Vous êtes sur la page 1sur 13

KARDIOMIOPATI PERIPARTUM

Definisi
Definisi dari kardiomiopati peripartum tersebut sebagai salah satu bentuk kardiomiopati
dilatasi dengan tanda-tanda gagal jantung pada bulan terakhir kehamilan atau dalam 5 bulan
pasca melahirkan.
Kardiomiopati peripartum adalah penyakit miokardium idiopatik yang terjadi pertama kali
pada trimester III kehamilan atau 5 bulan setelah melahirkan. Criteria kardiomiopati
peripartum adalah :
terjadi pertama kali antara trimester III kehamilan sampai 5 bulan pertama setelah
melahirkan
etiologi tidak dapat ditemukan
tidak pernah menderita penyakit jantung sebelumnya.
Etiologi
Kardiomiopati peripartum merupakan salah satu bentuk dari penyakit miokardial primer
idiopatik yang berhubungan dengan kehamilan. Meskipun beberapa kemungkinan
mekanisme etiologi dari penyakit tersebut yang diperkirakan selama ini, tetapi tidak satupun
yang dapat menjelaskan dengan pasti.
Beberapa kejadian yang diperkirakan dapat menjadi penyebab ataupun mekanisme
kardiomiopati peripartum, adalah :
miokarditis : Melvin dkk pernah membuktikan adanya miokarditis dari biopsi
endomiokardial pada pasien dengan kardiomiopati peripartum. Dikatakan bahwa
hipotesis menurunnya sistem imnunitas selama hamil, dapat meningkatkan replikasi
virus dan kemungkinan untuk terjadinya miokarditis akan meningkat.
infeksi viral yang bersifat kardiotropik
chimerism
apoptosis dan inflamasi
respon abnormal hemodinamik pada kehamilan : perubahan hemodinamik selama
kehamilan dengan meningkatnya volume darah dan curah jantung serta menurunnya
afterload, sehingga respon dari ventrikel kiri untuk penyesuaian menyebabkan
terjadinya hipertrofi sesaat.
factor-faktor penyebab lain : efek tokolisis yang lama, kardiomiopati dilatasi
idiopatik, abnormalitas dari relaxine, defisiensi selenium dll
Wanita yang beresiko. Sedangkan factor-faktor resiko yang dapat menyebabkan seorang
wanita mengalami kardiomiopati peripartum, diantaranya adalah; multiparitas, usia maternal
yang lanjut (walaupun penyakit ini dapat mengenai semua usia, insidensi akan meningkat
pada wanita berusia > 30 tahun), kehamilan multifetal, pre-eklamsia, hipertensi gestasional
dan ras Afrika Amerika.
Patofisiologi

Peripartum kardiomiopati adalah salah satu bentuk kardiomiopati dilatasi. Masalah yang
mendasar adalah menghilangnya kontraktilitas miokardium, yang ditandai dengan
menghilangnya kemampuan sistolik jantung. Kardiomiopati dilatasi menyebabkan penurunan
fraksi ejeksi, peningkatan volume end-diastolik, dan volume residual, penurunan volume
sekuncup ventrikel, serta gagal biventrikel.

Gambar 8. Perbandingan jantung normal (kiri), kardiomiopati hipertrofik (tengah) dan


