Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Kelompok 5
1.
2.
3.
4.
Andreas Endarto
Arlina Elvira Syahrani
Ayu Fitriya Rusanto
Muhammad Suherly
(1.08.004)
(1.08.007)
(1.08.010)
(1.08.0 )
5. Astuti Pavilianingtyas
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
a. Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru
(Kufe, et all, 2003).
b. Kanker paru merupakan abnormalisasi dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam
paru (Underwood, 2000).
Kesimpulan:
Kanker paru adalah penyakit keganasan di paru akibat pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali dalam jaringan paru.
Jar. Paru sehat
Kanker paru
2. Anatomi Fisiologi
Sistem pernapasan merupakan sistem tubuh yang berperan dalam pengaturan pertukaran
oksigen dan karbon dioksida antara tubuh dengan lingkungan luar dan pertukaran dalam
tubuh (dalam sel). Sistem pernapasan tersusun atas organ hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus, dan paru-paru. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk
kerucut dan terletak dalam rongga thorak dan terdiri dari paru kanan dan paru kiri. Kedua
paru dipisahkan oleh mediasternum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh
darah besar. Selain itu, paru juga terbagi menjadi tiga lobus, satu lobus pada paru kanan
dan dua lobus pada paru kiri. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa segmen,
yaitu 10 segmen pada paru kanan dan 9 segmen pada paru kiri. Paru-paru tersusun atas
alveolus yang merupakan unit fungsional organ paru (Corwin, 2007, hlm.521 ). Sebagai
unit fungsional, alveolus memegang peran penting sebagai tempat pertukaran gas dalam
pernapasan eksternal.
Radiasi
Letak Geografis
Industri
Tubuh terpapar karsinogen
Pengikatan karsinogen dengan DNA
Perubahan sifat dan tipe DNA (mutasi gen)
Perubahan seluler
Keganasan & abnormal pertumbuhan seluler pulmonal dan bronkial
Invasi karsinoma
Hilangnya silia
Pengendapan karsinogen
MK: Bersihan Jalan Napas
Metaplasia, Hiperplasia, Displasia
Lesi menembus pleura
Lesi pada bronkus
Lesi semakin berkembang
Obstruksi dan ulserasi bronkus
Terjadi proses inflamasi
t/g hemoptisis,
Efusi Pleura
mengi (wezhing),
batuk
MK: Nyeri
dilakukan pembedahan
Torakotomi, biopsi, WSD
MK: Ansietas
6. Manifestasi Klinik
a. Kanker itu sendiri gejala awalnya stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin
disebabkan oleh obstruksi bronkus.
b. Gejala umum
1) Batuk
Memungkinkan akibat iritasi yang disebabkan oleh masa tumor. Batuk mulai
sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik
dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi
sekunder.
2) Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami
ulserasi.
3) Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan
c. Obtruksi tumor pada bronkus: mengi (wheezing), stridor, dispnea.
d. Pertumbuhan tumor ke pleura: nyeri dada kiri karena pleura.
e. Metastasis ke kelenjar mediasternum: suara serak (akibat dari paralisis nervus
Laringeus), hemipare diafragma, bronkialgia, disfagia.
sebagai
karsinoma
oat
cell
karena
bentuk
(AJCC). TNM sistem didasarkan pada tingkat tumor (T), sejauh mana menyebar ke betah
bening/lymph nodes (N), dan adanya metastase (M) ke organ lain.
Tabel Pembagian Sistem TMN untuk Kanker paru
Tx
Tidak ada
diketahui
Mo
metastasis ke
kelenjar limfe
fascia
T1b
Mx
regional
superfisialis
Tumor invasi
atau terletak di
bawah fascia
T2
T2a
superfisialis
Tumor > 5 cm
Tumor di atas
N1
M1
kelenjar limfe
fascia
T2b
Ada metastasis ke
regional
superfisialis
Tumor invasi
atau terletak di
bawah fascia
superfisialis
Tabel Pembagian Stadium Tumor Berdasarkan Sistem TMN untuk Kanker Paru
Stadium
IA
IB
II A
Grade
G 1-2
G 1-2
G 1-2
Tumor
T1a-T1b
T2a
T2b
N
No
No
No
M
Mo
Mo
Mo
II B
II C
III
IV
G 3-4
G 3-4
G 3-4
Any G
Any G
T1a-T1b
T2a
T2b
Any T
Any T
No
No
No
N1
No
Mo
Mo
Mo
Mo
M1
2) Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe)
Bendel (1973) mengatakan bahwa 2/3 dari proses keganasan dapat diketahui dari
pemeriksaan sitologi sputum. Jumlah ini akan bertambah secara signifikan dengan
pemeriksaan bilasan bronkus. Berbagai penelitian mengatakan bahwa pemeriksaan
sitologi dapat digunakan untuk mendiagnosis kanker lebih dini bila dibandingkan
dengan pemeriksaan ragiologi.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
c. Histopatologi
1) Bronkoskopi
Bronkoskopi yang disertai biopsi adalah tehnik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuamosa yang biasanya terletak di daerah sentral
paru. Pelaksanaan bronkoskopi yang paling sering adalah menggunakan
bronkoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan diagnostik.
2) Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2
cm, sensitivitasnya mencapai 90-95 %.
3) Torakoskopi
Biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
4) Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
Batuk merupakan gejala utama yang sering kali diabaikan oleh klien atau dianggap
sebagai akibat merokok atau bronkhitis. Bila kanker paru berkembang pada klien dengan
bronkhitis kronis, batuk akan timbul lebih sering dan volume sputum bertambah.
Riwayat penyakit sebelumnya, walaupun tidak terlalu spesifik biasanya akan didapatkan
adanya keluhan batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara signifikan.
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari klien dengan kanker paru berisiko lebih
besar mengalami penyakit ini, walaupun masih belum dapat dipastikan apakah hal ini
benar-benar karena faktor hereditas atau karena faktor-faktor familiar.
(Muttaqin, 2008, hlm. 201)
a. Preoperasi (Doenges, 1999)
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea
karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2) Sirkulasi
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi), takikardi/ disritmia, jari
tabuh.
3) Integritas ego
Gejala : Perasaan takut, takut hasil pembedahan menolak kondisi yang berat/
potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang.
4) Eliminasi
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan frekuensi/
jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
5) Makanan/ cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan, kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut), edema wajah/
leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil), glukosa dalam urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
6) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada
tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri
bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma), nyeri abdomen
hilang timbul.
7) Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi
sputum, nafas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industri serak, paralisis
pita suara, riwayat merokok.
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja, peningkatan taktil fremitus
(menunjukkan konsolidasi), krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi
(gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap, pentimpangan trakea ( area
yang mengalami lesi), hemoptisis.
8) Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), kemerahan, kulit pucat
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
9) Seksualitas
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormon neoplastik, karsinoma sel besar),
amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
10) Penyuluhan
Gejala : Faktor risiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberkulosis kegagalan
untuk membaik.
b. Pascaoperasi (Doenges, 1999)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
dan
menyatakan
perasaan.
kurang informasi.
Kriteria hasil :
a) Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
b) Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
c) Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian
medik.
d) Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
Intervensi :
a) Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Berikan informasi dengan
cara yang jelas/ ringkas.
Rasional : Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup
perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas
baru.
b) Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat.
Rasional : Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memampukan
pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan.
c) Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan, kebutuhan makanan kalori
tinggi.
Rasional : Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami
penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi
untuk menyembuhan.
d) Berikan pedoman untuk aktivitas.
Rasional : Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi
periode istirahat dan aktivitas untuk meningkatkan regangan/ stamina dan
mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan.
b) Bantu pasien untuk nafas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi
dan menekan daerah insisi.
Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan
penekanan menguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret.
Penekanan dilakukan oleh perawat.
c) Observasi jumlah dan karakteristik sputum/ aspirasi sekret.
Rasional : Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna / berair awalnya normal
dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
d) Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi
jantung.
Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/ peningkatan
pengeluaran.
e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau analgetik sesuai
indikasi.
Rasional : Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara,
mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret.
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan
saraf internal, adanya selang dada, invasi kanker ke pleura, dinding dada.
Kriteria hasil :
a) Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.
b) Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
c) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.
Intervensi :
a) Tanyakan pasien tentang nyeri, tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang
intensitas pada skala 0-10.
Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan
skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan
alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan control nyeri.
b) Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional : Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat
memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefeketifan intervensi.
c) Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi
anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa
kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.
d) Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.
Rasional : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem/
ketidaknyamanan fisik menetap.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. J. (2007). Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa: Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
FKUI. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: Departemen Penyakit Dalam.
Marry, Baradero. 2007. Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Rab, Tabrani. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: CV. Trans Info Media.