Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BRONKIEKTASIS
Disusun oleh :
Aditiya Maulana, S.Ked (110.2010.007)
Gian Putra, S.Ked
(110.2009.)
Pembimbing :
Dr. Lilis, Sp. Rad
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................
3
II. INSIDENS ...........................................................................................................
4
III. EPIDEMIOLOGI ...............................................................................................
4
IV. ETIOLOGI ..........................................................................................................
5
V. ANATOMI ...........................................................................................................
6
VI. PATOFISIOLOGI ..............................................................................................
9
VII. DIAGNOSIS ........................................................................................................
10
BRONKIEKTASIS
I.
PENDAHULUAN
Bronkiektasis adalah suatu keadaan bronkus atau bronkiolus yang
melebar akibat hilangnya sifat elastisitas dinding otot bronkus yang dapat
disebabkan oleh obstruksi dan peradangan yang kronis, atau dapat pula
disebabkan oleh kelainan kongenital yang dikenal sebagai sindrom
Kartagener, yaitu sindrom yang terdiri atas bronkiektasis, sinusitis, dan
destrokardia. Dilatasi tersebut menyebabkan berkurangnya aliran udara dari
dan ke paru-paru. Dengan alasan ini, bronkiektasis digolongkan dalam
penyakit paru obstruktif kronik, yang bermanifestasi sebagai peradangan
saluran pernafasan dan mudah kolaps, lalu menyebabkan obstruksi aliran
udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan mukus yang biasanya
disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis. 1,2,3
Bronkiektasis paling banyak bermanifestasi sebagai:
1. Proses fokal yang melibatkan satu lobus segmen atau sub-segmen paru,
atau
2. Proses yang bersifat difus dan melibatkan kedua paru
Proses pertama adalah yang umum terjadi, sedangkan proses kedua biasanya
berkaitan dengan penyakit sistemik dan/atau penyakit sinopulmoner dan asma.
1
Bronkiektasis
merupakan
akibat
dari
proses
patologis
yang
INSIDENS
Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui
pasti. Di negara-negara Barat, insidens bronkiektasis diperkirakan sebanyak
1,3% diantara populasi. Insidens bronkiektasis cenderung menurun dengan
adanya kemajuan pengobatan antibiotika. Akan tetapi perlu di ingat bahwa
insidens ini
kelainan kongenital.5,6
Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti
mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di
klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki maupun wanita. Penyakit ini dapat
diderita mulai sejak anak bahkan dapat berupa kelainan kongenital. 5,6,7
III.
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Etiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas. Namun
diduga bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. 6
a.
Kelainan kongenital
Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam
kandungan. Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan
memegang peranan penting. Bronkiektasis yang timbul kongenital
biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua
bronkus. Selain itu, bronkiektasis kongenital biasanya menyertai penyakitpenyakit kongenital seperti Fibrosis kistik, Sindroma Kertagener, William
Campbell syndrome, Mounier-Kuhn syndrome, dll.1,2,3,5,6,7
b. Kelainan didapat
Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan
merupakan proses berikut:
Infeksi
o Campak
o Pertusis
o Infeksi adenovirus
o Infeksi bakteri contohnya Klebsiella, Staphylococcus atau
Pseudomonas.
o Influenza
o Tuberkulosa
o Infeksi mikoplasma1,2,3,4,5,6,8,9
Penyumbatan bronkus
o
Tumor paru
Cedera penghirupan
o Cedera karena asap, gas atau partikel beracun
o Menghirup getah lambung dan partikel makanan 1,2,3,4
Kelainan imunologik
o Sindroma kekurangan imunoglobulin
o Disfungsi sel darah putih
o Defisiensi komplemen
o Infeksi HIV
o Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti artritis
rematoid, kolitis ulcerativa1,2,3,4,5
Keadaan lain
o Penyalahgunaan obat (misalnya heroin) 4
VI.