kardiomiopati dilatasi (kanan).
Sekitar setengah kasus, etiologi kardiomiopati dilatasi adalah idiopatik, tetapi kemungkinan
besar kelainan ini merupakan hasil akhir dari kerusakan miokard akibat produksi berbagai
macam toksin, zat metabolit, atau infeksi. Kerusakan akibat infeksi viral akut pada miokard
yang akhirnya mengakibatkan terjadi kardiomiopati dilatasi ini terjadi melalui mekanisme
imunologis. Pada kardiomiopati dilatasi yang disebabkan oleh penggunaan alkohol,
kehamilan (pada 3-4 bulan pertama), penyakit tiroid, penggunaan kokain dan keadaan
takikardia kronik yang tidak terkontrol, dikatakan kardiomiopati tersebut bersifat reversibel.
Obesitas akan meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung, sebagaimana juga gejala sleep
apnea.
Kardiomiopati dilatasi dapat juga diakibatkan oleh konsekuensi lanjut infeksi virus, bakteri,
parasit atau proses autoimun. Respon inflamasi dan autoimun termasuk pelepasan sitokin dan
interleukin yang menghasilkan terjadinya miokarditis dan fungsi kontraktil. Jenis ini
diklasifikasikan ke dalam inflammatory cardiomyopathy oleh WHO.
Penyakit ini bersifat genetik heterogen tetapi kebanyakan transmisinya secara autosomal
dominan, walaupun dapat pula secara autosomal resesif dan diturunkan secara x-linked.
Sampai saat ini belum diketahui bagaimana seseorang akan memiliki predisposisi
kardiomiopati dilatasi apabila tidak diketahui riwayat kejadian penyakit ini dalam
keluarganya.
Manifestasi Klinis

Kriteria untuk diagnosis peripartum kardiomiopati ditegakkan oleh Demakis et al pada tahun
1971. Gagal jantung harus bermanifestasi dalam bulan-bulan terakhir kehamilan atau dalam
waktu 5 bulan sebelum melahirkan dan ditemukan penyebab lain gagal jantung.
Kriteria diagnostik untuk peripartum kardiomiopati;
1. Ditemukan disfungsi ventrikel kiri (yakni, fraksi ejeksi ventrikel kiri <45%).
2. Gejala gagal jantung bermanifestasi dalam bulan-bulan terakhir kehamilan atau dalam
waktu 5 bulan sebelum melahirkan.
3. Tidak ditemukan penyebab lain untuk gagal jantung.
Peripartum kardiomiopati bermanifestasi dengan gejala-gejala dyspnea, orthopnea,
dispnea paroksismal nokturnal, batuk, nyeri dada, anorexia, fatigue dan.edema pedis.
Pasien dengan peripartum
kardiomiopati adalah mirip
dengan pasien lain
dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri. Gejala-gejala umum terdiri dari distensi vena di
leher, takikardi, takipneu, hepatomegali, hepatojugular refluks, asites, edema perifer,
terjadinya perubahan status mental dan tromboemboli jantung. Gejala kardiak terdiri dari
adanya irama gallop, murmur regurgitasi mitral, loud P2 dan rales.
Dokter haruslah berhati-hati mendiagnosis kardiomiopati peripartum dan menolak diagnosisdiagnosis yang lain. Selama kehamilan terdapat banyak perubahan fisiologis yang dapat
menyerupai
gagal
jantung.
Pada
trimester pertama terjadi peningkatan
volume
darah, yang dapat menyebabkan distensi vena jugularis. Pada bulan-bulan terakhir kehamilan
normal sering ditemukan edema pedis. Dyspneu dan fatigue juga gejala sering pada
kehamilan normal. Perubahan fisiologis normal ini dapat membuka kedok penyakit
jantung subklinis atau kompensasi untukpertama kalinya. Misalnya jika status cairan pasien
meningkat, penyakit jantung valvular asimptomatis dapat menjadi simptomatis untuk pertama
kalinya.
Pemeriksaan Diagnostik
Evaluasi status kardiovaskular pada wanita hamil lebih baik hanya dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Adakalanya diperlukan pemeriksaan lain yang harus dilakukan dengan
mempertimbangkan resikonya terhadap wanita hamil dan janin yang dikandungnya.
Pemeriksaah oleh orang yang berpengalaman sangat diperlukan untuk menghindarkan
kesalahan dalam diagnosis yang dapat menimbulkan kecemasan, ketakutan dan biaya yang
tidak diperlukan.
Pemeriksaan ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi, termasuk Doppler sangat aman dan tanpa resiko
terhadap ibu dan janin. Pemeriksaan tranesofageal ekokardiografi pada wanita hamil
tidakdianjurkan karena resiko anestesi selama prosedur Pemeriksaan radiografi.
Semuapemeriksaan radiografi mesti dihindarkan terutama pada awal kehamilan.
Pemeriksaan radiografi mempunyai resiko terhadap organogenesis abnormal pada
janin, atau malignancy pada masa kanak-kanak terutama leukemia. Jika pemeriksaan
sangatdiperlukan sebaiknya dilakukan pada kehamilan lanjut, dosis radiasi seminimal
mungkin dan perlindungan terhadap janin seoptimal mungkin.
Pemeriksaan elektrokardiografi

