Vous êtes sur la page 1sur 36

REFERAT

ALZHEIMER

Pembimbing:
dr. Marjanti, Sp.S

Disusun oleh:
A.Deza Farista

1102011001

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. 1 RADEN SAID SUKANTO
PERIODE 15 NOVEMBER 2015 20 DESEMBER 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
1

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah swt atas selesainya referat yang berjudul
Alzheimer. Juga kepada dr. Marjanti Sp. S, selaku dosen pembimbing, Saya ucapkan terimakasih
banyak atas bimbingannya selama kepaniteraan kami di Bagian Ilmu Penyakit Saraf RS
Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto.
Dalam referat ini saya akan mencoba membahas mengenai Alzheimer. Semoga pembahasan
kami ini dapat membantu membuka wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa klinik atupun dokter
umum mengenai Alzheimer.
Penulis,
Jakarta, Desember 2015

BAB I
PENDAHULUAN
2

Gangguan kesehatan pada golongan lansia terkait erat dengan proses degenerasi
yang tidak dapat dihindari. Seluruh system, cepat atau lambat akan mengalami degenerasi.
Dari aspek medik, demensia merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah
yang terdapat pada penyakit kronis lainnya. Ilmu kedekteran dan kesehatan mengemban
misi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Seseorang yang mengalami demensia
pasti akan mengalami penurunan kualitas hidup. Keberadaannya dalam lingkungan keluarga
dan masyarakat menjadi beban bagi lingkungannya, tidak mandiri lagi. Demensia adalah
hilangnya fungsi kognisi secara multidimensional dan terus-menerus, disebabkan oleh
kerusakan organik system saraf pusat, tidak disertai oleh penurunan kesadaran akut seperti
halnya yang terjadi pada delirium, Jenis-jenis demensia yaitu demensia Alzheimer, demensia
vascular, demensia karena kondisi medik umum lainnya.(2)
Demensia merupakan masalah besar dan serius yang dihadapi oleh negara-negara
maju, dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang mulai muncul di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Hal ini disebabkan oleh makin mengemukanya penyakitpenyakit degenerative serta meningkatnya usia hatapan hidup hamper di seluruh dunia.
Studi prevalensi menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, pada populasi di atas umur 65
tahun presentase orang dengan penyakit Alzheimer meningkat dua kali lipat setiap
pertambahan umur 5 tahun. Sebagian besar 10% dari semua orang yang berusia di atas 70
tahun mempunyai kehilangan memori yang signifikan dan lebih dari setengahnya
disebabkan oleh Penyakit Alzheimer. Diestimasikan total pengeluaran untuk perawatan
pasien Alzheimer adalah >$50.000. Penyakit Alzheimer dapat terjadi pada setiap dekade
dewasa, tetapi penyakit ini merupakan penyebab utama demensia pada lanjut usia. Penyakit
Alzheimer lebih sering dengan gambaran hilang ingatan yang lambat diikuti oleh demensia
dengan progresifitas yang lambat dalam beberapa tahun(2,5)
Penyakit Alzheimer merupakan sebuah kelainan otak yang bersifat irreversible dan
progresif yang terkait dengan perubahan sel-sel saraf sehingga menyebabkan kematian sel
otak. Penyakit Alzheimer terjadi secara bertahap, dan bukan merupakan bagian dari proses
penuaan normal dan merupakan penyebab paling umum dari demensia. Demensia
merupakan kehilangan fungsi intelektual, seperti berpikir, mengingat, dan berlogika, yang
cukup parah untuk mengganggu aktifitas sehari-hari. Demensia bukan merupakan sebuah
penyakit, melainkan sebuah kumpulan gejala yang menyertai penyakit atau kondisi tertentu.
Gejala dari demensia juga dapat termasuk perubahan kepribadian, mood, dan perilaku.(4)
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

ANATOMI

Susunan saraf terdiri dari dua bagian (1):


1.

2.

Susunan saraf sentral/ pusat :


Otak besar (Cerebrum)
Otak kecil (Cerebellum)
Batang otak (Truncus cerebri)
Susunan saraf tepi/ perifer
Susunan saraf somatik
Susunan saraf otonom (simpatis dan parasimpatis)

KORTEKS CEREBRI

Menunjukkan korteks cerebri, lobus, girus


Cerebrum dilapisi oleh lapisan yang terdiri dari kumpulan sel-sel yang disebut
Korteks cerebri. Lapisan ini terdiri dari 6 lamina, yaitu : Lamina Molekularis, lamina
granularis eksterna, lamina piramidalis eksterna, lamina granularis interna, lamina
piramidalis interna dan lamina fusiformis.(1)
Korteks Cerebri mempunyai fungsi-fungsi motorik, yakni gerakan (pre centralis),
sensorik = perasaan (post centralis), bicara (area broca), audiotorik (temporalis), dan visual
(oksipitalis)(1)
SINDROM LOBUS
1.
Lobus Frontalis antara lain :

Hal ikhwal tingkah laku (kurang kontrol, agresif, anti sosial)

Demensia

Gerakan halus yang kurang lancar

Gerakan yang kurang ritmis

Afasia
2.

Lobus Parietalis
Apraksia
Agnosia
Disorientasi
Gangguan body image
Hemipareses, hemihipestesia dan hemianopsia

3.
Lobus Temporalis

Afasia

Amnesia

Gangguang penghidu
SISTEM LIMBIK

Suatu rangkaian struktur yang terletak di dienchepalon dan sekitarnya. Sistem limbik
merupakan pusat emosi yang terdiri dari : hipokampus, amigdala, stria terminalis, girus
subkalosus, hipotalamus bagian depan, korpus mamilare, hipotalamus, girus cinguli, sistem
retikularis dan forniks.(3)
DIENCHEPALON

Cerebrum potongan media dan bagian-bagian dienchepalon


Struktur ini penting dalam fungsi luhur karena mengandung (1,3):
1.
Talamus yang menjadi relay station bagi semua rangsang sensorik
2.
Hipotalamus yang merupakan pusat untuk mengendalikan kandung kencing,
pengaturan suhu tubuh, rasa mengantuk, rasa lapar dan haus, kelakuan seksual dan
kewaspadaan (Pusat susunan saraf otonom)
3.
Struktur yang ikut membentuk sistem limbik sebagai pusat emosi
II.

DEFINISI

Penyakit Alzheimer adalah merupakan gangguan fungsi kognitif yang onsetnya


lambat dan gradual, degenerative, sifatnya progresif dan permanen. Merupakan penyebab
terbesar terjadinya demensia. Dimana demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan
memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak,yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran. Pasien dengan demensia harus mempunyai gangguan memori
selain kemampuan mental lain seperti berpikir abstrak, penilaian, kepribadian, bahasa,
praksis dan visuospasial. Defisit yang terjadi harus cukup berat sehingga mempengaruhi
aktivitas kerja dan sosial secara bermakna(1).
III.

