Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ALZHEIMER
Pembimbing:
dr. Marjanti, Sp.S
Disusun oleh:
A.Deza Farista
1102011001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah swt atas selesainya referat yang berjudul
Alzheimer. Juga kepada dr. Marjanti Sp. S, selaku dosen pembimbing, Saya ucapkan terimakasih
banyak atas bimbingannya selama kepaniteraan kami di Bagian Ilmu Penyakit Saraf RS
Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto.
Dalam referat ini saya akan mencoba membahas mengenai Alzheimer. Semoga pembahasan
kami ini dapat membantu membuka wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa klinik atupun dokter
umum mengenai Alzheimer.
Penulis,
Jakarta, Desember 2015
BAB I
PENDAHULUAN
2
Gangguan kesehatan pada golongan lansia terkait erat dengan proses degenerasi
yang tidak dapat dihindari. Seluruh system, cepat atau lambat akan mengalami degenerasi.
Dari aspek medik, demensia merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah
yang terdapat pada penyakit kronis lainnya. Ilmu kedekteran dan kesehatan mengemban
misi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Seseorang yang mengalami demensia
pasti akan mengalami penurunan kualitas hidup. Keberadaannya dalam lingkungan keluarga
dan masyarakat menjadi beban bagi lingkungannya, tidak mandiri lagi. Demensia adalah
hilangnya fungsi kognisi secara multidimensional dan terus-menerus, disebabkan oleh
kerusakan organik system saraf pusat, tidak disertai oleh penurunan kesadaran akut seperti
halnya yang terjadi pada delirium, Jenis-jenis demensia yaitu demensia Alzheimer, demensia
vascular, demensia karena kondisi medik umum lainnya.(2)
Demensia merupakan masalah besar dan serius yang dihadapi oleh negara-negara
maju, dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang mulai muncul di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Hal ini disebabkan oleh makin mengemukanya penyakitpenyakit degenerative serta meningkatnya usia hatapan hidup hamper di seluruh dunia.
Studi prevalensi menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, pada populasi di atas umur 65
tahun presentase orang dengan penyakit Alzheimer meningkat dua kali lipat setiap
pertambahan umur 5 tahun. Sebagian besar 10% dari semua orang yang berusia di atas 70
tahun mempunyai kehilangan memori yang signifikan dan lebih dari setengahnya
disebabkan oleh Penyakit Alzheimer. Diestimasikan total pengeluaran untuk perawatan
pasien Alzheimer adalah >$50.000. Penyakit Alzheimer dapat terjadi pada setiap dekade
dewasa, tetapi penyakit ini merupakan penyebab utama demensia pada lanjut usia. Penyakit
Alzheimer lebih sering dengan gambaran hilang ingatan yang lambat diikuti oleh demensia
dengan progresifitas yang lambat dalam beberapa tahun(2,5)
Penyakit Alzheimer merupakan sebuah kelainan otak yang bersifat irreversible dan
progresif yang terkait dengan perubahan sel-sel saraf sehingga menyebabkan kematian sel
otak. Penyakit Alzheimer terjadi secara bertahap, dan bukan merupakan bagian dari proses
penuaan normal dan merupakan penyebab paling umum dari demensia. Demensia
merupakan kehilangan fungsi intelektual, seperti berpikir, mengingat, dan berlogika, yang
cukup parah untuk mengganggu aktifitas sehari-hari. Demensia bukan merupakan sebuah
penyakit, melainkan sebuah kumpulan gejala yang menyertai penyakit atau kondisi tertentu.
Gejala dari demensia juga dapat termasuk perubahan kepribadian, mood, dan perilaku.(4)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
ANATOMI
2.
KORTEKS CEREBRI
Demensia
Afasia
2.
Lobus Parietalis
Apraksia
Agnosia
Disorientasi
Gangguan body image
Hemipareses, hemihipestesia dan hemianopsia
3.
Lobus Temporalis
Afasia
Amnesia
Gangguang penghidu
SISTEM LIMBIK
Suatu rangkaian struktur yang terletak di dienchepalon dan sekitarnya. Sistem limbik
merupakan pusat emosi yang terdiri dari : hipokampus, amigdala, stria terminalis, girus
subkalosus, hipotalamus bagian depan, korpus mamilare, hipotalamus, girus cinguli, sistem
retikularis dan forniks.(3)
DIENCHEPALON
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Hal yang terpenting yang merupakan faktor resiko dari penyakit Alzheimer adalah
umur yang tua dan positive pada riwayat penyakit keluarga. Frekuensi dari penyakit
Alzheimer akan meningkat seiring bertambahnya dekade dewasa. Mencapai sekitar 20-40%
dari populasi lebih dari 85 tahun. Wanita merupakan faktor resiko gender yang lebih
beresiko terutama wanita usia lanjut. Lebih dari 35 juta orang di dunia, 5,5 juta di Amerika
Serikat yang mengalami penyakit Alzheimer, penurunan ingatan dan gangguan kognitif
lainnya dapat mengarahkan pada kematian sekitar 4 10 tahun ke setelah didiagnosis.