Pemeriksaan EKG sangat aman dan dapat membantu menjawab pertanyaan yang
spesifik. Kehamilan dapat menyebabkan interpretasi dari variasi gelombang ST-T
lebih sulit dari yang biasa, Depresi segmen ST inferior sering didapati pada wanita
hamil normal. Pergeseran aksis QRS kekiri sering didapati, tetapi deviasi aksis kekiri
yang nyata (-30) menyatakan adanya kelainan jantung.
Pemeriksaan radionuklide
Beberapa pemeriksaan radionuklide akan mengikat albumin dan tidak akan mencapai
fetus, pemisahan akan terjadidan eksposure terhadap janin mungkin terjadi. Sebaiknya
pemeriksaan ini dihindarkan. Adakalanya pemeriksaan ventilasi pulmonal/perfusi
scan atau scan perfusi miokard thallium diperlukan saat kehamilan. Diperkirakan
eksposur terhadap fetua rendah.
Magnetic resonance imaging (MRI)
Meskipun tidak tersedia informasi mengenai keamanan prosedur MRI pada evaluasi
wanita hamil dengan kehamilan, dilaporkan tidak didapati efek fetal yang merugikan
bila digunakan pada tujuan yang lain. Pemeriksaan ini mesti dihindarkan pada wanita
dengan implantasi pacu jantung atau defibrillator.
Menilai resiko pada pasien yang berpenyakit jantung
Bila memungkinkan wanita yang mempunyai kelainan jantung harus mendapat nasihat
sebelum hamil, termasuk membicarakan kontrasepsi, resiko maternal dan janin yang
dikandungnya saat hamil, kemungkinan jangka panjang mengenai morbidity dan mortalitas.
Fungsional klas dari The New York Heart Association (NYHA) selalu digunakan sebagai
tolok ukur untuk meramalkan akibat dari penyakit jantung yang diderita pasien. Wanita
dengan NYHA klas III dan IV akan menghadapi mortality rate sampai 7% dan morbiditas
rate lebih dari 30% dan harus mendapat perhatian yang lebih dalam kehamilan. Ada lima
factor yang dapat dipakai meramalkan komplikasi jantung pada wanita hamil seperti yang
dapat dilihat pada tabel 3.

1. Kejadian pada jantung sebelumnya (gagal jantung, transient ischemic attack, stroke
sebelumkehamilan) .
2. Aritmia jantung sebelumnya (symptomatic sustained tachyarrhytmia
atau
bradiaritmia yang memerlukan pengobatan)
3. NYHA fungsional klas > 2 atau sianosis.
4. Obstruksi outflow tract atau valvular (aortic valve area < 1,5 cm2, mitral valve area <
2 cm2 atau left ventricular outflow tract peak gradient > 30 mm Hg)
5. Myocardial dysfunction (L VEF < 40% atau restrictive cardiomyopathy atau
hypertrophic cardiomyopathia)
Tabel 3. Prediktor resiko ibu untuk komplikasi jantung (Predictors of maternal risk
for cardiac complication).
Pengobatan untuk kardiomiopati peripartum adalah sama dengan kardiomyopati dilatasi noniskemik lainnya. Namun, keadaan janin haruslah dipertimbangkan.
Terapi non-farmakologis dengan natrium diet rendah (<4 gm / hari). Pembatasan cairan
(<2 L / hari) dan olahraga teratur seperti berjalan setiap hari. Terapi farmakologis diberikan

pada prepartum seperti obat amlodipine, hydralazine / nitrat, digoxin, diuretik


Blokers. Pada pasien post partum, diberikan obat golongan

dam -

Angiotensin-converting enzyme inhibitor atau angiotensin II reseptor blocker, digoxin,