EPIDEMIOLOGI

Hal yang terpenting yang merupakan faktor resiko dari penyakit Alzheimer adalah
umur yang tua dan positive pada riwayat penyakit keluarga. Frekuensi dari penyakit
Alzheimer akan meningkat seiring bertambahnya dekade dewasa. Mencapai sekitar 20-40%
dari populasi lebih dari 85 tahun. Wanita merupakan faktor resiko gender yang lebih
beresiko terutama wanita usia lanjut. Lebih dari 35 juta orang di dunia, 5,5 juta di Amerika
Serikat yang mengalami penyakit Alzheimer, penurunan ingatan dan gangguan kognitif
lainnya dapat mengarahkan pada kematian sekitar 4 10 tahun ke setelah didiagnosis.
Penyakit Alzheimer merupakan jenis yang terbanyak dari demensia, dihitung berdasarkan
50 56 % kasus dari autopsy dan kasus klinis. Insiden dari penyakit ini dua kali lipat setiap
5 tahun setelah usia 65 tahun, dengan diagnosis baru 1275 kasus per tahun per 100.000
orang lebih tua dari 65 tahun. Kebanyakan orang-orang dengan penyakit Alzheimer
merupakan wanita dan berkulit putih. Karena sangat dihubungkan dengan usia, dan wanita
mempunyai ekspektasi kehidupan yang lebih panjang dari pria, maka wanita
menyumbangkan sebesar 2/3 dari total orang tua dengan penyakit ini.( 3, 5)

Epidemiologi penderita Penyakit Alzheimer


IV.

ETIOLOGI

Meskipun penyebab Alzheimer disease belum diketahui, sejumlah faktor yang saat
ini berhasil diidentiifikasi yang tampaknya berperan besar dalam timbulnya penyakit ini. (10)

Faktor genetik berperan dalam timbulnya Alzheimer Disease pada beberapa

kasus, seperti dibuktikan adanya kasus familial. Penelitian terhadap kasus familial telah
memberikan pemahaman signifikan tentang patogenesis alzheimer disease familial, dan ,
7

mungkin sporadik. Mutasi di paling sedikit empat lokus genetik dilaporkan berkaitan secara
eksklusif dengan AD familial. Berdasarkan keterkaitan antara trisomi 21 dan kelainan mirip
AP di otak yang sudah lama diketahui, mungkin tidaklah mengherankan bahwa mutasi
pertama yang berhasil diidentifikasi adalah suatu lokus di kromosom 21 yang sekarang
diketahui mengkode sebuah protein yang dikenal sebagai protein prekursor amiloid (APP).
APP merupakan sumber endapan amiloid yang ditemukan di berbagai tempat di dalam otak
pasien yang menderita Alzheimer disease. Mutasi dari dua gen lain, yang disebut presenilin
1 dan presenilin 2, yang masing- masing terletak di kromosom 14 dan 1 tampaknya lebih
berperan pada AD familial terutama kasus dengan onset dini

Pengendapan suatu bentuk amiloid, yang berasal dari penguraian APP


merupakan gambaran yang konsisten pada Alzheimer disease. Produk penguraian tersebut
yang dikenal sebagai - amiloid (A) adalah komponen utama plak senilis yang ditemukan
pada otak pasien Alzheimer disease, dan biasanya juga terdapat di dalam pembuluh darah
otak.

Hiperfosforilisasi protein atau merupakan keping lain teka-teki Alzheimer

disease. Tau adalah suatu protein intra sel yang terlibat dalam pembentukan mikrotubulus
intra akson. Selain pengendapan amiloid, kelainan sitoskeleton merupakan gambaran yang
selalu ditemukan pada AD. Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan bentuk
hiperfosforilasi tau, yang keberadaanya mungkin menggaggu pemeliharaan mikrotubulus
normal.

Ekspresi alel spesifik apoprotein E (ApoE) dapat dibuktikan pada AD

sporadik dan familial. Diperkirakan ApoE mungkin berperan dalam penyaluran dan
pengolahan molekul APP. ApoE yang mengandung alel 4 dilaporkan mengikat A lebih
baik daripada bentuk lain ApoE, dan oleh karena itu, bentuk ini mungkin ikut meningkatkan
pembentukan fibril amiloid.
Faktor Risiko Terkena Alzheimer(6)

Faktor Usia
Penderita Alzhaimer biasanya diderita oleh orang yang berusia lebih dari 65 tahun,
tetapi juga dapat menyerang orang yang berusia dibawah 40. Sedikitnya 5 persen orang
berusia di antara 65 dan 74 memiliki Alzheimer. Pada orang berusia 85 keatas jumlahnya
meningkat menjadi 50 persen.

Keturunan
Risiko Alzheimer yang muncul sedikit lebih tinggi jika hubungan keluarga tingkat
pertama orangtua dan saudara sekandung - memiliki Alzheimer.

Jenis kelamin
8

Wanita lebih mudah terkena daripada laki-laki, hal ini karena umumnya wanita
hidup lebih lama daripada laki-laki.

Penurunan kognitif ringan


Orang yang memiliki penurunan kognitif ringan memiliki masalah ingatan yang
memburuk daripada apa yang mungkin diekspektasikan pada usianya dan belum cukup
buruk untuk mengklasifikasikan sebagai dementia. Banyak dari mereka yang berada pada
kondisi ini berlanjut memiliki penyakit Alzheimer.

Gaya hidup
Faktor sama yang membuat Anda berada pada risiko yang sama dengan penyakit
jantung juga meningkatkan kemungkinan anda akan terkena penyakit Alzheimer. Contohnya
adalah:

Stress

Tekanan darah tinggi

Kolestrol tinggi

Kurang dalam mengontrol gula darah

Menjaga tubuh agar tetap fit penting bagi anda anda harus dapat melatih
pikiran dengan baik. Beberapa studi menunjukkan bahwa aktif dalam melatih pikiran dan
mental disepanjang hidup anda khususnya pada usia lanjut akan mengurangi risiko penyakit
Alzheimer.

Tingkat pendidikan
Studi menemukan hubungan antara rendahnya pendidikan dan risiko Alzheimer.
Tetapi alasan tepat yang mendasarinya tidak diketahui. Beberapa ilmuwan berteori, makin
sering anda menggunakan otak akan lebih banyak sinapsis yang anda buat dimana akan
tersedia banyak cadangan di hari tua. Akan sulit untuk menemukan Alzheimer pada orang
yang melatih otaknya secara rutin, atau mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi.
V.

KLASIFIKASI

Berdasarkan hereditas, penyakit Alzheimer dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (4):
1.

Familial Autosomal Dominant adalah Alzheimer yang muncul karena

keturunan. Jumlahnya 5-10 % dari penderita Alzheimer. Alzheimer yang bersifat keturunan
diasosiasikan dengan onset yang cepat, progresi yang lebih cepat, sejarah gangguan
kejiwaan dalam keluarga dan kesulitan dalam berbicara.
2.

Sporadic Alzheimers Disease adalah penyakit Alzheimer yang muncul

karena usia tua. Jumlahnya 90-95 % dari penderita Alzheimer.