ANATOMI
Gambar dibawah ini menunjukkan anatomi dari sistem respirasi.
Bronkus Dextra, mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan
letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh
desakan dari arcus aortae pada ujung caudal trachea ke arah kanan,
sehingga benda-benda asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra.
Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan masuk kedalam hilus pulmonis setinggi
vertebra thoracalis VI. Vena Azygos melengkung di sebelah cranialnya.
Ateria pulmonalis pada mulanya berada di sebelah inferior, kemudian
berada di sebelah ventralnya.
Membentuk tiga cabang (bronkus sekunder), masing-masing menuju ke
lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior.
Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus superior letaknya di sebelah
cranial a.pulmonalis dan disebut bronkus eparterialis. Cabang bronkus
yang menuju ke lobus medius dan lobus inferior berada di sebelah caudal
a.pulmonalis disebut bronkus hyparterialis. Selanjutnya bronkus sekunder
tersebut mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke segmen
pulmo.10
berasal
dari
N.vagus,
n.
Recurrens,
dan
truncus
sympathicus.10
VI.
PATOFISIOLOGI
Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan
dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter)
yang merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada
dinding bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah akibat dari suatu
proses infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi, nitrit okside dan
netrophilic protease yang dilepaskan oleh system imun tubuh sebagai respon
terhadap antigen. 5
Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari
dinding bronkus atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan
normal jalan nafas. Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran
kecil pada jalan nafas. Silia tersebut bergerak berulang-ulang, memindahkan
cairan berupa mukus yang normal melapisi jalan nafas. Partikel yang
berbahaya dan bakteri yang terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan
dipindahkan naik ke tenggorokan dan kemudian batukkan keluar atau tertelan.
3
DIAGNOSIS
1. Gambaran Klinis
Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan produksi
sputum harian yang mukopurulen sering berlangsung bulanan sampai
tahunan. Sputum yang bercampur darah atau hemoptisis dapat menjadi
akibat dari kerusakan jalan nafas dengan infeksi akut. 1
Variasi yang jarang dari bronkiektasis kering yakni hemoptisis
episodik dengan sedikit atau tanpa produksi sputum. Bronkiektasis
kering biasanya merupakan sekuele (gejala sisa) dari tuberculosis dan
biasanya ditemukan pada lobus atas. 1
Gejala spesifik yang jarang ditemukan antara lain dyspnea, nyeri
dada pleuritik, wheezing, demam, mudah lelah dan berat badan
menurun. Pasien relatif mengalami episode berulang dari bronkitis
atau infeksi paru, yang merupakan eksaserbasi dari bronkiektasis dan
sering membutuhkan antibiotik. Infeksi bakteri yang akut ini sering
diperberat dengan onsetnya oleh peningkatan produksi sputum yang
berlebihan, peningkatan kekentalan sputum, dan kadang-kadang
disertai dengan sputum yang berbau. 1
10
11
Ring shadow
Terdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai ukuran (dapat
12
Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru-paru. Bayangan ini
terlihat terdiri atas dua garis paralel yang putih dan tebal yang dipisahkan oleh
daerah berwarna hitam. Gambaran seperti ini sebenarnya normal ditemukan
pada daerah parahilus. Tramline shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal
dan bukan pada daerah parahilus. 11,12,13,14
Tubular shadow
Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal. Lebarnya dapat
mencapai 8 mm. gambaran ini sebenarnya menunjukkan bronkus
13
- Bronkografi
Bronkografi merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media
kontras ke dalam sistem saluran bronkus pada berbagai posisi (AP,
Lateral, Oblik). Pemeriksaan ini selain dapat menentukan adanya
bronkiektasis, juga dapat menentukan bentuk-bentuk bronkiektasis
yang dibedakan dalam bentuk silindris (tubulus, fusiformis), sakuler
(kistik) dan varikosis. 12,13
Pemeriksaan
bronkografi
juga
dilakukan
pada
penderita
14
- CT-Scan thorax
CT-Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan penunjang
terbaik untuk mendiagnosis bronkiektasis, mengklarifikasi temuan dari
foto thorax dan melihat letak kelainan jalan nafas yang tidak dapat
terlihat pada foto polos thorax. CT-Scan resolusi tinggi mempunyai
sensitivitas sebesar 97% dan spesifisitas sebesar 93%.2,8,14
CT-Scan resolusi tinggi akan memperlihatkan dilatasi bronkus dan
penebalan dinding bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui
lobus mana yang terkena, terutama penting untuk menentukan apakah
diperlukan pembedahan.14
15
proses
ireversibel.