diuretik, amlodipine, hydralazine / nitrat dan -Blockers.Terapi intravena diberikan pada
pasien dengan gejala berat yang tidak memberi respons pada terapi oral. Dapat diberikan
dobutamine, dopamin, milrinone dan nitroprusside
Secara umum, tujuan terapi adalah untuk mengurangi jumlah volume darah yang
kembali ke jantung (preload reduction), menurunkan resisten terhadap volume darah
yang harus dipompa jantung (afterload reduction) dan meningkatkan kekuatan kontraktil
jantung (inotropik).
Dasar terapi oral yang optimal untuk kardiomiopati dimulai dengan reduksi afterload
dengan penggunaan angiotensin-converting inhibitor enzim atau angiotensin II reseptot
blocker. Tetapi kehamilan merupakan kontraindikasi untuk penggunaan angiotensinconverting inhibitor enzim atau angiotensin II reseptot blocker. Dalam hal ini, kombinasi
hidralazin atau nitrogliserin atau amlodipine dapat digunakan secara aman pada
kehamilan untuk memberikan afterload reduction yang diperlukan. Preload reduction
dapat dicapai dengan diuretic dan nitrat dosis oral rendah. Dalam kehamilan, diuretic
harus digunakan dengan hati-hati untuk menghindari dehidrasi.
Terapi oral inotropik yang sering digunakan adalah digoksin. Selain itu, efek buruk dari
aktivasi system saraf simpatik yang berlebihan dapat diblokir dengan menggunakan dosis
rendah. Penggunaan jangka panjang blocker selama kehamilan mungkin terkait dengan
bayi berat badan lahir rendah, sehingga diperlukan perawatan khusus jika meggunakan
obat ini selama kehamilan. Obat ini bekerja untuk memperbaiki parameter hemodinamik
pasien dengan gejala-gejalam kongestif. Afterload reduction terapi dan terapi blockade
simpatik telah terbukti meningkatkan kelangsungan hidup pasien jangka panjang.
Obat-Obat Kardiovaskuler Dan Kehamilan
Penggunaan obat-obat kardiovaskuler pada masa kehamilan dan menyusukan sangat
penting diketahui dan dikuasai karena hampir sebagian besar obat-obat kardiovaskuler
akan melewati plasenta dan disekresikan melalui air susu ibu. Bila informasi mengenai
penggunaan obat-obat kardiovaskuler tidak lengkap, bila memungkinkan sangat baik
untuk menghindarkan penggunaanya. Rekomendasi yang delinitif mengenai penggunaan
obat-obat pada kehamilan sangat sukar, tetapi jika diperlukan untuk keselamatan ibu
maka tidak dapat dihalangi penggunaannya.
Diuretika
Diuretika dapat digunakan untuk pengobatan gagal jantung kongestif yang tidak
dapat dikontrol dengan restriksi natrium dan merupakan obat lini terdepan untuk
pengobatan hipertensi. Tidak satu diuretika pun merupakan kontra indikasi dan
yang paling sering digunakan adalah golongan diuretika tiazide dan furosemide.
Diuretika tidak boleh digunakan untuk profilaksis terhadap toksemia atau
pengobatan terhadap edema pedis.