Berdasarkan waktu munculnya penyakit, Alzheimer juga dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1.

Penyakit Alzheimer onset dini, yang terjadi pada orang dengan usia di

bawah 65 tahun, disebut juga dementia pre-senile. Jenis ini sekitar 5-10 % dari kasus yang
terjadi, dan terjadi pada usia antara 30-65 tahun.
9

2.

Penyakit Alzheimer onset lambat (Late Onset Alzheimers Disease,

LOAD), yang merupakan jenis paling umum dari penyakit ini, biasanya terjadi pada orang
usia di atas 65 tahun, disebut juga senile dementia Alzheimers Type, SDAT.
VI.
PATOFISIOLOGI
a)
Perubahan struktural
Secara neuropatologi, Alzheimer merusak neuron dalam struktur kortex dan limbic
di otak, khususnya pada basal otak depan, amigdala, hippocampus, dan korteks serebral
yang bertanggung jawab dalam kontrol memori, proses belajar (learning), kewarasan
(reasoning), tingkah laku (behaviour), dan emosional. Secara anatomi, terlihat 4 gangguan
utama yaitu atropi kortikal, degenerasi kolinergik dan neuron lain, munculnya kekacauan
neurofibrilasi (NFTs), dan akumulasi plak neuritis. NFTs dan plak neuritis dianggap sebagai
lesi penanda Alzheimer, tanpa keduanya Alzheimer tidak terjadi. Tapi kedua hal tersebut
juga dapat terjadi pada penyakit lain dan bahkan pada proses penuaan yang normal.(5)
NFTs adalah pasangan filament heliks yang berkumpul dalam bungkusan padat.
Secara mikroskop terlihat sebagai kilauan kecil yang mengisi badan sel saraf. Pasangan
filament heliks dibentuk dari protein tau yang merupakan struktur penyokong mikrotubulus,
transport sel, dan sistem skelet. Jika posforilasi filament tau abnormal pada sisi spesifiknya,
mereka tidak dapat berikatan secara efektif dengan mikrotubulus, menyebabkan kollaps
mikrotubul, sehingga sel tidak dapat berfungsi dan akhirnya mati. Over aktivitas kinase
seperti microtubule affinity-regulating kinase (MARK) atau penurunan aktivitas fosfat
secara teoritis mengakibatkan (mencegah pemecahan) fosforilasi abnormal protein tau.
NFTs juga ditemukan pada penyakit dementia lain dan merupakan pemicu umum kematian
sel.(9)

Neurofibrilari tangle yang terbentuk di dalam sel


Courtesy of the Alzheimer's Disease Education and Referral
Center, a service of the National Institute on Aging.

10

Plak neuritis (amiloid/plak senile) adalah lesi ekstrasel yang ditemukan di otak dan
vascular serebral (amiloid angiopati). Plak ini berisi AP dan sebuah massa anyaman dari
neuritis yang pecah (akson dan dendrit). Beberapa neurit yang pecah ini berisi filament
neutrofil yang mengakibatkan fosforilasi abnormal protein tau yang disintesis di NFTs. 2
jenis sel glial, astrosit dan mikroglia juga ditemukan pada plak. Sel glial mensekresi
mediator inflamasi dan bertindak sebagai sel scavenger yang penting dalam proses inflamasi
pada Alzheimer. Inti dari plak neuritis terbentuk dari agregasi 39-43 asam amino dari protein
yang disebut AP. Amiloidosis adalah penyakit yang ditandai dengan deposisi protein
amiloid dalam beberapa organ target . AP yang terakumulasi di otak dan pembuluh darah
otak pada Alzheimer berbeda dengan penyakit lain yang juga meangakumulasi protein
amiloid. Protein AP terpisah dari protein APA (protein transmembran) oleh protease
melalui berbagai cara. Pada jalur sekretori normal, APA dipisah melalui daerah AP,
pertama dengan menggunakan enzim sekkretase, kemudian dengan enzim sekretase,
menghasilkan produk yang terlarut dan tidak merugikan (P3). Dalam jalur patologik, jalur
endosomal memecah di kedua sisi AP, pertama dengan -sekretase dan kemudian dengan
-sekretase membentuk AP (Cpp-bAPP) yang dilepaskan ke ruang ekstra sel. Kebanyakan
AP terdiri dari 40 asam amino tetapi penelitian baru-baru ini menemukan AP yang terdiri
dari 42 asam amino. Asam amino ini merusak saraf pusat, meskipun mekanisme belum
jelas. Selain itu juga menyebabkan disregulasi kalsium dan kerusakan mitokondria yang bisa
saja menstimulasi mediator inflamasi. Hal ini membuktikan bahwa deposisi AP terjadi
pada tahap awal proses penyakit, bukan merupakan produk akhir dari kematian neuronal
dan sepertinya menginisiasi pembentukan plak dan perusakan sel saraf.(8)

11

Beta Amiloid pada


sel yang sehat

Beta amiloid
dipotong oleh alfa dan

Plak beta amiloid


terbentuk di luar sel

gama sekretase

Dari PPA ke beta amiloid.


Pictures courtesy of the Alzheimer's Disease Education and Referral Center, a
service of the National Institute on Aging.
a)

Mediflamasi

b)

Mediator Inflamasi

Mediator inflamasi dan komponen sistem imun lain ditemukan pada area di sekitar
pembentukan plak. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa sistem imun memegang peranan
penting dalam patogenesis Alzheimer. Meski mungkin bukan yang menginisiasi penyakit,
respon imun yang timbul untuk melawan kerusakan otak akan memfasilitasi destruksi
neuron. Kejadian yang mendorong keterlibatan sistem imun adalah keberadaan protein fase
akut seperti 1-antikromotripsin (ACT) dan 2-makroglobulin di dalam serum dan plak
amiloid pada Alzheimer. Sel glial (astrosit dan mikroglial), sitokin (interleukin 1 dan 6), dan
komponen komplemen dari jalur klasik juga meningkat dalam daerah yang ada plaknya.
Mediator inflamasi ini meningkatkan toksisitas dan agregasi AP. Produk kronik agen
sitotoksik dan radikal bebas yang diaktivasi oleh mikroglia juga dapat mempercepat
degenerasi neuron.(10)
c)

Sistem kolinergik

Berbagai jalur neuronal dirusak pada Alzheimer. Kerusakan terjadi di beberapa sel
saraf yang terletak di dalam/ dilewati oleh plak. Kerusakan sel menyebabkan penurunan
berbagai neurotransmitter. Mayoritas kerusakan paling parah terjadi di jalur kolinergik,
khususnya di sistem neuron yang terletak di dasar otak depan pada basal nucleus Mynert,
yakni bagian otak yang dipercaya terlibat dalam integrasi berpikir. Akson neuron kolinergik
12

ini terarah ke korteks depan dan hippocampus, yaitu area yang berhubungan erat dengan
memori dan kognisi.(11)
Fakta adanya kehilangan saraf kolinergik besar-besaran ini, menimbulkan hipotesis
kolinergik yang menyatakan bahwa kehilangan sel kolinergik adalah sumber kerusakan
memori dan kognisi pada Alzheimer, sehingga diduga bahwa peningkatan fungsi kolinergik
akan memperbaiki simptom kehilangan memori.(9)
d)

