Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PARTUS NORMAL
Pembimbing :
Dr. Made Prabawa, Sp.OG
Disusun Oleh :
Gwendry Ramadhany 1102010115
Kepaniteraan Klinik
Departemen Obstetri dan Ginekologi
RSPAD Gatot Soebroto
Mei - Agustus
Jakarta
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nomor CM
: 448662
Nama
: Ny. T.H
Umur
: 34 tahun
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS AD
Suku
: Jawa
Golongan darah
: O+
Agama
: Islam
Alamat
II.
: 04 Juni 2015
: Tn. S
Umur
: 37 tahun
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS AD
Suku
: Jawa
Golongan darah
: A+
Agama
: Islam
Alamat
III.
ANAMNESIS
Riwayat penyakit hipertensi, DM, alergi, penyakit paru dan penyakit jantung disangkal. Riwayat
operasi disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi, DM, penyakit paru, penyakit jantung, alergi obat dan makanan pada keluarga
disangkal.
Riwayat Menstruasi
Pasien menarche saat usia 14 tahun, siklus teratur 28 hari, lama menstruasi 6 hari, dengan
frekuensi ganti pembalut 3-4x/ hari, tidak ada keluhan saat haid.
Riwayat Pernikahan
3
Menikah 1x, usia pernikahan 5 tahun. Saat menikah pasien berusia 28 tahun.
Riwayat KB
Pasien memakai kb IUD selama selama 3 tahun (2011-2014), lalu berhenti karena ingin hamil
anak kedua dan belum memakai lagi sampai saat ini.
Riwayat Obstetri :
No.
Tanggal Tempat
Partus
Partus
2011
Hamil
ini
RS Ridwan
Umur
Kehamilan
Jenis
JK BBL PB Keadaan
PenolongPenyulit
Partus
Anak (gr) (cm) saat ini
Bidan
Tidak
ada
2800 51
Sehat
IV . PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
o Keadaan umum
o Kesadaran
o Tinggi Badan
o Berat Badan
o Tekanan Darah
o Nadi
o Pernapasan
o Suhu
o Mata
o Jantung
o Paru
o Abdomen
o Ekstremitas
: Baik
: Compos Mentis (E4M6V5)
: 160 cm
: 66 kg
: 120/70 mmHg
: 96x/menit, teratur
: 22x/menit, teratur
: 36,7 C
: Konjungtiva Anemis (-/-) , Sklera Ikterik (-/-)
: BJ I-II Regular, Murmur (-), Gallop (-)
: Suara Napas Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/: cembung, BU + normal, supel, nyeri tekan (-)
: Akral hangat, edema (-), CRT <2
Palpasi
LI:
TFU 32 cm, pada fundus uteri teraba bagian yang lunak, tidak melenting dan kurang
bundar yang merupakan presentasi bokong.
LII:
Pada perut bagian kiri teraba lebar dan memanjang yang berarti punggung. Pada
bagian kanan teraba bagian kecil- kecil berarti ekstremitas.
LIII:
Bagian terendah janin teraba bagian bulat, dan keras yang berarti kepala.
LIV:
Auskultasi
Anogenital
Inspeksi
Pemeriksaan Dalam: Portio lunak, pembukaan 8 cm, selaput ketuban negatif, kepala
H II-III UUK kanan depan
V.
12.3 g/dl
12 - 16,0
Leukosit
10.58 ribu/ul
4,8 - 10,8
Hematokrit
35 %
37 47
Trombosit
212 ribu/ul
150 - 400
Eritrosit
4.3 juta/ul
4,3 6
MCV
82 fL
80 96
MCH
28 pg
27 32
MCHC
35 g/dL
32 36
5
Kimia Klinik
GDS
86
<140 mg/dL
Urinalisa
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Jernih
Jernih
pH
6.5
4.6-8.6
Berat Jenis
1.020
1.010 - 1.030
Protein
Negatif
Glukosa
Negatif
Bilirubin
Negatif
Nitrit
Negatif
Keton
Negatif
Urobilinogen
Negatif
Eritrosit
0-0-0
< 2/ LPB
Leukosit
3-2-2
<5/ LPB
Silinder
Negatif
Kristal
Negatif
Epitel
Positif
Bakteri
Negatif
Pemeriksaan USG
FL : 73 mm
AC : 316 mm
Pemeriksaan CTG
Hasil Pemeriksaan CTG
Frekuensi Dasar
: 130 dpm
Variabilitas
Akselerasi
: Ada
Deselerasi
: Tidak ada
: Tidak ada
: 3 x / 10 menit
Kekuatan
: 60-80 mmHg
Lamanya
: 30 detik
Konfigurasi
: ada
Tonus dasar
: 20 mmHg
Gerak janin
Diagnosis KTG
: Kategori I
Saran
: CTG His adekuat, observasi TTV dan kompresi tali pusat, dan terminasi
kehamilan
8
Diagnosis kerja
Partu kala I aktif pada G2P1A0 Hamil 40 minggu, JPKTH, ketuban pecah 5 jam, air ketuban
berkurang, dalam oxytocin 24 jam.