Penyakit Alzheimer merupakan jenis yang terbanyak dari demensia, dihitung berdasarkan
50 56 % kasus dari autopsy dan kasus klinis. Insiden dari penyakit ini dua kali lipat setiap
5 tahun setelah usia 65 tahun, dengan diagnosis baru 1275 kasus per tahun per 100.000
orang lebih tua dari 65 tahun. Kebanyakan orang-orang dengan penyakit Alzheimer
merupakan wanita dan berkulit putih. Karena sangat dihubungkan dengan usia, dan wanita
mempunyai ekspektasi kehidupan yang lebih panjang dari pria, maka wanita
menyumbangkan sebesar 2/3 dari total orang tua dengan penyakit ini.( 3, 5)
ETIOLOGI
Meskipun penyebab Alzheimer disease belum diketahui, sejumlah faktor yang saat
ini berhasil diidentiifikasi yang tampaknya berperan besar dalam timbulnya penyakit ini. (10)
kasus, seperti dibuktikan adanya kasus familial. Penelitian terhadap kasus familial telah
memberikan pemahaman signifikan tentang patogenesis alzheimer disease familial, dan ,
7
mungkin sporadik. Mutasi di paling sedikit empat lokus genetik dilaporkan berkaitan secara
eksklusif dengan AD familial. Berdasarkan keterkaitan antara trisomi 21 dan kelainan mirip
AP di otak yang sudah lama diketahui, mungkin tidaklah mengherankan bahwa mutasi
pertama yang berhasil diidentifikasi adalah suatu lokus di kromosom 21 yang sekarang
diketahui mengkode sebuah protein yang dikenal sebagai protein prekursor amiloid (APP).
APP merupakan sumber endapan amiloid yang ditemukan di berbagai tempat di dalam otak
pasien yang menderita Alzheimer disease. Mutasi dari dua gen lain, yang disebut presenilin
1 dan presenilin 2, yang masing- masing terletak di kromosom 14 dan 1 tampaknya lebih
berperan pada AD familial terutama kasus dengan onset dini
disease. Tau adalah suatu protein intra sel yang terlibat dalam pembentukan mikrotubulus
intra akson. Selain pengendapan amiloid, kelainan sitoskeleton merupakan gambaran yang
selalu ditemukan pada AD. Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan bentuk
hiperfosforilasi tau, yang keberadaanya mungkin menggaggu pemeliharaan mikrotubulus
normal.
sporadik dan familial. Diperkirakan ApoE mungkin berperan dalam penyaluran dan
pengolahan molekul APP. ApoE yang mengandung alel 4 dilaporkan mengikat A lebih
baik daripada bentuk lain ApoE, dan oleh karena itu, bentuk ini mungkin ikut meningkatkan
pembentukan fibril amiloid.
Faktor Risiko Terkena Alzheimer(6)
Faktor Usia
Penderita Alzhaimer biasanya diderita oleh orang yang berusia lebih dari 65 tahun,
tetapi juga dapat menyerang orang yang berusia dibawah 40. Sedikitnya 5 persen orang
berusia di antara 65 dan 74 memiliki Alzheimer. Pada orang berusia 85 keatas jumlahnya
meningkat menjadi 50 persen.
Keturunan
Risiko Alzheimer yang muncul sedikit lebih tinggi jika hubungan keluarga tingkat
pertama orangtua dan saudara sekandung - memiliki Alzheimer.
Jenis kelamin
8
Wanita lebih mudah terkena daripada laki-laki, hal ini karena umumnya wanita
hidup lebih lama daripada laki-laki.
Gaya hidup
Faktor sama yang membuat Anda berada pada risiko yang sama dengan penyakit
jantung juga meningkatkan kemungkinan anda akan terkena penyakit Alzheimer. Contohnya
adalah:
Stress
Kolestrol tinggi
Menjaga tubuh agar tetap fit penting bagi anda anda harus dapat melatih
pikiran dengan baik. Beberapa studi menunjukkan bahwa aktif dalam melatih pikiran dan
mental disepanjang hidup anda khususnya pada usia lanjut akan mengurangi risiko penyakit
Alzheimer.
