Vous êtes sur la page 1sur 17

LAPORAN PENDAHULUAN

SOL (Space Occupying Lession) / Tumor Otak

OLEH :
AGUS BUDI W
1008033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


KARYA HUSADA SEMARANG
PROGRAM NERS
2011

SOL (Space Occupying Lession)


A. Pengertian
SOL merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang
intracranial khususnya yang mengenai tumor otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak
dan intracranial (Long, C. 1996)

Tumor otak merupakan lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati
ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa
yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar masuk kedalam jaringan
(Smeltzer & Bare, 2001).
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal didalam otak, tetapi
tidak ganas, sedangkan tumor otak ,malignant adalah kanker didalam otak yang
berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan disebelahnya atau yang telah
menyebar (metastasis) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Klasifikasi tumor otak diantaranya (Smeltzer & Bare, 2001)
1. Tumor-tumor yang berasal dari jaringan otak
Gliomas : tumor penginfiltrasi yang dapat menyerang beberapa bagian otak :
biasanya bagian ini banyak pada bagian otak.
a Astrositoma (derajat 1 dan 2)
b Glioblastoma (derajat 3 dan 4 astrositoma)
c Apendimoma
d Meduloblastoma
e Oligodendroglioma
f Kista koloid
2. Tumor yang muncul dari pembungkus otak :
Meningioma : terbungkus dalam kapsul, dapat dipastikan dengan baik,
pertumbuhan keluar jaringan otak : menekan dari pada menginvasi otak.
3. Tumor yang berkembang didalam atau pada saraf kranial
Neuroma akustik : diturunkan dari lapisan pembungkus saraf akustik saraf
optik spongioblastoma polar.
4. Lesi metastatik
Paling umum dari paru dan payudara
5. Tumor kelenjar tanpa duktus
a

Hipofisis

Dinealis

6. Tumor pembuluh darah


a

Hemagioblastoma

Angioma

7. Tumor-tumor congenital
B. Etiologi

Penyebab tumor masih sedikit yang diketahui. Meningioma sedikit lebih


banyak pada wanita. Radiasi merupakan suatu faktor untuk tumbuhnya tumor
otak, trauma, infeksi dan toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab tumor
otak. Tetapi bahan industri tertentu seperti nitrosurea adalah korsinogen yang
potensial. Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang mendapat
imunosupresan seperti transplantasi ginjal, sumsum tulang dan pada AIDS
(Mansjoer, A, 1999).
Menurut Reeves (2001), tumor otak dapat terjadi karena adanya hal-hal
sebagai berikut :
1. Faktor genetik jenis meningioma, astrositoma, dan nodula fibroma dapat
ditemukan pada anggota keluarga
2. Paparan

bahan

kimia

yang

bersifat

karsinogenik,

misal

methyl

cholantrone/netrosethil urea
3. Virus
C. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer & Bare (2001), tumor otak menunjukkan manifestasi klinis
yang tersebar bila tumor ini menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala
lokal sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.
1. Gejala peningkatan tekanan intracranial
Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan-tekanan yang
berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya
adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan cerebrospinal
dan darah serebral, semua terletak didalam tengkorak. Sebagai akibat dari
pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan
melalui penekanan pada vena-vena intracranial, melalui penurunan volume
cairan cerebrospinal (melalui peningkatan absorbsi dan menurunkan
produksi). Penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunnya
massa jaringan otak intraseluler dan ektraseluler.
Bila kompensasi ini semua gagal, pasien mengalami tanda dan gejala
peningkatan TIK. Gejala-gejala peningkatan TIK:
a

Sakit kepala
Meskipun tidak selalu ada, tetapi ini banyak terjadi di pagi hari dan
menjadi buruk oleh karena batuk, menegang atau melakukan gerakan yang
tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau

penyimpangan struktur sensitive nyeri, atau oleh karena edema yang


mengiringi adanya tumor.
Sakit kepala selalu digambarkan dalam atau meluas atau dangkal tapi
terus menerus. Tumor frontal menghasilkan sakit pada frontal bilateral,
tumor kelenjar hipofisis menghasilkan nyeri dan menyebar antara dua
pelipis (bitemporal), sebelum menyebabkan sakit kepala yang terletak
pada daerah suboksipital bagian belakang kepala.
b

Muntah
Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan, yang selalu disebabkan
adanya iritasi pada pusat vagal dimedula. Jika muntah dengan tipe yang
kuat, ini digambarkan sebagai muntah proyektil.