Penatalaksanaan
Rencana Diagnostik
Observasi Tanda vital, His, DJJ / 30 menit, dan kompresi tali pusat
Rencana Terapi
Terminasi pervaginam
Pantau kemaujan persalinan sesuai partograf
PERJALANAN PENYAKIT
S : Mules (+), gerak janin (+), ibu terasa ingin mengedan
17.10
O : Ku: Baik
INSTRUKSI
Kes: CM (E4V5M6)
V S: TD: 110/80 mmHg
N: 84 x/m
RR: 20 x/m
S: afebris
Status Generalis:
Dalam batas normal
Status Obstetri :
HIS 4x/10/>40
DJJ : 145 dpm
VT : lengkap, ketuban negatif, Kepala H III-VI UUk
kanan depan
A: PK II G2 P1 A0 Hamil 40 minggu, janin tunggal,
hidup, intrauterine, presentasi kepala. Ketuban pecah 6
jam, air ketuban berkurang
P: obs KU, His, DJJ, pimpin persalinan saat kepala
crowning
17.10
17.30
eksplorasi,
didapatkan
robekan
Cefadroxil 2x500mg
Asam
mefenamat
3x500mg
07.30
VAS 2
O : Ku: Baik
Kes: CM (E4V5M6)
V S: TD: 110/70 mmHg
10
N: 78 x/m
RR: 18 x/m
S: afebris
Status Generalis:
Dalam batas normal
Status Obstetri :
TFU 2 jari di bawah tali pusat, kontraksi baik
Inspeksi:
Vulva dan vagina tenang, perdarahan aktif negative, luka
baik.
A: H+1 Post partus normal
P: Terapi, Boleh pulang, ASI eksklusif.
Cefadroxil 2x500mg
Asam mefenamat 3x500
mg
11
PARTOGRAF
12
Kala 1
Partograf melewati garis waspada : Tidak
Ketuban
: Pecah 6 jam
Lain-lain, sebutkan
Kala 2
Lama kala II: 10 menit, Episiotomi : Tidak Ya
Kala 3
Lama kala III: 10 menit, Jumlah Perdarahan : +/- 250 ml
Pemberian oksitosin iu < 2 menit? Ya Tidak, alasan...
Pemberian ulang oksitosin (2x)? Ya alasan...
13
14
Pemantauan kala IV
Jam
ke
II
II
Tekanan
Waktu
17.45
18.00
18.15
18.30
19.00
19.30
Nadi
darag
per
mmHg
menit
130/80
mmHg
120/80
mmHg
120/80
mmHg
110/70
mmHg
110/70
mmHg
110/70
mmHg
90
Suhu
C
36,5
Tinggi
fundus
Kontraksi
Kandung kemih
Perdarahan
Baik
Kosong
50
Baik
30
Baik
30
Baik
30
Baik
20
Baik
250 cc
15
uteri
2 jari di
bawah
umbilikus
2 jari di
90
36,5
bawah
umbilikus
2 jari di
88
36,5
bawah
umbilikus
2 jari di
84
36,5
bawah
umbilicus
2 jari di
80
36,2
bawah
umbilikus
2 jari di
84
36,3
bawah
umbilikus
Masalah kala IV
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk masalah tersebut : Tidak ada
Bagaimana hasilnya?
15
BAB II
ANALISA KASUS
Anamnesis
Ny. T.H usia 34 tahun, G2P1A0 Hamil 40 minggu,
Pasien datang ke poli fetomaternal, dari hasil USG oleh dr. Sp.OG didapaatkan usia
kehamilan 40 minggu dengan air ketuban sedikit, saat itu pasien tidak mempunyai keluhan,
keluarnya cairan, lendir atau darah pervaginam disangkal, gerak janin aktif.
o Perlu dipikirkan adanya ketuban pecah dini, KPD adalah keadaan dimana pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Pada keadaan normal selaput ketuban pecah
dalam proses persalinan. KPD memanjang merupakan KPD selama lebih dari 24 jam
yang berhubungan dengan peningkatan resiko infeksi intra-amnion. Secara klinis
diagnosis KPD ditegakan apabila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban
dan dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan (penipisan
dan pembukaan serviks, His, bloody show)
o Faktor resiko terjadinya KPD pada pasien
o Riwayat keputihan sebelumnya disangkal
o Mengalami sakit dan trauma selama kehamilan disangkal
o Riwayat merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol disangkal
o Ibu mengaku memakan makanan yang cukup dan bernutrisi
o Mempunyai gigi berlubang diakui pasien.
16
o Usia kehamilan
Berdasarkan
anamnesis
kondisi pasien saat ini usia kehamilan 40 minggu dengan ketuban pecah 6 jam, gerak janin
aktif, tetapi belum ada tanda-tanda inpartu. Dapat dipikirkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses persalinan tersebut yaitu
o Power (His dan tenaga mengejan)
o Passage (Jalan lahir)
o Passanger (Janin)
Pemeriksaan Fisik
17
o Inspekulo vagina didapatkan porsio licin, ostium uteri eksternum terbuka 8cm, fluor (-),
fluxus (+. Periksa dalam portio lunak, pembukaan 8 cm, ketuban negative, Hodge II-III.
Menandakan adanya tanda inpartu.
Hasil USG
o Menunjukkan janin tunggal hidup intrauterine dengan biometri usia kehamilan 37
minggu. USG digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun gangguan kehamilan. Pada pasien
indeks cairan amnion (ICA) hanya 5.5 cm (5.0 20 cm). Menunjukkan cairan ketuban
pasien sedikit atau normal rendah.