inflamasi
Pada
yang
pemeriksaan
sifatnya
patologi
destruktif
anatomi
dan
sering
infeksi
akut,
pada
mukosa
akan
terjadi
16
c. Varicose bronkiektasis
Bentuknya merupakan bentuk antara diantara bentuk tabung
dan kantong. Istilah ini digunakan karena perubahan bentuk
bronkus yang menyerupai varises pembuluh vena. 1,5,6
VIII.
Fibrosis Kistik
IX.
PENGOBATAN
Pengobatan pasien bronkiektasis terdiri atas 2 kelompok, yaitu :
Pengobatan konservatif 6
o Pengelolaan umum, meliputi
a. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien
b. Memperbaiki drainase sekret bronkus
c. Mengontrol infeksi saluran napas, misalnya dengan pemberian
antibiotik.
o Pengelolaan khusus
a. Kemoterapi pada bronkiektasis
b. Drainase sekret dengan bronkoskopi
o
Pengobatan simtomatik
Pengobatan obstruksi
bronkodilator.
bronkus,
misalnya
dengan
obat
17
demam,
dengan
pemberian
antibiotik
dan
Pengobatan Pembedahan
Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat (reseksi) segmen atau
lobus yang terkena. Indikasinya pada pasien bronkiektasis yang
terbatas dan resektabel, yang tidak berespon terhadap tindakantindakan konservatif yang adekuat, selain itu juga pada pasien
bronkiektasis terbatas, tetapi sering mengalami infeksi berulang atau
hemoptisis yang berasal dari daerah tersebut. Pasien dengan
hemoptisis masif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.6
X.
PROGNOSIS
a. Kelangsungan Hidup
Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya serta
luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan
pengobatan
secara
tepat
(konservatif
atau
pembedahan)
dapat
18
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
19
4.
Anonymous.
2004
Bronkiektasis. http://medicastore.com/med/detail_pyk.php,
5.
Hassan
2006
6.
7.
8.
9.
10. Luhulima JW. Trachea dan Bronchus. Diktat Anatomi Systema Respiratorius.
Bagian Anatomi FKUH. Makassar. 2004. hal 13-14.
11. Meschan I. Obstrictive Pulmonary Disease. Synopsis of Analysis of Roentgen
Signs in General Radiology. Philadelphia. 1975. hal 55-56
12. Kusumawidjaja K. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Editor Iwan Ekayuda.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2006. hal 108-115.
13. Sutton D. Textbook of Radiology and Imaging volume 1. Churchill
livingstone. Tottenham. 2003. hal 45, 163, 164 & 168.
14. Patel PR. Lecture Notes Radiologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. 2005. hal
40-41
15. Eng P, Cheah FK. Interpreting Chest X-rays. Cambridge Univesrsity Press.
New York. 2005. hal 67-68.
16. Greif J. Medical Imaging in Patients with
www.eradimaging.com. Last update Februari 2008.
Cystic
Fibrosis.
17. Ketai LH. Infectious Lung Disease. Fundamental of Chest Radiology, 2nd
Edition, Loren H. Ketai Richard Lofgren, Andrew J. Meholic, Elseiver Inc.
hal
18. Wicaksono H. Anatomi Dasar Sistem Pernapasan, www. ilmusehat.com
20
21