perawat memberikan obat-obatan antikoagulan sesuai instruksi dokter
7. Perawat meningkatkan asupan cairan yang adekuat melalui oral atau intravena.
8. Mempertahankan konsep diri
9. Tindakan berikut dapat mempertahankan konsep diri klien:
1. Perawat member privasi selama mengganti balutan atau menginspeksi luka.
2. Perawat mempertahankan kebersihan klien
3. Perawat mencegah agar set drainase tidak mengalir terlalu deras.

4. Perawat mempertahankan lingkungan yang menyenangkan


5. Perawat member kesempatan klien mendiskusikan penampilannya bersama-sama.
6. Perawat member kesempatan keluarga mendiskusikan cara menjaga konsep diri
klien.
10. Meningkatkan eliminasi urine
Tindakan berikut dapat meningkatkan eliminasi normal urine :
1. Perawat membantu klien pada posisi normal selama berkemih
2. Perawat memeriksa klien secara sering untuk mengetahui adanya kebutuhan klien untuk
berkemih
3. Perawat mengkaji adanya distensi kandung kemih
4. Perawat memantau asupan dan haluaran cairan.
5. Meningkatkan eliminasi normal dan nutrisi yang adekuat
Tindakan berikut mempercepat kembalinya eliminasi normal:
1. Perawat mengkaji peristaltic usus setiap 4 sampai 8 jam.
2. Perawat mempertahankan asupan nutrisi dan meningkatkannya secara bertahap.
3. Perawat meningkatkan ambulasi dan latihan.
4. Perawat mempertahankan asupan cairan yang adekuat.
5. Perawat memberikan enema, supositori, reektal, dan selang rectal sesuai instruksi.
Tindakan yang dapat mempertahankan asupan makanan yang adekuat:
1. Perawat menghilangkan sumber bau yang menyengat
2. Perawat membantu klien pada posisi nyaman saat makan
3. Perawat memberikan makanan yang diinginkan klien
4. Perawat melakukan perawatan mulut secara teratur
5. Perawata memberikan mekanan saat klien beristirahat dan bebas dari rasa nyeri.

2.4.5 Evaluasi
Perawat mengevaluasi efektifitas perawatan yang diberikan pada klien bedah berdasarkan hasil
yang diharapkan setelah melakukan interfensi keperawatan dengan cara bertanya pada klien dan
keluarga untuk memperoleh data. Yakinkan klien bahwa perawat memperhatikannya sehingga
memungkinkan perawat mengevaluasi kemajuan pemulihan. Apabila klien tidak mengalami
kemajuan seperti yng diharapkan perawat memperbaiki kembali rencana keperawatan
berdasarkan pada prioritas kebutuhan klien.
Bagian dari evaluasi perawat adalah menentukan banyaknya pelajaran yang diterima klien dan
keluarga tentang cara perawatan diri. Kehadirn perawat yang member perawatan dirumah saat
klien pulang berguna untuk mengetahui apakah klien dapat melakukan perawatan secara efektif.

Vous aimerez peut-être aussi