Hasil Laboratorium
o Dalam batas normal
CTG
o Dilakukan untuk mengetahui kesejahteraan janin didalam rahim, merekam DJJ dan
hubungan gerak janin dengan kontraksi ibu. Dari pasien DJJ 130 dpm (120-160 dpm)
menandakan janin dalam keadaan stabil.
o Terdapat akselerasi pada CTG, disebabkan adanya pergerakan janin pada pasien normal
didapatkan minimal dua kali akselerasi.
o Deselerasi tidak ditemukan pada pasien, deselerasi menandakan adanya hipoksi pada
janin akibat penekanan tali pusar sehingga menurunkan aliran darah uteroplasenta.
o Pada pemeriksaan CTG didapatkan kategori I, artinya keadaan janin masih dalam
keadaan baik dan bisa dilakukan partus pervaginam.
Induksi Persalinan
o Merupakan suatu persalinan tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik
secara operatif maupun medicinal untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim
sehingga terjadi persalinan.
o Tujuan tindakan tersebut ialah mencapai his 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik.
Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan penurunan
janin tanpa menyebabkan hiperstimulasi uterus atau komplikasi janin.
o Sebelum melakukan induksi penting untuk melakukan bishop score, induksi boleh
dilakukan jika score lebih dari 5.
Skor
Konsistensi serviks
Keras
Sedang
Lunak
19
Posisi serviks
Posterior
Axial
Anterior
Pembukaan serviks
1-2
3-4
5-6
Pendataran serviks
0-30%
40-50%
60-70%
80%
Station
-3
-2
-1, 0
+1, +2
o Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur hingga serviks membuka
lengkap. Tanda dan gejala adalah penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus
min 2x/10 menit, dan bloddy show vagina.
Partograf
o
o
o
o
o Pada kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap dan berakhir dengan
lahirnya bayi, yang harus dilakukan adalah memimpin ibu untuk mengeja sesuai
kontraksi ibu, hingga proses kelahiran berakhir. Tanda dan gejala kala II diantaranya
dorongan mengejan bersamaan dengan terjadinya kontraksi, vulva membuka, tekanan
pada anus, perineum yang menonjol, dan peningkatan pengeluaran lendir bercampur
darah.
o
o
o
o
23
o Pada pukul 17.30 WIB pasien masuk kala IV, dimulai saaat lahirnya plasenta dan
berakhir 2 jam setelah itu, selama 2 jam pasien perlu diobservasi. Hal-hal yang perlu
diobservasi adalah
o Melakukan massage uterus untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik
dan kuat
o Mengevaluasi keadaan umum ibu selama 2 jam meliputi tanda tanda vital,
evaluasi tinggi fundus uteri. Perkirakan kehilangan darah, menilai perdarahan dan
mengecek temperature setiap 1 jam dalam 2 jam postpartum.
o Observasi 2 jam post partum pasien menunjukkan keadaan yang baik.
o Hemodinamik pasien stabil, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat sesuai dengan
table involusi. Kontraksi uterus baik, tidak terdapat perdarahan aktif dengan
lochia rubra (+).
o Antibiotic cefadroxil diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi, analgesic
beruapa asalm mefenamat diberikan untuk mengontrol nyeri akibat perlukaan
jalan lahir.
o Observasi pasien hingga hari nifas pertama menunjukkan keadaan umum pasien
yang baik. Tekanan darah pasien 110/70 mmHg. Tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi post operasi. Kontraksi uterus baik dan tidak ditemukan adanya
perdarahan aktif.
o ASI pasien sudah bisa keluar dan bayi pun dalam keadaan umum yang baik.
Pasien sudah mampu untuk berjalan dan BAB tidak ada gangguan. Pasien hanya
mengeluhkan nyeri di daerah luka jalan lahir tapi tidak begitu menggangu.
o Bayi dalam keadaan umum baik, tidak menunjukkan gejala infeksi. Hasil tersebut
menandakan persalinan telah teratasi setelah tindakan kehamilan diakhiri yang
menunjukkan tindakan yang dilakukan telah berhasil mengatasi masalah pasien.
Kemudian diputuskan pasien dapat pulang dan berobat jalan.
o Kesimpulan dalam sebuah asuhan persalinan terdapat beberapa aspek penting dan
saling terkait diantaranya
Membuat keputusan klinik
Pengumpulan data
o Data subjektif
o Data objektif
Diagnosis
Penatalaksanan asuhan persalinan
Evaluasi
Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
Pencegahan infeksi
Pencatatan dokumentasi
Rujukan
24
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
1
Anatomi Panggul
Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor penting, yaitu jalan lahir, janin dan
kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang dan bagian lunak. Bagian
tulang terdiri dari tulang-tulang panggul dengan sendi-sendinya (artikulasio), sedangkan bagian
lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.
Tulang-tulang panggul terdiri atas 1). os koksa yang terdiri atas os ilium, os iskium, dan
os pubis, 2). os sacrum dan 3) os koksigeus. Tulang-tulang ini satu dengan yang lainnya
berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri yang disebut
simfisis. Di belakang terdapat artikulasio sakro iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan
os ilium. Diluar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan bergeser sedikit, tetapi pada
kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung os
koksigeus dapat bergerak ke belakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm.
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis
minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis, disebut pula false
pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis.
Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke
depan (sumbu carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik
persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titiktitik sejenis di Hodge II,III dan IV. Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan
sacrum untuk selanjutnya melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.
25
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas panggul (pelvic
inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul, akan
tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet). Diantara kedua pintu
ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity). Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas
dibawah pintu atas panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah, untuk kemudian menjadi
luas lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina iskiadika yang
kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul.
26
garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 12,5 13 cm, disebut diameter transversa.
Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata, ditemukan diameter yang disebut diameter
oblikua sepanjang lebih kurang 13 cm. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium
dikenal sebagai konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sama
dengan konjugata diagonalis dipotong dengan 1,5 cm. Selain kedua konjugata ini dikenal juga
konjugata obstetrik, jarak dari bagian dalam tengah simfisis ke promontorium.
Gambar 3. Pintu atas panggul dengan konjugata vera, diameter transversa dan oblikua (dikutip dari 4)
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Cadwell dan Molloy 1933) yang
mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut :
1
Jenis gynaecoid
Panggul
paling
baik
untuk
wanita,
bentuk
pintu
atas
panggul
hampir
mirip
Jenis anthropoid
Bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter anteroposterior
lebih besar dari diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 35% wanita.
Jenis android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Diameter transversal terbesar terletak di posterior
dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah
bawah. Jenis ini ditemukan pada 15% wanita. Merupakan jenis panggul tipikal pria (male
type).
27
28
Jenis platypelloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Diameter transversa jauh lebih lebar dari diameter anteroposterior. Jenis ini ditemukan pada
5% wanita.
Tidak jarang dijumpai kombinasi keempat jenis klasik ini. Di sinilah letak kegunaan pelvimetri
radiologis, untuk mengetahui jenis, bentuk dan ukuran-ukuran pelvis secara tepat.
interspina 10 cm atau lebih, dan merupakan diameter terkecil dari pelvis. Diameter
anteroposterior melalui level spina ischiadica normalnya berukuran sekurang-kurangnya 11.5
cm. Komponen posteriornya antara titik tengah diameter interspinarum dengan sakrum disebut
diameter sagitalis posterior yang sekurang-kurangnya berukuran 4.5 cm.
(arkus pubis). Dalam keadaan normal besarnya sudut ini 90 atau lebih sedikit.
PELVIMETRI
Teknik Pengukuran Panggul
Ada dua cara mengukur panggul:
1
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36 minggu. Caranya, dokter
akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir hingga menyentuh bagian
tulang belakang/promontorium. Setelah itu, dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan
hingga promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul.
Melalui pemeriksaan ini kita akan mendapatkan Conjugata diagonal (jarak antara promontorium
dengan simfisis bawah), untuk mendapatkan Conjugata vera, maka conjugata diagonal 1,5 cm.
Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika kurang
maka dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi yang akan lahir tidak terlalu
besar, maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan secara normal.
5,24
Menurut Sule S.T dan Matawal B.I 2005, Yang melakukan penelitian retrospektif
pemeriksaan pelvimetri klinis dan outcome persalinannya pada 268 primigravida, dimana
disimpulkan bahwa pemeriksaan pelvimetri klinis merupakan pemeriksaan yang sangat berguna
dalam memprediksi outcome janin dan sebaiknya dilakukan pada semua primigravida yang
fasilitas monitoring janinnya sangat terbatas.
29
Namun menurut penelitian yang dilakukan Blackadar Charles,S 2003 terhadap 461
orang yang dilakukan pemeriksaan pelvimetri klinis secara rutin dari 660 wanita yang akan
menjalani partus percobaan dimana 21% nya atau 141 orang memiliki panggul yang tidak
adekuat. Namun dari 141 orang hanya 2 orang yang kontrol ulang untuk menjalani pelvimetri
radiologis dan keduanya partus pervaginam, sementara yang lainnya tidak datang lagi pada
kontrol berikutnya sehingga tidak ada keterangan mengenai cara persalinannya. Sehingga
disimpulkan bahwa pemeriksaan pelvimetri klinis tidak berpengaruh terhadap cara persalinan
bahkan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien.
30
Pemeriksaan Rontgen
X-ray pelvimetri pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1900 oleh Denticle dari
Leipzig dan semakin dikenal sampai sekarang. Pada tahun 1944 Colcher AE dan Sussman W
menemukan tehnik praktis pada pelvimetri dan kemudian dimodifikasi oleh Robert C Brown
pada tahun 1972.
7,12
X-ray pelvimetri dilakukan dengan cara memotret panggul ibu, menggunakan alat
rontgen. Selama pemotretan ibu diminta duduk, persis seperti tindakan rontgen pada anggota
tubuh lain, hanya saja intensitas cahaya yang digunakan lebih rendah. Hasil foto dianalisa untuk
mengetahui ukuran panggul. Bahkan aneka kelainan letak bayi pun sebetulnya bisa terdeteksi
dengan cara ini. Dibanding pengukuran secara klinis, pengukuran dengan alat rontgen
menghasilkan data yang lebih terperinci mengenai diameter pintu panggul. Namun bahaya
radiasi terutama dengan proyeksi Thoms dimana posisi pasien setengah duduk dan jika letak
janin dalam letak kepala, maka alat kelamin janin berada diatas dan dekat dengan tabung
rontgen. Dengan demikian akan meningkatkan radiasi pada alat kelamin janin.
5,12
Indikasi pemeriksaan Rontgen pada kehamilan bila ada kecurigaan fetopelvik disproporsi
atau kecurigaan panggul sempit, riwayat operasi seksio sesaria atau riwayat forcep serta riwayat
kematian janin dalam persalinan. X-ray pelvimetri juga dilakukan bila pada pemeriksaan klinis
didapati ukuran konjugata diagonal < 11,5 cm atau diameter intertuberous < 8 cm serta bila
kepala janin tidak masuk pintu atas panggul dan malposisi letak janin seperti pada presentasi
bokong, wajah atau letak lintang.