Obat inotropik
Indikasi pengunaan digitalis tidak berobah pada kehamilan. Digoksin dan
digitoksin dapat melalui plasenta dan kadar serum pada janin lebih kurang sama
dengan pada ibu. Digoksin dengan dosis yang sama bila diberikan pada ibu hamil,
akan menghasilkan kadar serum yang lebih rendah bila dibanding diberikan pada
wanita yang tidak hamil. Jika effek klinis yang diinginkan tidak tercapai, maka
perlu diukur kadarnya dalam serum. Digitalis dapat memperpendek masa gestasi
dan kelahiran karena effeknya pada miometrium sama dengan effek inotropiknya
pada miokardium. Bila inotropik intravena atau vasopressor diperlukan, obat-obat
standard seperti dopamine, dobutamin atau norepineprin dapat digunakan, tetapi
effeknya menbahayakan janin karena akan menurunkan aliran darah ke uterus dan
menstimulasi kontraksi uterus. Efedrin adalah obat awal yang baik pada
percobaan binatang dan tidak mempengaruhi aliran darah ke uterus yang
merugikan. Informasi mengenai keselamatan dan kemanjuran penggunaan
inhibitor fosfodies terasa seperti amrinone atau milrinone belum ada sehingga
penggunaanya pada wanita hamil masih dipertanyakan.
Obat Penghambat Reseptor Adrenergik
Dalam observasi terlihat bahwa penggunaan obat penghambat beta dapat
menurunkan aliran darah ke umbilikus, memulai kelahiran premature, dan
mengakibatkan plasenta yang kecil serta infark plasenta dan mempunyai potensi
untuk menimbulkan bayi berat badan lahir rendah, sehingga penggunaannya
memerlukan perhatian. Sebagian besar penelitian tidak menyokong hal ini dan
obat penghambat beta telah banyak digunakan pada wanita hamil tanpa effek
yang merugikan. Sehingga penggunaannya untuk indikasi klinis sangat beralasan.
Semua obat penghambat beta dapat melewati plasenta dan terdapat pada air susu
ibu dan dapat mencapai kadar yang bermakna pada janin atau bayi. Akhir-akhir
ini perhatian ditujukan pada bayi berat badan lahir rendah yang lahir dari ibu yang
menggunakan atenolol pada awal kehamilan, sehingga membuat penggunaan obat
beta1-selektif lebih disukai. Jika obat-obat ini digunakan semasa kehamilan,
diperlukan pemantauan denyut jantung janin, juga denyut jantung bayi, gula darah
dan status respirasi segera setelah kelahiran.
Pengalaman dalam penggunaan obat penghambat alfa seperti penoksibenzamin
dan pentolamin sangat jarang. Obat klonidin, prasozin, dan labetalol, dengan
gabungan penghambat alfa dan beta, telah digunakan untuk terapi hipertensi,
tetapi effek gangguannya tidak jelas.
Obat Calcium channel blocking
Nifedipin, verapamil, diltiazem, dan isradipin, telah digunakan untuk pengobatan
hipertensi dan aritmia tanpa effek yang merugikan pada janin dan bayi. Obat ini
menyebabkan relaksasi uterus dan nifedipin telah digunakan untuk tujuan
tersebut.