Papiledema (edema pada saraf optik)


Ada sekitar 70%-75% dari pasien dan dapat dihubungkan dengan
gangguan penglihatan seperti ketajaman penglihatan, diplopia (pandangan
ganda) dan penurunan lapang pandang.

2. Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang
terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti ketidak
normalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang
a Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan gejala
seperti kejang-kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut
kejang jacksonian.
b Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
pandangan pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi
penglihatan.
c Tumor serebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)
atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi
lesi, otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak
disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
d Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan
status emosional dan tingkah laku dan disintregasi perilaku mental. Pasien
sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri.

e Tumor sudut serebelopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
memberi rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteritik gejala
pada tumor otak
1) Pertama, tinitus dan kelihatan vertigo, gangguan fungsi saraf kedelapan
2) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada bagian wajah dan lidah
(berhubungan dengan saraf kranial kelima)
3) Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralisis (keterlibatan saraf kranial
ketujuh)
4) Akhirnya karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik
f Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada lansia.
D. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gejala-gejalanya
terjadi berurutan. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh dua faktor: gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan
tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu
saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat
(misalnya glioblastoma multi forme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebar menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangkaian kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke otak.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya
sehingga memberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor:
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa karena tumor akan mengambil tempat dalam ruang yang
relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema

dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismemya belum seluruhnya di pahami,


tatapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan
cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan
edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan intrakaranial dan meningkatkan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi
cairan cerebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subarachnoid menimbulkan
hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat
akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intara
kranial, olume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intra sel, dan mengurangi
sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak di obati mengakibatkan hernia
unkus atau serebelum. Hernia unkus timbul bila girus medialis bila girus medialis
lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh masa dalam
hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon menyebabkan hilangnya
kesadaran dan menekan saraf otak ke tiga. Pada herniasi serebelum, tonsil
serebelum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior.
Kompresi medula oblongata dan henti pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan
fisologis lain yang terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial yang cepat
adalah bradikardia proresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi) dan
ganguan pernapasan (Price &Wilson, 1995).
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smeltzer & Bare (2001), untuk membantu menentukan lokasi jejas
yang tepat, sebuah deretan pengujian dilakukan, diantaranya :
1. Pencitraan CT : memberikan informasi spesifik yan menyangkut jumlah
ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya edema serebral skunder. Alat
ini juga memberi informasi tentang sistem ventrikuler.
2. MRI : membantu dalam mendiagnosis tumor otak. Ini dgiunakan untuk
menghasilkan deteksi jejas yang kecil, alat ini umumnya juga memabantu
dalam mendeteksi tumor-tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis,
dimana tulang mengganggu dalam gamaran yang menggunakan CT

3. Elektroensefalogram (EEG) : dapat menditeksi gelomang otak abnormal pada


daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus temporal pada waktu kejang.
4. Penelitian sitologis pada cairan serebrospinal (CSF) dapat dilakukan untuk
mendeteksi sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada sistem saraf pusat mampu
menggusur sel-sel kedalam cairan serebrospinal.
F. Penatalaksanaan
1. Pendekatan pembedahan konfensional memerlukan insisi tulang (kraniotomi).
Pendekatan ini digunakan untuk mengobati pasien meningioma, neuroma
akustik, astrositoma kistik, pada serebelum, kista koloid pada ventrikel ketiga,
tumor kongenital seperti kista dermoid dan beberapa glanuloma.
2. Pendekatan stereotaktik : meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang
mengikuti lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka stereotaktik dan studi
pencitraan multipel (sinar x, CT) yang lengkap digunakan untuk menentukan
lokasi tumor dan memeriksa posisinya. Laser atau radiasi dapat dilepaskan
dengan pendekatan stereotaktik.
3. Modalitas tindakan lain terdiri dari kemoterapi dan terapi sinar radiasi
eksternal, dimana digunakan hanya salah satu model atau kombinasi.
G. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a Data dasar
Identitas pasien
b Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: pusing
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Apakah klien pernah terpajan zat kimia tertentu
b) Penyakit terdahulu
c Aktivitas dan istirahat
1) Gejala: kelemahan atau keletihan, kaki hilang keseimbangan.
2) Tanda: perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, ataksia, masalah
dalam keseimbangan, kehilangan tonus otot, otot spastik.
d Sirkulasi