Abnormalitas neurotransmitter lain

Sistem neuron serotonergik dari nucleus Raphe dan sel noradrenergik dari locus
ceruleus juga hilang pada Alzheimer. Sementara itu aktivitas monoamine oksidase B juga
meningkat. MAO B ditemukan sebagian besar di otak dan platelet, dan bertanggung jawab
untuk metabolisme dopamine. Abnormalitas lain muncul pada jalur glutamate dalam
struktur korteks dan limbic. Glutamate adalah neurotransmitter eksitatorik utama pada
korteks dan hippocampus. Banyak jalur neuronal yang penting untuk proses belajar dan
memori menggunakan glutamate sebagai meurotransmiter, meliputi neuron pyramidal
(lapisan neuron dengan akson panjang yang membawa informasi keluar dari korteks),
hippocampus, dan korteks entorhinal. Glutamate dan neurotransmitter asam amino eksitatori
lain diimplikasikan sebagai neurotoksin potensial pada Alzheimer. Jika glutamate dibiarkan
dalam sinaps pada waktu yang lama, dapat menjadi racun dan merusak sel saraf. Efek
toksin ini diduga dimediasi melalui peningkatan kalsium intrasel dan akumulasi radikal
bebas. Kehadiran AP akan membuat sel lebih rentan pada glutamate. Disregulasi glutamate
diduga sebagai satu dari mediator primer kerusakan neuronal setelah stroke/cedera otak
akut. Meskipun terlibat dalam kerusakan sel, peranan asam amino eksitatori dalam
Alzheimer belum jelas.(11)

13

VII. GEJALA KLINIS


Orang dengan alzheimer disease mengalami gangguan progresif daya ingat dan
fungsi kognitif lainnya. Gangguan mula-mula mungkin samar dan mudah disalah-sangka
14

sebagai depresi, penyakit penting lain pada usia lanjut. Gangguan kognitif berlanjut terus,
biasanya dalam waktu 5 hingga 15 tahun, yang menyebabkan disorientasi total dan
hilangnya fungsi bahasa dan fungsi luhur korteks lainnya. Pada sebagian kecil pasien, dapat
muncul kelainan gerakan khas parkinsonisme, biasanya berkaitan dengan adanya
pembentukan badan lewy. (2)
Tabel 1. Manifestasi Demensia Jenis Alzheimer(2)

Gangguan memori

muncul pada tahap awal, gangguan


memori hal-hal yang baru lebih berat dari yang
lama, memori verbal dan visual juga terganggu,
memori procedural relatif masih baik

Gangguan perhatian

muncul pada tahap awal, sulit untuk


mengubah mental set, sulit untuk mendorong
perhatian dan perservasi, gangguan untuk
mempertahankan gerakan yang terus menerus

Gangguan fungsi visuo-

muncul pada tahap awal, gangguan


dalam

spasial

hal

menggambar

,mencari

dan

menemukan alur

Gangguan

dalam

abstraksi dan menyatakan pendapat

pemecahan masalah

Gangguan

muncul pada tahap awal, gangguan hal

dalam

muncul pada tahap awal

kemampuan berhitung

Gangguan kepribadian

kehilangan

rem,

agitasi,

mudah

tersinggung

Gangguan isi pikiran

Waham

Gangguan afek

depresi

Gangguan berbahasa

sulit

menemukan

kata

yang

tepat,

artikulasi dan komprehensi relative masih baik

Gangguan persepsi

gangguan

visual,

penghiduan,

dan

pendengaran : halusinasi, ilusi

Gangguan praksis

apraksia ideasional dan ideomotor

Gangguan kesadaran dari

menolak pendapat bahwa dia sakit,


15

Bagian yang

Peran/Fungsi

Dipengaruhi

Perubahan

Kesulitan menemukan
mungkin diikuti waham,konfabulasi, dan
objek dan tempat berada
indifference
Daya ingat, emosi kontrol
Sistem Limbik

Mudah tersinggung,

Gangguan
kemampuan
muncul dikemudian hari
kebutuhan
dasar
depresi
sosial
dikemudian
Curiga hari,
barangnya

Defisit motorik
muncul
relativehilang
ringan

Lupa jangka pendek

Inkontinensia urin dan


muncul dikemudian hari
Tempat proses ingatan

Lupa ingatan masa lalu


alviHipocampus
verbal dan visual

Kejang/epilepsi
muncul
dikemudian
Hidup hari
hanya pada saat
penyakit

Lobus
Temporal

Kontrol
dan

pelajaran
memori

baru
jangka

pendek

Kehilangan kosakata

Tidak bisa membedakan

wajah seseorang benda atau tempat

Penggunaan kata tidak

VIII.

