Vous êtes sur la page 1sur 24

TUGAS MATA KULIAH

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN BAHAN AJAR NON CETAK

YUNI ANGGIYA (15175049)

DOSEN PEMBIMBING
PROF. DR. FESTIYED, MS
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
LANDASAN TEORI...............................................................................................1
A. Bahan Ajar Non Cetak.................................................................................1
1. Karakteristik Bahan Ajar Non Cetak........................................................1
2. Unsur-unsur Bahan Ajar Non Cetak..........................................................2
3. Macam-macam Bahan Ajar Non Cetak....................................................2
B. Model Pengembangan Borg and Gall...........................................................3
C. Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak........................................................6
1. Pengembangan Bahan Ajar CAI................................................................6
3. Audio.......................................................................................................13
4. Video.......................................................................................................14
D. Pemanfaatan Bahan Ajar Non Cetak...........................................................16
PEMBAHASAN....................................................................................................18
Matriks Pengembangan Bahan Ajar Video.........................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Matriks Pengembangan Bahan Ajar Video.............................................18

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema prosedur pengembangan hasil adaptasi dari prosedur pengembangan
Borg & Gall (Sumber: Borg & Gall, 1983).........................................................5
Gambar 2. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak CAI............................11
Gambar 3. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Audio........................................14
Gambar 4. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Video........................................15

iii

LANDASAN TEORI
A. Bahan Ajar Non Cetak
1. Karakteristik Bahan Ajar Non Cetak
Beberapa karakteristik Bahan Ajar berbasis TIK/ICT dapat dikemukakan
antara lain :
a. Memanfaatkan teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan
sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan
relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media ataupun teknologi
jaringan / computer network).
c. Memanfaatkan teknologi multimedia, sehingga suasana pembelajaran
menjadi menarik, tidak membosankan dan pada akhirnya memotivasi
siswa untuk belajar mandiri.
d. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan
saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
e. Memanfaatkan Pertukaran Data (Information sharing) yang secara
interaktif dapat dilihat setiap saat di komputer.
Adapun Keunggulan Terkini yang dimiliki oleh Bahan Ajar berbasis TIK/ICT
dapat dirangkum sebagai berikut :
a. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif serta
mempunyai ketertarikan pada materi yang sedang dibahas .
b. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar sewaktu-waktu karena
bahan ajar dapat tersimpan di komputer.
c. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar
yang terstruktur dan terjadual melalui jaringan, sehingga keduanya bisa
saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
d. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau
kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi
oleh jarak, tempat dan waktu.

e. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi dan berinteraksi


melalui

fasilitas-fasilitas

internet

yang

dapat

dilakukan

secara

kelompok/group.
2. Unsur-unsur Bahan Ajar Non Cetak
Bahan ajar setidak tidaknya harus memiliki enam unsur, yaitu mencakup
tujuan, sasaran, uraian materi, sistematika sajian, petunjuk belajar, dan
evaluasi. Sebuah bahan ajar harus mempunyai tujuan. Tujuan harus
dirumuskan secara jelas dan terukur mencakup kriteria ABCD (audience,
behavior, criterion, dan degree). Sasaran perlu dirumuskan secara spesifik,
untuk siapa bahan belajar itu ditujukan. Sasaran bukan sekedar mengandung
pernyataan subjek orang, Namun juga harus mencakup kemampuan apa yang
menjadi prasyarat yang harus sudah mereka kuasai agar dapat memahami
bahan ajar ini.
3. Macam-macam Bahan Ajar Non Cetak
Berdasarkan peran teknologi yang digunakan, bahan ajar non cetak
dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, antara lain :
a. Technology based learning Material (Bahan Ajar berbasis Teknologi)
yang meliputi Bahan ajar dengar atau Audio Information Technologies
(radio, audio tape/kaset, piringan hitam, Audio Compact Disc, voice mail
telephone, dan sebagainya) dan Bahan ajar pandang dengar atau Video
Information Technologies (video tape, video text, video compact disc,
film, dan sebagainya).
b. Computer assisted learning (CAL) material yaitu bahan ajar yang
menggunakan komputer sebagai alat bantu, misalnya penggunaan
komputer

dalam

(Presentation

menyampaikan

Slide),

penggunaan

Media

Pembelajaran

komputer

dalam

Presentasi
mengelola

laboratorium bahasa, dan sebagainya.