1) Gejala: perubahan pada tekanan darah atau normal (hipertensi),


perubahan frekwensi jantung (bradikardia, takikasrdia yang diselingi
bradikardia).
e Integritas ego
1) Gejala: perubahan tingkah laku atau kepribadian.
2) Tanda: cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi
dan implusif.
f Eliminasi
Gejala: inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi.
g Makanan atau cairan
1) Gejala: mual, muntah dan mengalami perubahan selama makan.
2) Tanda: muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan.
h Neurosensori
1. Fungsi Serebral
1.

Pemeriksaan tingkat kesadaran GCS


a.

2.

Respon membuka mata

Nilai 1-4

b. Respon bicara

Nilai 1-5

c.

Nilai 1-6

Respon motorik

Daya ingat (memori)


a.

Immediale memory/segera setelah presentasi

b. Recent memory/beberapa menit, jam, dan hari presentasi


c.

Remote memory/post memory beberapa tahun atau jangka


waktu lama

3.

Bicara, kemampuan untuk menerima dan menyampaikan


informasi
a.

Apasia motorik

b.

Apasia sensorik

c.

Apasia total

2. Pemeriksaan Saraf Cranial


Pemeriksaan NI-XII
3. Pemeriksaan Sistem Motorik
Hemiparese, kejang.
4. Pemeriksaan refleks

a. Refleks fisiologis : Refleks kornea, cahaya, biceps, triceps,


brachioradialis
b. Refleks Pathologis : Refleks Babinski, Chaddock.
5. Pemeriksaan Sensorik
Dapat terjadi hemiparesis
1) Gejala: kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,
vertigo, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstremitas.
Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia,
kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia.
Gangguan pada pengecapan dan penciuman.
2) Tanda: perubahan kesadaran sampai koma.
Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian,
konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan
memori).
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada
mata, ketidakmampuan mengikuti.
Kehilangan pengindraan
Hemiparese, quadriplesia.
Postur (dekortisasi, desererasi), kejang.
Kehilangan sensasi sebagian tubuh.
Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
i Nyeri atau kenyamanan
1) Gejala: nyeri kepala dengan intensitas berbeda, biasanya lama.
2) Tanda: wajah meringis kesakitan, respon menarik diri, gelisah tidak bisa
beristirahat atau tidur, merintih.
j Pernapasan
Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi.
k Keamanan
1) Gejala : pemajanan bahan kimia dan toksik, karsinogen, pemajanan
sinar matahari berlebihan
2) Tanda : gangguan penglihatan, gangguan kognitif, gangguan rentang
gerak.

l Interaksi sosial
Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang,
disatria (Maryiln, Doengoes. 2000)
2.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1) Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial
2) Perubahan perfusi jaringan serebral b/d hipoksia jaringan serebral
3) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d ostruksi jalan napas

DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk. (1996). Perawatan medikal bedah.
Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. (2003). Buku ajar keperawatan medikal bedah ed 8 Vol 3. Jakarta:
EGC

Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih (1997). Diagnosa keperawatan , ed
6. Jakarta:EGC
Marilyn E. Doenges. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC
Price & Wilson.(1995). Patofisiologi, konsep klinik proses- proses penyakit ed. 4.
Jakarta: EGC

LAPORAN PENDAHULUAN
SOL (Space Occupying Lession)

Disusun oleh:
HUBERTUS AGUNG PAMBUDI
G6B 00 80 56

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009

3. Intervensi Keperawatan
No
1

Dianosa

Tujuan

Intervensi

Nyeri
b/dSetelah dilakukan tindakana
peningkatan TIK
keperawatan selama 1x 24
jam
diharapkan
nyeri
berkurang dengan KH :
b
a Pasien
melaporkan
nyeri berkurang skala
nyeri : 1-3/4-6
c
b Ekspresi wajah tampak
rileks
c Tanda-tanda vital dalamd
batan normal
N : 60-100x/menit
e
RR: 16-24x/ menit
f
g

Perubahan perfusiSetelah dilakukan tindakana


jaringan serebral b/dkeperawatan selama 1x 24
hipoksia
jaringanjam diharapkan
serebral
- GCS : E5 M6 V4
- Tidak ada tanda-tandab
peninkatan TIK (nyeri,