Tingkat pendidikan
Studi menemukan hubungan antara rendahnya pendidikan dan risiko Alzheimer.
Tetapi alasan tepat yang mendasarinya tidak diketahui. Beberapa ilmuwan berteori, makin
sering anda menggunakan otak akan lebih banyak sinapsis yang anda buat dimana akan
tersedia banyak cadangan di hari tua. Akan sulit untuk menemukan Alzheimer pada orang
yang melatih otaknya secara rutin, atau mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi.
V.
KLASIFIKASI
Berdasarkan hereditas, penyakit Alzheimer dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (4):
1.
keturunan. Jumlahnya 5-10 % dari penderita Alzheimer. Alzheimer yang bersifat keturunan
diasosiasikan dengan onset yang cepat, progresi yang lebih cepat, sejarah gangguan
kejiwaan dalam keluarga dan kesulitan dalam berbicara.
2.
Penyakit Alzheimer onset dini, yang terjadi pada orang dengan usia di
bawah 65 tahun, disebut juga dementia pre-senile. Jenis ini sekitar 5-10 % dari kasus yang
terjadi, dan terjadi pada usia antara 30-65 tahun.
9
2.
LOAD), yang merupakan jenis paling umum dari penyakit ini, biasanya terjadi pada orang
usia di atas 65 tahun, disebut juga senile dementia Alzheimers Type, SDAT.
VI.
PATOFISIOLOGI
a)
Perubahan struktural
Secara neuropatologi, Alzheimer merusak neuron dalam struktur kortex dan limbic
di otak, khususnya pada basal otak depan, amigdala, hippocampus, dan korteks serebral
yang bertanggung jawab dalam kontrol memori, proses belajar (learning), kewarasan
(reasoning), tingkah laku (behaviour), dan emosional. Secara anatomi, terlihat 4 gangguan
utama yaitu atropi kortikal, degenerasi kolinergik dan neuron lain, munculnya kekacauan
neurofibrilasi (NFTs), dan akumulasi plak neuritis. NFTs dan plak neuritis dianggap sebagai
lesi penanda Alzheimer, tanpa keduanya Alzheimer tidak terjadi. Tapi kedua hal tersebut
juga dapat terjadi pada penyakit lain dan bahkan pada proses penuaan yang normal.(5)
NFTs adalah pasangan filament heliks yang berkumpul dalam bungkusan padat.
Secara mikroskop terlihat sebagai kilauan kecil yang mengisi badan sel saraf. Pasangan
filament heliks dibentuk dari protein tau yang merupakan struktur penyokong mikrotubulus,
transport sel, dan sistem skelet. Jika posforilasi filament tau abnormal pada sisi spesifiknya,
mereka tidak dapat berikatan secara efektif dengan mikrotubulus, menyebabkan kollaps
mikrotubul, sehingga sel tidak dapat berfungsi dan akhirnya mati. Over aktivitas kinase
seperti microtubule affinity-regulating kinase (MARK) atau penurunan aktivitas fosfat
secara teoritis mengakibatkan (mencegah pemecahan) fosforilasi abnormal protein tau.
NFTs juga ditemukan pada penyakit dementia lain dan merupakan pemicu umum kematian
sel.(9)
10
Plak neuritis (amiloid/plak senile) adalah lesi ekstrasel yang ditemukan di otak dan
vascular serebral (amiloid angiopati). Plak ini berisi AP dan sebuah massa anyaman dari
neuritis yang pecah (akson dan dendrit). Beberapa neurit yang pecah ini berisi filament
neutrofil yang mengakibatkan fosforilasi abnormal protein tau yang disintesis di NFTs. 2
jenis sel glial, astrosit dan mikroglia juga ditemukan pada plak. Sel glial mensekresi
mediator inflamasi dan bertindak sebagai sel scavenger yang penting dalam proses inflamasi
pada Alzheimer. Inti dari plak neuritis terbentuk dari agregasi 39-43 asam amino dari protein
yang disebut AP. Amiloidosis adalah penyakit yang ditandai dengan deposisi protein
amiloid dalam beberapa organ target . AP yang terakumulasi di otak dan pembuluh darah
otak pada Alzheimer berbeda dengan penyakit lain yang juga meangakumulasi protein
amiloid. Protein AP terpisah dari protein APA (protein transmembran) oleh protease
melalui berbagai cara. Pada jalur sekretori normal, APA dipisah melalui daerah AP,
pertama dengan menggunakan enzim sekkretase, kemudian dengan enzim sekretase,
menghasilkan produk yang terlarut dan tidak merugikan (P3). Dalam jalur patologik, jalur