c. Computer based learning (CBL) material yaitu bahan ajar yang
sepenuhnya menggunakan komputer secara terintegrasi, misalnya Bahan
ajar interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer

Assisted

Instruction),

compac

disk

(CD)

multimedia,

software

pembelajaran interaktif, dan sebagainya.


d. Information and Communication Technology (ICT) based learning
material, atau lebih dikenal dengan Bahan Ajar berbasis TIK/ICT, yaitu
bahan ajar yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dan telah mengacu pada Technology e-learning dan Data
Information Technologies. Contoh : Internet based tutorial, distance
learning, e-library, bulletin board, e-book, jurnal online, online module
dan sebagainya) (MGMP Guru SMA, 2010).
B. Model Pengembangan Borg and Gall
Dalam model pengembangan, Borg and Gall memuat panduan sistematika
langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti agar produk yang dirancangnya
mempunyai standar kelayakan. Dengan demikian, yang diperlukan dalam
pengembangan

ini adalah rujukan tentang prosedur produk yang akan

dikembangkan. Uraian model pengembangan Borg dan Gall, dijelaskan sebagai


berikut.
Educational research and development (R & D) is a process used
to develop and validate educational products. The steps of this
process are usually referred to as the R & D cycle , which consists
of studying research findings pertinent to the product to be
developed, developing the product based on the finding, field
testing it in the setting where it wil be used eventually, and revising
it to correct the deficiencies found in the field testing stage. In
indicate that product meets its behaviorally defined
objectives. (Borg & Gall, 1983:772)
Terjemahan:
Riset dan pengembangan bidang pendidikan (R & D) adalah suatu
proses yang yang digunakan untuk mengembangkan dan
mengesahkan produk bidang pendidikan. Langkah-langkah dalam
proses ini pada umumnya dikenal sebagai siklus R& D, yang terdiri
dari: pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan validitas komponen-komponen pada produk yang
akan dikembangkan, mengembangkannya menjadi sebuah produk,
pengujian terhadap produk yang dirancang, dan peninjauan ulang
dan mengoreksi produk tersebut berdasarkan hasil uji coba. Hal itu
sebagai indikasi bahwa produk temuan dari kegiatan
pengembangan yang dilakukan mempunyai obyektivitas.
3

Dalam teknologi pembelajaran, deskripsi tentang prosedur dan langkahlangkah penelitian pengembangan sudah banyak dikembangkan. Borg & gall
(1983) menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya
terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan (2)
menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan.
Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengemban sedangkan tujuan
kedua disebut sebagai validasi. Dengan demikkian, konsep penelitian
pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang
sekaligus disertai dengan upaya validasinya.
Borg dan Gall (1983: 775) mengajukan serangkaian tahap yang harus
ditempuh dalam pendekatan ini, yaituresearch and information collecting,
planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main
product revision, main field testing, operational product revision, operational
field testing, final product revision, and dissemination and implementation.
Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan mencakup 10
langkah umum, sebagaimana diuraikan Borg & Gall (1983:775), seperti model
di bawah ini:

Gambar 1. Skema prosedur pengembangan hasil adaptasi dari prosedur


pengembangan Borg & Gall (Sumber: Borg & Gall, 1983)
Keterangan:
4

a.

Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara


lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan

b.

persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;


Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan
keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang
akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan

c.

melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;


Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk
permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah
ini adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan
buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat

d.

pendukung;
Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam
skala terbatas. dengan melibatkan subjek sebanyak 6 12 subjek. Pada
langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara

e.

wawancara, observasi atau angket;


Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk
awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini
sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang
ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk

f.
g.