Obat anti aritmia


Menghambat Atrioventrkuler (A V) node kadang-kadang diperlukan semasa
kehamilan. Untuk itu dapat digunakan digoksin, penyekat beta dan penyekat
kalsium. Laporan awal menyokong, penggunaan adenosin yang dapat digunakan
secara aman sebagai obat penyekat nodus. Umumnya lebih disukai untuk
menghindarkan pemakaian obat anti aritmia standard pada pasien semasa
kehamilan. Bila diperlukan untuk aritmia berulang atau untuk keselamatan ibu
maka dapat digunakan. Tidak cukup data yang terkumpul untuk mengetahui
apakah obat anti aritmia menambah resiko atau tidak terhadap tehadap janin atau
anak. Jika obat anti aritmia diperlukan, lidokain merupakan obat garis
pertamayang diberikan. Depresi neonatus transien telah terbukti terjadi bila kadar
lidokain darah pada janin melebihi 2,5 g/L, untuk itu direkomendasikan untuk
memelihara kadar lidokain darah pada ibu 4 g/L karena kadar pada janin 60
persen dari kadar pada ibu. Prokainamid atau kuinidin intravena bisa
menyebabkan hipotensi dan tidak ada informasimengenai amiodaron intravena.
Berdasarkan effek pada tekanan darah ibu, bretilium kelihatannya menurunkan
perfusi uterus.
Jika diperlukan obat anti aritmia oral dapat dimulai dengan kuinidin karena
mempunyai availabilitas jangka panjang. Dan obat ini paling sering digunakan
karena tidak jelas efek yang membahayakan pada bayi. Ada beberapa informasi
mengenai prokainamid, disopiramid, mexiletine tlekainid dan sotalol, tetapi
tidak cukup untuk merekomendasikan penggunaannya kecuali
bila
penggunaannya sangat diperlukan ibu. Informasi awal yang tersedia mengenai
amiodaron menyokong kemungkinan meningkatnya angka kehilangan janin dan
deformitas janin.
Obat vasodilator
Bila diperlukan, pada krisis hipertensi atau untuk mengurangi afterload dan
preload emergensi, nitropruside merupakan obat vasodilator pilihan. Meskipun
informasi mengenai penggunaannya semasa kehamilan masih kurang,
rekomendasi yang kontroversi telah dibuat karena obat ini sangat effektif, bekerja
segera, dan mudah ditoleransi. Juga effeknya segera menghilang bila penggunaan
obat tersebut dihentikan. Perhatian mengenai penggunaan nitroprusside yaitu
metabolit, sianide, dapat dideteksi pada janin, tetapi telah ditunjukkan tidak
menjadi problem yang signifikan pada manusia. Metabolit ini menjadi salah satu
alasan untuk membatasi penggunaan obat ini dalam jangka waktu bila
memungkinkan. Hidralazin, nitrogliserin, atau labetalol intravena adalah pilihan
lain untuk obat parenteral. Reduksi afterload kronik untuk pengobatan hipertensi,
regurgitasi aorta atau mitral, atau disfungsi ventrikel semasa kehamilan telah
didapat dengan obat calcium channel blocker, hidralazin dan metildopa. Effek
yang membahayakan terhadap janin tidak dilaporkan. ACE (Angiotensin
Converting Enzyme) inhibitor merupakan kontra indlkasi pada kehamilan, karena
obat ini menambah resiko untuk terjadinya kelainan pada perkembangan ginjal
janin. Tidak ada data yang tersedia mengenai penggunaan losartin, valsartin dan
penghambat angiotensin II.

Obat Antitrombotik.
Penggunaan warfarin jangka lama berhubungan dengan kecenderungan untuk
terjadinya perdarahan yang bermakna 1 - 5 persen pertahun. Dan lebih penting
lagi dalam penggunaannya semasa kehamilan, karena warfarin dapat melewati
plasenta dan eksposure pada janin dalam 3 bulan pertama kehamilan dan
berhubungan dengan insidens malformasi sebesar 5-25 persen yang terdiri dari
abnormalitas wajah, atropi optik, abnormalitas digital, perobahan epithelial, dan
kelemahan mental. Wanita yang menggunakan obat ini pada minggu ke 7 sampai
ke 12 kehamilan cenderung mempunyai sindroma ini pada anaknya. Sindroma ini
berhubungan dengan dosis yang digunakan. Suatu penelitian memperlihatkan
bahwa sindroma ini hanya terjadi dengan dosis yang lebih besar dan 5 mg perhari.
Penggunaan warfarin yang terus menerus pada masakehamilan menambah resiko
untuk terjadinya perdarahan janin dan perdarahan rahim ibu.
Pada wanita yang memerlukan antikoagulan, heparin lebih disukai daripada
warfarin. Penggunaan heparin dosis tinggi subkutan (16.000 sampai 24.000 unit
per hari) telah terbukti dapat dilakukan dengan mudah dan bermanfaat. Obat ini
tidak melewati plasenta. Data yang ada menunjukkan bahwa penggunaan heparin
berat molekul rendah, yang harganya lebih mahal sangat effektif dan mudah
digunakan (satu atau dua kali sehari tanpa memerlukan pemeriksaan darah serial)
dan keamanannya sama dengan terapi standard heparin. Meskipun telah ada
evaluasi untuk profilaksis trombosis vena dalam mencegah tromboemboli ternyata
manfaatnya pada pasien dengan protege mekanik tidak terbukti.
Bila diperlukan antikoagulan, sebagian penulis menganjurkan menggunakan
heparin untuk trimester pertama dan kemudian dilanjutkkan dengan pemberian
warfarin pada lima bulan berikutnya dan kembali lagi menggunakan heparin
sebelum melahirkan. Walaupun kehamilan yang sukses dapat dicapai dengan cara
ini, penulis memilih untuk menghindarkan penggunaan warfarin selama
kehamilan. Obat anti platelet tenyata meningkatkan kesempatan untuk terjadinya
perdarahan maternal dan dapat melewati plasenta. Sebagian besar penggunaan
aspirin telah diamati dan secara teoritis merugikan, karena aspirin berhubungan
dengan meningkatnya insidens abortus dan retardasi pertumbuhan janin. Juga
aspirin menginhibisi sintesis prostaglandin dan bisamengakibatkan penutupan
duktus arteriosus semasa kehidupan janin. Sampai saat ini aspirin sering
digunakan dan masih diindikasikan untuk hal-hal yang spesifik dan juga sebagai
profilaksis pre eklamsi. Penggantian aspirin sulit untuk dievaluasi. Tidak ada data
yang tersedia mengenai effek penggunaan clopidogrel atau ticlopidine selama
kehamilan.
Obat
Penggunaan
Efek samping potensial
Keamanan Penggunaan
saat
menyusui
Adenosin
Aritmia
Belum dilaporkan
Ya
Data tidak ada
Amiodaron
Aritmia
Retardasi pertumbuhan
Data tidak ada
intra uterin,
Tidak