endosomal memecah di kedua sisi AP, pertama dengan -sekretase dan kemudian dengan
-sekretase membentuk AP (Cpp-bAPP) yang dilepaskan ke ruang ekstra sel. Kebanyakan
AP terdiri dari 40 asam amino tetapi penelitian baru-baru ini menemukan AP yang terdiri
dari 42 asam amino. Asam amino ini merusak saraf pusat, meskipun mekanisme belum
jelas. Selain itu juga menyebabkan disregulasi kalsium dan kerusakan mitokondria yang bisa
saja menstimulasi mediator inflamasi. Hal ini membuktikan bahwa deposisi AP terjadi
pada tahap awal proses penyakit, bukan merupakan produk akhir dari kematian neuronal
dan sepertinya menginisiasi pembentukan plak dan perusakan sel saraf.(8)
11
Beta amiloid
dipotong oleh alfa dan
gama sekretase
Mediflamasi
b)
Mediator Inflamasi
Mediator inflamasi dan komponen sistem imun lain ditemukan pada area di sekitar
pembentukan plak. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa sistem imun memegang peranan
penting dalam patogenesis Alzheimer. Meski mungkin bukan yang menginisiasi penyakit,
respon imun yang timbul untuk melawan kerusakan otak akan memfasilitasi destruksi
neuron. Kejadian yang mendorong keterlibatan sistem imun adalah keberadaan protein fase
akut seperti 1-antikromotripsin (ACT) dan 2-makroglobulin di dalam serum dan plak
amiloid pada Alzheimer. Sel glial (astrosit dan mikroglial), sitokin (interleukin 1 dan 6), dan
komponen komplemen dari jalur klasik juga meningkat dalam daerah yang ada plaknya.
Mediator inflamasi ini meningkatkan toksisitas dan agregasi AP. Produk kronik agen
sitotoksik dan radikal bebas yang diaktivasi oleh mikroglia juga dapat mempercepat
degenerasi neuron.(10)
c)
Sistem kolinergik
Berbagai jalur neuronal dirusak pada Alzheimer. Kerusakan terjadi di beberapa sel
saraf yang terletak di dalam/ dilewati oleh plak. Kerusakan sel menyebabkan penurunan
berbagai neurotransmitter. Mayoritas kerusakan paling parah terjadi di jalur kolinergik,
khususnya di sistem neuron yang terletak di dasar otak depan pada basal nucleus Mynert,
yakni bagian otak yang dipercaya terlibat dalam integrasi berpikir. Akson neuron kolinergik
12
ini terarah ke korteks depan dan hippocampus, yaitu area yang berhubungan erat dengan
memori dan kognisi.(11)
Fakta adanya kehilangan saraf kolinergik besar-besaran ini, menimbulkan hipotesis
kolinergik yang menyatakan bahwa kehilangan sel kolinergik adalah sumber kerusakan
memori dan kognisi pada Alzheimer, sehingga diduga bahwa peningkatan fungsi kolinergik
akan memperbaiki simptom kehilangan memori.(9)
d)
Sistem neuron serotonergik dari nucleus Raphe dan sel noradrenergik dari locus
ceruleus juga hilang pada Alzheimer. Sementara itu aktivitas monoamine oksidase B juga
meningkat. MAO B ditemukan sebagian besar di otak dan platelet, dan bertanggung jawab
untuk metabolisme dopamine. Abnormalitas lain muncul pada jalur glutamate dalam
struktur korteks dan limbic. Glutamate adalah neurotransmitter eksitatorik utama pada
korteks dan hippocampus. Banyak jalur neuronal yang penting untuk proses belajar dan
memori menggunakan glutamate sebagai meurotransmiter, meliputi neuron pyramidal
(lapisan neuron dengan akson panjang yang membawa informasi keluar dari korteks),
hippocampus, dan korteks entorhinal. Glutamate dan neurotransmitter asam amino eksitatori
lain diimplikasikan sebagai neurotoksin potensial pada Alzheimer. Jika glutamate dibiarkan
dalam sinaps pada waktu yang lama, dapat menjadi racun dan merusak sel saraf. Efek
toksin ini diduga dimediasi melalui peningkatan kalsium intrasel dan akumulasi radikal
bebas. Kehadiran AP akan membuat sel lebih rentan pada glutamate. Disregulasi glutamate
diduga sebagai satu dari mediator primer kerusakan neuronal setelah stroke/cedera otak
akut. Meskipun terlibat dalam kerusakan sel, peranan asam amino eksitatori dalam
Alzheimer belum jelas.(11)
13
sebagai depresi, penyakit penting lain pada usia lanjut. Gangguan kognitif berlanjut terus,
biasanya dalam waktu 5 hingga 15 tahun, yang menyebabkan disorientasi total dan