(model) utama yang siap diujicoba lebih luas;


Main field testing, uji coba utama yang melibatkan seluruh mahasiswa.
Operational
product
revision,
yaitu
melakukan
perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga
produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional

h.

yang siap divalidasi;


Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model

i.

operasional yang telah dihasilkan;


Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap

j.

model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);


Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan
produk/model yang dikembangkan

Skema tersebut dirujuk dari the major steps in the R & D cycle Borg dan Gall.
Pengadaptasiannya diwujudkan dalam bentuk perencanaan teknis sasaran dan
5

jenis kegiatan yang akan dilakukan dalam tiap tahapnya. Sukmadinata (2010)
menjelaskan Jika kesepuluh langkah penelitian dan pengembangan diikuti
dengan benar, maka akan dapat menghasilkan suatu produk pendidikan yang
dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah tersebut bukanlah hal baku
yang harus diikuti, langkah yang diambil bisa disesuaikan dengan kebutuhan
peneliti.
C. Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak
Pengembangan Bahan Ajar Non-Cetak menjadi hal yang sangat penting
berkaitan dengan upaya membantu peserta didik meraih kompetensinya dengan
lebih cepat. Bahan Ajar Cetak yang digunakan dalam pembelajaran sejauh ini
dinilai belum mampu mengakomodasi seluruh upaya penyampaian materi
pembelajaran. Ketidakmampuan ini dapat ditemukan pada berkembangnya materi
pembelajaran yang pada kondisi tertentu sulit direpresentasikan secara tertulis,
pada akhirnya bisa dilakukan dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi
(Susuri, Riduan ; 2010).
1. Pengembangan Bahan Ajar CAI
Dalam mengaplikasikan program-program komputer ke dalam kegiatan
pembelajaran, ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan bagi institusi
pendidikan. Kemungkinan pertama, menggunakan software atau program
pembelajaran yang sudah tersedia di pasaran (by utilization) untuk
diintegrasikan ke dalam pembelajaran. Dalam memilih program-program yang
sudah jadi, tentu harus selalu mengacu pada tujuan pembelajaran.
Prosedur pengembangan bahan ajar CAI yaitu,
a. Analisis kebutuhan
Suatu program media dikatakan baik apabila program tersebut dapat
menjawab

kebutuhan

dari

penggunanya.

Berdasarkan

pengalaman,

kebutuhan biasanya diketahui dari adanya masalah-masalah yang muncul


dalam proses pembelajaran di kelas. Misalnya rendahnya prestasi siswa,
kesulitan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, kurangnya bahan
belajar, kurangnya motivasi dan minat siswa dalam belajar, dsb. Namun,
6

tidak semua masalah dapat diatasi dengan hanya membuat media


pembelajaran. Tentu kita perlu melakukan identifikasi masalah secara tepat.
Allah berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 68,

Artinya: 68. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu
belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?".
Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan cara yang sederhana,
misalnya dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat membantu
kita untuk melakukan analisis kebutuhan. Pertanyaan yang dimaksud adalah
sebagai berikut,
1) Apakah ada kesulitan dalam proses pembelajaran?
2) Masalah apa saja yang menyebabkan kesulitan tersebut?
3) Apakah kesulitan-kesulitan yang dijumpai tersebut penanganannya
dapat diatasi dengan media seperti bahan ajar CAI?
4) Dalam pengadaan media yang dimaksud dalam poin nomor 3, apakah
harus mencari yang sudah tersedia ataukah perlu membuat sendiri?
5) Dan seterusnya.
b. Perencanaan
Tahap perencanaan selalu diawali dengan pengidentifikasian tujuan atau
kemampuan yang akan dikuasai pengguna setelah mempelajari suatu materi,
serta mengidentifikasi pula kemampuan awal pengguna, kebutuhan belajar,
atau dalam beberapa hal perlu pula disinggung masalah-masalah yang
muncul dalam proses pembelajaran di kelas. Selanjutnya