tepat

D
Sulit mengerti perkataan

orang lain

A
G
O

itu saja

Lobus Parietal

Sequence

activities

Pemahaman

informasi

ruang

Bicara terus menerus

Tidak mampu

mengekspresikan ide dalam tulisan


yang jelas

Mudah tersesat

Sulit memakai pakaian

Sulit berjalan dengan

seimbang

Tidak punya

kepedulian/ketertarikan

Menghentikan hobi

dan

Cepat bosan

Mengatur kebiasaan sosial

Kemunduran dalam

Inisiasi
Lobus Frontal

aktivitas

perencanaan

bersosialisasi

Kontrol

penglihatan,

aktivitas

Lobus

mengkombinasikan

Occipital

warna, bentuk, sudut, dan gerakan


gerakan

Mengulang-ngulang
Kesulitan persepsi

pandangan, tidak mampu melihat

16

Telah dijelaskan bahwa penyakit Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia
yang terbanyak pada orang dewasa. Demensia sudah sering dikenal dengan menggunakan
kritera DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fourth edition).
Menegakkan penyakit Alzheimer dengan menggunakan kriteria oleh the National Institute
of Neurological and Communicative Disorders and Stroke (NINCDS) dan the Alzheimers
Disease and Related Disorders Association (ADRDA) dengan menggunakan klasifikasi
definite (diagnosis klinis dengan gambaran histologic), probable (sindrom klinik tipikal
tanpa gambaran histologic) dan possible ( gambaran klinis atipikal tetapi tidak ada diagnosis
alternative dan tidak ada gambaran histologi)(6)
Tabel . Kriteria untuk Diagnosis Klinis Penyakit Alzheimer (7)
Kriteria diagnosis klinis untuk probable penyakit Alzheimer mencakup:
- Demensia yang tidtegakkan oleh pemeriksaan klinis dan tercatat dengan pemeriksaan the
mini-mental test,Blessed Dementia Scale,atau pemeriksaan sejenis,dan dikonfirmasi oleh
tes neuropsikologis
- Defisit pada dua atau lebih area kognitif
- Tidak ada gangguan kesadaran
- Awitan antara umur 40 dan 90,umunya setelah umur 65 tahun
- Tidak adanya kelinan sistemik atau penyakit otak lain yang dapat menyebabkan defisit
progresif pada memori dan kognitif
Diagnosis probable penyakit Alzheimer didukung oleh:
- Penurunan progresif fungsi kognitif spesifik seperti afasia,apraksia,dan agnosia
- Gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan perubahan pola perilaku
- Riwayat keluarga dengan gangguan yang sama,terutama bila sudah dikonfirmasi secara
neuropatologi
- Hasil laboratorium yang menunjukkan
- Pungsi lumbal yang normal yang dievaluasi dengan teknik standar
Pola normal atau perubahan yang nonspesifik pada EEG,seperti peningkatan atktivitas
slow-wave
- Bukti adanya atrofi otak pada pemeriksaan CT yang progresif dan terdokumentasi oleh
pemeriksaan serial
Gambaran klinis lain yang konsisten dengan diagnosis probable penyakit Alzheimer,setelah
mengeksklusi penyebab demensia selain penyakit Alzheimer:
- Perjalanan penyakit yang progresif namun lambat (plateau)
- Gejala-gejala yang berhubungan seperti depresi,insomnia,inkontinensia,delusi,
halusinasi,verbal katastrofik,emosional,gangguan seksual,dan penurunan berat badan
- Abnormalitas neurologis pada beberapa pasien,terutama pada penyakit tahap
lanjut,seperti peningkatan tonus otot,mioklunus,dan gangguan melangkah
- Kejang pada penyakit yang lanjut
- Pemeriksaan CT normal untuk usianya
Gambaran yang membuat diagnosis probable penyakit Alzheimer menjadi tidak cocok adalah:
- Onset yang mendadak dan apolectic
- Terdapat defisit neurologis fokal seperti hemiparesis,gangguan sensorik,defisit lapang
pandang,dan inkoordinasi pada tahap awal penyakit;dan kehang atau gangguan
melangkah pada saat awitan atau tahap awal perjalanan penyakit
Diagnosis possible penyakit Alzheimer:
- Dibuat berdasarkan adanya sindrom demensia,tanpa adanya gangguan neurologis
psikiatrik,atau sistemik alin yang dapat menyebabkan demensia,dan adandya variasi pada
17

awitan,gejala klinis,atau perjalanan penyakit


Dibuat berdasarkan adanya gangguan otak atau sistemik sekunder yang cukup untuk
menyebabkan demensia,namun penyebab primernya bukan merupakan penyabab
demensia
Kriteria untuk diagnosis definite penyakit Alzheimer adalah:
- Kriteria klinis untuk probable penyakit Alzheimer
- Bukti histopatologi yang didapat dari biopsi atau atutopsi
Klasifikasi penyakit Alzheimer untuk tujuan penelitian dilakukan bila terdapat gambaran
khusus yang mungkin merupakan subtipe penyakit Alzheimer,seperti:
- Banyak anggota keluarga yang mengalami hal yang sama
- Awitan sebelum usia 65 tahun
- Adanya trisomi-21
- Terjadi bersamaan dengan kondisi lain yang relevan seperti penyakit Parkinson
-

Stadium I (lama penyakit 1-3 tahun)


Memory : new learning defective, remote recall mildly impaired
Visuospatial skills : topographic disorientation, poor complex contructions
Language : poor woordlist generation, anomia
Personality : indifference,occasional irritability
Psychiatry feature : sadness, or delution in some
Motor system : normal
EEG : normal
CT/MRI : normal
PET/SPECT : bilateral posterior hypometabolism/hyperfusion
Stadium II (lama penyakit 3-10 tahun)
Memory : recent and remote recall more severely impaired
Visuospatial skills : spatial disorientation, poor contructions
Language : fluent aphasia
Calculation : acalculation
Personality : indifference, irritability
Psychiatry feature : delution in some
Motor system : restlessness, pacing
EEG : slow background rhythm
CT/MRI : normal or ventricular and sulcal enlargeent
PET/SPECT
:
bilateral
parietal
and
frontal

hypometabolism/hyperfusion

Stadium III (lama penyakit 8-12 tahun)

Intelectual function : severely deteriorated

Motor system : limb rigidity and flexion poeture

Sphincter control : urinary and fecal

EEG : diffusely slow

CT/MRI : ventricular and sulcal enlargement

PET/SPECT
:
bilateral
parietal

and

frontal

hypometabolism/hyperfusion
18

IX.

DIAGNOSIS BANDING
Differential klinis pada Alzheimer (8)

Penyakit

Gejala Awal

Status Mental

Neuropskiatri

Neurologi

Gambaran
Entorhinal

AD

Penurunan daya Episodic

Umumnya

Umumnya

cortex

ingat

normal

normal

atrofi

memory loss

dan

hippocampus
Gelisah,

Apati;
penilaian/wawa
FTD

Frontal/executi

san buruk, cara ve,


bicara/bahasa,

bahasa;

spares drawing

hyperorality

Apati,

dystonia,

disinhibisi,

Alien

euphoria,

handvertic

depresi

al

gaze

Drawing

and

gangguan tidur frontal/executi


DLB

dan/atau
temporal

palsy

Halusinasi
visual,

Atrofi frontal

REM, delirium, ve;


Sindrom

memory;

Capgras,

delirium

spares

Atrofi parietal
Halusinasi

posterior;

visual, depresi, Parkinsonis

hippocampus

gangguan

lebih

me

tidur, delusi

besar

dibandingkan
pada AD

Parkinsonisme

Cortical
Demensia,
CJD

mood, gelisah,
gangguan
pergerakan

ribboning dan

Bervariasi,
frontal/executi
ve,
cortical,
memori

focal

Depresi,
gelisah

Mioklonus,
parkinsonis
me, kaku

hiperintensitas
basal

ganglia

atau thalamus
pada
gambaran
MRI

19

Sering
tidak
Vascular

tapi

Umumnya

selalu

mendadak;

Frontal/executi

bervariasi;

ve,

apati,

yang melambat

kognitif

keterlambat
Apati,
gelisah

kelemahan
fokal

AD

: Alzheimers

FTD

: Frontotemporal Dementis

DLB

: Dementia with Lewy Bodies

CJD

: Creutzfeldt-Jakob Disease

X.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

Neuropatologi

delusi, an motoric,
spastik,
namun bisa

Infark kortikal
dan/atau
subkortikal

normal

Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi.


Secara umum didapatkan atrofi yang bilateral, simetris, sering kali berat otaknya berkisar
1000 gr (850-1250gr).Beberapa penelitian mengungkapkan atropi lebih menonjol pada
lobus temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer,
sistem somatosensorik tetap utuh. Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit Alzheimer
terdiri dari(10,11,12):
a.