hilangnya fungsi bahasa dan fungsi luhur korteks lainnya. Pada sebagian kecil pasien, dapat
muncul kelainan gerakan khas parkinsonisme, biasanya berkaitan dengan adanya
pembentukan badan lewy. (2)
Tabel 1. Manifestasi Demensia Jenis Alzheimer(2)
Gangguan memori
Gangguan perhatian
spasial
hal
menggambar
,mencari
dan
menemukan alur
Gangguan
dalam
pemecahan masalah
Gangguan
dalam
kemampuan berhitung
Gangguan kepribadian
kehilangan
rem,
agitasi,
mudah
tersinggung
Waham
Gangguan afek
depresi
Gangguan berbahasa
sulit
menemukan
kata
yang
tepat,
Gangguan persepsi
gangguan
visual,
penghiduan,
dan
Gangguan praksis
Bagian yang
Peran/Fungsi
Dipengaruhi
Perubahan
Kesulitan menemukan
mungkin diikuti waham,konfabulasi, dan
objek dan tempat berada
indifference
Daya ingat, emosi kontrol
Sistem Limbik
Mudah tersinggung,
Gangguan
kemampuan
muncul dikemudian hari
kebutuhan
dasar
depresi
sosial
dikemudian
Curiga hari,
barangnya
Defisit motorik
muncul
relativehilang
ringan
Kejang/epilepsi
muncul
dikemudian
Hidup hari
hanya pada saat
penyakit
Lobus
Temporal
Kontrol
dan
pelajaran
memori
baru
jangka
pendek
Kehilangan kosakata
VIII.
tepat
D
Sulit mengerti perkataan
orang lain
A
G
O
itu saja
Lobus Parietal
Sequence
activities
Pemahaman
informasi
ruang
Tidak mampu
Mudah tersesat
seimbang
Tidak punya
kepedulian/ketertarikan
Menghentikan hobi
dan
Cepat bosan
Kemunduran dalam
Inisiasi
Lobus Frontal
aktivitas
perencanaan
bersosialisasi
Kontrol
penglihatan,
aktivitas
Lobus
mengkombinasikan
Occipital
Mengulang-ngulang
Kesulitan persepsi
16
Telah dijelaskan bahwa penyakit Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia
yang terbanyak pada orang dewasa. Demensia sudah sering dikenal dengan menggunakan
kritera DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fourth edition).
Menegakkan penyakit Alzheimer dengan menggunakan kriteria oleh the National Institute
of Neurological and Communicative Disorders and Stroke (NINCDS) dan the Alzheimers
Disease and Related Disorders Association (ADRDA) dengan menggunakan klasifikasi
definite (diagnosis klinis dengan gambaran histologic), probable (sindrom klinik tipikal
tanpa gambaran histologic) dan possible ( gambaran klinis atipikal tetapi tidak ada diagnosis
alternative dan tidak ada gambaran histologi)(6)
Tabel . Kriteria untuk Diagnosis Klinis Penyakit Alzheimer (7)
Kriteria diagnosis klinis untuk probable penyakit Alzheimer mencakup:
- Demensia yang tidtegakkan oleh pemeriksaan klinis dan tercatat dengan pemeriksaan the
mini-mental test,Blessed Dementia Scale,atau pemeriksaan sejenis,dan dikonfirmasi oleh
tes neuropsikologis
- Defisit pada dua atau lebih area kognitif
- Tidak ada gangguan kesadaran
- Awitan antara umur 40 dan 90,umunya setelah umur 65 tahun
- Tidak adanya kelinan sistemik atau penyakit otak lain yang dapat menyebabkan defisit
progresif pada memori dan kognitif
Diagnosis probable penyakit Alzheimer didukung oleh:
- Penurunan progresif fungsi kognitif spesifik seperti afasia,apraksia,dan agnosia
- Gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan perubahan pola perilaku
- Riwayat keluarga dengan gangguan yang sama,terutama bila sudah dikonfirmasi secara
neuropatologi
- Hasil laboratorium yang menunjukkan
- Pungsi lumbal yang normal yang dievaluasi dengan teknik standar
Pola normal atau perubahan yang nonspesifik pada EEG,seperti peningkatan atktivitas
slow-wave
- Bukti adanya atrofi otak pada pemeriksaan CT yang progresif dan terdokumentasi oleh
pemeriksaan serial
Gambaran klinis lain yang konsisten dengan diagnosis probable penyakit Alzheimer,setelah
mengeksklusi penyebab demensia selain penyakit Alzheimer:
- Perjalanan penyakit yang progresif namun lambat (plateau)
- Gejala-gejala yang berhubungan seperti depresi,insomnia,inkontinensia,delusi,
halusinasi,verbal katastrofik,emosional,gangguan seksual,dan penurunan berat badan
- Abnormalitas neurologis pada beberapa pasien,terutama pada penyakit tahap