Rasional

Tinggikan kepala pasien 15-45- Meningkatkan aliran balik vena dari kepala, sehingga
derajat.
akan mengurangi resiko terjadinya peningkatan TIK.
- Membantu untuk mengurangi rasa sakit
Ajarkan teknik relaksasi dan
motivasi
pasien
untuk
melakukannya
- Tindakan ini meningkatkan istirahat dan menurunkan
Pertahankan lingkungan yang rangsangan, membantu menurunkan TIK
tenang, suyi dan pencahayaan yang
redup/turunkan stimulasi eksternal - Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan
Berikan kompres dingin pada vasodilatasi
kepala
- Aktivitas yang dilakukan terus menerus dapat
Anjurkan pasien untuk mengurangi meningkatkan TIK dengan menimbulkan efek
aktivitas
stimulasi kumulatif.
- Menghilangkan ketegangan dan meningkatkan
Masase pada daerah kepala/ leher/ relaksasi otot
lengan,
jika
pasien
dapat
mentoleransi sentuhan
- Pemberian obat analgesik dilakukan guna mengganggu
Kolaborasi : berikan analgesik atau memblok tranmisi stimulus agar terjadi perubahan
sesuai indikasi
persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap
nyeri
Pantau status neurologis secara- Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat
teratur.
kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan
bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan
perkembangan kerusakan SSP
Pertahankan kepala/ leher pada- Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena
posisi tengah atau pada posisi jugularis dan menghambat aliran darah vena yang

papil edema, muntah netral, sokong dengan gulungan


proyektil)
handuk kecil atau bantal kecil
Fungsi motorik danc Turunkan stimulasi eksternal dansensori normal
berikan kenyamanan
TTV dalam batas N
N : 60-80x/ menit
d Bantu pasien untuk menghindari/RR : 16-24x/ menit
membatasi
batuk,
muntah,
S : 36,5-37,5 C
pengeluaran
feses
yang
TD :
dipaksakan/
mengejan
jika
- Sistol : 100-130
mungkin
- Diastol : 60-90 Kolaborasi:
e Tinggikan kepala pasien 15-45sesuai indikasi/ yang dapat
ditoleransi
f Berikan oksigen tambahan sesuaiindikasi

Bersihan jalan napasSetelah dilakukan tindakana Mengatur posisi tidur semi atautidak efektif b/dkep selama 1x24 jam high fowler
obstruksi
jalandiharapkan bersihan jalanb Memersihkan sekret dari mulut,napas
napas efektif dengan KH :
suction jika memungkinkan
a RR : 16-24x/ menit
b Suara napas vesikulerKolaborasi:
(fase I:E : 1:2)
c Memberikan O2 sesuai indikasi
c Sianosis tidak ada
Pola napas tidakSetelah dilakukan tindakana Atur posisi pasien semi fowler
efektif
b/dkep selama 1x24 jam
penekanan
padadiharapkan bersihan jalan
medula oblongata napas efektif dengan KH : b Apabila pasien sudah sadar,d RR : 16-24x/ menit
anjurkan untuk latihan napas

selanjutnya akan meningkatkan TIK


Memberikan efek ketenangan, menurunkan reaksi
fisiolgis tubuh dan meningkatkan istirahat untuk
mempertahankan atau menurunkan TIK
Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks
dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK

Meningkatkan aliran balik vena dari kepala, sehingga


akan mengurangi kongesti dan edema atau resiko
terjadinya PTIK
Menurunkan
hipoksemia,
yang
mana
dapat
meningkatkan vasodilatasi dan volume darah serebral
yang meningkatkan TIK
Memberikan kesempatan paru-paru berkembang
secara maksimal akibat diafragma turun kebawah
Membersihkan saluran napas secara mekanis pada
pasien yang tidak dapat melakukannya dikarenakan
ketidak efektifan batuk atau penurunan kesadaran.
Berfungsi meningkatkan kadar tekanan parsial O2
dan CO2 dalam darah
Posisi semi fowler akan mengurangi penekanan isi
ronga perut terhadap diaphragma, sehingga ekspansi
paru tidak terganggu
Napas dalam akan memfasilitasi pengembangan
maksimum paru-paru/saluran udara kecil.