Neurofibrillary Tangles (NFT)

Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal yang


berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. NFT ini juga terdapat pada neokorteks,
hipokampus, amigdala, substansia alba, lokus seruleus, dorsal raphe dari inti batang otak.
NFT selain didapatkan pada penyakit Alzheimer, juga ditemukan pada otak manula, down
syndrome, parkinson, SSPE, sindroma ektrapiramidal, supranuklear palsy. Densitas NFT
berkolerasi dengan beratnya demensia.(10)
b.

Senile Plaque (SP)

Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang
berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia. Protein
prekursor amiloid yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile
20

plaque ini terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis,
dan sedikit didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual,
dan auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. Perry (1987)
mengatakan densitas Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua
gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk
penderita penyakit Alzheimer. (12)
c.

Degenerasi neuron

Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit


Alzheimer sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada
neuron piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala,
nukleus batang otak termasuk lobus serulues, raphe nukleus, dan substanasia nigra.
Kematian sel neuron kolinergik terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel
noradrenergik terutama pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe
dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis. Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada
neuron kolinergik yang berdegenerasi pada lesi eksperimental binatang dan ini merupakan
harapan dalam pengobatan penyakit Alzheimer. (11)
d. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser
nukleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP ,
perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak
pernah ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan
batang otak. (9)
e. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada enterhinal,
gyrus cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis,
temporal, parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang
terjadi pada lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit parkinson.
Hansen et al menyatakan lewy body merupakan varian dari penyakit Alzheimer. (11)
2.

Pemeriksaan neuropsikologik

Penyakit Alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi pemeriksaan


neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif
umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi. Tes psikologis ini juga
bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda21

beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian, dan pengertian
berbahasa. Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang
penting karena:
a.

Adanya defisit kognisi yang berhubungan dengan demensia awal yang dapat

diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
b.
Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif memungkinkan untuk
membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan defisit selektif yang
diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri.
c.

Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh

demensia karena berbagai penyebab.


1.

Mini Mental Status Examination

MMSE dapat mengukur orientasi nyata seseorang, kemampuan registrasi, perhatian


dan kemampuan berhitung, mengingat, bahasa, dan kemampuan visuokonstruksi (melihat
dan membuat kopi design). Nilai tertinggi adalah 30. seseorang dengan nilai kurang dari 24
memerlukan evaluasi lebih jauh untuk kemungkinan terkena Alzheimer atau dementia yang
lain, depresi, delirium atau schizoprenia. Seseorang dengan nilai kurang dari 20 secara
umum memiliki salah satu dari gangguan tersebut.(11)

The Mini-Mental Status Exam (from Folstein, MF, Folstein, S and


McHugh, PR: Mini-mental state: a practical method for grading the cognitive
state of patients for the clinincian, J Psychiatr Res 12:189, 1975.)
Indikasi

Penilaian kemampuan kognitif

Dokumentasi penurunan kemampuan kognitif

Pertanyaan (Total 30 poin)

22

Kategori

Pertanyaan

Tahun, Musim, tanggal, hari, dan bulan

Negara bagian, negara, kota

Rumah sakit atau klinik, lantai

Nama tiga objek: Apel, Meja, uang

Setiap benda diucapkan perlahan dan

poin
Orientasi

Registrasi

dengan jeda waktu

Pasien mengulangi setiap benda yang

diucapkan)

Ulangi proses hingga ketiga objek

dapat diingat

Catat waktu yang dibutuhkan untuk

mengingat ketiga benda

Perhatian dan

Eja WORLD dari arah belakang: DLROW

hitungan

Poin diberikan pada setiap huruf yang

salah meletakkan

Contoh: DLORW dihitung sebagai 2

poin saja
Menyebutkan

3
Ulangi proses no.2 dengan ketiga objek yang

kembali (recall)

telah diingat.
Bahasa

Pasien memberi nama 2 benda

Contoh: Pensil dan Jam ( masing23

masing 1 poin)

Ulangi kalimat: 'No ifs ands or buts'

Mengikuti tiga petunjuk berikut:

Ambil kertas dengan tangan kanan

Lipat menjadi dua

Simpan di lantai

Membaca dan mengikuti petunjuk:

Tutup matamu

Tulis sebuah kalimat

Mengkopi design

Diagnosa lain bisa dengan menggunakan skala seperti Global Deterioritation Scale
(GDS), seperti berikut:
Kondisi

Tahap
1

Normal

Keterangan
Tidak ada perubahan subjektif
atau objektif dalam fungsi intelektual
Keluhan kelupaan sesuatu atau
lupa nama kenalan, tetapi tidak sampai

Forgetfullness

mengganggu pekerjaan dan fungsi sosial.


Secara

umum

merupakan

kondisi

kognitif

yang

penuaan normal
3

Early confusion

Penurunan

mempengaruhi pekerjaan dan fungsi


sosial. Anomia, kesulitan mengingat kata
yang

tepat

kesulitan

dalam

percakapan,

mengingat

yang

dan

sampai

menarik perhatian keluarga. Kehilangan


24

memori dapat menyebabkan kecemasan


pada pasien
Pasien tidak dapat menangani
keuangan dan pekerjaan rumah seharihari. Kesulitan mengingat kejadian yang
4

Late confusion (early AD)

baru saja berlangsung. Mulai mundur


dari tugas yang sulit dan hobi. Pasien
mungkin mengingkari masalah memori
ini.
Pasien tidak dapat bertahan lama
tanpa bantuan. Sering disorientasi waktu
(tanggal,

tahun,

musim).

Kesulitan

memilih baju. Kerusakan parah dalam


mengingat
5

kejadian

yang

baru

Early dementia (moderate

berlangsung, dapat melupakan beberapa

AD)

detail kehidupan masa lalu (seperti


sekolah). Fungsi dapat berfluktuasi dari
hari ke hari. Pasien secara umum
memungkiri masalah ini. Dapat menjadi
sangat curiga atau sedih. Kehilangan
kemampuan untuk hidup aman.
Pasien membutuhkan pertolongan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari
(mandi, berpakaian, ke toilet), kesulitan

Middle dementia
(moderately severe AD)

menginterpretasikan sekelilingnya, lupa


nama anggota keluarga dan pengasuhnya,
lupa hampir semua detail kehidupan
masa lalunya, sulit menghitung mundur
dari angka 10, agitasi, paranoid, dan
delusi (berkhayal)

Late dementia

Kehilangan kemampuan berbicara


(hanya dapat menjerit dan bersungutsungut), jalan-jalan dan makan sendiri,
25

buang air kecil dan besar sembarangan,


tidak sadar sampai koma.