12
Masih terdapat kontroversi pendapat tentang pengaruh penggunaan X-ray pelvimetri pada
akhir kehamilan terhadap ibu dan janin. Secara teori dapat membahayakan janin dan kehidupan
selanjutnya berupa resiko leukemia dan kelainan pada gonad berupa kongenital malformasi pada
generasi selanjutnya. Stewart dkk menemukan resiko leukemia yang meningkat pada ibu yang
mendapat X-ray pelvimetri pada masa kehamilan, sementara Townsend menemukan resiko
leukemia yang minimal di Australia.
12
Menurut Tolaymat Lama, MD 2006, penggunaan X-ray pelvimetri dapat dilakukan pada
trimester 2 dan 3 kehamilan dengan tingkat radiasi yang minimal, sedangkan penggunaan CT
scan dengan dosis di bawah 1,5 rad masih cukup aman bagi janin.
31
Teknik rontgen
Posisi pasien
menyebabkan pengukuran menjadi tidak akurat dan terpercaya sehingga pengukuran harus
diulang. Eliminasi bar kalibrasi memungkinkan teknisi rontgen dapat berkonsentrasi pada teknik
rontgen dan penempatan posisi pasien yang baik, sehingga lebih sedikit diperlukan rontgen
ulangan dan paparan radiasi terhadap janin dapat dikurangi. Teknik ini disebut dengan X-ray
pelvimetri teknik Colcher-Sussman yang dimodifikasi.
Pemeriksaan pelvimetri klinis memiliki sensitivitas yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan pelvimetri radiologis. Pemeriksaan ini juga memiliki korelasi yang buruk dengan
pemeriksaan pelvimetri radiologis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reliabilitas dan
validitas pelvimetri klinis yaitu faktor pemeriksa dan anatomi panggul. Faktor pemeriksa
menyebabkan variasi antarpemeriksa (inter-observer variation) yang ditentukan oleh pengalaman
pemeriksa. Anatomi panggul bervariasi pada setiap wanita. Sebagai contoh, dua primipara
memiliki ukuran konjugata diagonalis sama yaitu 10,5 cm, tetapi pada satu orang memiliki
konjugata obstetrik berukuran 10,2 cm dan persalinan pervaginam menjadi mudah; pada
primipara yang lain ukuran conjugata obstetriknya bisa berukuran 8,2 cm sehingga persalinan
harus diakhiri dengan seksio sesaria.
12,30
PERSALINAN NORMAL
1
Definisi Persalinan
Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable
melalui jalan lahir biasa dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.1
Menurut sumber lain dikatakan bahwa persalinan ialah serangkaian kejadian yang
berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput dari tubuh ibu. 2
Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. Primigravida adalah seorang wanita
yang hamil untuk pertama kali. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (viable). Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang
viable untuk pertama kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali.1
In partu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Partus biasa atau
partus normal atau partus spontan adalah bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa
memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Sedangkan, Partus luar biasa atau partus abnormal
adalah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam atau ekstraktor vacum, versi dan ekstraksi,
dekapitasi, embriotomi, dan sebagainya. 1
Dikenal beberapa istilah menurut umur kehamilan dan berat badan bayi yang dilahirkan,
yaitu1,2:
a
Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu atau bayi dengan
berat badan kurang dari 500 gram.
Partus imaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 20 sampai 28 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 500 1000 gram.
Partus prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 sampai 37 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 1000 2500 gram.
Partus matures atau partus aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37 sampai 42
minggu atau dengan bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
Partus postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan
42 minggu.
Persalinan dianggap normal jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan
serviks. 1
2
Teori Persalinan
Sebab-sebab dimulainya persalinan belum diketahui secara jelas. Terdapat beberapa teori
Teori oksitosin.
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu, timbul kontraksi otot-otot
rahim.
Keregangan otot-otot.
Apabila dinding kandung kencing dan lambung teregang karena isinya bertambah, timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, seiring dengan majunya
kehamilan, otot-otot rahim makin teregang dan rentan.
Pengaruh janin.
Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin rupanya memegang peranan. Hal ini tampak pada
kehamilan dengan janin anensefalus dan hipoplasia adrenal sehingga kehamilan sering lebih
lama dari biasanya.
Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan
persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin E dan F yang diberikan secara
intravena, intra dan ekstraamnial menimbulkan kontraksi myiometrium pada setiap umur
kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik dalam air
ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
Sebenarnya, sebab-sebab dimulainya partus sampai kini masih merupakan teori-teori
yang kompleks, secara umum dapat dikelompokkan pula sebagai berikut : (1). Faktor-faktor
humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi
disebut sebagai faktor faktor yang mengakibatkan partus mulai. (2). Perubahan biokimia dan
biofisika juga berperan dimana terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Seperti diketahui progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. (3) Plasenta juga
menjadi tua dengan lamanya kehamilan.Vili koriales mengalami perubahan sehingga kadar
estrogen dan progesteron menurun.(4) Gangguan sirkulasi uteroplasenter juga terjadi dimana
keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot
uterus1.
Presentasi Kepala
o Apabila
paha
tungkai bawah ekstensi di depan badan, hal ini disebut presentasi bokong murni
(frank breech).
o Jika paha fleksi di abdomen dan tungkai bawah terletak di atas paha, keadaan ini
disebut presentasi bokong sempurna ( complete breech) .
o Bila salah satu atau kedua kaki, atau satu atau kedua lutut , merupakan bagian
terbawah, hal ini disebut presentasi bokong tidak sempurna (incomplete breech)
atau presentasi bokong kaki ( footling breech).