adalah

menganalisis karakteristik penggunanya. Beberapa karakteristik dari


pengguna yang perlu diketahui adalah terkait dengan tingkatan pengguna,
apakah program akan digunakan di kelas secara berkelompok atau secara
individual, dsb.
Hal penting lainnya yang harus dipertimbangkan adalah dalam hal
pemilihan topik atau materi. Pemilihan topik ini perlu dilakukan agar kita
dapat menentukan prioritas topik-topik apa saja yang sangat memerlukan

bahan ajar CAI. Dalam memilih topik, hendaknya memperhatikan


katrakteristik dari bahan ajar CAI dan juga rambu-rambu berikut:
1) Topik harus esensial dan relevan dengan tujuan
2) Topik harus cocok untuk pembelajaran melalui komputer
3) Topik yang dipilih hendaknya dibutuhkan banyak orang
4) Topik hendaknya tidak sering berubah (relatif tetap) dan dapat
berguna untuk selamanya.
c. Merancang Penyusunan Software Program
Ada beberapa tahap kegiatan yaitu,
1) Mengembangkan peta kompetensi (PK).
Hal ini dilakukan melalui proses analisis kompetensi. Peta
kompetensi merupakan proses penjabaran kemampuan atau perilaku
umum yang harus dimiliki siswa (pengguna) ke dalam perilaku yang
lebih khusus dan sekaligus menentukan hubungan antar perilaku-perilaku
tersebut. Dari hubungan ini akan tergambar susunan perilaku khusus dari
yang paling awal sampai yang paling akhir menurut pola susunan yang
terlihat secara hierarki, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi
diantara ketiganya.
2) Mengembangkan Garis Besar Program Media (GBPM-CAI)
Tercantum komponen-komponen berikut dalam GBPM-CAI yaitu,
a) Identifikasi program
b) Deskripsi singkat program
c) Standar kompetensi
d) Kompetensi inti
e) Topik
f) Sub topic
g) Teknis (strategi) penyajian
h) Estimasi waktu
i) referensi
3) Membuat Flowchart
Flowchart sangat berguna sebagai bahasa komunikasi ide dari
pengembang materi kepada ahli pemrograman komputer agar seorang
programmer mempunyai acuan dalam menentukan bentuk atau format
yang dikehendaki pengembang materi. Melalui Flowchart, programmer
akan merasa tertolong dalam menggambarkan atau mendesain bagianbagian utama dari desain bahan ajar CAI yang telah dirancang dan

sekaligus menentukan urutan-urutan materi yang akan disajikan.


Flowchart memperlihatkan peta hubungan antar komponen dalam suatu
pelajaran secara utuh. Bentuk Flowchart dapat berupa linier, bercabang,
ataupun gabungan keduanya. Penyusunan Flowchart mengacu pada PK
dan GBPM-CAI yang telah dirancang pada tahap sebelumnya.
4) Menyusun bingkai (storyboard/ naskah CAI).
Bingkai ini merupakan sarana komunikasi antara pengembang materi
dengan ahli pemrograman komputer. Teknik menyusun naskah materi ke
dalam bingkai disebut dengan istilah screen mapping. Artinya
penyajian materi yang dituangkan ke dalam bingkai nantinya tampak
sama persis seperti apa yang akan tampak pada layar monitor. Selain
materi, bingkai juga berisi petunjuk-petunjuk teknis pemrograman,
penyediaam gambar, suara, animasi, simulasi, dsb. Penyusunan bingkai
bahan ajar CAI harus memikirkan sekaligus merancang aspek-aspek
yang harus ada, mulai dari alur pembelajaran, kejelasan materi,
interaktivitas, petunjuk teknis, dll. Penyusunan bingkai yang baik tentu
akan sangat mebantu dalam pelaksanaan pembuatan programnya pada
tahap berikutnya (melakukan pemrograman). Format bingkai antara lain
topik, sub topik, nomor bingkai, bingkai sebelumnya, bingkai
selanjutnya, dan informasi tentang keberadaan bingkai. Pada dasarnya
bingkai terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu bingkai transisi, bingkai
pelajaran, dan bingkai pertanyaan.
d. Pelaksanaan Produksi
Mencakup pembuatan rancangan tampilan, pemrograman, pembuatan
gambar/grafis, pembuatan animasi, pengetikan teks, pengisian suara, musik,
dan lain-lain. Kegiatan produksi dapat dilakukan oleh satu tim maupun satu
orang.
e. Evaluasi dan Preview
Bahan ajar CAI belum dapat dikatakan sebagai program yang baik jika
belum divalidasi. Memvalidasi program adalah membuktikan validitasnya