Tujuh poin tersebut sangat umum digunakan dan telah divalidasi dengan mengkorelasikan
dengan pengukuran psikometrik dan perubahan dalam CT/PET scan dan berguna untuk
memonitor perubahan menyeluruh pada pasien Alzheimer. Penentuan tipe gen pada
penderita tidak signifikan dalam memperbaiki akurasi diagnosa dibanding dengan diagnosa
klinik berdasarkan kriteria yang ada, sehingga tidak direkomendasikan sebagai alat skrining.
Sejalan dengan perkembangan penyakit Alzheimer, gangguan kognisi tiba-tiba dapat
terjadi. Evaluasi diagnosa dengan delirium harus dipertimbangkan karena gejalanya sama.
Delirium adalah gangguan kesadaran yang disertai oleh perubahan kognisi dan dapat timbul
bersamaan dengan demensia sehingga dapat mengacaukan gambaran klinik pasien. Gejalagejala yang terjadi pada delirium sama dengan demensia. Satu-satunya gambaran yang dapat
menolong membedakan delirium dari demensia Alzheimer adalah penurunan kesadaran
akan lingkungan, kejadian yang berfluktuasi, dan keberadaan onset yang perlahan. Delirium
delirium berkembang dalam waktu yang sangat singkat yaitu dari jam sampai hari, dan
melibatkan perubahan akut dalam tingkat kesadaran di samping penurunan kognisi.
Delirium biasanya tidak permanen, tetapi gejala biasanya bisa bertahan sampai beberapa
hari

bahkan

minggu.

Faktor

penyebabnya

antara

lain

gangguan

metabolik

(ketidakseimbangan elektrolit dan fluktuasi glukosa), infeksi, dan alkohol. (4)

3.

CT Scan dan MRI

Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kuantifikasi
perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem. Pemeriksaan ini
berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain
Alzheimer seperti multi infark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan
pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik
pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada demensia lainnya seperti multi
infark, parkinson, binswanger sehingga kita sukar untuk membedakan dengan penyakit
Alzheimer. (9)
Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan
26

beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental. Pada MRI ditemukan
peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn pada
ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan
kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya
atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii. (10)
Seab et al, menyatakan MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari
penyakit Alzheimer dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari
hipokampus.(11)

4.

EEG

Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada


penyakit Alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non
spesifik.(8)
5.

PET (Positron Emission Tomography)

Pada penderita Alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah,


metabolisme O2, dan glukosa di daerah serebral. Uptake I. 123 sangat menurun pada
regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi dan selalu
27

sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi.(9)

6.
SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada regio parieral penderita Alzheimer. Kelainan ini
berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini
(SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
XI.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang akan muncul seperti pneumonia dan infeksi saluran napas bagian
atas, septicemia,ulkus dekubitus, fraktur, dan berbagai masalah nutrisi.
XII.

PENATALAKSANAAN

Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga. Tidak ada pengobatan spesifik untuk
penyakit Alzheimer. Pengobatan secara simptomatik, sosial, terapi psikiatri dan dukungan
keluarga menjadi pilihan terapi yang digunakan saat ini. Acetylcholinesterase inhibitors atau
N-methyl-D-aspartate (NMDA) inhibitor (Memantin) dapat meningkatkan fungsi kognitif
pada penyakit Alzheimer stadium awal.(7)
28

1.

Kolinesterase inhibitor

Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk


pengobatan simptomatik penyakit Alzheimer, dimana pada penderita Alzheimer didapatkan
penurunan kadar asetilkolin. Cholinesterase inhibitor telah diakui untuk pengobatan
penyakit Alzheimer ringan sampai sedang yang juga dapat dijadikan standar perawatan
untuk pasien dengan penyakit Alzheimer. Kerja farmakologis dari Donepezil, rivastigmine,
dan galantamine adalah menghambat cholinesterase, dengan menghasilkan peningkatan
kadar asetilkolin di otak .Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti
kolinesterase. Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama
pemberian berlangsung. 4 jenis kolinesterase inhibitor yang paling sering digunakan
adalah5,7)
a.

Donepezil (merk dagang ARICEPT) disetujui untuk pengobatan semua

tahap Alzheimer disease.


b.

Galantamine (merk dagang RAZADYNE) disetujui untuk tahap ringan

sampai sedang.
c.

Rivastigmine (merk dagang EXELON) untuk tahap ringan sampai sedang.

d.

Tacrine (COGNEX) merupakan kolinesterase inhibitor pertama yang

disetujui untuk digunakan sejak tahun 1993, namun sudah jarang digunakan saat ini karena
faktor resiko efek sampingnya, salah satunya adalah kerusakan hati.(7
Pemberian dosis dari ketiga cholinesterase inhibitor yang umum digunakan adalah
sebagai berikut :(6)
a.

Donepezil dimulai dengan dosis 5 mg per hari, kemudian dosis ditingkatkan

menjadi 10 mg per hari setelah satu bulan.


b.

Dosis rivastigmine ditingkatkan dari 1,5 mg dua kali sehari sampai 3 mg dua

kali sehari, kemudian menjadi 4,5 mg dua kali sehari, dan untuk maksimal dosis 6 mg dua
kali sehari.
c.

Galantamine dimulai dengan dosis 4 mg dua kali sehari. Pertama-tama, dosis

ditingkatkan menjadi 8 mg dua kali sehari dan akhirnya sampai 12 mg dua kali sehari.
Seperti rivastigmine, waktu yang lebih lama antara peningkatan dosis berhubungan dengan
penurunan efek samping.

29

Pengobatan sehari-hari dengan donepezil memberikan hasil yang efektif dalam


kisaran dosis 5 sampai 10 mg; Rivastigmine, dalam kisaran 6 sampai 12 mg;

serta

galantamine , dalam kisaran dari 16 sampai 24 mg.


2.

Memantin

Memantin merupakan obat yang telah diakui oleh Food and Drug Administration
(FDA) untuk pengobatan penyakit Alzheimer sedang sampai berat. Dosis awal untuk
penggunaan Memantin adalah 5 mg perhari, kemudian dosis ditingkatkan berdasarkan
penelitian, hingga 10 mg dua kali sehari. Memantine tampaknya bekerja dengan cara
memblok saluran N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang berlebihan. Memantine yang
dikombinasikan dengan cholinesterase inhibitor maupun yang tidak, tampaknya dapat
memperlambat kerusakan kognitif pada pasien dengan AD yang moderat.(6,9)
3.

Thiamin

Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer didapatkan


penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan
transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis. Pemberian
thiamin hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral, menunjukkan
perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang
sama.
4.

Haloperiodol

Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi)
dan tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan
memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya
diberikan tricyclic anti depresant (Amitryptiline 25-100 mg/hari) (7)
5.

Acetyl L-Carnitine (ALC)

Merupakan suatu subtrat endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan


bantuan enzim ALC transferase. Penelitian ini menunjukkan bahwa ALC dapat
meningkatkan aktivitas asetilkolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberian dosis 1-2
gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan, disimpulkan bahwa dapat memperbaiki
atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif.(7)
30

6.