e
f
g

Dispnea berkurang
Ekspasi paru adekuatc
ka=ki
Pergerakan
dadad
simetris/
tidak
ada
retraksi

Perubahan sensoriSetelah dilakukan tindakana


penglihatan sensorikeperawatan selama 1x24
visual/penglihatan jam diharapkan bersihan
b/d
gangguanjalan napas efektif denganb
penglihatan
KH :
Pasien tidak menunjukanc
tanda-tanda cidera

dalam
Kolaborasi dengan tim
dalam pemberian th/O2
Monitor pemberian O2

medis-

Orientasikan
pasien
terhadaplingkungan, staf, orang lain
diareanya
Dorong orang terdekat untuk tingaldengan pasien
Lakukan tindakan untuk membantupasien
untuk
menangani
keterbatasan penglihatan, misal
dengan mengatur perabot, ingatkan
memutar kepala ke subyek yang
terlihat

Kerusakan
Setelah dilakukan tindakana. Bedakan antara afasia dengankomunikasi verbalkeperawatan selama 2x24
disatria
b/d afasia sensorik,jam diharapkan kerusakan
kesulitan bicara
komunikasi verbal dapat
diminimalkandengan KH :
- Pasien
menggunakan
metode
komunikasi
dimana kebutuhan dapat
diekspresikan
- Pasien
menggunakan
sumber-sumber dengan
-

Pemerian th/ O2 dapat meningkatkan oksigenasi otak


untuk mencegah hipoksia
Untuk mencegah pemberian O2 berlebihan, iritasi
saluran napas
Memberikan
peningkatan
kenyamanan
menurunkan cemas dan disorientasi

dan

Menurunkan kebingungan
Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan
perubahan lapang pandang/ kehilangan penglihatan

Intervensi yang dipilih tergantung pada tipe


kerusakan
Afasia
:
g3
dalam
menggunakan
dan
menginterprestasikan simbol-simbol bahasa dan
mungkin melibatkan komponen sensorik dan motorik
Disatria : dapat memahami, membaca dan menulis
bahasa tetapi mengalami kesulitan membentuk/
mengucapkan kata sehubungan kelemahan dan
paralisis dari otot-otot daerah oral
Melakukan penilaian terhadap kerusakan motorik

tepat

b. Tunjukkan obyek dan minta


pasien untuk menyebutkan benda
tersebut
c. Berikan
metode
komunikasi
alternatif/ seperti menulis
d. Anjurkan keluarga/orang terdekat
mempertahankan usahanya untuk
berkomunikasi dengan pasien
e. Diskusikan mengenai hal-hal yangdikenal pasien, seperti pekerjaan,
keluarga, hobi

Resiko injury b/dSetelah dilakukan tindakan a. Gali bersama-sama dengan pasienkejang


keperawatan selama 1x24
stimulasi yang dapat menjadi
jam diharapkan injury tidak
pencetus kejang.
terjadi dengan KH:
e Pasien tidak mengalami b. Berikan keamanan pada pasien
injury saat kejang
dengan memberi penghalang
tempat
tidur,
pertahankan
penghalang tempat tidur tetap
terpasang.
c. Tinggallah bersama pasien dalam
waktu
beberapa
lama
selama/setelah kejang.
d. Masukkan jalan napas buatan yang
terbuat dari plastik, biarkan pasien
menggigit benda lunak diantara
gigi-gigi.
e. Atur kepala tempatkan diatas area
yang empuk/lunak
f. Berikan obat sesuai indikasi

Memberikan
komunikasi
tentang
kebutuhan
berdasarkan keadaan
Mengurangi isolasi sosial pasien dan meningkatkan
penciptaan komunikasi yang efektif.
Meningkatkan percakapan yang bermakna dan
memberikan kesempatan untuk ketrampilan praktis
Beberapa obat dan stimulasi lain (kurang tidur, lampu
yang terlalu terang)dapat meningkatkan aktivitas
otak, yang meningkatkan resiko terjadinya kejang.
Melindungi pasien jika terjadi kejang.

Meningkatkan keamanan pasien.


Menurunkan resiko terjadinya trauma mulut.

Menurunkan resiko trauma fisik.


Merupakan indikasi
pencegahan kejang.

untuk

penanganan

dan

seperti
fenitoin
diazepam (valium),
(lumina)

(dilantin),
fenoorbital

Vous aimerez peut-être aussi