Gambar 6. Presentasi Bokong. (A) Complete Breech, (B) Frank Breech, (C) Footling
atau Incomplete Breech.
1
Posisi Janin
Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan pada bagian
terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu. Karena itu, pada setiap
presentasi terdapat dua posisi kanan atau kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sakrum janin
masing-masing merupakan titik penentu pada presentasi verteks, muka, dan bokong 4.
Pemeriksaan Leopold
Penilaian awal persalinan harus meliputi anamnesa tentang informasi prenatal pasien,
keluhan utama (termasuk onset kontraksi, status selaput ketuban, dan ada/tidaknya perdarahan,
serta gerakan janin), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan sesuai
dengan indikasi. Pemeriksaan fisik harus termasuk dokumantasi tentang tanda vital pasien, posisi
bayi dan presentasi, penilaian kesejahteraan janin, serta perkiraan frekuensi, durasi dan kualitas
kontraksi uterus3,4.
Ukuran, presentasi dan letak janin dapat dinilai dengan palpasi abdomen. Metode
pemeriksaan sistematis pada abdomen yang gravid pertama kali ditemukan oleh Leopold dan
Sporlin pada tahun 1894. Walaupun pemeriksaan ini memiliki beberapa keterbatasan (kurang
akurat pada keadaan bayi yang kecil, obesitas maternal, kehamilan ganda, dan polihidramnion),
namun relatif aman dan dapat memberikan informasi yang berguna untuk penatalaksanaan dalam
proses persalinan. Berikut ini adalah manuver-manuver dari pemeriksaan Leopold4 :
Leopold 1
Uterus gravid sedikit dektrorotasi (deviasi ke kanan)
karena posisi kolon sigmoid. Saat pasien berbaring
terlentang, posisi uterus harus dikoreksi terlebih dahulu,
sehingga fundus berada dalam posisi yang seharusnya.
Kemudian tinggi fundus diukur melalui midline ibu, dari
puncak uterus hingga ke batas atas simfisis pubis.
Pemeriksaan ini dapat berguna untuk memperkirakan usia
kehamilan, walau ada keterbatasannya.
Gambar 7. Leopold I
Leopold 2
Pemeriksa memegang kedua sisi abdomen untuk
mengetahui letak fetus dengan menggunakan jarijarinya untuk mengetahui lokasi tulang belakang
fetus dan bagian kecil (ekstremitas). Bagianbagian janin dapat diidentifikasikan dengan
palpasi saat 25-26 mgg kehamilan. Perhatikan jika
terdapat gerakan janin.
Gambar 8. Leopold II
Leopold 3
Juga dikenal dengan Pawliks grip. Pemeriksa memegang
bagian teratas dan terendah janin dengan meletakan jari di
atas simfisis pubis dan di fundus uteri. Dengan cara ini
dapat diketahui presentasi janin. Janin yang sungsang
biasanya teraba lebih besar, lebih lunak, kurang berbentuk
dan kurang ballotable dibanding presentasi kepala.
Gambar 9. Leopold III
Leopold 4
Pemeriksa menghadap kaki pasien dan meletakkan tangannya di kedua SIAS untuk
mengetahui apakah bagian terbawah janin sudah engage ke pelvis ibu.
Pemeriksaan Vagina
Sebelum persalinan. Diagnosis presentasi dan posisi janin dengan pemeriksaan vagina
sering tidak dapat ditentukan. Dengan dimulainya persalinan dan setelah dilatasi serviks,
informasi dapat diperoleh. Pada presentasi verteks, posisi dan variasi dapat diketahui dengan
membedakan berbagai sutura dan ubun-ubun. Presentasi muka dengan membedakan bagianbagian wajah. Presentasi bokong diidetifikasi dengan meraba sacrum dan tuberostias iskhii ibu.
Sebaiknya dilakukan empat perasat rutin sebelum saat dilakukan pemeriksaan vagina untuk
menentukan presentasi dan posisi janin, sebagai berikut4:
1
Kedua jari tangan dimasukkan ke dalam vagina dan diarahkan ke bagian terbawah janin
untuk membedakan presentasi janin.
Jari-jari kemudian diarahkan ke ujung anterior sutura sagitalis dan ubun-ubun kemudian
diperiksa dan diidentifikasi.
Station atau seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam panggul dapat
ditentukan.
persalinan. Presentasi paling sering ditentukan dengan palpasi abdomen dan dipastikan dengan
pemeriksaan vagina yang dilakukan beberapa saat sebelum atau pada awitan persalinan. Pada
sekitar 40% persalinan, janin memasuki panggul dengan posisi oksiput kiri lintang (LOT)
dibandingkan 20% dengan posisi oksiput kanan lintang (ROT). Pada posisi oksiput anterior
(LOA atau ROA) kepala dapat memasuki panggul dengan oksiput berotasi 45 ke anterior dari
posisi lintang atau berikutnya baru berputar. Mekanisme persalinan biasanya sangat mirip dengan
pada posisi oksiput lintang. Pada sekitar 20% persalinan janin masuk panggul dengan posisi
oksiput posterior (OP). Bagian-bagian kepala janin dijelaskan sebagai berikut4:
Ubun-ubun besar (bregma)/ UUB: berbentuk jajaran genjang , terbentuk dari pertemuan
sutura sagitalis, koronalis, dan frontalis. Berukuran kira-kira 3-2 cm
Ubun-ubun kecil (lambda)/ UUK: berbentuk segitiga, terbentuk dari pertemuan sutura
sagitalis dan lambdoidalis
Puncak kepala (verteks) adalah puncak tempurung kepala yang terletak antara UUB dan
UUK
Belakang kepala (oksiput) adalah bagian belakang kepala antara UUK sampai foramen
magnum
Dahi (sinsiput) adalah bagian depan kepala antara UUB sampai akar hidung (glabela),
dibatasi olet sutura koronalis dan lobang mata.