lanjut,seperti peningkatan tonus otot,mioklunus,dan gangguan melangkah
- Kejang pada penyakit yang lanjut
- Pemeriksaan CT normal untuk usianya
Gambaran yang membuat diagnosis probable penyakit Alzheimer menjadi tidak cocok adalah:
- Onset yang mendadak dan apolectic
- Terdapat defisit neurologis fokal seperti hemiparesis,gangguan sensorik,defisit lapang
pandang,dan inkoordinasi pada tahap awal penyakit;dan kehang atau gangguan
melangkah pada saat awitan atau tahap awal perjalanan penyakit
Diagnosis possible penyakit Alzheimer:
- Dibuat berdasarkan adanya sindrom demensia,tanpa adanya gangguan neurologis
psikiatrik,atau sistemik alin yang dapat menyebabkan demensia,dan adandya variasi pada
17
hypometabolism/hyperfusion
PET/SPECT
:
bilateral
parietal
and
frontal
hypometabolism/hyperfusion
18
IX.
DIAGNOSIS BANDING
Differential klinis pada Alzheimer (8)
Penyakit
Gejala Awal
Status Mental
Neuropskiatri
Neurologi
Gambaran
Entorhinal
AD
Umumnya
Umumnya
cortex
ingat
normal
normal
atrofi
memory loss
dan
hippocampus
Gelisah,
Apati;
penilaian/wawa
FTD
Frontal/executi
bahasa;
spares drawing
hyperorality
Apati,
dystonia,
disinhibisi,
Alien
euphoria,
handvertic
depresi
al
gaze
Drawing
and
dan/atau
temporal
palsy
Halusinasi
visual,
Atrofi frontal
memory;
Capgras,
delirium
spares
Atrofi parietal
Halusinasi
posterior;
hippocampus
gangguan
lebih
me
tidur, delusi
besar
dibandingkan
pada AD
Parkinsonisme
Cortical
Demensia,
CJD
mood, gelisah,
gangguan
pergerakan
ribboning dan
Bervariasi,
frontal/executi
ve,
cortical,
memori
focal
Depresi,
gelisah
Mioklonus,
parkinsonis
me, kaku
hiperintensitas
basal
ganglia
atau thalamus
pada
gambaran
MRI
19
Sering
tidak
Vascular
tapi
Umumnya
selalu
mendadak;
Frontal/executi
bervariasi;
ve,
apati,
yang melambat
kognitif
keterlambat
Apati,
gelisah
kelemahan
fokal
AD
: Alzheimers
FTD
: Frontotemporal Dementis
DLB
CJD
: Creutzfeldt-Jakob Disease
X.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Neuropatologi
delusi, an motoric,
spastik,
namun bisa
Infark kortikal
dan/atau
subkortikal
normal
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang
berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia. Protein
prekursor amiloid yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile
20
plaque ini terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis,
dan sedikit didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual,
dan auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. Perry (1987)
mengatakan densitas Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua
gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk
penderita penyakit Alzheimer. (12)
c.
Degenerasi neuron
Pemeriksaan neuropsikologik
beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian, dan pengertian
berbahasa. Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang
penting karena:
a.
Adanya defisit kognisi yang berhubungan dengan demensia awal yang dapat
diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
b.
Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif memungkinkan untuk
membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan defisit selektif yang
diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri.
c.
22
Kategori
Pertanyaan
poin
Orientasi
Registrasi
diucapkan)
dapat diingat
Perhatian dan
hitungan
salah meletakkan
poin saja
Menyebutkan
3
Ulangi proses no.2 dengan ketiga objek yang
kembali (recall)
telah diingat.
Bahasa
masing 1 poin)
Simpan di lantai
Tutup matamu
Mengkopi design
Diagnosa lain bisa dengan menggunakan skala seperti Global Deterioritation Scale
(GDS), seperti berikut:
Kondisi
Tahap
1
Normal
Keterangan
Tidak ada perubahan subjektif
atau objektif dalam fungsi intelektual
Keluhan kelupaan sesuatu atau
lupa nama kenalan, tetapi tidak sampai
Forgetfullness
umum
merupakan
kondisi
kognitif
yang
penuaan normal
3
Early confusion
Penurunan
tepat
kesulitan
dalam
percakapan,
mengingat
yang
dan
sampai
tahun,
musim).