secara empirik dengan cara melakukan evaluasi formatif, yakni evaluasi


yang bertujuan untuk memperbaiki produk.
Evaluasi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain tes, preview,
dan uji coba.Tes bertujuan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan,
kekurangan, ataupun kelemahan produk. Ada beberapa jenis tes dalam
pembuatan media yaitu tes fungsi, tes kehandalan, dan tes kompatibilitas.
Sementara itu preview adalah proses melihat awal suatu produk sebelum
produk tersebut dipublikasikan. Preview biasanya dilakukan oleh tim ahli
dan produser. Sedangkan uji coba lapangan merupakan evaluasi yang
dilaksanakan setelah produk sudah dianggap selesai. Uji coba bertujuan
untuk mendapatkan masukan dari calon pengguna yang dilakukan secara
perorangan, kelompok kecil, ataupun kelas.
f. Revisi
Program yang telah melewati proses revisi merupakan program yang
kondisinya sudah lebih baik, utuh, dan terpadu, serta siap digunakan dalam
proses pembelajaran di kelas.
g. Pengemasan
Usahakan membuat desain cover dan kemasan yang baik.
Berikut ini merupakan prosedur pengembangan bahan ajar non cetak CAI.

10

Gambar 2. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak CAI


2. WEB
Langkah-langkah pengembangan bahan ajar berbasis web adalah sebagai
berikut:
a. Penentuan Sasaran
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sebuah bahan
ajar adalah menentukan secara jelas siapa sasaran bahan ajar tersebut. Di
dalam kelas konvensional,sasaran telah sangat terstruktur, misalnya siswa
kelas dua SMA semester pertama. Pernyataan tersebut telah mengandung
indikasi yang jelas tentang siapa mereka, kemampuan apa yang harus
mereka kuasai, serta di mana kedudukan bahan belajar yangakan disajikan
dalam keseluruhan kurikulum sekolah. Demikian pula pada penyusunan
bahan belajar berbasis web sasaran harus dicantumkan secara spesifik.
b. Pemilihan Topik