Glabela adalah bagian yang meninggi diantara kedua lubang mata.
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi
kepala ini ditemukan 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, 23 % di kanan depan,
11% di kanan belakang, dan 8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya
ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid atau rectum.1
Dikemukakan 2 teori yang dapat menjelaskan kenapa lebih banyak letak kepala3 :
1
Teori akomodasi : bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang volumenya
besar berada di atas, dan kepala di bawah di ruangan yang lebih sempit.
Teori gravitasi : karena kepala relatif besar dan berat, maka akan turun ke bawah. Karena
his yang kuat, teratur dan sering, maka kepala janin turun memasuki pintu atas panggul
(engagement). Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk
(fleksi maksimal), sehingga lingkar kepala yang memasuki panggul, dengan ukuran yang
terkecil :
Diameter suboccipito-bregmatika = 9,5 cm
Sirkumferensia suboccipito-bregmatika = 32 cm.
Proses Persalinan
His
His ialah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir kehamilan sebelum
persalinan dimulai, sudah terdapat kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan atau his palsu.
His ini sebetulnya, hanya merupakan peningkatan kontraksi Braxton Hicks, sifatnya tidak teratur
dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tetapi tidak menyebabkan nyeri
yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Lamanya kontraksi
pendek, tidak bertambah kuat jika dibawa berjalan, bahkan sering berkurang. His pendahuluan
tidak bertambah kuat seiring majunya waktu, bertentangan dengan his persalinan yang makin
lama makin kuat. Hal yang paling penting adalah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai
pengaruh pada serviks.
His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot rahim. Bertentangan dengan sifat
kontraksi fisiologis lain, his persalinan bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoksia
dari sel-sel otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh serabut otot rahim yang berkontraksi pada
ganglion saraf di dalam serviks dan segmen bawah rahim, regangan serviks, atau regangan dan
tarikan pada peritoneum sewaktu kontraksi.
Kontraksi rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat juga
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan. Seperti
kontraksi jantung, pada his juga terdapat pacemaker yang memulai kontraksi dan mengontrol
frekuensinya. Pacemaker ini terletak pada kedua pangkal tuba. Kontraksi rahim bersifat berkala
dan yang harus diperhatikan ialah sebagai berikut :
Tenaga mengejan/meneran
Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong anak keluar
terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan
intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat berhasil jika pembukaan sudah lengkap, dan
paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada pasien yang lumpuh otot-otot
perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan juga melahirkan plasenta
setelah plasenta lepas dari dinding rahim.
Sejak kehamilan lanjut, uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, yaitu segmen atas rahim yang
dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk dari isthmus uteri. Dalam
persalinan, perbedaan antara segmen atas dan bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen atas
memegang peranan aktif karena berkontraksi. Dindingnya bertambah tebal dengan majunya
persalinan. Sebaliknya, segmen bawah rahim memegang peranan pasif dan makin menipis
seiring dengan majunya persalinan karena diregang. Jadi, segmen atas berkontraksi, menjadi
tebal dan mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan serviks mengadakan relaksasi
dan dilatasi serta menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui bayi.
Setelah kontraksi, otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi, tetapi
menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi. Kejadian ini disebut
retraksi. Dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan anak berangsur di dorong ke bawah dan
tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang. Akibatnya segmen atas makin tebal seiring
majunya persalinan, apalagi setelah bayi lahir.
Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur berkurang
ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim. Jika kontraksi di bagian bawah sama
kuatnya dengan kontraksi di bagian atas, tidak akan ada kemajuan dalam persalinan. Karena
pada permulaan persalinan serviks masih tertutup, isi rahim tentu tidak dapat didorong ke dalam
vagina. Jadi, pengecilan segmen atas harus diimbangi oleh relaksasi segmen bawah rahim.
Akibat hal tersebut, segmen atas makin lama semakin mengecil, sedangkan segmen bawah
semakin diregang dan makin tipis, isi rahim sedikit demi sedikit terdorong ke luar dan pindah ke
segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, batas antar
segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas. Batas ini disebut lingkaran retraksi fisiologis.
Jika segmen bawah sangat diregang, lingkaran retraksi lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat,
lingkaran ini disebut lingkaran retraksi patologis atau lingkaran Bandl yang merupakan
tanda ancaman robekan rahim dan muncul jika bagian depan tidak dapat maju, misalnya karena
pangul sempit.
3
Karena ukuran melintang berkurang, lengkungan tulang punggung anak berkurang, artinya
tulang punggung menjadi lebih lurus. Dengan demikian, kutub atas anak tertekan pada fundus,
sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam pintu atas panggul.
Karena rahim bertambah panjang, otot-otot memanjang diregang dan menarik segmen bawah
dan serviks.
Hal ini merupakan salah satu penyebab pembukaan serviks.
Pendataran serviks
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran
dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Pendataran ini
terjadi dari atas ke bawah.
