Vous êtes sur la page 1sur 5

ABSES MAMMAE/PAYUDARA

A. DEFINISI
Abses adalah pengumpulan eksudat purulen yang terjebak di dalam jaringan yang
kemudian membentuk rongga yang secara anatomis sebelumnya tidak ada dengan jaringan
fibrotik disekitarnya sebagai respon tubuh terhadap infeksi.
Abses mammae/payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini
biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat
menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara,
infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil.

Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan
membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi
kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat
nyeri, dengan kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya.
B. ETIOLOGI
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada
kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui.
Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada
masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan
kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak

menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting
susu).
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai
berikut :
1.
2.
3.

Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bias menyebabkan abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

1.
2.
3.

Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.


Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.

C. EPIDEMIOLOGI
Terjadinya infeksi pada wanita yang tidak menyusui jarang terjadi. Abses subareolar
berkembang pada wanita muda atau paruh baya yang tidak menyusui.
D. PATOFISIOLOGI
Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara kronik.
Peradangan payudara atau yang disebut mastitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,
perembesan sekresi melalui fisura di puting, dan dermatitis yang mengenai puting. Bakteri
yang sering menyebabkan terjadinya mastitis ini adalah Stafilokokus aureus atau streptokok.
Mastitis sering terjadi pada pascapartum selama awal laktasi jika organisme berhasil masuk
dan mencapai jaringan payudara melalui fisura pada puting. Gejala dan tanda yang sering
ditimbulkan oleh abses payudara adalah tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas
jika disentuh, membengkak, dan nyeri tekan), keluar nanah/pus dari puting, teraba massa,
gejala sistemik berupa demam tinggi, menggigil, malaise, dan timbul limfadenopati
pectoralis, axiller, parasternalis, dan subclavia. Adapun patogenesis dari abses payudara
adalah: luka/lesi pada organisme masuk (organisme ini biasanya dari mulut bayi) puting
produksi susu normal terjadi penyumbatan duktus peradangan terbetuk abses. Penanganan
yang dapat pengeluaran susu terhambat dilakukan untuk mastitis adalah pemanasan lokal,
antipiretik dan analgesik ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan

ASI atau memompa, dan terapi antibiotika oral. Namun jika sudah terjadi abses, perlu
diberikan antibiotik intravena, aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan
aspirasi perlu dilakukan pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan keganasan.

E. GAMBARAN KLINIS
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ
atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
1.

Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai
suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih

2.
3.
4.
5.

karena kulit diatasnya menipis.


Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal- gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang
terkena.
Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi


Fisura putting susu
Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras
Warna kemerahan pada seluruh payudara atau lokal
Limfadenopati aksilaris yang nyeri
Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit
Suhu badan meningkat dan menggigil
Payudara membesar, keras da akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan
nanah bercampur air susu serta darah.

F. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasilpemeriksaan
fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa dilakukan mammografi atau biopsy payudara.

Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel
darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi bses dalam, bisa dilakukanpemeriksaan
roentgen, USG atau CT scan

G. DIAGNOSIS BANDING
1. Mastitis
2. Galaktokel
H. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana pada abses payudara dapat dilakukan dengan cara:
1.
2.
3.

Aspirasi (dengan atau tanpa bantuan USG)


Insisi
Penyaliran
Bila abses telah terbentuk, pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

insisi atau penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum. Tetapi juga dapat
dilakukan dengan aspirasi, dengan bantuan ultrasound bila tersedia. Ultrasound berguna
sebagai alat diagnosis abses payudara dan dengan dilakukan secara menyeluruh, aspirasi pus
dengan bantuan ultrasound dapat bersifat kuratif. Hal ini mempunyai efek yang kurang nyeri
dan melukai jika dibandingkan dengan insisi dan penyaliran, dan dapat dilakukan dengan
anestesi local, sering dilakukan pada pasien rawat jalan.

Pengobatan sistemik dengan antibiotic sesuai dengan sensitivitas organisme biasanya


dibutuhkan sebagai tambahan. Namun, antibiotic saja tanpa pengeluaran pus tidak
mempunyai arti. Hal ini disebabkan karena dinding abses melindungi bakteri pathogen dari
pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang efektif
dalam jaringan yang terinfeksi

I. PENCEGAHAN
1. Perawatan Putting Susu Rata
Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal
yang sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffmans exercises dapat
dimulai sejak 38 minggu kehamilan. Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola.
Dua ruas jari atau satu jari dan jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit
dengan lembut ditarik dengan arah horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan
arah horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan
beberapa kali per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu. Metode alternatif
adalah penarikan puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat
kehamilan.
2.
3.

Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.
Setelah menyusui, puting susu diolesi kembali dengan ASI dan biarkan kering dengan

4.
5.
6.

sendirinya (dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D)


Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara
Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara

7.

dengan cara memompanya


Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada

puting susu.
8. Minum banyak cairan
9. Menjaga kebersihan puting susu
10. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

J. PROGNOSIS
Prognosis dari abses payudara baik jika cepat ditangani dan ditangani dengan baik dan benar.

Vous aimerez peut-être aussi