Antioksidan

Pada pasien dengan AD sedang-berat, penggunaan antioksidan selegiline, tokoferol (vitamin E), atau keduanya, memperlambat proses kematian. Karena vitamin E
memiliki potensi yang rendah untuk toksisitas dari selegiline, dan juga lebih murah, dosis
yang digunakan dalam penelitian untuk diberikan kepada pasien AD adalah 1000 IU dua
kali sehari. Namun, efek yang menguntungkan dari vitamin E tetap kontroversial, dan
sebagian peneliti tidak lagi memberikan dalam dosis tinggi.(8)
Non Farmakologi
Terapi nonfarmakologi merupakan kunci utama dalam menangani Alzheimer,
diantaranya:

Buatlah permintaan dan perintah pada pasien Alzheimer sesederhana

mungkin, dan hindari tugas yang rumit yang dapat menyebabkan frustasi

Hindari konfrontasi dan penolakan yang bias menyebabkan frustasi

Tetap tenang, dan selalu mendukung jika pasien menjadi sangat

membingungkan

Jagalah kondisi lingkungan tempat tinggal tetap konsisten dan hindari

perubahan yang tidak perlu

Sediakan alat bantu untuk mengingatkan, menjeklaskan, dan menunjuk arah

pada pasien Alzheimer

Sadarilah penurunan kapasitas dan tingkatkan harapan untuk performans

pasien yang lebih baik

Jika terjadi penurunan fungsi yang tiba-tiba dan gejala yang darurat, segera

bawa ke tenaga profesional


Algoritma Penanganan AD

Pasien didiagnose AD

31
Evaluasi adanya penyakit lain dan obat yang mempengaruhi kognitif

Jika tidak ada gangguan


psikiatrik

Moderae-severe

Mild

ChE inhibitor,memantin, atau


kombinasi ChEl dan memantin =
vit E

ChE inhibitor atau Memantin


= vit E

Stabil

Memburuk

Teruskan regimen pengobatan

Berikan alternative ChE


inhibitor atau memantin+Vit
E

Terapi Simptomatik

Penderita

sering

disertai

gejala

depresi

seperti

gelisah,pelupa

dan

insomniaAntidepresan (SSRI,TCA)

InsomniaPerlu hipnotik atau antidepresan yang bersifat sedatif.

32

XIII. PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit demensia Alzheimer dapat dilakukan dengan :
a)
Sering melakukan kegiatan yang melibatkan kemampuan kognitif.
b)
Penyakit demensia-alzheimer menyerang bagian otak yang mengatur
fungsi kognitif. Dengan
c)
lebih sering melakukan kegiatan yang melibatkan kemampuan kognitif,
akan semakin mengurangi risiko terjadinya degenerasi bagian ini
33

d)

Melakukan olah raga ringan sebagai salah satu pola hidup sehat.

XIV. PROGNOSIS
Dari pemeriksaan klinis pada 42 penderita probable Alzheimer menunjukkan bahwa
nilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu: (2)

Derajat beratnya penyakit

Variabilitas gambaran klinis

Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia, dan jenis kelamin.


Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
mempengaruhi prognostik penderita Alzheimer. Pasien dengan penyakit Alzheimer
mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis dan biasanya
meninggal dunia akibat infeksi sekunder.(12)

BAB III
KESIMPULAN

Penyakit Alzheimer adalah merupakan gangguan fungsi kognitif yang onsetnya


lambat dan gradual, degenerative, sifatnya progresif dan permanen. Merupakan penyebab
terbesar terjadinya demensia. Insiden dari penyakit ini dua kali lipat setiap 5 tahun setelah
usia 65 tahun.Faktor penyebab penyakit ini belum di ketahui secara pasti, namun ada
beberapa factor resiko pada penyakit ini factor usia,keturunan,jenis kelamin,kognitif
menurun,gaya hidup,dan tingkat pendidikan. Komponen utama patologi penyakit Alzheimer
adalah plak senilis dan neuritik, neurofibrillary tangles, dan hilangnya neuron/sinaps. Orang
dengan alzheimer disease mengalami gangguan progresif daya ingat dan fungsi kognitif
lainnya. Gangguan mula-mula mungkin samar dan mudah disalah-sangka sebagai depresi,
penyakit penting lain pada usia lanjut. Gangguan kognitif berlanjut terus, biasanya dalam
waktu 5 hingga 15 tahun, yang menyebabkan disorientasi total dan hilangnya fungsi bahasa
34

dan fungsi luhur korteks lainnya. Pada sebagian kecil pasien, dapat muncul kelainan gerakan
khas parkinsonisme, biasanya berkaitan dengan adanya pembentukan badan lewy.
Menegakkan penyakit Alzheimer dengan menggunakan kriteria oleh the National Institute
of Neurological and Communicative Disorders and Stroke (NINCDS) dan the Alzheimers
Disease and Related Disorders Association (ADRDA) dengan menggunakan klasifikasi
definite (diagnosis klinis dengan gambaran histologic), probable (sindrom klinik tipikal
tanpa gambaran histologic) dan possible ( gambaran klinis atipikal tetapi tidak ada diagnosis
alternative dan tidak ada gambaran histologi). Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran
ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada
penyakit ini. Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab
dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga. Tidak ada pengobatan spesifik untuk
penyakit Alzheimer. Pengobatan secara simptomatik, sosial, terapi psikiatri dan dukungan
keluarga menjadi pilihan terapi yang digunakan saat ini. Acetylcholinesterase inhibitors atau
N-methyl-D-aspartate (NMDA) inhibitor (Memantin) dapat meningkatkan fungsi kognitif
pada penyakit Alzheimer stadium awal. Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai
angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis dan biasanya meninggal dunia
akibat infeksi sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.

Reinhard Rohkamm MD. Color Atlas of Neurology Germany: Thieme; 2004.


Bird TD, Miller BL. Alzheimer's Disease and Other Dementias. Harrisons
Principles of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill Medical Publishing

3.

Division; 2005. p. 1-22.


Silbernagl, Stevan, et al. Teks dan atlas berwarna Patofisiologi. Penerbit Buku

4.

Kedokteran. Hal. 348-349


Harsono. Kapita Selekta Neurologi Edisi kedua. Gadjah Mada University Press.

5.

Yogyakarta:2009.p3-35
Society NAOAA. Alzheimers Disease and Dementia : A Growing Challenge2000:

6.

[1-6 pp.]
Henry W. Querfurth MD, Ph.D, Frank M. LaFerla PD. Mechanisms of Disease :

7.

Alzheimers Disease. NEJM. 2011;362:1-16.


Jeffrey L. Cummings MD. Drug Therapy : Alzheimer's Disease. NEJM.

8.
9.

2004;351:56-67.
Mark Mumenthaler MD, Heinrich Mattle MD. Neurology. Germany: Thieme; 2004.
Association As. FDA-Approved Treatments for Alzheimers2012:[1-3 pp.].
35

10.

Solomon PR, Murphy CA. Early diagnosis and Treatment of Alzheimer's disease.

11.

Expert Reviews. 2008:1-12.


Japardi I. Penyakit Alzheimer. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

12.

2002. pp.1-11.
Robbins, Stanley. L et all. Buku Ajar Patologi edis 7.Buku Kedokteran ECG:2007

36

Vous aimerez peut-être aussi