11

Setelah sasaran ditentukan, langkah selanjutnya adalah memilih topik


yang sesuai dengankebutuhan sasaran tersebut. Pemilihan topik dapat
dilakukan dengan pertimbangan, antaralain; materi sulit, penting diketahui,
bermanfaat, merupakan sesuatu yang baru, sesuatuyang belum banyak
diketahui, atau bahasan dari sudut pandang lain, dll.
c. Pembuatan Peta Materi
Peta materi sangat membantu dalam merumuskan keluasan dan
kedalaman materi yang akan dibahas. Membuat peta materi dapat
diibaratkan menggambar sebuah batang pohon yang bercabang dan
beranting, semakin banyak cabang maka semakin luas bahasan materi.
Sedangkan apabila kita menghendaki bahasan yang fokus dan spesifik,
maka kembangkanlah bagian ranting-ranting.
d. Perumusan Tujuan
Gambar peta materi akan sangat bermanfaat untuk menentukan tujuan.
Setiap ranting dapat dirumuskan menjadi sebuah indikator tujuan yang
spesifik. Sedangkan cabang menjadi besaran tujuan tersebut. Tujuan besar
(cabang) dapat dicapai dengan memenuhi semua tujuan yang spesifik
(ranting).
e. Penyusunan Alat Evaluasi
Setelah merumuskan tujuan, langsung diikuti dengan perumusan alat
evaluasi. Alat evaluasi dimaksudkan untuk mejawab dengan cara bagaimana
kita dapat mengetahui sesuatu tujuan itu telah tercapai. Setiap indikator
tujuan harus dapat diukur keberhasilannya. Sebuah rumusan tujuan dapat
diukur dengan satu butir alat evaluasi. Dapat satu set alat evaluasi mengukur
serangkai tujuan. Misalnya kita merumuskan tujuanmampu mengendari
sepeda motor, maka alat evaluasi yang mungkin adalah lembar observasi
tentang kemampuan mengendarai sepeda motor.
f. Pengumpulan referensi
Tidak ada bahan ajar yang berdiri sendiri tanpa sumber referensi.
Referensi digunakanuntuk memberi dukungan teoretis, data, fakta, ataupun
pendapat. Referensi juga dapatmemperkaya khasanah bahan belajar,
sehingga pembaca yang menginginkan pendalamanmateri yang dibahas
dapat mencari dari sumber yang disebutkan. Dalam web, pembacadapat
dengan mudah diberikan link ke sumber referensi tersebut.
12

g. Penyusunan Bahan
Setelah bahan-bahan pendukung siap, maka penulisan dapat dimulai.
Penulisan bahan hendaklah konsisten dengan peta materi dan tujuan yang
telah disusun. Secara umumstruktur penulisan sekurang-kurangnya terdiri
dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutupan.
Pada pendahuluan kita harus sudah menyampaikan
secara ringkas apa yang akan dibahas pada bahan belajar ini. Sedangkan
bagian isi menguraikan secara gamblangseluruh materi. Agar lebih jelas,
uraian bisa dilengkapi dengan contoh-contoh. Untuk mengecek pemahaman,
pada bagian ini dapat pula diberikan latihan - latihan. Pada bagaian penutup
sampaikan kembali secara ringkas apa yang telah dibahas. Proses
selanjutnya adalah editing, upload, dan testing.
3. Audio
Untuk prosedur pengembangan bahan ajar audio dimulai dari pemilihan
materi yang akan disampaikan. Materi yang dipilih harus sesuai dengan
karakteristik bahan ajar audio, yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan
dan informasi yang bersifat verbal dan naratif. Materi yang dipilih dituangkan
ke dalam GBPM yang dalam hal ini berperan sebagai rancangan dasar program
dan sekaligus fondasi dalam penulisan naskah. Penulisan GBPM diikuti dengan
penulisan naskah. Naskah yang telah direview dan direvisi sehingga menjadi
naskah program audio final yang siap untuk diproduksi.

Gambar 3. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Audio


(Sumber: Direktorat Jenderal Pendidikan, 2010)
13

Naskah program audio yang baik memiliki kriteria sebagai berikut,


a. Mengemukakan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang dapat
dicapai oleh peserta didik/ target/ audience setelah mengikuti program.
b. Mengomunikasikan materi pembelajaran secara akurat.
c. Menjelaskan materi pembelajaran secara sistematik.
d. Mendeskripsikan dengan jelas unsur narasi yang digunakan untuk
mengomunikasikan materi pembelajaran kepada peserta didik.
e. Menjelaskan bahan rujukan yang digunakan sebagai dasar untuk
menyampaikan materi.
f. Secara umum naskah dapat dijadikan sebagai landasan bagi kerabat kerja
untuk memproduksi program audio yang komunikatif.
4. Video
Prosedur pengembangan bahan ajar video hampir sama dengan audio
yaitu dimulai dari pemilihan materi yang akan disampaikan melalui program
video. Materi yang dipilih hars sesuai dengan karakteristik bahan ajar video
yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan dan informasi dalam
bentuk kombinasi antara unsur gambar (visual) dan suara (audio).
Materi yang dipilih dituangkan ke dalam GBPM yang dalam hal ini
berperan sebagai rancangan dasar program dan sekaligus fondasi dalam
penulisan naskah. Penulisan GBPM diikuti dengan penulisan naskah. Naskah
yang telah direview dan direvisi sehingga menjadi naskah program video final
yang siap untuk diproduksi.
Prosedur pengembangan bahan ajar video dapat digambarkan sebagai
berikut,