Kesulitan
kejadian
yang
baru
AD)
Middle dementia
(moderately severe AD)
Late dementia
Tujuh poin tersebut sangat umum digunakan dan telah divalidasi dengan mengkorelasikan
dengan pengukuran psikometrik dan perubahan dalam CT/PET scan dan berguna untuk
memonitor perubahan menyeluruh pada pasien Alzheimer. Penentuan tipe gen pada
penderita tidak signifikan dalam memperbaiki akurasi diagnosa dibanding dengan diagnosa
klinik berdasarkan kriteria yang ada, sehingga tidak direkomendasikan sebagai alat skrining.
Sejalan dengan perkembangan penyakit Alzheimer, gangguan kognisi tiba-tiba dapat
terjadi. Evaluasi diagnosa dengan delirium harus dipertimbangkan karena gejalanya sama.
Delirium adalah gangguan kesadaran yang disertai oleh perubahan kognisi dan dapat timbul
bersamaan dengan demensia sehingga dapat mengacaukan gambaran klinik pasien. Gejalagejala yang terjadi pada delirium sama dengan demensia. Satu-satunya gambaran yang dapat
menolong membedakan delirium dari demensia Alzheimer adalah penurunan kesadaran
akan lingkungan, kejadian yang berfluktuasi, dan keberadaan onset yang perlahan. Delirium
delirium berkembang dalam waktu yang sangat singkat yaitu dari jam sampai hari, dan
melibatkan perubahan akut dalam tingkat kesadaran di samping penurunan kognisi.
Delirium biasanya tidak permanen, tetapi gejala biasanya bisa bertahan sampai beberapa
hari
bahkan
minggu.
Faktor
penyebabnya
antara
lain
gangguan
metabolik
3.
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kuantifikasi
perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem. Pemeriksaan ini
berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain
Alzheimer seperti multi infark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan
pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik
pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada demensia lainnya seperti multi
infark, parkinson, binswanger sehingga kita sukar untuk membedakan dengan penyakit
Alzheimer. (9)
Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan
26
beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental. Pada MRI ditemukan
peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn pada
ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan
kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya
atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii. (10)
Seab et al, menyatakan MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari
penyakit Alzheimer dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari
hipokampus.(11)
4.
EEG
6.
SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada regio parieral penderita Alzheimer. Kelainan ini
berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini
(SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
XI.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang akan muncul seperti pneumonia dan infeksi saluran napas bagian
atas, septicemia,ulkus dekubitus, fraktur, dan berbagai masalah nutrisi.
XII.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga. Tidak ada pengobatan spesifik untuk
penyakit Alzheimer. Pengobatan secara simptomatik, sosial, terapi psikiatri dan dukungan
keluarga menjadi pilihan terapi yang digunakan saat ini. Acetylcholinesterase inhibitors atau
N-methyl-D-aspartate (NMDA) inhibitor (Memantin) dapat meningkatkan fungsi kognitif
pada penyakit Alzheimer stadium awal.(7)
28
1.
Kolinesterase inhibitor
sampai sedang.
c.
d.
disetujui untuk digunakan sejak tahun 1993, namun sudah jarang digunakan saat ini karena
faktor resiko efek sampingnya, salah satunya adalah kerusakan hati.(7
Pemberian dosis dari ketiga cholinesterase inhibitor yang umum digunakan adalah
sebagai berikut :(6)
a.
Dosis rivastigmine ditingkatkan dari 1,5 mg dua kali sehari sampai 3 mg dua
kali sehari, kemudian menjadi 4,5 mg dua kali sehari, dan untuk maksimal dosis 6 mg dua
kali sehari.
c.
ditingkatkan menjadi 8 mg dua kali sehari dan akhirnya sampai 12 mg dua kali sehari.
Seperti rivastigmine, waktu yang lebih lama antara peningkatan dosis berhubungan dengan
penurunan efek samping.
