Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Miopia adalah suatu kelainan refraksi di mana sinar cahaya paralel yang
memasuki mata secara keseluruhan dibawa menuju fokus di depan retina. Miopia,
yang umum disebut sebagai kabur jauh / terang dekat (shortsightedness),
merupakan salah satu dari lima besar penyebab kebutaan di seluruh dunia.
Dikatakan bahwa pada penderita miopia, tekanan intraokular mempunyai
keterkaitan yang cenderung meninggi pada tingkat keparahan miopia.
Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis, hingga
mencapai 70-90% di beberapa negara Asia.Di Jepang diperkirakan lebih dari satu
juta penduduk mengalami gangguan penglihatan yang terkait dengan miopia
tinggi.Berdasar bukti epidemiologis, prevalensi miopia terus meningkat
khususnya pada penduduk Asia.Selain pengaruh gangguan penglihatan, juga
membebani secara ekonomi.Sebagai contoh di Amerika Serikat, biaya terapi
miopia mencapai sekitar $ 250 juta per tahun.Di saat prevalensi miopia simpel
meningkat, insidens miopia patologis turut meningkat.Karena tidak ada terapi
yang dapat membalikkan perubahan struktural pada miopia patologis, pencegahan
miopia telah lama menjadi tujuan dari penelitian para ahli.Pengertian terhadap
mekanisme dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mata merupakan
prasyarat mengembangkan strategi terapi yang ada.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi, pengkajian
,diagnosa, intervensi dari miopia.
1
C. Manfaat penulisan
Manfaat penulisan ini adalah sebagai pengetahuan baru bagi mahasiswa/i, dan
sebagai literatur yang dapat digunakan oleh mahasiswa/i.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Miopia
Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar
sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina.
Sehingga untuk meletakkan bayangan di retina maka titik terjauh harus lebih
dekat ke bola mata dibandingkan dengan orang normal. Untuk mengoreksinya
dengan lensa sferis negatif terkecil (American Academy of Ophthalmology,20092010 (diakses pada hari sabtu,31-10-2015 di http://repository.usu.ac.id))
B. Etiologi Miopia
Pada dasarnya miopia terjadi oleh karena pertambahan panjang aksis bola
mata tanpa diikuti oleh perubahan pada komponen refraksi yang lain. Begitu juga
perubahan kekuatan refraksi kornea, lensa dan aquos humor akan menimbulkan
miopia bila tidak dikompensasi oleh perubahan panjang aksis bola mata. Beberapa
hal yang dikaitkan atau diperkirakan sebagai etiologi miopia adalah:
1. Herediter
2. Penyakit sistemik
3. Kelainan endokrin
4. Malnutrisi, defisiensi vitamin mineral tertentu
5. Penyakit mata
6. Gangguan pertumbuhan
7. Lingkungan (iluminasi)
8. Kerja dekat yang berlebihan
9. Pemakaian kaca mata yang tidak sesuai
10. Sikap tubuh yang tidak sesuai.
C. Patofisiologi Miopia
Kata miopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2, yang
mana terbentuk dari dua kata meyn yang berarti menutup, dan ops yang berarti
mata. Ini memang menyiratkan salah satu ciri ciri penderita miopia yang suka
menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang baginya tampak kurang jelas,
karena dengan cara ini akan terbentuk debth of focus di dalam bola mata sehingga
titik fokus yang tadinya berada di depan retina, akan bergeser ke belakang
mendekati retina.
Sebenarnya, miopia juga dapat dikatakan merupakan keadaan di mana panjang
fokus media refrakta lebih pendek dari sumbu orbita (mudahnya, panjang aksial
bola mata jika diukur dari kornea hingga makula lutea di retina).
Berdasarkan pengertian ini, maka dikenal dua jenis miopia, yaitu:
1. Miopia aksial
Adalah miopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang lebih panjang
dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini, panjang fokus
media refrakta adalah normal ( 22,6 mm) sedangkan panjang sumbu
orbita > 22,6 mm.
2. Miopia refraktif
Adalah bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi
pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga
pembiasan lebih kuat.