14

Gambar 4. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Video


(Sumber: Direktorat Jenderal Pendidikan, 2010)
Penilaian kualitas program video dapat dilakukan dengan menilai
kualitas GBPM, naskah dan kualitas produk yaitu program video yang telah
diproduksi. Penilaian kualitas GBPM dan naskah program video hampir sama
dengan kriteria penilaian GBPM naskah program audio.
Penilaian kriteria program video mencakup beberapa kriteria sebagai
berikut,
a.
b.

Program terlihat mengalir dengan alur yang baik.


Menarik minat peserta didik untuk mengetahui isi

c.

program yang disampaikan.


Mengemukakan informasi yang akan dikemukakan
dalam program.

d.

Isi program disampaikan dengan jelas dan runtun

e.

disertai dengan contoh-contoh konsep yang akurat.


Pemilihan pemain, lokasi syuting, dan properti yang
tepat.

f.
g.

Tidak ada noise baik berupa suara ataupun gambar.


Program dapat memotivasi peserta didik untuk
belajar lebih lanjut.

D. Pemanfaatan Bahan Ajar Non Cetak


Peran penting Bahan Ajar berbasis TIK/ICT dalam proses pembelajaran
didasari oleh karakteristik Bahan Ajar yang lebih kompleks dibanding jenis bahan
ajar lain. Beberapa karakteristik Bahan Ajar berbasis TIK/ICT dapat dikemukakan
antara lain :
1. Memanfaatkan teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan
sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif
mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
2. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media ataupun teknologi
jaringan / computer network).
3. Memanfaatkan teknologi multimedia, sehingga suasana pembelajaran
menjadi menarik, tidak membosankan dan pada akhirnya memotivasi siswa
untuk belajar mandiri

15

4. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan


di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di
mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
5. Memanfaatkan Pertukaran Data (Information sharing) yang secara interaktif
dapat dilihat setiap saat di komputer.
Adapun keunggulan terkini yang dimiliki oleh bahan ajar berbasis TIK/ICT
dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif serta
mempunyai ketertarikan pada materi yang sedang dibahas .
2. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar sewaktu-waktu karena bahan
ajar dapat tersimpan di komputer.
3. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadual melalui jaringan, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
4. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau
kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh
jarak, tempat dan waktu.
5. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi dan berinteraksi melalui
fasilitas-fasilitas internet yang dapat dilakukan secara kelompok/group.
Manfaat ICT dalam berbagai kegiatan pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Meningkatkan kecepatan layanan informasi yang


Integral, akurat dan mudah didapat,
Memberikan pelayanan informasi terpadu,
Menciptakan budaya transparan dan akuntabel,
Merupakan media promosi yang handal,
Meningkatkan komunikasi baik secara lokal maupun
internasional,
Mengakses berbagai bahan ajar dari seluruh dunia, dan
Meningkatkan efisiensi dari berbagai kegiatan.