ACE inhibitor

Hipertensi

Penyekat Beta

Flecainide

Hipertensi, aritmia
Infark miokard,
iskemia,
kardiomiopati
hipertropik,
hipertiroid, stenosis
mitral, sindroma
Marfan,
kardiomiopati
Aritmia, gagal
Jantung
Hipertensi, gagal
jantung kongestif
Aritmia

Lidokain

Aritmia, anestesi

Heparin berat
molekul
rendah

Nitrat

Katup mekanik,
keadaan
hiperkoagulasi,
trombosis vena
dalam, Fibrilasi
atrium, Sindroma
Eisenmenger
Hipertensi

Prokainamide
Sodium
nitropruside

Aritmia
Hipertensi, diseksi
Aorta

Sotalol

Aritmia

Digoksin
Dieretika

prematuritas
Oligohidramnion,
Retardasi pertumbuhan
intra uterin, PDA,
Prematuritas, hipotensi
neonatal, gagal ginjal,
anemia, kematian,
abnormalitas
muskoloskeletal
Bradikardia janin, berat
badan lahir rendah,
hipoglikemia,
respiratory distress,
partus memanjang

Tidak

Ok

Ya

Ok

Berat badan lahir


rendah, prematurita
Mengurangi perfusi
utero plasenta
Kematian janin?; Data
terbatas
Depresi susunan saraf
pusat neonatus
Perdarahan, Tidak jelas
effeknya terhadap
densitas mineral tulang

Ya

Ok

Belum jelas

Ok

Ya

Ok

Ya

Ok

Data
terbatas

Data terbatas

Fetal distress dengan


hipotensi materna
Tidak dilaporkan
Janin keracunan
tiosianat

Ya

Data tidak ada

Ya
Potensial
tidak
aman
Data
terbatas

Ok
Data tidak ada

Bradikardia janin,
retardasi janin intra
uterine

Ok

Heparin
unfractioned

Warfarin

Katup mekanik,
keadaan
hiperkoagulasi,
Trombosis vena
dalam, Fibrilasi
atrium, Sindroma
Eisenmenger
Katup mekanik,
keadaan
hiperkoagulasi,
Trombosis vena
dalam, Fibrilasi
atrium, Sindroma
Eisenmenger

Osteoporosis maternal
Perdarahan,
trombositopenia,
trombosis

Ya

Ok

Embriopati warfarin,
kelainan susunan saraf
pusat nenatus

Ya, setelah
12
minggu
gestasi

Ok

TUGAS MINI CEX 4

KARDIOMIOPATI PERIPARTUM

Yulianty Scarshera
0610190

Penguji :
dr. Widhongjudana Linggajaya

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2012

Vous aimerez peut-être aussi