3
Bila hal ini terjadi, otak akan mematikan mata yang tidak fokus dan
penderita akan bergantung pada satu mata untuk melihat. Beratnya ambliopia
berhubungan
dengan
lamanya
mengalami
kurangnya
rangsangan
untuk
tidak nyaman pada awal pemakaian tetapi kebanyakan orang akan cepat
membiasakan diriterhadap pemakaian lensa kontak. Kelebihan dan
kekurangan dalam memakai lensa kontak adalah :
a. Kelebihan
a) Pada kelainan refraksi yang berat, penglihatan melalui lensa
kontak praktis tidak berubah (seperti penglihatan mata
normal).
b) Dengan lensa kontak, luas lapang pandangan tidak berubah.
c) Pada anisometropia (perbedaan refraksi, mata kanan dan
kiri yang melebihi 2.5 3 D), besarnya gambaran
penglihatan mata kanan kiri dengan lensa kontak kurang
lebih sama.
d) Dapat digunakan untuk tujuan kosmetik yaitu pada miopia
tinggi yang memerlukan kaca mata berlensa tebal.
b. Kekurangan
a) Mata lebih mudah kena infeksi, apabila pemakainya kurang
mengindahkan kebersihan atau bila lingkungan sekitarnya
kurang bersih.
b) Lebih mudah terjadi erosi kornea, terutama bila lensa
kontak dipakai terlalu lama, atau dipakai tidak teratur.
c) Pemakaian lensa kontak, hendaknya didasarkan atas alasanalasan medik saja. Lengkungan belakang lensa kontak
(lengkung dasar, base curve) hendaknya sesuai dengan
lengkungan kornea. Oleh karena itu pemeriksaan dengan
keratometer untuk memeriksa lengkung kornea adalah
penting.
laser
excimer
stafiloma sklera posterior yang terletak dipolus posterior, maka retina harus
meliputi permukaan yang lebih luas sehingga teregang dan menimbulkan undus
tigroid.Akibat regangan mungkin dapat menyebabkan ruptura dari pembuluh
darah retina dan mengakibatkan perdarahan yang dapat masuk kedalam badan
kaca, mungkin juga terjadi ablasi retina akibat timbulnya robekan karena tarikan.
Strabismus esotropia terjadi karena pada pasien miopia memiliki pungtum
remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau kedudukan konvergensi
yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini
menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia. Bila terdapat
juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.
G. Pengkajian
1. Pengkajian fisik
1) Ketajaman penglihatan
Di lakukan dikamar yang tidak terlalu terang dengan kartu snellen.
a. Pasien duduk dengan jarak 6meter dari kartu snellen dengan 1
mata ditutup
b. Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai
dari baris paling atas kebawah dan tentukan baris terakhir yang
masih dapat dibca seluruhnya dengan benar.
Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas atau
(terbesar) maka dilakukan uji hitung jari dari jarak 6meter.
Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari 6meter,
maka jarak dapat dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak
penguji dengan pasien 1meter. Jika pasien tetap tidak bisa
melihat, dilakukan uji lambaian tangan , dilakukan uji dengan
arah sinar.
11
I. Intervensi
Intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosis yang ada, sebagai
berikut:
1. Dx : Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/gangguan status organ indera
1) Kaji derajat dan durasi ganguan visual
Rasional: meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
2) Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan
serta kepercayaan klien-perawat.
3) Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan
penglihatan
Rasional: meningkatkan
kepercayaan
klien-perawat
dan
penerimaan diri
4) Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan
penglihatannya
14
berhubungan dengan
perubahan status
tv
dengan
jarak
terlalu
dekat
15
dapat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Miopia adalah suatu kelainan refraksi di mana sinar cahaya paralel yang
memasuki mata secara keseluruhan dibawa menuju fokus di depan retina. Miopia,
yang umum disebut sebagai kabur jauh / terang dekat (shortsightedness),
merupakan salah satu dari lima besar penyebab kebutaan di seluruh dunia.Pada
dasarnya miopia terjadi oleh karena pertambahan panjang aksis bola mata tanpa
diikuti oleh perubahan pada komponen refraksi yang lain. Begitu juga perubahan
kekuatan refraksi kornea, lensa dan aquos humor akan menimbulkan miopia bila
tidak dikompensasi oleh perubahan panjang aksis bola mata.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id
http://repository.usu.ac.id
17