29
serta
Memantin
Memantin merupakan obat yang telah diakui oleh Food and Drug Administration
(FDA) untuk pengobatan penyakit Alzheimer sedang sampai berat. Dosis awal untuk
penggunaan Memantin adalah 5 mg perhari, kemudian dosis ditingkatkan berdasarkan
penelitian, hingga 10 mg dua kali sehari. Memantine tampaknya bekerja dengan cara
memblok saluran N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang berlebihan. Memantine yang
dikombinasikan dengan cholinesterase inhibitor maupun yang tidak, tampaknya dapat
memperlambat kerusakan kognitif pada pasien dengan AD yang moderat.(6,9)
3.
Thiamin
Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi)
dan tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan
memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya
diberikan tricyclic anti depresant (Amitryptiline 25-100 mg/hari) (7)
5.
6.
Antioksidan
Pada pasien dengan AD sedang-berat, penggunaan antioksidan selegiline, tokoferol (vitamin E), atau keduanya, memperlambat proses kematian. Karena vitamin E
memiliki potensi yang rendah untuk toksisitas dari selegiline, dan juga lebih murah, dosis
yang digunakan dalam penelitian untuk diberikan kepada pasien AD adalah 1000 IU dua
kali sehari. Namun, efek yang menguntungkan dari vitamin E tetap kontroversial, dan
sebagian peneliti tidak lagi memberikan dalam dosis tinggi.(8)
Non Farmakologi
Terapi nonfarmakologi merupakan kunci utama dalam menangani Alzheimer,
diantaranya:
mungkin, dan hindari tugas yang rumit yang dapat menyebabkan frustasi
membingungkan
Jika terjadi penurunan fungsi yang tiba-tiba dan gejala yang darurat, segera
Pasien didiagnose AD
31
Evaluasi adanya penyakit lain dan obat yang mempengaruhi kognitif
Moderae-severe
Mild
Stabil
Memburuk
Terapi Simptomatik
Penderita
sering
disertai
gejala
depresi
seperti
gelisah,pelupa
dan
insomniaAntidepresan (SSRI,TCA)
32
XIII. PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit demensia Alzheimer dapat dilakukan dengan :
a)
Sering melakukan kegiatan yang melibatkan kemampuan kognitif.
b)
Penyakit demensia-alzheimer menyerang bagian otak yang mengatur
fungsi kognitif. Dengan
c)
lebih sering melakukan kegiatan yang melibatkan kemampuan kognitif,
akan semakin mengurangi risiko terjadinya degenerasi bagian ini
33
d)
Melakukan olah raga ringan sebagai salah satu pola hidup sehat.
XIV. PROGNOSIS
Dari pemeriksaan klinis pada 42 penderita probable Alzheimer menunjukkan bahwa
nilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu: (2)
BAB III
KESIMPULAN
dan fungsi luhur korteks lainnya. Pada sebagian kecil pasien, dapat muncul kelainan gerakan
khas parkinsonisme, biasanya berkaitan dengan adanya pembentukan badan lewy.
Menegakkan penyakit Alzheimer dengan menggunakan kriteria oleh the National Institute
of Neurological and Communicative Disorders and Stroke (NINCDS) dan the Alzheimers
Disease and Related Disorders Association (ADRDA) dengan menggunakan klasifikasi
definite (diagnosis klinis dengan gambaran histologic), probable (sindrom klinik tipikal
tanpa gambaran histologic) dan possible ( gambaran klinis atipikal tetapi tidak ada diagnosis
alternative dan tidak ada gambaran histologi). Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran
ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada
penyakit ini. Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab
dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga. Tidak ada pengobatan spesifik untuk
penyakit Alzheimer. Pengobatan secara simptomatik, sosial, terapi psikiatri dan dukungan
keluarga menjadi pilihan terapi yang digunakan saat ini. Acetylcholinesterase inhibitors atau
N-methyl-D-aspartate (NMDA) inhibitor (Memantin) dapat meningkatkan fungsi kognitif
pada penyakit Alzheimer stadium awal. Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai
angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis dan biasanya meninggal dunia
akibat infeksi sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Yogyakarta:2009.p3-35
Society NAOAA. Alzheimers Disease and Dementia : A Growing Challenge2000:
6.
[1-6 pp.]
Henry W. Querfurth MD, Ph.D, Frank M. LaFerla PD. Mechanisms of Disease :
7.
8.
9.
2004;351:56-67.
Mark Mumenthaler MD, Heinrich Mattle MD. Neurology. Germany: Thieme; 2004.
Association As. FDA-Approved Treatments for Alzheimers2012:[1-3 pp.].
35
10.
Solomon PR, Murphy CA. Early diagnosis and Treatment of Alzheimer's disease.
11.
12.
2002. pp.1-11.
Robbins, Stanley. L et all. Buku Ajar Patologi edis 7.Buku Kedokteran ECG:2007
36