16

PEMBAHASAN
Matriks Pengembangan Bahan Ajar Video
Tabel 1. Matriks Pengembangan Bahan Ajar Video
Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
Model Pengembangan Bahan Ajar
Non Cetak
(Menggunakan Pengembangan Borg and
Gall)
Pemilihan Materi yang akan disampaikan a. Research and information collecting
melalui program video. Penentuan materi
studi literatur yang berkaitan dengan
harus mengacu dari hasil analisis KI, KD permasalahan yang dikaji, dan persiapan
dan indikator pencapaian yang telah untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;
dibuat melalui pemetaan KI-KD
Penulisan GBPM
b. Planning;
membuat kerangka
merumuskan kecakapan dan keahlian yang
berkaitan dengan permasalahan, menentukan
tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan,
dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan
studi kelayakan secara terbatas;
Penulisan naskah video
Review dan Revisi GBPM

Langkah yang dilakukan


memilih materi video yang dapat
disesuaikan dengan video.

1. Format Video disesuaikan


dengan struktur GBPM
2. Video berbasis suatu model
pembelajaran yang juga
menggunakan
pendekatan
saintifik sesuai kurikulum
2013.
3. Membuat konsep video
c. Develop preliminary form of product,
naskah video di buat menarik
mengembangkan bentuk permulaan dari sehingga tidak membosankan
produk yang akan dihasilkan.
bagi peserta didik
d. Preliminary field testing,
video duji cobakan pada 12
yaitu melakukan ujicoba lapangan awal peserta didik
dalam skala terbatas. dengan melibatkan
subjek sebanyak 6 12 subjek.
17

Prosedur Pengembangan Bahan Ajar


Non Cetak
Review dan Revisi GBPM

Review dan Revisi Produk


Review dan Revisi Produk

Review dan Revisi Produk


Review dan Revisi Produk

Produksi dan Shooting

Model Pengembangan Bahan Ajar


(Menggunakan Pengembangan Borg and
Gall)
e. Main product revision,
yaitu melakukan perbaikan terhadap
produk awal yang dihasilkan berdasarkan
hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat
mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai
dengan hasil yang ditunjukkan dalam ujicoba
terbatas, sehingga diperoleh draft produk
(model) utama yang siap diujicoba lebih luas;
f. Main field testing,
uji coba utama yang melibatkan seluruh
mahasiswa.
g. Operational product revision,
melakukan
perbaikan/penyempurnaan
terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga
produk yang dikembangkan sudah merupakan
desain model operasional yang siap
divalidasi;
h. Operational field testing,
yaitu langkah uji validasi terhadap model
operasional yang telah dihasilkan;
i. Final product revision,
melakukan perbaikan akhir terhadap model
yang dikembangkan guna menghasilkan
produk akhir (final);
j. Dissemination and implementation, yaitu
18

Langkah yang dilakukan


melihat efesiensi dan keefektifan
video setelah diujikan kepada
peserta didik. Kemudia merevisi
video

video diujikan kembali kepada


peserta didik dengan skala yang
lebih besar
merevisi kembali video yang
telah diujikan kepada peserta
didik dalam skala besar

memvalidasi video yang telah di


revisi
memperbaiki video kembali
untuk mendapatkan hasil akhir
video (final)
memproduksi

video

dan

Prosedur Pengembangan Bahan Ajar


Non Cetak

Model Pengembangan Bahan Ajar


Langkah yang dilakukan
(Menggunakan Pengembangan Borg and
Gall)
langkah menyebarluaskan produk/model menyebarluaskannya.
yang dikembangkan

19

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010.
Bahan
Ajar
Non
Cetak.
http://mgmpgurusma.wordpress.com/2010/08/01/bahan-ajar-non-cetak/ (15
Oktober 2015)
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA.
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional. 2010.
Panduan Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ismaniati, Ch. 2001. Pengembangan Program Pembelajaran Berbantuan
Komputer. Buku Pegangan Kuliah. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta.
Isniatun Munawaroh, http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti (diakses
tanggal 16 Oktober 2015)
Oni Arlitasari,dkk. 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis
Salingtemas dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan.
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika. Volume 1 No.1 halaman 81. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

20

Vous aimerez peut-être aussi