Pembukaan serviks
Yang dimaksud dengan pembukaan serviks adalah pembesaran ostium eksternum menjadi suatu
lubang dengan diameter sekitar 10 cm yang data dilalui anak.
Ga
Gerakan-gerakan
mbar
13.
utama
kepala
pada persalinan
1
Engagement
Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter transversal kepala janin pada
presentasi oksiput untuk melewati pintu atas panggul disebut sebagai engagement. Fenomena ini
terjadi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Turunnya kepala dapat dibagi
menjadi
paling sering kita temukan. Apabila diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul,
kepala berada dalam sinklitisme.
Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian depan dan
belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak lurus terhadap pintu atas
panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut tidak tercapai, kepala berada dalam keadaan
asinklitisme.
Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika derajat berat,
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sefalopelvik pada panggul yang berukuran normal
sekalipun. Perubahan yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior mempermudah
desensus dengan memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan memanfaatkan daerahdaerah yang paling luas di rongga panggul4.
2
Fleksi
Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau dasar panggul,
biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada janin dan diameter
suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih
panjang.
Gambar 19. Empat derajat fleksi kepala (A). Fleksi buruk, (B). Fleksi sedang, (C) Fleksi lebih
lanjut, (D) Fleksi lengkap
4
Gambar 21. Mekanisme persalinan untuk ubun-ubun kecil kiri lintang: (A). Asinklitismus
posterior pada tepi panggul diikuti fleksi lateral, menyebabkan (B) asinklitismus anterior, (C)
Engagement, (D) Rotasi dan ekstensi.
Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni 2:
a
Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala
Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu di sebelah depan atas
tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara musculus levator ani kiri dan kanan.
Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah ekstensi atau
defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akan tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada
kepala, bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah, dan yang satunya disebabkan
oleh tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya ialah kekuatan ke arah depan
atas2.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis, yang dapat maju karena kekuatan
tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan subocciput sehingga pada pinggir atas
perineum, lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan
gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hipomoklion2.
Ekspulsi 2
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hipomoklion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak
lahir searah dengan paksi jalan lahir.
Fase laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm
Fase aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi yakni:
Gambar
28.
II
(Kala
Pendataran
dan
pembukaan
dan multipara
Pengeluaran Janin)
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali.
Karena biasanya kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yaitu secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Ibu merasa
pula2 :
1
Anus membuka
5 Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu
his.
Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his
mulai lagi untuk mengelurakan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung
rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam1.
C Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Terdiri dari 2 fase, yaitu: (1) fase pelepasan uri, (2) fase pengeluaran uri. Setelah anak
lahir, his berhenti sebentar, tetapi timbul lagi setelah beberapa menit. His ini dinamakan his
pelepasan uri yang berfungsi melepaskan uri, sehingga terletak pada segmen bawah rahim atau
bagian atas vagina. Pada masa ini, uterus akan teraba sebagai tumor yang keras, segmen atas
melebar karena mengandung plasenta, dan fundus uteri teraba sedikit di bawah pusat1,2.
Jika telah lepas, bentuk plasenta menjadi bundar, dan tetap bundar sehingga perubahan
bentuk ini dapat dijadikan tanda pelepasan plasenta. Jika keadaan ini dibiarkan, setelah plasenta
lepas, fundus uteri naik, sedikit hingga setinggi pusat atau lebih, bagian tali pusat diluar vulva
menjadi lebih panjang3,5.
Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam segmen bawah rahim bagian
atas vagina sehingga mengangkat uterus yang berkontraksi. Seiring lepasnya plasenta, dengan
sendirinya bagian tali pusat yang lahir menjadi lebih panjang. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5
menit, dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit5.
Tanda-tanda pelepasan plasenta5 :
Uterus menjadi bundar
Perdarahan, terutama perdarahan sekonyong-konyong dan agak banyak (250 cc)
Memanjangnya bagian tali pusat yang lahir
Naiknya fundus uteri karena naiknya rahim sehingga lebih mudah digerakkan.
D Kala IV (Kala Pengawasan) 6
Merupakan kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. 7 pokok penting yang harus
diperhatikan pada kala 4 : 1) kontraksi uterus harus baik, 2) tidak ada perdarahan pervaginam
atau dari alat genital lain, 3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap, 4) kandung
kencing harus kosong, 5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma, 6)
resume keadaan umum bayi, dan 7) resume keadaan umum ibu.
DAFTAR PUSTAKA
1
Cunningham, F. Gary, et al. 2007. Williams Obstetrics 22nd Edition. The McGraw-Hill
Companies: New York.
Hacker et al. 2010. Essential of Obstetrics and Gynecology 5th edition. Elseviers
Saunders: Pennsylvania.
Ragusa , Antonio, Mona Mansur, Alberto Zanini, Massimo Musicco, Lilia Maccario, dan
Giovanni Borsellino. 2005. Diagnosis of Labor: a Prospective Study. Medscape General
Medicine. Download from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1681656/
Gabbe, S.G., Niebyl, J.R., Simpson, J.L (2002), Obstetrics Normal and Problem
Pregnancies, ed.4, Churchill Livingstone, New York.
3
4
5
6
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Ed 23. Vol 1. Jakarta :
EGC. 2013
Buku Acuan Nasional. Pelayanan Kesehatan aternal dan Neontal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Det et all,2011. Obstetrics: The Powers dalam
http://dc433.4shared.com/doc/RMsmFQjA/preview.html diakses pada 4 Oktober 2014